5.1 Ikan Kembung Perempuan Rastrelliger [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

5.1 Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma) 5.1.1 Identifikasi Ikan kembung perempuan Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial di Indonesia. Klasifikasi ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) menurut Saanin (1984) adalah kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Parcomorphy, sub ordo Scombroidea, famili Scombridae genus Rastrelliger, spesies Rastrelliger brachysoma (Bleeker, 1851), nama umum Shor Mackerel, nama lokal Kembung Perempuan (Jakarta).



Gambar 1 Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma Bleeker 1851) (Dokumentasi pribadi) Ikan kembung perempuan memiliki bentuk tubuh pipih dengan bagian dada lebih besar daripada bagian tubuh yang lain dan ditutupi oleh sisik yang berukuran kecil dan tidak mudah lepas. Warna tubuh biru kehijauan di bagian punggung dengan titik gelap atau totol-totol hitam di atas garis rusuk sedangkan bagian bawah tubuh berwarna putih perak. Sirip punggung (dorsal) terpisah nyata menjadi dua buah sirip, masing-masing terdiri atas 10 hingga 11 jari-jari keras dan 12 hingga 13 jari-jari lemah (Direktorat Jendral Perikanan 1979). Sirip dubur (anal) berjari-jari lemah 12. Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat 5 sampai 6 sirip tambahan yang disebut finlet. Sirip perut (ventral) terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lemah. Sirip ekor (caudal) bercagak dalam dan sirip dada (pectoral) lebar dan meruncing (Anwar 1970 in Ruswahyuni 1979). Mata mempunyai selaput yang berlemak, gigi yang kecil pada tulang rahang. Tapis insang halus 29-34, pada bagian bawah busur insang pertama tapis insan panjang dan banyak terlihat seolah-olah bulu jika mulutnya dibuka (Burhanudin et al 1984 in Astuti 2007). 5.1.2



Rasio Kelamin



Sex ratio atau rasio kelamin adalah perbandingan jumlah ikan jenis kelamin jantan dan betina berdasarkan ciri seksual primer. Diperoleh informasi bahwa proporsi jenis kelamin ikan betina contoh dan ikan jantan contoh melalui analisis khi-kuadrat adalah tidak seimbang ( tidak sama dengan 1:1, p > 0,05) pada semua pengambilan contoh. Jumlah ikan kembung perempuan jantan yang diamati 596 ekor sedangkan untuk ikan kembung perempuan betina berjumlah 554 ekor. Rasio total perbandingan ikan jantan dan betina yang diperoleh adalah 5,6:0,4 secara keseluruhan rasio perbandingan ikan kembung perempuan jantan dan betina berada dalam keadaan tidak seimbang (Lampiran 3).



5.1.3



Hubungan Panjang dan Bobot



Analisis hubungan panjang bobot dengan data panjang total dan bobot basah ikan contoh digunakan untuk melihat pola pertumbuhan individu ikan kembung perempuan betina dan jantan di perairan Selat Sunda. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pola pertumbuhan ikan betina dan ikan jantan adalah tidak sama. Dapat diketahui bahwa pola pertumbuhan ikan kembung perempuan di selat sunda memiliki pertumbuhan allometrik negatif yaitu bobot lebih dominan daripada panjang dan allometrik positif yaitu panjang lebih dominan daripada bobot ikan (Lampiran 3). 5.1.4



Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Kematangan gonad



Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa ikan kembung perempuan betina yang ditangkap di perairan selat sunda banyak memiliki TKG 4 dan 1 sedangkan untuk ikan kembung perempuan jantan ikan yang matang gonad banyak memiliki TKG 1, sehingga TKG 1 pada ikan kembung perempuan jantan lebih banyak didapatkan per- bulan pengambilan contoh (Lampiran). Pada saat ikan melakukan pemijahan nilai IKG akan meningkat, sebaliknya nilai IKG akan menurun setelah melakukan pemijahan (Sulistiono 2006). Berdasarkan hasil IKG dadapat dilihat bahwa IKG berada dipuncaknya pada bulan Juli dan Agustus, kemudian mengalami penurunan pada bulan September hingga Oktober, sehingga diduga musim pemijahan Ikan kembung perempuan dimulai pada bulan Juni sampai dengan Agustus. Indeks kematangan gonad (IKG) merupakan perbandingan berat gonad dengan berat tubuh (Lampiran 4). Berdasarkan hasil ukuran pertama kali ikan kembung perempuan jantan matang gonad sebesar 72,07 mm dan ikan kembung perempuan sebesar 225,78 mm yang menunjukan bahwa ikan kembung perempuan jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan ikan kembung perempuan. . 5.1.5



Pertumbuhan



Parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan jantan dan betina disajikan dalam Lampiran 4. Parameter pertumbuhan meliputi nilai L∞ (panjang asimptotik), K (koefisien pertumbuhan), dan t0 (waktu ikan pada saat panjang ikan 0). L∞ ikan kembung perempuan betina lebih rendah jika dibandingkan dengan ikan kembung perempuan jantan. Sedangkan nilai K atau laju pertumbuhan ikan kembung perempuan betina lebih besar daripada ikan kembung perempuan jantan. Hal ini menujukkan bahwa bahwa ikan kembung perempuan betina lebih cepat mencapai panjang asismtotik dan ikan kembung perempuan jantan lebih lama untuk mencapai panjang asimtotik. Sebaran frekuensi ikan kembung perempuan betina, dan jantan (Lampiran 4). Ikan kembung perempuan betina menyebar dari batas kelas 127 – 251 mm, sedangkan sebaran frekuensi ikan kembung perempuan jantan menyebar dari batas kelas 102-232 mm.



5.1.6



Fekunditas



Fekunditas menunjukan kemampuan induk untuk menghasilkan anak dalam satu kali pemijahan. Fekunditas ikan kembung perempuan yaitu hubungan fekunditas terhadap panjang pada bulan juni sebesar memilliki nilai R2 sebesar 20,89 % sedangkan pada fekunditas terhadap bobot memiliki nilai R2 sebesar 12,76 % dan pada bulan Agustus yaitu fekunditas terhadap panjang sebesar 0,97 % dan fekunditas terhadap bobot sebesar 31,40 % (Lampiran 5). 5.1.7



Kebiasaan makan



Kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas, dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Sedangkan cara makan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan cara makanan diperoleh oleh ikan (Febyanti & Syahailatua 2008 in Izzani 2012). Berdasarkan hasil terlihat makanan utama yaitu Tricodesmium dan Nitzshia Serrata, kemuadian makanan yang paling sedikit adaalah Bidhulpia (Lampiran 5). 5.1.8



Mortalitas dan laju Eksploitasi



Mortalitas Total merupakan tingakat kematian stok yang disebabkan oleh factor alami (M) dan factor penangkapan (F). pendugaan mortalitas total ikan kembung perempuan dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dillinearkan berbasis data panjang. Dugaan mortalitas total dan laju eksploitasi dapat dilihat pada Tabel 3. Laju eksploitasi (E) dihitung berdasarkan proporsi tingkat mortalitas penangkapan terhadap mortalitas alami. Menurut Gulland (1971), laju eksploitasi optimal sebesar 0.5, sedangkan pada penelitian ini laju eksploitasi ikan kembung perempuan total di perairan selat sunda yaitu sebesar 0.7643 mengindikasi bahwa stok mengalami eksploitasi lebih (Lampiran 6). 5.1.9



Model produksi surplus



Model produksi surplus digunakan untuk menentukan tungkap upaya optimum yaitu, suatu upaya yang dapat menghasilkan tangkapan maksimum lestari. Alat tangkap yang dominan adalah payang. Berdasarkan hasil terlihat nilai R 2 sebesar 83.90 % dengan nilai MSY atau tangkapan lestari 1886.79 ton/pertahun jika dibandingkan dengan upaya penangkapan tahun 2013 yaitu sebesar 107.529 mengindikasikan bahwa ikan kembung perempuan di Selat Sunda sudah mengalami overfishing (Lampiran 6).