Abstrak Inovasi Bidan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIDAN



ABSTRAK BABY CAFE DAN SETANGKAI PADMA (SERANGKAIAN TANGGAP KESEHATAN PANDES RAMAH ANAK) Sri Budiati Amd.Keb Baby Cafe dan Setangkai Padma merupakan program inovasi yang di lakukan oleh bidan desa bersama dengan masyarakat sebagai wujud dari pemberdayaan masyarakat terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam pencegahan anak stunting (pendek) secara terintegrasi yang dilakukan secara bertahap dari tahun 2015. Program diawali dengan pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), pada tahun 2012 angka stunting di desa Pandes mencapai 14% untuk balita, selain itu kasus penimbangan dua kali tidak naik (2T) sebesar 35 balita per bulan. Setangkai Padma merupakan kesatuan program yang terdiri dari strategi spesifik yaitu pelayanan kesehatan secara menyeluruh dari ibu hamil, bayi balita, remaja, Pasangan Usia Subur dan lansia. Strategi sensitif yaitu pemberdayaan masyarakat melalui berbagai unit kegiatan masyarakat diantaranya : Forum Kesehatan Desa (FKD), Laskar Jumantik, Kader Balita, Kader Lansia, Srikandi Sungai, Bank Sampah, Gerakan Peduli Remaja Sehat (GPRS), Kelompok Tani, Pos PAUD. Strategi Promotif yaitu berbagai lomba yang dikemas dalam kegiatan tahunan Gerakan Pandes Sehat (GPS). Keempat, Strategi Inovatif dengan membentuk Baby Cafe Empat Bintang, merupakan cafe yang menyediakan bubur MP-ASI yang berkualitas bagi bayi usia 6-12 Bulan. Semua kegiatan dilaksanakan di Desa Pandes sejak 2015 kerjasama dengan berbagai sektor. Hasil program Baby Cafe dan Setangkai Padma yaitu menurunnya angka stunting dari 12 % menjadi 5% di tahun 2016, angka 2T turun dari rata-rata 35 per bulan menjadi 15 per bulan. Pemberdayaan masyarakat berjalan dengan banyaknya partisipasi masyarakat dalam unit kegiatan Masyarakat (UKM). Kesehatan lingkungan dengan menjadi desa ODF pada tahun 2016. Program Baby Cafe dan Setangkai Padma dapat dijadikan contoh bagaimana suatu pemberdayaan masyarakat memegang peranan penting terhadap pencegahan stunting. Bidan desa sebagai pembina wilayah bukan hanya bekerja untuk ranah spesifik saja melainkan juga memberdayakan masyarakat untuk berdaya dalam meningkat derajat kesehatan. Kata kunci: Stunting, Germas, Baby Cafe



ABSTRAK BIDAN BERKARAKTER DALAM GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) WUJUDKAN LINAKES DI FASKES 100% Henna Yandra Sari Penyebab utama ibu hamil tidak seht yaitu penanganan komplikasi, anemia, diabetes, hipertensi dan empat terlalu. Sedangkan penyebab kematian bayi adanya infeksi, khususnya pneumonia dan diare yang dipengaruhi perilaku hidup sehat ibu dan kondisi lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk menurunkan AKI dan AKB dengan melakukan persalinan di Faskes, meningkatkan peran suami sebagai pendamping dan meningkatkan integrasi program KIA. Puskesmas bunyu terletak dikepulauan yang berbatasan dengan kota tarakan dengan mobiitas penduduk yang tinggi sehingga mudah terjadi penyebaran penyakit. Berdasarkan masalah yang terjadi inovasi yang dilakukan adalah gerakan KISS ME yang berupa Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, motivasi dan Edukasi agar semua ibu hamil dapat melahirkan di Faskes. Inovasi ini akan dilaksanakan bersama lintas program dan lintas sektoral. Inovasi gerakan KISS ME maka didapatkan hasil yang berdampak terhadap cakupan pelayanan Kesehatan Ibu dan anak. Dengan hasil yaitu semua persalinan sudah dilakukan di fasilitas kesehatan dengan persentase 100% yang rata rata didampingi oleh suami ataupun keluarga dengan persentase 89% dan sudah tidak ada lagi yang melakukan persalinan dengan dukun. Serta dukungan dari Kepala Desa dalam pemberian dana pendampingan persalinan oleh dukun ke fasilitas kesehatan dan terbentuknya kartu GESTURE yang berisi kesepakatan antara suami atau keluarga dengan bidan yang ditanda tangani pada saat pemeriksaan kehamilan pertama. Kesimpulan yang dihasilkan yaitu dengan meningkatnya pendampingan suami atau keluarga terhadap istri pada saat pemeriksaan kehamilan, melahirkan, dan nifas. Semua persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan serta penurunan kasus kematian Ibu dan Bayi. Saran yang diberikan penulis yaitu melakukan pelayanan kebidanan sesuai dengan standar dan selalu menjalin kerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral. Kata kunci: KISS ME, Bidan Berkarakter



ABSTRAK KOPERASI BUMIL SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) UNTUK MENGUBAH POLA FIKIR MASYARAKAT AKAN PENTINGNYA MEMERIKSAKAN KEHAMILAN DAN MELAHIRKAN DI FASILITAS KESEHATAN Siti Rahimah Masyarakat mempunyai adat istiadat / kebiasaan yang masih kental terutama dibidang kesehatan dengan pola fikir yang masih tertinggal, mereka jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di desa dan kebanyakan takut periksa ke petugas kesehatan karena berfikir tarif untuk berobat sangat mahal dan mereka justru sepenuhnya mempercayai pengobatan tradisional, memeriksakan kehamilan dan melahirkan dengan dukun kampung, kasus kematian Bayi masih tinggi, adanya kasus gizi buruk dan gizi kurang pada Bayi dan Balita, tinggginya masalah resiko tinggi pada ibu hamil serta kebanyakan Bayi baru lahir langsung di beri susu formula bahkan sudah ada yang diberi makanan. Maka perlu terobosan untuk membantu ekonomi masyarakat maka dibentuk “Koperasi Bumil”. Koperasi yang artinya berbentuk badan usaha dan sifatnya tolong menolong maka Koperasi Bumil ini juga berbentuk usaha yang bersifat kekeluargaan untuk saling tolong menolong tanpa melihat siapa yang paling banyak menabung. Jadi berdasarkan kesepakatan, koperasi ini dikembangkan dengan menyediakan perlengkapan ibu dan bayi baik dari segi pakaian, bedak , sabun, minyak telon bayi, dan lainlain yang biasa di perlukan dan di cari ibu-ibu hamil maupun ibu-ibu melahirkan yang ada di Desa Bangun Harja dan untuk mencukupi kebutuhan itu mereka tidak lagi membeli kepasar besar di Kuala Pembuang karena jaraknya yang cukup jauh, selain mengirit biaya harganya juga terjangkau. Kemudian bagi anggota yang memerlukan perlengkapan tersebut harus belanja di Koperasi bumil dan pembayaran tinggal dipotong dari tabungan mereka. Koperasi ini dijalankan di Poskesdes yang dibina langsung oleh bidan dan dibantu kader Poskesdes. Setiap bulan ibuibu hamil ini kumpul di acara posyandu bayi balita dan dalam kesempatan ini lah KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) melalui metode penyuluhan ataupun tanya jawab di lakukan. Sisa hasil Usaha (SHU) di gunakan untuk penambahan modal dan pembelian paket bersalin. Koperasi Bumil ini bertujuan sebagai sarana komunikasi antara bidan dengan ibu-ibu hamil sehingga mereka mau terbuka dan percaya sepenuhnya dengan tenaga kesehatan yang bertugas di desa tersebut, sebagai sarana/media penyuluhan bagi bidan tentang kesehatan sehingga pengetahuan ibu-ibu hamil bertambah dan mereka merasa bahwa kesehatan sangat penting, sebagai rangsangan atau semangat agar ibu-ibu hamil mau melahirkan di fasilitas kesehatan karena mendapatkan reward berupa ‘Paket Bersalin’. Kata kunci : Koperasi Bumil, Sarana KIE, Mengubah Pola Fikir



ABSTRAK SAJIAN TELOR BERAKZI (SATUKAN JANJI ANTARKAN TEMPEH LOR BERSAMA ATASI KEKURANGAN GIZI) INOVASIKU MENDUKUNG GERMAS Siti Samisatun Maulina, Amd. Keb. Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human Development Index (HDI). Oleh karena itu upaya perbaikan gizi yang berbasis pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan. Sebagai PPD (bidan) kami fasilitasi SMD dan MMD dengan melibatkan komponen lintas sektor yang melahirkan kegiatan inovasi sebagai bentuk upaya penyelesaian masalah kesehatan di Desa Tempeh Lor yang berkaitan dengan kekurangan gizi. Upaya tersebut merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diberi nama TELOR BERAKZI (Tempeh Lor BERsama Atasi Kekurangan giZI). Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam upaya meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Kegiatan TELOR BERAKZI sesuai dengan kegiatan utama yang dilakukan GERMAS yaitu penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi melalui kegiatan KOZI (Koin untuk giZI), GEMPITA BERAS (Gerakan penguMpulan jimPITAn beras), PUAS BUMERANG (Pendampingan dan pengawasan balita bawah garis merah dan gizi kurang). Keberhasilan gerakan masyarakat hidup sehat ini sangat tergantung pada partisipasi aktif semua stakeholder dan masyarakat. Kegiatan inovasi “TELOR BERAKZI” selain memberikan dampak pada perbaikan status gizi pada balita dan ibu hamil KEK juga dapat merangsang berkembangnya UKBM lain yang ada di Desa Tempeh Lor. Masalah kesehatan terutama masalah gizi akan segera terselesaikan jika Linsek, masyarakat, dan pihak swasta turut serta. TELOR BERAKZI merupakan bentuk implementasi yang inovatif dalam menopang keberhasilan “GERMAS”. Perlu adanya peningkatan koordinasi dan kolaborasi lintas program dalam kegiatan TELOR BERAKZI sehingga mempunyai daya ungkit terhadap capaian program gizi di Puskesmas Tempeh. Kata kunci : Tempeh Lor, gizi, gizi buruk, ibu hamil KEK, TELOR BERAKZI



ABSTRAK PROGRAM INOVASI “CAU PANJANG” CADANGAN ANGGARAN UNTUK PERSALINAN BERJENJANG DALAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR POTRET PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIDESA WANASARI KECAMATAN NARINGGUL KAB. CIANJUR Aan Herlina Program inovasi yang dilakasanakan di Desa Wanasari Puskesmas Naringgul ini merupakan sebuah program yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, hal ini dikarenakan berangkat dari hasil analisa terhadap potensi yang ada di masyarakat, bagaimana program prioritas puskesmas terutama dalam penyelamatan ibu dan bayi baru lahir dapat terlaksana dengan melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. Jarak tempuh Desa Wanasari ke pusat kota kecamatan ± 12 km tetapi kondisi geografi yang sangat berat dan terjal dikarenakan kondisi wilayah merupakan pegunungan dengan akses jalan berbatu, mengakibatkan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam kemampuan akses ke fasilitas kesehatan tingkat pertama/Puskesmas, dengan jumlah penduduk ± 3234 jiwa dan kondisi sosial ekonomi dalam kategori miskin, dengan mata pencaharian masyarakat merupakan buruh tani dan petani penggarap, menjadikan beberapa kasus persalinan dari tahun ke tahun di Desa Wanasari selalu ada yang lolos ditolong oleh paraji, sebuah potensi yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk dana sehat dijadikan terobosan inovasi bagi Desa Wanasari, dikarenakan Desa Wanasari memiliki potensi alam, sumberdaya manusia dan daya dukung masyarakat yang baik bagi dikembangkannya program dana sehat Program inovasi Cau Panjang menjadi pilihan prioritas bagi bidan di Puskesmas Naringgul dalam mendukung upaya penyelamatan ibu dan bayi di wilayah Puskesmas Naringgul, dikarenakan program ini merupakan upaya penguatan dengan mengembangkan potensi yang sudah ada di masyarakat yang berkaitan dengan sumber anggaran bagi biaya persalinan. Program Cau Panjang ini diawai dengan sebuah inisiatif warga dalam pemenuhan kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan dari Masyarakat yang kemudian dikembangkan meluas menjadi program berjenjang bagi pemenuhan anggaran biaya persalinan. Cau Panjang yang dapat dihasilkan sebanyak 2-3 kali panen dalam setahun memberikan keuntungan finansial bagi masyarakat mencapai 37 s.d 50 kg perkali panen yang jika di rupiahkan sekitar 8.000.000 (Delapan Juta Rupiah) per tahun. Kondisi ini tidak hanya membantu dalam kepatuhan kewajiban masyarakat dalam membayar pajak, iuran desa dan biaya jaminan kesehatan saja tetapi juga bagi kesejahteraan keluarga. Dari hasil evaluasi program inovasi Cau Panjang terhadap capaian akses kunjungan K4 dan Persalinan di tenaga kesehatan dengan diberdayakannya program Cau Panjang dalam mendukung biaya persalinan, terjadi peningkatan sebanyak 5 % pada kunjungan K4 dari tahun sebelumnya dan 2 % persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dari tahun sebelumnya pula. Meski belum menunjukkan perbedaan yang signifikan tetapi program ini mampu memelihara keberlangsungan capaian program yaitu tidak terjadi penurunan capaian program tetapi terjadi



peningkatan pada indikator pemantauan program Kesehatan Ibu dan Anak. Keberhasilan program tidak terlepas dari tingginya dukungan lintas sektor dalam mengawal perjalanan program sehingga masyarakat dapat mematuhi pesan dan saran program yang disampaikan Bidan karena memperoleh dukungan penuh dari pengambil kebijakan di tingkat desa/ Kepala Desa. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan masyarakat, kerjasama lintas sektor dan jeli melihat potensi yang ada di wilayah tempat kita bekerja akan menjadi kunci sukses program, semoga bentuk inovasi program seperti cau panjang ini dapat juga muncul di wilayah lain tentunya dengan bentuk yang berbeda sesuai dengan kondisi di wilayah masingmasing. Kata-kata Kunci : Cau Panjang, Pemberdayaan dan Persalinan.



ABSTRAK UPAYA MENEKAN AKI DAN AKB, DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM KIA DAN KB MELALUI UPAYA GERMAS TAHUN 2016 Muslikah, A.Md.Keb. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, dengan Indikatornya adalah lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta derajat kesehatan penduduk kecamatan. Untuk tercapainya kecamatan sehat perlu adanya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang dilaksanakan dan didukung oleh semua lintas sektor terkait, melalui pembinaan kesehatan dengan pendekatan siklus hidup yang dimulai sejak dari seorang ibu mempersiapkan kehamilannya, sampai bayinya lahir dan berkembang menjadi anak, remaja, dewasa, dan pra lanjut usia, akan sangat menentukan kualitas kehidupan dan kesehatan di saat memasuki masa lanjut usia. Olehsebab itu perlu adanya kegiatan-kegiatan inovatif untuk mendukung GERMAS, yaitu taman posyandu, UPT Puskesmas Bunguran Tengah Kabupaten Natuna adalah salah satu puskesmas terakreditasi dasar yang berada pulau besar Natuna di perbatasan utara Indonesia, berbatas dengan negara Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Berunai Darussalam. Karakteristik penduduk terbesar yaitu suku jawa, melayu dan batak. Indikator puskesmas merupakan indikator yang terukur untuk melihat tingkat kinerja puskesmas, diantaranya adalah indikator Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB). Ini merupakan program yang melekat pada ilmu kebidanan, baik dilaksanakan upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM). Indikator ini bisa menjawab berapa persenkah capaian kinerja program yang diukur dengan target capaian, dan selalu dievaluasi setiap bulan melalui lokmin bulanan dan juga dievaluasi setiap triwulan bersama masyarakat melalui lokmin triwulan, lalu dilanjutkan dengan pemuktahiran data setiap tahunnya. Kata kunci: Germas, Indonesia sehat, taman posyandu, program wajib