4 0 949 KB
LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH ACARA IV PENYUSUNAN CITRA KOMPOSIT WARNA
DISUSUN OLEH KELOMPOK: 1 KELAS C
AGNESYA DIVA SAFITRI NIT 19283234 INSTRUKTUR: HARVINI WULANSARI, S.T., M.Sc. NIP.197906262008042004 PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL 2019/2020
ACARA IV PENYUSUNAN CITRA KOMPOSIT WARNA
I.
TUJUAN 1. Mampu memahami konsep penyusunan komposit warna dari 3 saluran citra yang berbeda; 2. Mampu membuat citra komposit warna dengan perangkat lunak pengolahan citra.
II.
ALAT DAN BAHAN 1. Format isian 2. Pensil/ballpoint 3. Citra ALOS Selatan Jawa 4. Komputer personal 5. Perangkat ENVI 4.5
III.
DASAR TEORI Sistem multispektral menghasilkan liputan citra wilayah yang direkam pada berbagai saluran spektral. Dengan sistem ini, suatu wilayah yang direkam pada n saluran akan menghasilkan n citra, yang masing-masing mempunyai variasi spektral yang berbeda. Setiap saluran sebenarnya peka terhadap kenampakan tertentu, sesuai dengan dasar pemilihan lebar atau interval spektrumnya, seperti gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik kurva pantulan spektral Kepekaan pada kenampakan tertentu (misal pada kerapatan vegetasi) secara logis juga mengandung ketidakpekaan terhadap kenampakan lain (misalnya perbedaan tanah). Akan tetapi, kalau saluran dengan interval panjang gelombang lebar dapat digunakan justru secara keseluruhan kenampakan tidak dapat dibedakan dengan baik. Dengan demikian, untuk dapat membedakan berbagai macam obyek dengan baik, beberapa saluran itu digunakan secara serentak untuk mendapatkan kenampakan visual yang lebih baik, yang disebut dengan citra komposit warna. Untuk menyusun citra komposit warna didasarkan pada teori 3 warna dasar, yaitu merah, hijau, dan biru (RGB). Kombinasi ketiga warna ini menghasilkan warna-warna lain. Bila warna-warna dasar ini disusun dalam suatu kubus warna, maka akan diperoleh warna-warna paduan, yaitu cyan (kombinasi biru dan hijau), magenta (kombinasi biru dan merah), dan kuning (kombinasi merah dan hijau). Merah, hijau, dan biru secara bersama-sama membentuk warna putih, sedangkan ketidakhadiran seluruh warna tersebut memberikan warna hitam, seperti terlihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2. Teori warna dalam model kubus (modifikasi dari Schowengerdt, 1983) IV.
LANGKAH KERJA Simulasi Indentifikasi Obyek Dalam Citra Komposit Warna 1. Mengamati dan memahami kurva pantulan spektral yang akan digunakan untuk mengidentifikasi warna obyek dalam citra komposit warna; 2. Mengamati karakteristik kurva pantulan masing-masing obyek (air, vegetasi, dan tanah); 3. Mengidentifikasi warna obyek yang terbentuk dari citra komposit warna tertentu (dalam praktikum ini digunakan komposit 321, 432, dan 342) dengan bantuan tabel yang telah disediakan. Citra Komposit 1 Komposit 321
Obyek
Air
R 25
G 44
B 87
26
50
88
35
68
94
Warna
Komposit 321
Obyek
Vegetasi
R 31
G 51
B 73
30
55
74
38
65
79
Komposit 321
Obyek
Tanah
R 88
G 87
B 100
106
96
103
94
97
113
Warna
Warna
Citra Komposit 2 Komposit 432
Obyek
R
Air
7
G 24
B 47
7
28
54
7
35
67
Komposit 432
Obyek
Vegetasi
R 73
G 30
B 49
87
33
56
110
35
58
Warna
Warna
Komposit 432
Obyek
Tanah
R 33
G 84
B 92
40
99
102
53
126
124
Warna
Citra Komposit 3 Komposit 342
Obyek
Air
R 24
G 7
B 46
28
7
52
30
7
64
Komposit 342
Obyek
Vegetasi
R 38
G 59
B 58
43
96
64
46
123
70
Komposit 342
Obyek
Tanah
R 80
G 44
B 85
97
37
102
124
56
100
Warna
Warna
Warna
Membuat Citra Komposit Warna dengan ENVI 1. Membuka program ENVI melalui menu Start | Program |ENVI 4.5 | ENVI, atau dengan mengklik shortcut
pada desktop!
2. Membuka file data citra satelit dengan nama ALOS Selatan Jawa! 3. Membuat citra komposit warna 321, 432, dan 342! 4. Mengamati warna pada masing-masing kenampakan obyek air, vegetasi, dan tanah dan cocokan dengan tabel indentifikasi obyek yang telah dibuat. Hasil Pengamatan Komposit warna 321 pada citra dikatakan true atau benar karena citra tersebut
dapat
dilihat
oleh
mata telanjang,
menyerupai warna yang sebenarnya di
dimana warna
permukaan bumi
(natural
yang ada colour).
Berdasarkan analisis terhadap objek dengan komposit tersebut yaitu objek air, vegetasi, dan tanah memiliki kenampakan objek yang berbeda. Vegetasi ditunjukan dengan warna hijau dari band green atau bias dikatakan dengan warna aslidari vegetasi yang tampak oleh mata. Selain vegetasi, air ditunjukan dengan warna birudari band blue atau bias dikatakan sama dengan warna asli dari laut yang tampak oleh mata. Kemudian, tanah tampak berwarna cokelat seperti dengan warna sesungguhnya dari tanah. Berdasarkan analisis terhadap objek dengan komposit 432 tersebut yaitu objek air, vegetasi, dan tanah memiliki kenampakan objek yang berbeda. Air tampak berwarna biru gelap. Kemudian pada objek vegetasi tampak berwarna merah dan tanah tampak berwarna biru cerah. Hal ini menggambarkan besarnya nilai pantulan spektral masing-masing objek. Objek yang berwarna cerah yakni tanah jelas memiliki pantulan spektral lebih tinggi. Sedangkan objek yang tampak gelap memiliki pantulan spektral yang lebih rendah. Warna dari hasil citra komposit ini termasuk pada false colour atau warna yang salah yang mana warna tidak sesuai dengan keadaan di muka bumi. Berdasarkan analisis terhadap objek dengan komposit 342 tersebut yaitu objek air, vegetasi, dan tanah memiliki kenampakan objek yang berbeda. Air tampak berwarna biru gelap hingga biru kehitaman. Kemudian pada objek vegetasi tampak berwarna hijau semu dan tanah tampak berwarna merah muda (pink). Hal
ini menggambarkan besarnya nilai pantulan spektral masing-masing objek. Warna hijau semu yang terlihat pada objek-objek vegetasi terjadi karena vegetasi lebih kuat memantulkan gelombang elektromagnetiknya. Warna dari hasil citra komposit ini termasuk pada false colour atau warna yang salah yang mana warna tidak sesuai dengan keadaan di muka bumi. Pembahasan Komposit 321 menggambarkan suatu citra dengan keadaan aslinya di lapangan. Citra ini memiliki beberapa kenampakan, antara lain: kenampakan tanah, vegetasi, dan perairan. Akan tetapi, kenampakan tiap obyek terlihat tidak tegas. Penutup lahan vegetasi bisa dikenali tetapi tidak bisa melihat kerapatan
vegetasi
tersebut.
Penggunaan lahan yang hanya bisa dikenali secara umum yaitu hutan. Apabila dilihat menggunakan mata telanjang, kenampakan tanah kering terbuka berwarna merah muda. Warna ini menandakan bahwa lahan terbuka yang tertangkap merupakan lahan kosong karena memiliki perpaduan warna putih. Warna cerah tersebut disebabkan oleh pantulan dari energi sinar matahari. Kemudian pada kenampakan vegetasi jika dilihat dengan mata telanjang berwana hijau. Disamping itu, vegetasi didominasi warna hijau kebiruan. Warna biru dari vegetasi disebabkan karena perpaduan warna hijau dan kuning. Rona gelap pada vegetasi disebabkan oleh penyerapan energi matahari oleh kanopi daun untuk melakukan fotosintesis. Vegetasi dominan berada di wilayah topografi pegunungan yangmungkin terdiri dari beberapa jenis tanaman. Selanjutnya, kenampakan perairan yang dilihat dengan mata telanjang berwarna biru. Perairan yang dalam memiliki sifat pemantulan yang tinggi sehingga menimbulkan rona cerah. Selain itu, hal tersebut mungkin disebabkan oleh kondisi perairan.
Kombinasi ini merupakan warna natural sehingga cocok untuk menginterpretasi objek sesuai dengan keadaan sebenarnya di permukaan bumi. Band 3 mendeteksi penyerapan klorofil, band 2 mendeteksi reflektan hijau dari vegetasi dan band 1 cocok untuk penetrasi air. Komposit merepresentasikan lahan
terutama
432
baik
kerapatan vegetasi.
untuk penutup
Kerapatan
vegetasi tinggi ditunjukkan oleh warna merah
kegelapan
dan
berada
di
perbukitan. Kemudian untuk penggunaan lahan pada citra cukup sulit diidentifikasi karena kenampakkan citra secara umum hanya perbedaan warna merah yang berbeda.
Kenampakan
vegetasi
jika
dilihat dengan mata telanjang berwana hijau dan dominan merah. Selanjutnya, kenampakan perairan yang dilihat dengan mata telanjang didominasi warna hijau dan ada sebagian warna biru. Komponen intensitas pada komposit 432 mempunyai karakteristik spektral berupa nilai kecerahan yang tinggi pada obyek vegetasi dan tanah kering (pengaruh saluran 3 dan 4) namun sebaliknya pada citra pankromatik sebagai akibat kepekaan spektral yang hanya sampai saluran merah. Untuk obyek air dan tanah lembab, nilai kecerahannya rendah pada komponen intensitas komposit 432 (serapan yang tinggi pada saluran 3 dan 4), namun relatif tinggi pada citra pankromatik (akibat pantulan yang cukup tinggi pada spectrum hijau). Ketika transformasi dilakukan, komponen RGB kemudian dipecah menjadi komponen HIS. Citra pankromatik kemudian dinjeksikan sebagai pengganti komponen intensitas, yang dilanjutkan dengan transformasi balik ke bidang RGB untuk memperoleh citra output. Injeksi saluran pankromatik ini yang menyebabkan munculnya efek warna alami pada citra turunan. Penyebabnya adalah perbedaan karakteristik spektral antara komponen intensitas pada komposit 432 dan citra pankromatik. Akibatnya, ketika penggantian komponen dilakukan, warna vegetasi di normalisasi sebagai akibat penurunan nilai
intensitas menghasilkan warna hijau daun (sebagaimana mata kita mengenali warna daun). Sedangkan warna air di normalisasi mendekati warna air alami sebagai akibat naiknya nilai intensitas. Kombinasi ini menampilkan vegetasi berwarna merah, merah yang lebih terang menandakan vegetasi yang lebih dewasa. Saluran 4 mendeteksi puncak pantulan dari vegetasi, juga membedakan tipe vegetasi, selain itu membedakan tanah dan perairan. Air nampak biru, perairan jernih akan terlihat biru gelap atau hitam sedangkan perairan dangkal atau air dengan konsentrasi sedimen tinggi akan nampak biru muda. Area pemukiman berwarna biru kecoklatan. Komposit baku untuk “false color” dimana vegetasi akan tampak sebagai daerah berbayang merah. Semakin “baik” vegetasi (contoh vegetasi hutan), maka akan semakin tampak berwarna merah gelap. Daerah perkotaan yang padat akan nampak berwarna biru. Kombinasi ini paling sering digunakan dalam studi vegetasi, monitoring drainase dan pola tanah, serta tahapan dalam pertumbuhan tanaman. Pada komposit 342 seperti pada gambar menghasilkan data citra satelit dengan dominasi warna hijau semu dimana vegetasi akan tampak hijau, tanah kosong akan tampak berwarna merah muda (pink), dan air akan tampak berwarna biru kehitaman. Warna hijau semu yang terlihat pada objek-objek vegetasi terjadi karena vegetasi gelombang
lebih
kuat
memantulkan
elektromagnetik
pada
panjang gelombang inframerah dekat (near infrared), dan oleh karena itu warna vegetasi menjadi berwarna hijau semu pada data citra satelit dengan kombinasi band RGB 342. Penggunaan warna semu ini (false color) memberikan kontras warna yang cukup tajam pada objek-objek yang menjadi fokus interpretasi, sehingga memudahkan intepreter dalam melakukan interpretasi. Ditunjukkan adanya warna merah muda (pink) keabu-abuan, yang
materialnya seperti berupa pasir. Kombinasi ini akan memberikan banyak informasi dan warna yang kontras. Vegetasi yang sehat akan berwarna hijau cerah dan tanah berwarna lembayung muda (mauve). Kombinasi ini sangat berguna dalam studi vegetasi dan pertanian serta digunakan secara luas dalam pengelolaan areal kayu dan serangan hama geologi, pertanian dan wetland. Jika terdapat kebakaran maka akan tampak berwarna merah.
V.
DAFTAR PUSTAKA Bawafi, Hanri, 2014, Pengenalan Nilai Pantulan Spektral Objek Pada Data Foto Udara Dan Citra Satelit, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang; Danoedoro, P., 1996, Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya Dalam Bidang Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; http://www.arnellyafitri.com/2016/03/tugas-makalah-bahasa-indonesia.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2020; Kurniati, Erna, Perentangan Kontras Citra Landsat Komposit 432 Untuk Analisis Penutup Lahan Dengan Pendekatan Pola Pantulan Spektral, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada; Lathifah, Aisyah Nurul, 2008, Resolusi dan Komposit Citra, diakses pada tanggal 1 Mei 2020; Srimulyani, Fani, 2016, Resolusi dan Komposit Citra, diakses pada tanggal 1 Mei 2020