4.sport Nutrition [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SPORT NUTRITION AND PERFORMANCE-ENHANCING NUTRIENT A. PENDAHULUAN Individu yang aktif mungkin menghabiskan 5-10 jam per minggu untuk melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan nutrisi yang spesifik untuk memelihara kinerja mereka. Suplemen makanan dan produk natural dibutuhkan atlet dalam 2 tujuan yaitu 1) meningkatkan kekuatan dan tenaga; 2) memperlama durasi latihan dengan memperlama membakaran energi dalam tubuh dan mengganti cairan elektrolit yang keluar bersama keringat dan akibat kontraksi otot. Produk nutrisi olahraga dan suplemen peningkat performa telah diterima secara luas oleh atlet dan individu yang aktif. Suplemen yang mengandung elektrolit dan karbohidrat sangat populer hingga hampir semua peserta maraton dan trialton pernah mengkonsumsi suplemen tersebut. Survei pada 21.225 orang mahasiswa yang berpartisipasi dalam olahraga, di 713 institusi telah dilakukan pada tahun 2001. Survei ini, yang dilakukan sebelum FDA menindaklanjuti Efedra, menunjukkan 3.9% mahasiswa atlet mengkonsumsi Efedra, 3.3% mengkonsumsi Amfetamin dan 1,5% mengkonsumsi steroid anabolic. Survei tersebut juga menemukan bahwa 57,3% atlet mahasiswa yang aktif menggunakan suplemen mulai menggunakannya di bangku SMA, bahkan 5,7% di antaranya mulai menggunakan suplemen saat SMP. Survei yang serupa dilakukan juga di antara atlet SMA di Amerika. Survei ini mengungkap tingkat penggunaan suplemen yang tinggi pada anak kelas 12, termasuk di antaranya 62% menggunakan multivitamin, 31% menggunakan minuman berenergi, 22% menggunakan serbuk protein, dan 12% mengonsumsi kreatin. Terdapat dua laporan mengejutkan dari survei di tahun akademik 2005-2006. 18,6% atlet perempuan menggunakan “pembakar lemak” untuk mengurangi berat badan selama tahun akhir mereka di SMA, dan 5,9% atlet laki-laki mengonsumsi steroid anabolic, yang merupakan tindakan ilegal. Meskipun, penjualan nutrisi atlet ditujukan untuk atlet yang berlatih secara rutin, tetapi masyarakat umum mengonsumsi nutrisi atlet sebagai gaya hidup yang berakibat dari naiknya penjualan produk tersebut. Terdapat peningkatan jumlah konsumen memilih nutrisi olahraga sebagai alternatif makanan dan minuman sehari-hari. Pasar telah merespon iklan mengenai gaya hidup aktif dan sehat, sehingga perusahaan menjadikan masyarakat umum seperti wanita, anak-anak dan masyarakat lainnya sebagai target penjualan. 1



Penjualan retail produk nutrisi olahraga di tahun 2003 dilaporkan mencapai lebih dari $ 3 milyar, dengan pangsa pasar tertinggi makanan dan minuman olahraga, diikuti suplemen, dan kemudian energy bars & gels. Suplemen yang dipasarkan termasuk tablet, kapsul, dan serbuk yang berasal dari makronutrien maupun suplemen herbal. FDA tidak menyetujui adanya suplemen diet, termasuk produk untuk meningkatkan performa. Penting bagi atlet untuk tahu bahwa banyak bukti yang menunjukkan produk suplemen tidak sesuai syarat, seperti produk tidak berisi seperti yang tertulis dalam label atau produk mempunyai berat zat aktif yang berbeda dengan yang tertulis pada label. Dalam beberapa kasus, produk suplemen mengandung bahan tambahan yang secara keras dilarang, yaitu zat anti-doping. Rekomendasi mengenai energi, nutrisi, dan cairan yang diperlukan untuk dewasa aktif dan atlet, dapat disesuaikan oleh ahli nutrisi olahraga untuk mengakomodasi kebutuhan individual atlet berdasarkan kesehatan, tipe olahraga, kebutuhan nutrisi dan berat badan serta sasaran komposisi tubuh. 1. Atlet harus mengkonsumsi energi yang memadai selama periode latihan yang memiliki intensitas tinggi/durasi lama untuk menjaga berat badan dan kesehatan dan memaksimalkan efek latihan yang dilakukan. Konsumsi energi yang kurang dapat mengakibatkan berkurangnya massa otot, disfungsi menstrual, berkurangnya densitas tulang, meningkatnya resiko kelelahan, cidera dan sakit, serta lamanya waktu penyembuhan. 2. Berat badan dan komposisi badan tidak boleh dijadikan sebagai kriteria tunggal untuk hasil olahraga. Level lemak tubuh optimal tergantung pada jenis kelamin, umur dan hereditas atlet dan mungkin juga tergantung pada jenis olahraga. 3. Rekomendasi karbohidrat yang diperlukan utuk atlet antara 6-10g/kgBB/hari. Karbohidrat menjaga kadar gula darah selama latihan dan mengganti glikogen otot. Jumlah yang dibutuhkan tergantung pada total pengeluaran energi tiap hari, tipe olahraga, jenis kelamin, dan kondisi ligkungan. 4. Rekomendasi kebutuhan protein untuk daya tahan dan kekuatan atlet sekitar 1.2-1.7 g/kgBB/hari. 5. Konsumsi lemak seharusnya sekitar 20%-35% dari total energi yang dikonsumsi. Mengkonsumsi < 20% energi dari lemak akan menurunkan performa. Lemak, vitamin larut lemak, dan asam lemak esensial penting dalam diet untuk atlet. Tetapi diet tinggi lemak tidak direkomendasikan.



2



6. Atlet yang mengurangi konsumsi energi atau melakukan latihan yang cukup mengurangi berat badan, menghilangkan satu atau lebih kelompok makanan dari menu diet, atau mengkonsumsi diet rendah/tinggi karbohidrat dari mikronutrien densitas rendah akan mengalami resiko besar kekurangan mikronutrien. 7. Dehidrasi (kekurangan air 2-3% massa tubuh) menurunkan performa latihan. Sehingga konsumsi cairan yang memadai sebelum, selama dan setelah latihan penting untuk kesehatan dan performa optimal. Kebutuhan cairan adalah 450-675 ml cairan stiap 0,5kg BB yang hilang selama latihan. 8. Sebelum latihan, makanan atau snack harus mengandung cukup cairan untuk menjaga hidrasi, relatif rendah lemak dan serat untuk memfasilitasi pengosongan lambung dan meminimalkan tekanan GI, relatif tinggi karbohidrat untuk memaksimalkan pengaturan glukosa darah, mengandung protein dalam jumlah sedang, terdiri dari makanan yang biasa dikonsumsi oleh atlet. 9. Selama latihan, tujuan utama konsumsi nutrien adalah untuk menggantikan kehilangan cairan dan penyediaan karbohidrat (30-60 g/jam) untuk menjaga level gula darah. Rekomendasi tersebut sangat penting khususnya untuk ketahanan yang lebih lama dari 1 jam ketika atlet belum mengkonsumsi makanan/minuman yang memadai sebelum latihan atau ketika melakukan latihan pada lingkungan ekstrim (sangat panas atau dingin atau di daerah tinggi) 10. Setelah latihan, tujuan diet adalah untuk menyediakan cairan, elektrolit, energi dan karbohidrat yang memadai untuk menggantikan glikogen otot dan memastikan pemulihan kondisi atlet dengan cepat. Konsumsi karbohidrat 1.0-1.5 g/kgBB selama 30 menit pertama dan lagi setiap 2 jam selama 4-6 jam. Protein yang dikonsumsi berguna untuk membangun dan memperbaiki jaringan otot. 11. Secara umum, tidak diperlukan suplemen vitamin atau mineral jika atlet mengkonsumsi energi yang memadai yang berasal dari bermacam makanan untuk menjaga berat badan. Suplemen multivitamin/mineral mungkin diperlukan jika atlet sedang diet atau memiliki kebiasaan menghindari makanan tertentu, sedang sakit atau dalam masa penyembuhan dari cidera atau mengalami kekurangan mikronutrien tertentu. Suplemen nutrisi tunggal mungkin diperlukan untuk pengobata atau alasan tertentu (Fe jika mengalami anemia). 12. Atlet harus berkonsultasi mengenai penggunaan produk ergogenic yang tepat. Produkproduk hanya boleh digunakan setelah dievaluasi mengenai keamanan, efikasi, potensi dan legalitas. 3



13. Atlet vegetarian mungkin beresiko kekurangan konsumsi energi, protein, lemak, dan mikronutrien penting seperti Fe, Ca, vitD, riboflavin, Zn, dan B12. B. PENGARUH MAKRONUTRIEN PADA PERFORMA ATLET 1. Metabolisme Energi Energi yang digunakan harus sama dengan energi yang dikonsumsi agar terjadi keseimbangan energi. Sistem energi yang digunakan selama latihan otot meliputi fosfagen dan glikolitik (anaerobik) dan oksidatif (aerobik). Sistem fosfagen terjadi pada beberapa detik terakhir dan pada latihan intensitas tinggi. ATP dan kreatin fosfat menyediakan energi yang siap digunakan di otot. Jumlah ATP di otot skelet (~5mmol/kg berat basah) tidak cukup untuk meyediakan suplai energi secara kontinyu, terutama pada latihan intensitas tinggi. Kreatin fosfat adalah cadangan ATP yang siap diubah menjadi aktivitas berkelanjutan selama 3-5 menit. Jumlah kreatin fosfat yang tersedia di otot skelet sekitar 4 kali lebih banyak dari ATP sehingga menjadi bahan bakar utama untuk aktivitas dengan intensitas tinggi dan durasi singkat. Alur anaerob glikolitik menggunakan glikogen otot dan glukosa yang cepat dimetabolisme secara anaerob. Alur ini terjadi pada 60-180 detik. Sekitar 25-35% dari total glikogen otot digunakan selama sprint 30detik. Alur oksidatif terjadi lebih lama dari 2-3 menit. Substrat utama terdiri dari glikogen otot dan hati, intramuskular, darah dan jaringan adiposa trigliserida dan beberapa asam amino dai otot, darah dan liver. Beberapa hal yang alur energi utamanya menggunakan oksidatif adalah lari 1500m, maraton, semi maraton, bersepeda atau berenang > 1500m. Selama keetersediaan oksigen untuk kerja otot terpenuhi, maka tubuh lebih menggunakan alur aerobik daripada anaerobik. Hanya alur aerobik yang dapat memproduksi banyak ATP melalui siklus Krebs dan sistem transpor elektron. Intensitas, durasi, tipe aktivitas, jenis kelamin, tingkat kesehatan, konsumsi nutrisi, mempengaruhi perubahan terjadinya alur aerobik menjadi anaerobik. 2. Kebutuhan Makronutrien untuk Exercise a. Karbohidrat Seorang atlet sebaiknya melaksanakan diet yang telah direkomendasikan dalam Dietary Guidelines For Americans Dan Eating Well With Canada’s Food 4



Guide. Meskipun diet tinggi karbohidrat (>60% dari total energi yang dikonsumsi) telah dianjurkan sebelumnya, diperlukan suatu peringatan mengenai penggunaan proporsi energi spesifik sebagai dasar perencanaan makanan seorang atlet. Sebagai contoh, ketika energi yang dikonsumsi 4000-5000 kcal/hari, diet yang mengandung 50% dari energi berasal dari karbohidrat akan menyediakan 500-600 gram karbohidrat untuk atlet 70kg, jumlah yang cukup untuk menjaga persediaan glikogen otot dari hari ke hari. Namun jika energi yang dikonsumsi kurang darii 2000 kcal/hari, meskipun diet mengandung 60% energi berasal dari karbohidrat, jumlah karbohidrat yang dikonsumsi tersebut tidak akan cukup untuk menjaga persediaan karbohidrat secara optimal. b. Protein Metabolisme protein selama dan setelah latihan tergantung pada jenis kelamin, usia, intensitas, durasi, dan tipe olahraga, serta asupan energi dan ketersediaan karbohidrat. Jumlah diet protein yang direkomendasikan adalah 0.8g/kg BB dan rentang asupan protein yang dapat diterima untuk orang dewasa di atas 18 tahun adalah 10%-35% dari total kalori. Konsumsi protein atau asam amino oleh atlet yang melakukan latihan kekuatan dan daya tahan dapat menjaga atau meningkatkan massa otot skelet. Suplemen protein dan asam amino belum terbukti dapat meningkatkan performa atletik. Oleh karena itu perlu penilaian terhadap nutrisi yang diperlukan oleh atlet dalam mencapai tujuannya sebelum merekomendasikan penggunaan suplemen protein asam amino. Endurance exercise Peningkatan oksidasi protein selama latihan daya tahan, dihubungkan dengan studi keseimbangan nitrogen, menghasilkan saran untuk meningkatkan asupan protein untuk pemulihan kondisi setelah latihan daya tahan secara intensif. Studi keseimbangan nitrogen menyarankan diet asupan protein penting untuk mendukung keseimbangan nitrogen pada atlet ketahanan dengan kisaran asupan 1.2-1.4g/kg/hari. Resistance exercise Resistance exercise memerlukan asupan protein yang melebihi RDA, seperti yang dibutuhkan pada endurance exercise, karena asam amino esensial bersama dengan energi yang cukup diperlukan dalam pertumbuhan otot terutama 5



pada saat fase awal latihan kekuatan otot. Jumlah asupan protein yang diperlukan oleh atlet untuk menjaga massa otot (bukan lagi menambah massa otot) lebih sedikit karena telah terjadi efisiensi penggunaan protein dalam tubuhnya. Asupan protein yang direkomedasikan untuk atlet yang melatih kekuatannya berkisar antara 1.2-1.7 g/kg/hari. c. Lemak Lemak merupakan komponen yang penting dalam diet normal, menyediakan energi dan elemen esensial untuk membran sel dan nutien lain seperti vitamin A, D, dan E. Rentang distribusi makronutrisi yang diterima (AMDR) lemak adalah 20%-35% dari total energi yang dikonsumsi. The Dietary Guidelines For Americans And Eating Well With Canada’s Food Guide merekomendasikan proporsi energi dari asam lemak adalah 10% asam lemak jenuh, 10% polyunsaturated, 10% monounsaturated, dan termasuk asam lemak esensial. C. ERGOGENIC SUPPLEMENT Di Amerika Serikat, Dietary Supplements and Health Education Act 1994 memperbolehkan produsen untuk membuat klaim kesehatan mengenai efek produk terhadap struktur atau fungsi tubuh tapi bukan klaim terapi seperti untuk diagnosis, mitigasi, terapi, meyembuhkan, atau mencegah suatu penyakit. Selama produk suplemen mencantumkan daftar bahan aktif dan bahan-bahan tambahan, klaim untuk meningkatkan performa boleh digunakan meskipun valid atau tidak. Tahun 2003, US/FDA Task Force on Consumer Health Information for Better Nutrition mengajukan sistem baru untuk mengevaluasi klaim kesehatan dengan menggunakan model berbasis fakta dan dimaksudkan untuk membantu konsumen menilai efektivitas produk ergogenik dan suplemen makanan. FDA mempersyaratkan produsen untuk menganalisis identitas, kemurnian dan kekuatan dari setiap bahan, tetapi tidak mempersyaratkan produsen untuk mendemonstrasikan keamaanan dan efikasi produk. 1. Zat ergogenik yang berfungsi seperti yang di klaim a. Kreatin Kreatin, paling umum digunakan pada suplemen untuk membetuk otot dan meningkatkan recovery. Kreatin efektif untuk aktivitas olah raga intensitas tinggi



6



dengan durasi singkat berulang seperti lari sprint dan angkat beban tapi tidak sesuai untuk olahraga ketahanan seperti lari jarak jauh. Kreatin merupakan senyawa yang ditemukan di seluruh otot skeletal dalam bentuk bebas maupun bentuk kreatin terfosforilasi. Kreatin disintesis oleh tubuh atau didapat dari intake makanan seperti daging merah dan ikan. Phosphorylated Creatin (PCr) berfungsi sebagai buffer energi bagi tubuh, terutama dalam pembentukan ATP. Adanya aktifitas atau olahraga akan menurunkan jumlah ATP tubuh secara cepat. Oleh karena itu, tubuh akan melakukan kompensasi dengan segera membentuk ATP agar aktivitas tetap berjalan. PCr akan segera dikonversi menjadi ADP dalam hitungan detik sebagai energi sekunder. Akan tetapi jumlah PCr sebagai cadangan energi hanya berlangsung sekitar 20 hingga 30 detik. Suplemen kreatinin diketahui dapat meningkatkan konsentrasi PCr di otot skeletal dan meningkatkan kinerja tubuh. Beberapa penelitian membuktikan bahwa suplementasi kreatin dapat meningkatkan ukuran serat otot dan massa bebas lemak tubuh. Sebuah studi meta analisis menunjukka bahwa massa bebas lemak akan mengalami peningkatan terbaik dengan suplementasi kreatin dibandingkan dengan zat ergogenik lainnya seperti -hidroksi--metilbutirat (HMB), kromium pikolinat, androstenedion, dehidroepiandrosteron (DHEA) dan suplemen protein. Sebuah study memperlihatkan seorang atlet dalam menjaga vitalitasnya dapat mengkonsumsi keratin sebanyak 20 g/hari selama 5 hari (atau 0,3 g/kgBB/hari) sebagai loading dose dan konsumsi kreatin 5 g/hari sebagai dosis pemeliharaan. Dosis harian biasanya terbagi dalam 4 dosis. Efek samping kreatin peningkatan berat badan/cairan, kram, nausea, dan diare. Kreatin aman dikonsumsi oleh dewasa sehat meski harus dimonitor mengenai resiko gangguan ginjal dan liver. Jika efek samping mual terjadi, maka dosis dapat diturunkan atau diminum bersama air yang lebih banyak. b. Kafein Efek ergogenik potensial kafein berhubugan dengan fungsinya sebagai stimulan CNS. Penggunaan kafein secara wajar tidak menyebabkan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit. Konsumsi minuman energi tinggi yang mengandung kafein dapat mengalami ergolitik dan berpotensi bahaya jika dikonsumsi berlebihan atau dikombinasi dengan stimulan lain. 7



Kafein adalah senyawa yang bersifat stimulan terhadap sistem syaraf pusat dan otak, merupakan bagian dari methylxanthine yang secara alami banyak terkandung dalam hasil bumi seperti biji kopi, coklat, daun teh, serta cola sehingga kafein menjadi stimulan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat umum. Kafein sebagai sport ergogenic memiliki fungsi kerja seperti hormon atau neurotransmitter alami tubuh sehingga kafein dapat meningkatkan performa fisik dengan berperan dalam berbagai proses metabolik tubuh. Kafein mempunyai efek ergogenic yang mampu meningkatkan performa olahraga terutama olahraga endurance berdurasi panjang seperti sepeda jarak jauh, marathon, serta olahraga intensitas tinggi berdurasi singkat. Mekanisme utama kafein sebagai ergogenic adalah kafein meningkatkan proses penyerapan kalsium dalam sel sel otot. Selain itu kafein dapat menstimulasi pengeluaran asam lemak dari jaringan adiposa tubuh sebagi sumber cadangan energi. Kafein dalam interval 30 – 60 menit setelah dikonsumsi dapat terserap sempurna ke dalam tubuh, sehingga untuk mendapatkan efek ergogenik dari kafein, waktu ideal utuk mengkonsumsi kafein adalah 1- 2 jam sebelum berolahraga dengan jumlah konsumsi 2- 3 mg/kg berat badan. Pola konsumsi ini masih di dalam batas yang diijinkan oleh IOC (International Olympic Committee) dan secara signifikan dapat meningkatkan pembakaran lemak, menghemat pemakaian glikogen otot, serta meningkatkan performa enduran sehingga 20%. Kafein bersifat diuretik, maka dianjurkan mengimbanginya dengan konsumsi air yang cukup agar level air dalam tubuh tetap terjaga dan terhindar dari dehidrasi. Walaupun dapat meningkatkan performa olahraga, konsumsi kafein tetap harus diperhatikan. Konsumsi berlebih dapat menyebabkan gangguan seperti insomnia, diare, gelisah, dehidrasi serta pada kasus khusus dapat mengganggu laju aliran darah ke jantung saat berolahraga. c. Natrium bikarbonat Na bikarbonat, efektif sebagai zat ergogenik sebagai buffer darah (berperan dalam keseimbangan asam basa dan mencegah kelelahan). Efek samping yang dapat timbul adalah diare.



8



2. Zat ergogenik yang mungkin sesuai klaim tapi hanya sedikit fakta yang mendukung Zat ergogenik yang diklaim sebagai peningkat kesehatan dan performa antara lain glutamin, β-hydroxymethilbutyrate, colostrum dan ribose. Studi preliminari tidak menyebutkan zat-zat tersebut sebagai peningkat performa. 3. Zat ergogenik yang tidak sesuai dengan klaim Produk ergogenik mayoritas termasuk pada kategori ini. Zat-zat yang terkandung meliputi asam amino, pollen lebah, asam amino rantai cabang, karnitin, khromium pikolinat, cordyceps, koenzim Q10, conjugated linoleic acid, sitokrom C, dihidroksiaseton, F-oryzanol, ginseng, inosin, medium-chain triglycerides, piruvat, oxygenated water, and vanadium. Zat-zat tersebut belum terbukti dapat meningkatkan performa dan banyak di antaranya yang menyebabkan efek samping. 4. Zat ergogenik berbahaya Zat ergogenik kategori ini dilarang oleh WADA. Beberapa cotohnya adalah androstenedion, dehidroepiandrosteron, 19-norandrostenedion, 19-norandrostenediol, androgenic steroids, tribulus terrestris, ephedra, strychnine, dan human growth hormone. Ephedra dan Pseudoephedrin Pada tahun 2004 FDA menyatakan bahwa ephedra tidak aman untuk dikonsumsi sehingga ephedra ditarik dari pasaran. Penarikan ini dilakukan berdasarkan data yang ditunjukkan oleh pusat racun di Texas dan FDA melalui MedWatch. Berdasarkan laporan ada beberapa kemungkinan kasus yang berhubungan dengan ephedra ini yaitu 17 kasus hipertensi, 13 kasus palpitasi atau takikardi, 10 kasus stroke, da 7 kasus kejang. 10 dari angka kejadian tersebut mengalami kematian dan sebagian besar kasus terjadi pada orang yang aktif, dewasa muda yang tidak memiliki rfaktor resiko kelainan jantung, stroke maupun kejang. Alkaloid ephedra, termasuk pseudoefedrin, phenylpropanoamin, dan efedrin masih tersedia dalam berbagai produk di pasaran. Pseudoefedrin masih tersedia sebagai dekongestan



tanpa resep di AS. Penggunaan suplemen ephedra untuk



meningkatkan stamina pada atlet masih menjadi kontroversi. Ada 530 artikel meta analisis dan 52 review yang menunjukkan penggunaan ephedra untuk mguragi berat badan dan menigkatkan stamina atlet. Laporan yang ada meliputi 8 studi tentang 9



ephedra, dan 7 laporan penggunaan ephdra dengan caffeine. Dari laporan yang ada disimpulkn bahwa tidak ada data yang menunjukkan bahwa ephedra saja mampu untuk mningkatkan stamina atlet, sedangkan kombinas ephedra dengan caffeine masih belum dapat dipastikan sampai saat ini. Tidak ada kejadian yang menunjukkan bahwa pseudofedrin tanpa dosis yang diresepkan mampu meningkatkan stamina atlet. Ada penelitian kecil dengan 7 orang subyek pelari menunjukkan ada perbahan 6 detik pada jarak 1500 meter dengan pemberian dosis pseudoefedrin 2,5 mg/kg BB. Berdasarkan penelitian tersebut pseudoefedrin dipertimbangkan sebagai agen simpatomimetik dan substansi dari agen anti doping. Dan ini merupakan masalah bagi atlet yang menjadi subyek karena pseudoefedrin dapat dilihat di urine dalam jangka waktu yang belum bisa diperkirakan jika digunakan sebagai dekongestan. Dan sampai saat ini masih berbahaya untuk penggunaan alkaloid ephedra tanpa konsultasi kepada dokter terlebih dulu. D. AIR DAN ELEKTROLIT Pada atlet, air dan elektrolit berpengaruh penting. Penurunan 2 % air dalam tubuh dan mengganggu performa atlet. Dehidrasi dapat meningkatkan ketegangan fisik, yang dapat diukur dari temperature tubuh, detak jantung, dan hal lain yang dapat dirasakan. Dehidrasi juga mempengaruhi kondisi kognisi seperti keadaan mental dan konsentrasi dalam menyelesaikan tugas. Dehidrasi adalah kekurangan air dan konsentrasi elektrolit yang kecil dalam badan. Dehidrasi dapat terjadi karena terjadinya panas akibat dari latihan otot yang tergantung dari durasi latihan. Panas hasil latihan akan ditransfer ke darah kemudian ke bagian vital tubuh lainnya. Aliran darah melalui pembuluh darah dan kulit menyebabkan terjadinya pertukaran panas dengan lingkungan. Cairan tubuh dan elektrolit akan hilang menjadi keringat pada permukaan kulit selama pertukaran panas tersebut sehingga panas tubuh menjadi normal kembali. Sayangnya, lingkungan, kelembapan, gerakan udara dan lapisan pakaian atlet mendukung mempengaruhi evaporasi. Jika kekurangan air dan elektrolit pada atlet tidak diganti maka atlet akan mengalami dehidrasi. Kondisi kesehatan terkait dehidrasi adalah meningkatkan resiko heat illness seperti gangguan otot, kehabisan tenaga, serangan panas yang mendadak, dan rhabdomyolisis. Pencegahan dehidrasi dengan memberikan konsumsi makanan atau minuman merupakan aspek penting. Minuman yang diberikan bisa berupa minuman yang 10



mengandung elektrolit tinggi.Secara umum, kondisi normal terjad setelah 8-24 jam pemberian cairan. Atlet dilarang melakukan aktivitas berat paling tidak setelah 24 jam pada waktu pemulihan. E. PENILAIAN PERFORMANCE-ENHANCING NUTRIENT Peningkat performa dapat berasal dari elektrolit sampai suplemen berisi steroid. Ketika seseorang membutuhkan bantuan untuk memilih suatu produk, praktisi seharusnya dapat memilihkan produk yang tepat berdasarkan aktivitas fisik atau latihan. Informasi lain yang dibutuhkan adalah aktivitas dan durasi aktivitas tersebut. Pasien juga ditanya jika aktivitasnya berefek menyebabkan sakit atau efek sampng setelah pemakaian suplemen. Penjualan produk peningkat performa meningkat tiap tahun. Manfaat produk yang biasanya diakui oleh produsen adalah keratin untuk meningkatkan kekuatan otot, karbohidrat untuk memenuhi glikogen otot dan memperlama keja otot. Produk herbal dapat meningkatkan performa, tetapi bukti yang mendukung pernyataan produsen tersebut masih terbatas. Meskipun produk herbal relatif aman, tetapi beberapa bukti menunjukkan suplemen herbal mengandung androstenedion, DHEA dan konjugat asam linoleat. Bahan tambahan tersebut dalam waktu panjang dapat menyebabkan resiko kardiovaskuler, kadar lipoprotein tinggi dan penurunan level hormon seks. F. EDUKASI



PADA



PASIEN



TERKAIT



PENGGUNAAN



PERFORMANCE-



ENHANCING NUTRIENT Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengonsumsi performanceenhanced nutrition berkaitan dengan efek samping maupun efektivitasnya sendiri. Hal ini merupakan salah satu kewajiban farmasis untuk memberikan edukasi dan menyampaikan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan performance-enhanced nutrition agar konsumen dapat memperoleh keamanan dan produk yang paling tepat untuk kebutuhan mereka. Berikut ini beberapa hal yang perlu disampaikan dalam edukasi kepada konsumen. 1. Muscle Glycogen Preservation Produk- produk dengan indeks glikemik tinggi termasuk di antaranya adalah minuman berenergi yang mengandung karbohidrat, sukrosa, dan sodium. Produk ini cocok untuk olahraga dengan durasi lari yang menengah seperti sepakbola serta olahraga 11



yang memerlukan ketahanan tubuh kurang dari 60 menit. Pengulangan dosis setiap 15-20 menit diperlukan untuk olahraga dengan durasi yang lebih lama. Produk- produk dengan indeks glikemik menengah mengandung maltodekstrin, galaktosa, dan fruktosa. Produk ini sangat cocok untuk olahraga yang memerlukan durasi waktu lama bahkan sampai 4 jam. Beberapa produk juga mengandung makronutrien yang lain seperti lemak dan karbohidrat. Produk ini digunakan untuk pemulihan energi setelah olahraga dan tidak untuk digunakan selama olahraga. Produk ini juga menjadi substitusi yang baik jika setelah melakukan aktivitas olahraga berat tidak tersedia makanan dengan kebutuhan makronutrien yang seimbang. 2. Peningkatan Massa Otot Atlet tidak boleh melebihi rekomendasi American Dietetic Association yaitu dengan mengonsumsi protein 1,5 gram/kgBB untuk meningkatkan massa otot. Data yang ada menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan massa otot ketika konsumsi protein melebihi rekomendasi yang disarankan. Atlet yang mengonsumsi produk tinggi protein harus memantau kadar urea nitrogen dalam darah dan serum kreatinin untuk mengetahui pengaruhnya ke ginjal. Bukti klinis juga menunjukkan bahwa arginin dan beta-hidroksibeta-metilbutirat dapat meningkatkan massa otot 3. Hidrasi dan Elektrolit Altlet yang melakukan olahraga kurang dari 60 menit biasanya hanya menggunakan air putih untuk memenuhi kebutuhan cairannya meskipun minuman yang mengandung karbohidrat dan elektrolit kadang juga diperlukan. Bagi atlet yang melakukan olahraga lebih dari 60 menit, minuman yang mengandung karbohidrat dan elektrolit harus dikonsumsi untuk menjaga dan meningkatkan performance mereka. Atlet biasanya mengonsumsi 400-800 ml air per jam selama mereka melakukan olahraga. Minuman berkarbonasi akan menyebabkan gangguan gastrointestinal dan kembung, oleh karena itu minuman ini dihindari selama atlet melakukan olahraga. 4. Suplemen Ergogenik Kreatinin akan meningkatkan kekuatan otot ketika digunakan namun dapat menyebabkan ketidaknyamanan di saluran pencernaan. Untuk menghindari hal ini, konsumsi sebanyak 20 mg dibagi menjadi empat dosis terbagi masing-masing 5 mg. konsumsi air yang cukup 12



juga harus dipantau untuk metabolisme dan pengeluaran kreatinin. Belum ditemukan efek yang meningkatkan massa otot dalam penggunaan kreatinin jangka panjang. G. KASUS CONTOH KASUS I Brian, siswa SMA di kota besar mengalami kelelahan dari 2 hari yang lalu ketika mengikuti latihan sepakbola untuk persiapan kejuaraan daerah. Dia merasakan penurunan kekuatan kakinya ketika menendang bola. Brian hanya mampu menjalani latihan selama 90 menit dari 2 jam yang dijadwalkan. Dia juga mengeluhkan kehilangan berat badan 3 kg di 5 hari pertama latihan. Brian sudah mencoba minum (suplemen yang mengandung karbohidrat dan gula) Kratindaeng® selama dan setelah latihan serta pada malam hari dengan total 5 botol per hari. Pola makan Brian selama menjalani latihan adalah diet yang tinggi kalori, dia tidak mengikuti diet spesifik yang dianjurkan pelatihnya. Sehari-hari setidaknya 3 kali dalam seminggu Brian mengonsumsi fastfood. Diketahui bahwa gula darah puasa dan 2 jam pp berturut-turut 118 mg/dl dan 185 mg/dl, tekanan darahnya 110/65 mmHg. ANALISIS KASUS Subjective Merasa lelah dan kekuatan kaki menurun Objective 1. Kadar gula darah puasa 118 mg/dl, kadar gula darah 2 jam pp 185 mg/dl 2. Tekanan darah 110/65 mmHg 3. Berat badan turun 3 kg Assesment 1. Penurunan kekuatan otot kaki dan penurunan berat badan mungkin disebabkan dehidrasi ketika latihan. 2. Indikasi glucose intolerance yang disebabkan konsumsi yang terlalu banyak minuman yang mengandung high-glycemic-index carbohydrates.



13



Plan 1. Istirahat latihan 1-2 hari untuk memulihkan kondisi tubuh dan berat badan 2. Mengganti minuman berenerginya dengan elektrolit yang bebas/rendah karbohidrat seperti pocari sweat ketika berlatih dan dapat mengonsumsi susu low-fat ketika berada di rumah. 3. Menaikkan konsumsi garam sebelum dan sesudah latihan 4. Monitoring: a. Berat badan



: jangan sampai terjadi penurunan berat badan



b. Warna urin



: warna yang pekat mengindikasikan dehidrasi



5. Edukasi: a. Minum 2 gelas air 15-30 menit sebelum dan setelah latihan b. Menghindari minuman berenergi yang tinggi kalori c. Mengatur pola makan dengan gizi seimbang, mengurangi fastfood CONTOH KASUS II Contoh Kasus Penilaian Performance-Enhancing Nutrients Pengumpulan informasi 1. Kumpulkan informasi penting terkait gejala pasien, antara lain: a. deskripsi gejala (onset, durasi, Pasien mempunyai kemampuan membawa bola keparahan) dan kecepatan lari yang bagus, dan telah dipromosikan menjadi pemain tengah pada tim sepak bola sekolah. Tahun ini waktu bermainnya meningkat signifikan. Sebagai pemain tengah, dia harus mengerahkan kecepatannya untuk mendapatkan kesempatan mencetak score saat menyerang ke gawang lawan dan melakukan pertahanan atas gawang timnya. Akibatnya, dia membutuhkan energi yang besar karena harus berlari kesana kemari di lapangan dengan cepat. Di awal pertandingan dia merasa bahwa daya tahannya kurang bagus untuk dapat bertanding dengan baik. Saat pertandingan akan berakhir, dia kehilangan kecepatannya secara signifikan. b. deskripsi faktor yang dianggap mencetuskan, memperburuk, dan/atau mengurangi gejala



Gejala muncul setelah 45 menit waktu pertandingan. Dia mendapatkan keringanan 10 menit istirahat di pinggir lapangan; akan tetapi, pemain cadangan yang menggantikannya tidak mempunyai kemampuan bertanding sebagus dia.



c. deskripsi usaha pasien untuk



Dia menggunakan carbohydrate sports drink 14



mengurangi gejala



2. a. b. c. d. e. f. g.



Kumpulkan informasi riwayat pasien nama umur jenis kelamin tinggi badan berat badan pekerjaan dietary habits



h. sleep habits i. obat (resep dan nonresep), suplemen yang sedang dikonsumsi j. alergi k. riwayat adverse reactions terhadap obat l. lain-lain



Penilaian dan triage 3. Bedakan gejala-gejala/tanda-tanda yang dialami pasien kemudian tentukan problem utama pasien



selama pertandingan, tetapi dia tidak melihat adanya perubahan pada daya tahan, kecepatan, atau energi. Dia melakukan program pelatihan daya tahan dengan lari 1 mil setiap selesai latihan sepak bola serta lari 3 mil setiap weekend dan di hari dia tidak latihan sepak bola. Christine Coffman 16 tahun Wanita 5 ft I in 110 lb Siswa SMA Normal, diet sehat dengan sekali-sekali makan junk food Tidur telat selama seminggu untuk menyelesaikan tugas sekolah; tidur lebih lama pada weekend Multivitamin 1 tablet per hari Tidak diketahui Tidak ada Christine menjadi anggota tim yang berkesempatan bermain pada pertandingan tingkat negara bagian. Timnya mempercayakan penguasaan lapangan dan kecepatannya untuk membuka kesempatan mencetak score. Timnya jarang mendapatkan score saat dia tidak ikut bermain. Dia merasa teman-teman dalam timnya tertekan untuk bermain dengan waktu pertandingan penuh. Christine mengalami efek umum dari olahraga anaerobik/aerobik. Dia memerlukan ATP otot untuk menyediakan energi yang sangat besar, tetapi juga memerlukan recovery yang cepat (perubahan ADP menjadi ATP) untuk menyiapkan energi besar yang diperlukan selanjutnya. Recovery ATP terjadi melalui metabolisme oksidatif glukosa melalui siklus Kreb selama periode istirahat atau recovery jogging; namun, proses ini berlangsung lambat dan Christine tidak dapat menunjukkan level optimalnya saat terjadi recovery.



4. Susun daftar pilihan terapi untuk (1) Menambah latihan daya tahan. Latihan daya problem utama dan komunikasikan tahan, seperti lari beberapa mil setiap selesai dengan pasien latihan, dapat mengubah VO2max,sarankan pasien 15



untuk berlatih lebih lama dan menambah intensitas latihan, serta bertahan lebih lama di lapangan selama pertandingan. (2) Pemberian suplemen kreatin selama musim pertandingan akan meningkatkan performance Christine dengan menyediakan simpanan energi tambahan. (3) Christine harus menjaga hidrasi yang cukup untuk mencegah dehidrasi. (4) Take no action. Apa yang dialami Christine adalah keseimbangan alami pada kompetisi atletik. Dia dapat mengubahnya dengan latihansepak bola secara konsisten di lapangan, tanpa mengkonsumsi suplemen. Dia harus membuat rencana istirahat dan tidak bermain sepak bola selama selang waktu tertentu Plan 5. Pilih terapi yang optimal untuk mengatasi problem utama pasien



Christine mengkonsumsi suplemen kreatin saat akan bermain sepak bola dan menambah latihan daya tahan.



6. Sampaikan pendekatan terapi rekomendasi kepada pasien



Christine memerlukan kreatin untuk ototnya dan harus tetap mengkonsumsi kreatin dengan maintenance dose sampai musim pertandingan sepak bola berakhir.



7. Terangkan kepada pasien



Suplemen kreatin akan meningkatkan fosfokreatin (PCr) otot. PCr dapat memberikan ikatan fosfat tinggi energi kepada ADP dan menyimpan ATP secara cepat selama adanya kebutuhan energi yang sangat besar, membantu menjaga tenaga. Kreatin berperan sebagai bahan bakar sekunder area penyimpanan di otot. PCr juga dapat mengalami recovery dengan cepat dan dapat memberikan energinya kembali kepada ADP berkali-kali selama pertandingan berlangsung.



Edukasi pasien 8. Saat merekomendasikan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep dan/atau dengan terapi non-obat, sampaikan informasi yang akurat kepada pasien: a. Dosis dan frekuensi penggunaan yang sesuai



b. Maksimum durasi terapi



Serbuk kreatin dapat digunakan dengan dosis awal 20 g/hari (0,3 g/kg/hari) selama 5 hari sebagai loading dose, dilanjutkan 5 g/hari sebagai maintenance dose. Efek peningkatan performance berhubungan dengan peningkatan supply kreatin dan ikatan 16



PCr; sehingga, efek akan muncul hanya jika pasien tetap menjaga maintenance dose kreatin. Penggunaan kreatin harus dihentikan setelah musim pertandingan selesai (biasanya 3-4 bulan), karena penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Christine dapat tetap melanjutkan latihan daya tahannya setelah musim pertandingan selesai. c. Perkiraan onset menghilangkan gejala



Subjektif, antara 1-2 hari.



d. Tingkat pengurangan gejala.



Tingkat peningkatan performance sulit diukur.



e. Efek samping utama yang umum muncul



Heat illness, kesemutan, intoleransi GI. Harus melakukan hidrasi yang cukup selama penggunaan kreatin.



f. Penyimpanan



Kreatin tersedia dalam bentuk tablet yang dapat disimpan pada temperatur ruang dan dalam bentuk serbuk minum yang dapat disimpan pada suhu ruang sampai dicampur dengan air. Serbuk yang telah dicampur dengan air harus diminum tidak lebih dari 2 jam atau disimpan dalam lemari pendingin.



H. KESIMPULAN 1. Suplemen makanan dan produk natural dibutuhkan atlet untuk meningkatkan kekuatan dan tenaga serta memperlama durasi latihan dan mengganti cairan elektrolit yang keluar bersama keringat dan akibat kontraksi otot. 2. Terdapat peningkatan jumlah konsumen yang memilih nutrisi olahraga sebagai alternatif makanan dan minuman sehari-hari. 3. Sebagian besar produk performance-enhancing nutrient dan ergogenic supplement tidak terbukti manfaatnya dan beberapa tidak aman, jika dibandingkan dengan latihan rutin setiap hari dan makan makanan dengan diet yang seimbang. 4. Perlu adanya edukasi dan penyampaian informasi mengenai hal-hal yang berhubungan performance-enhanced nutrition agar konsumen dapat memperoleh dan produk yang paling tepat untuk kebutuhan mereka dan aman.



17



I. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009, Nutrition and Athtletic Performance by American College of Sports Medicine, Journal of American Dietatic Assosciation, 109, 509-527. Berardy, Rosemary R., dkk, 2009, Handbook of Nonprescription Drugs – An Interactive Approach to Self Care, American Pharmacist Association, Washington DC. http://www.psslab.com/id-ergogenic.php, diakses tanggal 10 Desember 2011



18