Acara V Keanekaragaman Mangrove [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN PRAKTIKUM GILI SULAT ACARA V “KEANEKARAGAMAN JENIS MANGROVE”



DI SUSUN OLEH :



KELOMPOK 1 KELAS B/VI •



ANGELINA PUTRI AYU LESTARI



(E1A016004)







NELI KUSWARA



(E1A016042)







NURUL ATIKA ZAR’AH



(E1A016052)







RALIA HAPPY APRILLA



(E1A016060)







YUNI SAFRIAN HADI



(E1A016080)



PROGRAN STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2019



ACARA V KEANEKARAGAMAN JENIS MANGROVE A. Pelaksanaan Praktikum 1.



2. 3.



Tujuan praktikum



: Untuk menghitung dan mempelajari keanekaragaman jenis tumbuhan herba, perdu dan pohon. Hari, tanggal praktikum : Sabtu, 20 April 2019 Tempat praktikum : Gili Sulat, Kabupaten Lombok Timur.



B. Landasan Teori Keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber daya hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis), keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman ekosistem (Sudarsono, 2005 : 6). Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah. Pengertian yang lebih mudah dari keanekaragaman hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam hayati (tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi (Ani Mardiastuti, 1999: 1). Keanekaragam hayati (biological-diversity atau biodiversity) adalah semua makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) termasuk keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem yang dibentuknya (DITR 2007). Keanekaragaman hayati itu sendiri terdiri atas tiga tingkatan (Purvis dan Hector 2000), yaitu: (i) Keanekaragaman spesies, yaitu keanekaragaman semua spesies makhluk hidup di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang bersel banyak atau multiseluler). (ii) Keanekaragaman genetik, yaitu variasi genetik dalam satu spesies, baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografis, maupun di antara individu-individu dalam satu populasi. (iii) Keanekaragaman ekosistem, yaitu komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing. (iv) Keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan dasar dari munculnya beragam jasa ekosistem (ecosystem services), baik dalam bentuk barang/produk maupun dalam bentuk jasa lingkungan yang sangat diperlukan oleh perikehidupan makhluk hidup, khususnya manusia. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan di berbagai sektor yang cukup pesat beberapa dekade terakhir ini, banyak ekosistem alam penyedia berbagai jasa lingkungan dan produk tersebut di atas mengalami kerusakan karena berbagai factor. Hutan mangrove disebut juga coastal woodland atau “tidal surut” atau “hutan bakau” atau “rawa garaman” atau “intertidal zone” (Allen, 1973). Mangrove merupakan suatu tempat yang bergerak akibat adanya pembentukan tanah lumpur dan daratan secara terus-menerus oleh tumbuhan sehingga secara



perlahan-lahan berubah menjadi semidaratan. Kostermans (1982) menyebut mangrove sebagai vegetasi berjalan yang cenderung mendorong terbentuknya tanah timbul melalui suksesi alami atau buatan dengan terbentuknya vegetasi baru pada tanah timbul tersebut. Hutan mangrove tumbuh di bagian hutan tropis dunia, terbentang dari utara ke selatan, dari Florida (Amerika Serikat) di bagian utara turun ke pantai Argentina di Amerika Selatan. Di Indonesia perkembangan hutan mangrove terjadi di daerah pantai yang terlindung dan di muara-muara sungai, dengan variasi lebar beberapa meter sampai ratusan meter lebih. Pada tahun 1982, luas hutan mangrove di Indonesia diperkirakan sekitar 4,25 juta hektar, terutama terdapat disepanjang pesisir pulau-pulau besar Indonesia (FAO, 1982). Pada Umumnya, vegetasi yang tumbuh di kawasan mangrove mempunyai variasi yang seragam, yakni hanya terdiri atas satu strata yang berupa pohon-pohon yang berbatang lurus dengan tinggi pohon mencapai 20 m- 30m. Jika tumbuh di pantai berpasir atau termbu karang, tanaman akan tumbuh kerdil, rendah, dan batang tanaman seringkali bengkok. Hutan mangrove terdiri atas berbagai vegetasi. Beberapa jenis yang dikenal antara lain Tanjang Wedok (Rhizophora apiculata BL.) atau bakau putih atau bakau gede, Tanjung Lanang (R. Mucronata LMK.) atau bakau hitam atau bakau leutik, dan bakau (R. Stylosa Griff.). Sebenarnya, istilah tanjang adalah sebutan khusus untuk Bruguiera yang digolongkan kedalam famili yang sama dengan Rhizophoraceae. Namun, telah terjadi salah pengertian dalam masyarakat, terutama masyarakat pesisir, yakni tercampur dengan istilah daerah, sehingga penegrtiannya menjadi rancu untuk seterusnya. Famili Rhizophoraceae terdiri atas banyak jenis, antara lain: B. Gghymnorriza (L.) LMK, B. Parviflora (L.) LMK, B. Cylindrica (L.) LMK, B. Sexangula (lour) Poir, B. Hainesii, B. Exaristata Ding Hou, Ceriops decandra (Griff) Ding Hou, dan C. Tagal (perr.) CB. Robin. Beberapa jenis yang masih satu famili, khususnya jenis Rhizophora spp., berbeda dalam ciriciri pertumbuhan akar. R. Mucronata dan R. Stylosa justru memanjang, rebah, dan sedikit menjangkar. Buah R. Apiculata agak pendek dan lurus; namun jika tidak benar-benar teliti akan terkecoh dengan jenis R. Stylosa yang juga berbentuk hampir sama dengan R. Mucronata, hanya buah R. Stylosa kurus dan kecil. Jenis vehgetasi lain adalah dari famili Sonneratiaceae, yakni Sonneratiaalba J.E smith, S. Caseolaris (L.) Engl., dan S. Ovata Back. Selain famili Sonneratiaceae, juga terdapat vegetasi yang tergolong famili Verbenaceae, misalnya Avicennia alba BL., A. Marina (Forsk) Vierh., dan A. Officinalis L. Ketiga jenis tumbuhan tersebut berbentuk pohon (Arief, 2003 : 912). C. Alat Dan Bahan 1. Alat: a. Meteran b. Patok bambu c. Tali rafia d. Alat tulis



2. Bahan: a. Beberapa spesies mangrove di Gili Sulat, terdiri dari: - Rhizopora mucronata - Rhizophora stylosa - Bruguiera gymnorrhiza - Rhizopora apiculata D. Cara Kerja 1. Memilih dua lokasi di hutan mangrove Gili Sulat yang akan ditentukan keanekaragamannya, 2. Membuat transek pada masing-masing lokasi hutan sepanjang lokasi praktikum. Pada sepanjang garis transek, membuat petak dengan ukuran 10 m x 10 m, 3. Meghitung banyaknya jenis dan banyaknya individu-individu setiap jenis yang ada dan individu yang dihitung adalah tumbuhan yang sudah tumbuh lengkap, dan 4. Menentukan indeks keanekaragaman pada hutan mangrove Gili Sulat.



E. Hasil Pengamatan 1. Tabel Hasil Pengamatan No 1 2 3 4



Nama Jenis Rhizophora stylosa Bruguiera gymnorrhiza Rhizopora mucronata Rhizopora apiculata



I



Plot II III IV V VI VII VIII IX



4



1 5



4



2



X



XI



XII



XIII



XIV



6



XV



Jumlah 11



1 1



3



2 4



2



2



3



1 14



4



2



20 5



31 4 66



pi



lnpi



Pilnpi



0,166667



-1,79176



-0,29863



0,30303



-1,19392



-0,36179



0,469697



-0,75567



-0,35493



0,060606



-2,80336



-0,1699



H'



1,185257



F. Pembahasan Praktikum keanakaragaman jenis mangrove bertujuan untuk menghitung dan mempelajari keanekaragaman jenis tumbuhan herba, perdu dan pohon. Mangrove merupakan tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau. Mangrove sebagai hutan payau atau hutan bakau adalah pohon-pohonan yang tumbuh di daerah payau pada tanah aluvial atau pertemuan air laut dan air tawar di sekitar muara sungai. Pada umumnya formasi tanaman di dominasi oleh tanaman bakau. Oleh karena itu istilah bakau digunakan hanya untuk jenis-jenis tumbuhan dari genus Rhizophora. Sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Dengan demikian pada suatu kawasan hutan yang terdiri dari berbagai ragam tumbuhan atau hutan tersebut bukan hanya jenis bakau yang ada, maka istilah hutan mangrove lebih tepat digunakan. Mangrove merupakan suatu komponen ekosistem yang terdiri atas komponen mayor dan komponen minor. Komponen mayor merupakan komponen yang terdiri atas mangrove sejati, yakni mangrove yang hanya dapat hidup di lingkungan mangrove (pasang surut). Komponen minor merupakan komponen mangrove yang dapat hidup di luar lingkungan mangrove (tidak langsung kena pasang surut air laut). Mangrove yang merupakan komponen mayor disebut juga dengan mangrove sejati, sedangkan mangrove yang termasuk komponen minor disebut dengan mangrove ikutan. Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan di daerah Gili Sulat Lombok Timur yang terdiri dari tumbuhan mangrove, ada beberapa jenis tumbuhan yang di amati yaitu Rhizopora mucronata, Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, dan Rhizopora apiculata. Indeks Keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati biota yang diteliti. Pada prinsipnya, nilai indeks makin tinggi, berarti komunitas di daerah tersebut makin beragam dan tidak didominasi oleh satu atau lebih dari takson yang ada. Umumnya, jenis perhitungan Indeks Keanekaragaman yang digunakan adalah rumus Shannon & Wiener. Indeks keanekaragaman Shanon-wiener memiliki 3 kategori keanekaragaman yaitu tinggi, sedang dan rendah. Jika indeks keanekaragaman lebih dari 3, termasuk dalam kategori tinggi, dimana tingkat penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas juga tinggi. Jika indeks keanekaragamannya 1-3, termasuk dalam ketegori sedang, dimana tingkat penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas juga sedang. Dan apabila indeks keanekaragamannya kurang dari 1, maka indeks keanekaragamannya rendah, dimana tingkat penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas juga rendah. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman menurut Shannon-wiener didapatkan secara keseluruhan



indeks keanekaragaman (H’) sebesar 1,185257 untuk mangrove di Gili Sulat, Lombok Timur. Ini termasuk dalam kategori sedang, dimana tingkat penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitasnya juga sedang. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi lingkungan di setiap vegetasi magrove sangat bervariasi dan setiap jenis mangrove membutuhkan kondisi yang berbeda untuk pertumbuhannya yang berakibat pada keanekaragaman mangrove yang ada pada daerah tersebut. G. Kesimpulan 1. Kesimpulan Berdasarkan data hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: a. Didaerah Gili Sulat Lombok Timur yang terdiri dari tumbuhan mangrove dengan spesies Rhizopora mucronata, Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorrhiza, dan Rhizopora apiculata, b. Indeks Keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati biota yang diteliti, dan c. Indeks keanekaragaman yang didapatkan secara keseluruhan indeks keanekaragaman (H’) sebesar 1,185257 untuk mangrove yang termasuk dalam kategori sedang. 2. Saran Diharapkan praktikan memahami praktikum ini dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA Ani, Mardiastuti. 1999. Keanekaragaman Hayati: Kondisi dan Permasalahannya. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove. Yogyakarta : Kanisius. Kusmana, Cecep. 2015. Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) Sebagai Elemen Kunci Ekosistem Kota Hijau. Volume 1, Nomor 8, Desember 2015. Onrizal. 2008. Petunjuk Praktikum Ekologi Hutan. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang : Universitas Negeri Malang.