Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ADAPTASI IBU DALAM PEROSE PENYUSUI



DENGAN KASUS BABY BLUES Nama: Kelompok : III



VISI “Menghasilkan Lulusan Bidan yang berkarakter islami, Inovatif serta Unggul dalam Upaya Promotif dan Mampu Memberikan Asuhan Persalinan secara Gentle Birth pada Tahun 2025”



MISI 1. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan pada kurikulum perguruan tinggi melalui strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan terkini kebidanan berdasarkan Etik Keprofesian dan nilai-nilai Islam. 2. Memajukan Program Studi Profesi Bidan sebagai institusi akademik dan profesi yang unggul di tingkat lokal, regional dan nasional. 3. Meningkatkan kompetensi lulusan dalam pengaplikasian inovasi pelayanan kebidanan, upaya promotif dan asuhan persalinan secara gentle birth berlandaskan nilai-nilai islami. 4. Melakukan penelitian, pengkajian dan pengembangan keilmuan tentang metode gentle birth yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi di masyarakat. 5. Menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian kepada masyarakat berdasarkan hasil penelitian yang tepat guna dalam pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper Komunikasi Efektif dalam Praktik Kebidanan. Paper ini pembelajaran ini membahas tentang…… Dengan disusunnya paper ini pembelajaran ini diharapkan menjadi bahan kajian dalam pembelajaran mata kuliah Komunikasi Efektif dalam Praktik Kebidanan sehingga pembelajaran menjadi lebih terstuktur dan dinamis dan memudahkan mahasiswa dalam memahami topik pembelajaran. Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan paper ini. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan paper ini, penulis banyak mengucapkan banyak terimakasih. Semoga modul ini dapat bermanfaat.



Penulis



2



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang a. Adaptasi psikologis Adaptasi psikologis merupakan suatu proses penyesuaian, baik secara fisik maupun psikologis dari orangtua terhadap peran yang berkaitan dengan kelahiran bayi baru laihr ( Bobak, lowdermik dan Janson , 1995) ikatan hubungan ibu dan bayi dimulai dari sebelum melahirkan bahkan setelah melahirkan sampai menyusui. Menyusui adalah dasar kehidupan menurut menteri kesehatan nila Farid Moeloek pada puncak peringatan pekan ASI sedunia di indonesia yang telah digelar sejak pertama bulan agustus 2018 pada peringatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengambil tema“Breastfeeding Foundation Of Life“ sebagai bentuk keperhatinan atas rendahnya angka pemberian ASI ekslusif pada bayi. Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam Memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu,mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu danbayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal, dikarenakan adanya Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia hamil. Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang normal terjadi dalam hidup, tetapi demikian banyak ibu yang mengalami stres yang signifikan. Banyak bukti menunjukkan bahwa periode kehamilan, persalinan dan pascanatal merupakan masa terjadinya stres berat, kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian diri (Marmi, 2014). 2 Faktor yang mempengaruhi baby blues adalah yang faktor psikologis yang meliputi dukungan keluarga khusunya suami, faktor demografi yang meliputi usia dan paritas, faktor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status perkawinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi baby blues biasanya tidak berdiri sendiri sehingga gejala dan tanda baby blues sebenarnya adalah suatu mekanisme multifaktorial (Nirwana, 2011 dalam Irawati & Yuliani, 2013). TUJUAN UMUM agar tidak terjadi perubahan fisikologis menjadi patolologis. Dorongan serta perhatian keluarga lannya merupakan dukungan positif bagi ibu.



3



BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Masa Nifas a. Pengertian masa nifas Masa Nifas adalah waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduktif kembali keadaan tidak hamil yang normal. rencana untuk perawatan selanjutnya yang telah umum dikerjakan oleh kebanyakan ahli obstetri, sampai saat ini, telah menghasilkan kesepakatan bahwa umumnya 6 minggu dianggap sebagai masa nifas. selama masa saluran reproduktif anatominya kembali keadaan tidak hamil normal, yang meliputi perubahan struktur permanen serviks, vagina dan perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Selain itu 6 minggu setelah kelahiran, pada sebagian besar ibu yang tidak menyusui bayinya, sinkroni hipofisis-ovarium akan dikembalikan lagi untuk mendukung terjadinya ovulasi. (Reni Heryani; 2015) a. Perubahan fisik masa Nifas 1) Uterus Uterus akan menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. (Walyani, 2015) Tabel 2.2 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi. Involui uteri



Tinggi fundus uteri



Berat uterus



Diameter uterus



Plasenta lahir



Setinggi pusat



1000 gram



12,5 cm



7 Hari (1 minggu)



Pertengahan pusat dan simpisis



500 gram



7,5 cm



14 Hari (2 minggu )



Tidak teraba



350 gram



5 cm



2) Lochea



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



Lochea adalah cairan yang keluar dari liang vagina/senggama pada masa nifas. cairan ini dapat berupa darah atau sisa lapisan rahim. urutan pengeluaran lochea: a.1-4 Hari : Rubra/krueta merah kehitaman b. 4-7 Hari : Sanguinolenta putih bercampur merah c. 7-14 Hari : Serosa kekuninagan d. >14 Hari :alba putih Jumlah total lochea yang diproduksi 150-450 ml dengan jumlah rata-rata 225 ml. selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan,pengeluaran darah dari vagina tergantung pada perubahan ambulasi seperti berdiri dan duduk.hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena masih di anggap normal. (Marmi, 2015 ) 3) Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis degenerase, dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm,mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. (Saleha, 2016) 4) Serviks Segera setelah berakhirnya kala II, serviks menjadi sangat lembek, dan kendor. Serviks tersebut bisa lecet, terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat mencerminkan vaskular yang tinggi, lubang serviks lambat mengecil, rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum. (Saleha, 2016). 5) Perubahan Payudara Perubahan pada payudara dapat meliputi : Perubahan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolactin setelah persalinan Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari kedua atau hari ketiga setelah persalinan.Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi. (Astutik, 2015) Perubahan tanda vital Menurut Nugroho, dkk, 2015 pada masa nifas tanda-tanda vital harus dikaji antara lain : a) Suhu Tubuh Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2C pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5C dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.



b) Nadi



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/i. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjdi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/i harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum. c) Tekanan Darah Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan, sedangkan tekanan darah tinggi postpartum merupakan tanda terjadinya preeklampsi postpartum. d) Pernafasan Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. e) Tanda-tanda Bahaya Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah: 1) Demam tinggi melebihi 2) Perdarahan vagina luar biasa/tiba-tiba bertambah banyak (lebih pembalut2x dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk. 3) Nyeri perut hebat/terus menerus dan pandangan kabur/masalah penglihatan. 4) Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan kabur/masalah penglihatan. 5) Pembengkakkan wajah, jari-jari atau tangan. 6) Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis dan kaki 7) Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam 8) Puting payudara berdarah atau merah sehingga sulit untuk menyusui 9) Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas terengah-engah 10) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama 11) Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air kecil Anatomi dan Fisiologi Payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. (Vivian, 2015) Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada, Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600gram,dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak berkembang, kecuali jika dirangsang dengan hormon.



Pada wanita terus berkembang pada masa menyusui (vivan, 2015):



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



1) Letak setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa kedua dan keenam, payudara ini terletak pada rongga dada. 2) Bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila. 3) Ukuran ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada yang lainnya. Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), areola, papila atau puting, areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulitnya, kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap. Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat polos-polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat yang menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus terus bercabang- cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli. a.Perubahan fisikologis pada masa nifas Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitive terhadapfaktorfaktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan kehamilan dan persalinan. Keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau anak-ankanya yang lain. Tubuhnya mungkin pula tidak memberikan respon yang baik terhadap obat-obat yang asing baginya seperti prepat analgesik narkotik yang diberikan pada persalinan. Depresi ringan, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “4th day blues (kemurungan hari ke empat)” sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama kali, hanya karena masalah yang sering sepele. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan diri dan bayinya tumbuh. Rubin melihat Beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu. 1. Taking In: periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif dan bergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah, kurangnya nafsu makan menandakan tidak berlangsung normal.



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



2. Taking Hold: periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum ibu menjadi orang tua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir melakukan hal-hal tersebut. Cenderung menerima nasehat bidan. 3. Letting Go: periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang ke rumah, pada ibu yang bersalin di klinik dan sangat berpengaruh pada waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarganya. Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini Berbagai perubahan yang tejadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi, perubahan hormon adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu perasaan sedih. b. Depresi Postpartum Depresi postpartum adalah suatu perasaan tidak nyaman yang dialami wanita pasca melahirkan yang bisa disebabkan oleh hormon dan gangguan psikologis. Untuk mengenali seorang ibu mengalami depresi postpartum dapat di lihat dari beberapa gejala seperti : sering marah, sedih yang berlarut-larut, kurang nafsu makan, terlalu mencemaskan keadaan bayinya.Proses Adaptasi Psikologis Penyesuaian ibu terhadap peran sebagai orang tua ada tiga fase dimana dalam fase-fase ini ditandai oleh perilaku dependen, perilaku dependen mandiri sampai perilaku interdependen (Bobak, 2005). c.



Postpartum Blues Postpartum blues adalah reaksi penyesuaian dengan perasaan depresi, yang juga dikenal dengan istilah baby blues, merupakan periode sementara terjadinya depresi yang sering terjadi selama beberapa hari pertama pada masa nifas. Penyebab yang menonjol adalah : a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan. b) Rasa sakit pada masa nifas c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan d) Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit e) Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami



d. Penyebab postpartum blues Penyebab postpartum blues sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Namun dalam beberapa penelitian ada beberapa faktor predisposisi yang mempengaruhi postpartum blues, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal (Bobak, 2005; Fatimah, 2009). a). Faktor internal Kadar hormon Pada faktor interal yang berperan salah satunya adalah adanya perubahan kadar hormon. Selama kehamilan kadar 16 hormon (progesteron, esterogen, prolaktin, kortisol, dan endorphin) akan mengalami kenaikan. Setelah melahirkan kadar hormon akan pengalami penurunan sehingga dapat mempengaruhi pada perubahan fisik, psikis, dan mental ibu (Gale and Harlow, 2003).



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



1). Faktor usia Usia Dalam persalinan dan melahirkan seringkali dikaitkan dengan masalah ini. Usia yang terlalu muda untuk hamil akan memicu risiko bagi ibu dan anak dari segi fisik dan psikis baik itu selama kehamilan maupun persalinan (Rusli, 2011). Kehamilan pada usia dini akan cenderung mengalami risiko seperti anemia, hipertensi kehamilan, disproporsi sevalopelvis (CPD), dan BBLR (Bobak, 2005). Kehamilan usia dini akan cenderung menutupi kehamilannya karena mereka tidak ingin diketahui, sehingga remaja akan gagal mendapatkan perawatan prenatal sebelum trimester tiga (Bobak, 2005). Diduga bahwa dengan meningkatkan kematangan emosional, sehingga meningkatkan pula keterlibatan dan kepuasan dalam peran sebagai orangtua dan membentuk pola tingkah laku maternal yang optimal 2). Faktor fisik Kelelahan fisik akibat proses persalinan yang baru dialaminya dapat berperan sebagai munculnya postpartum blues. Faktor fisik yang lain seperti dehidrasi, kehilangan banyak darah dan faktor yang dapat memicu penurunan stamina ibu ikut menyebabkan munculnya emosi ibu postpartum (Bobak, 2005). 3). Kehamilan yang tidak direncanakan Merencanakan kehamilan harus terkait dengan kesiapan ibu, baik fisik, mental maupun ekonominya. Bagi perempuan yang belum siap terhadap kehamilannya, misalnya hamil diluar nikah dan pada ibu yang tidak menginginkan anak lagi, risiko terhadap kejadian depresi postpartum kemungkinan akan lebih tinggi. Selain itu 19 remaja tahap awal yang dalam masa hamil juga berisiko BBLR, kematian bayi, dan abortus (Bobak, 2005). 4) Jenis Persalinan Jenis persalinan merupakan satu dari faktor dapat yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues. Perempuan yang sudah terbiasa dengan prosedur yang diberikan rumah sakit mungkin mempunyai aksi terhadap gangguan mental lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang belum pernah mengenalnya sama sekali (Dewi, 2012). Intervensi dalam persalinan, seperti persalinan dengan bantuan alat (forsep atau vakum), penggunaan analgesik epidural dan seksio caesaria dapat menimbulkan efek jangka panjang pada ibu, yaitu dapat mengurangi kepercayaan diri ibu dalam menjalankan perannya, mengganggu proses kelekatan yang alami serta dapat meningkatkan kejadian postpartum blues hingga depresi postpartum (Hederson & Jones, 2006). 5) Faktor pengalaman ibu Ibu yang sudah pernah mengalami persalinan secara psikologis akan lebih siap dibandingkan ibu yang baru pertama kali mengalami kelahiran bayinya. Perempuan yang baru pertama kali melahirkan akan lebih umum menderita depresi karena setelah melahirkan perempuan tersebut dalam rentang adaptasi baik fisik maupun psikisnya (Ibrahim, 2012). Menurut Dewi (2012), hal ini 22 dikarenakan pada perempuan yang primipara masih merasakan kekhawatiran mengenai perubahan bentuk tubuh, menjadi peran baru dan dukungan sosial yang terjadi terhadap dirinya.



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



a). Faktor eksternal Status sosial ekonomi Faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues salah satunya status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi yang tidak mendukung dapat mengakibatkan stress dalam keluarga, sehingga dapat mempengaruhi depresi ibu postpartum seperti keadaan emosional (Ibrahim, 2012). Hal ini dikarenakan berhubungan langsung dengan kebutuhan dan perawatan pada bayi yang membutuhkan banyak kebutuhan, sehingga keadaan yang seharusnya mendatangkan kebahagiaan karena menerima kelahiran bayi, bisa menimbulkan tekanan karena adanya perubahan baru dalam hidup seorang perempuan (Ibrahim, 2012). 1) Pendidikan Pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi adanya kejadian postpartum. Ibu yang memiliki pendidikan rendah akan cenderung mempunyai banyak anak dan teknik dalam perawatan bayi pun kurang baik (Machmudah, 2010). Menurut Rusli, (2011) menyatakan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan menghadapi konflik peran dan tekanan sosial antara tuntutan sebagai ibu yang bekerja dan sebagai ibu rumah tangga. 2) Status pekerjaan ibu Wanita yang bekerja dapat mengalami postpartum blues disebabkan adanya konflik peran ganda yang menimbulkan masalah baru bagi wanita tersebut. Ambarwati (2008) mengemukakan bahwa wanita pekerja 24 lebih banyak akan kembali pada rutinitas bekerja setelah melahirkan dan cenderung memiliki peran ganda yang menimbulkan gangguan emosional, dan ibu yang bekerja dirumah mengurusi anak-anak mereka dapat mengalami keadaan krisis situasi dan mencapai gangguan perasaan/blues karena rasa lelah dan letih yang mereka rasakan.



3) Dukungan social Dukungan suami merupakam bentuk interaksi sosial yang nyata, yang didalamnya terdapat hubungan saling memberi dan menerima bantuan (Fatimah, 2009). Wanita yang merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai oleh keluarganya tentunya tidak akan merasa dirinya kurang berharga. Berbeda dengan wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial akan mudah merasa bahwa dirinya tidak berharga dan kurang diperhatikan oleh keluarga (Urbayatun, 2010). Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga pada ibu postpartum dapat membuat ibu lebih sensitif dan cenderung mengalami depresi (Machmudah dan Urbayatun, 2010).



a. Tanda dan gejala postpartum blues Gejala postpartum blues biasanya terjadi pada hari ketiga atau keempat postpartum dan memuncak pada hari kelima atau ketujuh sampai keempat belas pasca partum. Hal ini dapat ditandai dengan perasaan mudah marah, sedih, perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa, cenderung mudah menangis, jengkel, perasaan putus asa bahkan sampai ibu merasa enggan untuk mengurus bayinya sendiri (Fatimah S., 2009; Bobak, 2005; Cury, 2008).



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



Kategori postpartum blues cukup sulit ditetapkan karena ketiadaannya alat dalam pengkajian standar yang digunakan untuk mendiagnosis terjadinya postpartum blues. Seorang ibu mengalami postpartum blues apabila ditemukan tujuh tanda dan gejala seperti; perubahan perasaan, merasa rendah, cemas, merasa terlalu emosional, mudah menangis, letih, bingung dan pikiran yang mudah kacau (Bobak, 2005). Penatalaksanaan postpartum blues Perempuan pada umumnya, tidak bercerita bahwa mereka mengalami postpartum blues atau gangguan depresi ringan, karena merasa malu dan takut mendapatkan anggapan bahwa mereka tidak 26 mampu untuk menjadi seorang ibu (Latifah dan Hartati, 2006). Oleh sebab itu, melakukan deteksi dan pencegahan terhadap kejadian postpartum blues sangat diperlukan agar tidak berkembang kedalam depresi postpartum dan postpartum psykosis (Soep, 2009). Ada beberapa bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ibu yang mengalami gangguan setelah melahirkan (Bobak, 2005; Soep, 2009). 1) Mengidentifikasi gangguan suasana hati postpartum dengan cara waspada terhadap tanda-tanda dan gejala gangguan suasana hati 2) Bantulah ibu untuk bersikap terbuka dalam berkomunikasi dengan orang lain, seperti menceritakan tentang apa yang di alaminya terutama terhadap orang yang berpengalaman 3) Libatkan ayah atau pasangan untuk membantu dalam merawat bayi 4) Upayakan untuk istirahat dan tidur selama bayi tidur 5) Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendirian, kerjakan apa yang dapat dilakukan saja dan berhenti ketika merasa lelah 6) Jangan sendirian dalam waktu yang lama, pergilah keluar rumah untuk merubah suasana hati 7) Mintalah bantuan untuk mengerjakan rumah tangga dan mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui pada malam hari 8) Mendukung dan memberikan terapi klien dan keluarganya dengan cara melibatkan keluarga dalam rencana perawatan dan bantu untuk membuat jadwal rencana rujukan 9) Mendukung upaya ikatan orang tua dan bayi dengan cara beri dukungan untuk perawatan lanjutan ibu kepada bayinya. e. Dampak postpartum blues Ibu yang mengalami gangguan postpartum blues dapat berpengaruh negatif terhadap bayinya. Apabila tidak di obati akan menimbulkan efek buruk, baik itu jangka panjang ataupun jangka pendek terhadap ibu dan pada perkembangan bayinya. Bayi yang dibesarkan dari ibu yang mengalami depresi akan cenderung berisiko memiliki perilaku kasar atau nakal, terutama bila anak sudah mencapai umur 11 tahun (Ayu dan Lailatushifah, 2008). Postpartum blues juga dapat mempengaruhi tali kasih antara ibu dan anak, karena pada kondisi mental ibu yang terganggu dapat mengakibatkan kurangnya perhatian ibu dalam merawat, mengasuh serta membesarkan anak. Dampak yang terjadi, bisa saja anak memiliki kemampuan kognitif yang kurang dibandingkan anak dari ibu yang tidak mengalami gangguan depresi postpartum 28 dan kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan anak-anak lain juga akan berpengaruh (Latifah dan Hartati, 2006).



f.



Skrining postpartum blues



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



Menurut King, (2012) menjelaskan Endinburgh Postnatal Depresi Scale (EPDS) digunakan untuk mengukur gejala tingkat depresi pada perempuan postpartum dari segi ras, etnis dan sosioekonomi yang melatarbelakangi risiko terjadinya depresi pasca persalinan. EPDS dapat digunakan selama tujuh hari postpartum sampai dengan enam minggu, dan terdiri dari 10 pertanyaan. Depresi pasca persalinan dibagi menjadi tiga yaitu postpartum blues, depresi pasca persalinan dan psikosis pasca persalinan. Ketiganya memiliki gejala yang saling tumpang tindih, belum jelas apakah kelainan tersebut merupakan kelainan yang terpisah, lebih mudah dipahami seandainya ketiganya dianggap sebagai suatu kejadian yang berkesinambungan (Harry, 2010). Postpartum blues ialah keadaan transien dari peningkatan reaktifitas emosional yang dialami oleh separuh dari wanita dalam jangka waktu satu minggu pasca persalinan. Gejala klinis jelas terlihat dari hari ke tiga hingga hari ke lima, kemudian menghilang dalam beberapa jam hingga beberapa hari kemudian. Depresi pasca persalinan harus ditemukan gejala klasik depresi setidaknya selama dua minggu. Tanda dan gejala depresi pasca persalinan yaitu gejala gangguan tidur, gangguan nafsu makan, kehilangan tenaga, 29 perasaan tidak berharga atau bersalah, kehilangan konsentrasi, dan pikiran tentang bunuh diri. Psikosis pasca persalinan merupakan bentuk terburuk dari kelainan psikiatri pasca persalinan. Onset terjadi pada minggu kedua hingga empat pasca persalinan. Gejala klinis psikosis postpartum terdiri dari kebingungan, mood swing, delusi, halusinasi, perilaku tidak terorganisir. Psikosis pasca persalinan pada umumnya merupakan gangguan bipolar namun bisa merupakan perburukan dari gangguan depresi mayor (Harry, 2010).



JURNAL PENELITIAN TERKAIT Uraikan jurnal penelitian terkait komunikasi efektif dalam praktik kebidanan sesuai dengan topik masing-masing kelompok



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



No



Nama Penulis/ Tahun



Judul Penelitian



1



Ester Simanullang , SST, M.



Konsep Dasar Masa Nifas



Kes



Menyusui



2 3



Hasil Penelitian



Paper Asuhan Kebidanan Adaptasi Ibu Dalam Proses Menyusui



BAB III PEMBAHASAN a. Deskripsi Kasus Kasus : Ny. B usia 17 th datang ke BPM sri Mengatakan tidak ingin menyusui bayinya dikarenakan bayinya adalah bayi yang tidak diinginkan bahkan bayinya akan diberikan kepada orang lain. b. Pembahasan Berdasarkan kasus yang di temukan di BPM sri pada tahun 2020 ada hubungannya dengan Kehamilan yang terjadi di usia dini merupakan salah satu risiko seks pranikah atau kehamilan yang tidak diharapkan. Kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya ditambah sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Purnawan, 2009). Usia yang terlalu muda untuk hamil memicu risiko bagi ibu dan anak dari segi fisik dan psikis baik itu selama kehamilan maupun persalinan (Rusli, 2011)



A. Hambatan dan Kendala Adanya kejadian postpartum blues diketahui bahwa kehamilan usia dini