Ade Pia Handayani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI UJIAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMI SOLID SEMESTER V Nama : Ade Pia Handayani NPM : A 171 001 Zat aktif



: carbamazepine



Bentuk sediaan



: suspensi



Jumlah sediaan yang akan dibuat



: 60g/botol



Dosis



: 100 mg/5 ml



I. PREFORMULASI I.1. zat aktif Nama



: carbamazepine



Struktur



:



Gambar 1.1 struktur carbamazepine Pemerian



: Serbuk putih sampai hampir putih.



Kelarutan



: tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam



aseton. Titik leleh



: 189 – 192 c



pH



:2-7 1



stabilitas



:-



dosis yang ditentukan : 100 mg/5 ml penggunaan terapi



: mengatasi kejang pada epilepsi, mengatasi trigeminal



neuralgia dan gangguan bipolar. Alasan



: dosis yang dianjurkan sudah sesuai dengan yang



dipasaran. Sediaan yang cocok untuk carbamazepine adalah sediaan oral suspense, karena carbamazepine memiliki kelarutan yang tidak larut dalam air sehingga dibuat sediaan suspense. Contoh sediaan yang ada di pasaran yaitu tegretol suspension I.2. zat tambahan a.propilenglycol



Gambar 2.1 struktur propilenglycol rumus kimia pemerian



: C3H8O2 : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap ar pada udara lembab.



kelarutan



: Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak



kegunaan dalam formulasi : kosolven (10-25%), pengawet (15-30%) pH



:-



stabilitas



: Pada suhu sejuk, PPG stabil dalam wadah tertutup rapat baik, namun dalam suhu tinggi, dibuka, mudah teroksidasi yang meningkatkan



2



produksi: propin aldehid, asam laktik, asam piruvat dan asam asetat. PPG stabil saat dicampur etanol (95%), gliserin atau air. OTT



: tidak stabil dengan larutan oksidasi potasium permanganate.



Alasan



: Propilenglycol digunakan sebagai kosolven yang dapat meningkatkan kelarutan. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai pengawet dalam sediaan untuk menjaga sediaan agar terhindar dari bakteri. Penggunaan propilengglycol digunakan untuk formulasi dari produk tegretol suspension



b. sirupus simplex rumus kimia



:-



pemerian



: cairan jernih, tidak berwarna



kegunaan



: pemanis



pH



:-



stabilitas



: stabil baik dalam suhu kamar dan kelembapan rendah



OTT



: dapat terkontaminasi dengan adanya logam berat yang akan berpengaruh terhadap zat aktif. Ini juga dapat sulit terkontaminasi dari hasil penyulingan dan juga dapat bereaksi dengan tutup aluminium



Alasan



: sirupus simplex digunakan sebagai pemanis Karen dapat menutupi rasa pahit dari zat aktif dan eksipien lain. Selain itu juga sirupus simplex mengandung sukrosa yang sesuai dengan zat tambahan di dalam literature pembuatan tegretol suspension.



3



c. sorbitol



Gambar 2.2 struktur sorbitol rumus kimia



: C6H14O6



pemberian



: Serbuk, butiran dan kepingan, rasa manis, tidak berbau.



Kelarutan



: Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, dalam metanol P, dan dalam asetat P.



Kegunaan



: mencegah kristalisasi dalam tutup botol



pH



:-



stabilitas



: stabil terhadap udara higroskopis



OTT



: larutan sorbitol bereaksi dengan oksidasi besi menjadi



berubah



warna.



Sorbitol



dapat



meningkatkan degradasi penisilin dalam larutan netral. Alasan



: pemilihan sorbitol gar dapat mencegah terjadinya Kristal dalam tutup botol. Ini akan mempengaruhi penampilan dari sediaan tersebut menjadi tidak menarik dan konsumen tidak merasa nyaman.



d. asam sitrat rumus kimia



: C6H8O7.H2O



4



pemberian



: hablur, tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat asam, agak higroskopik merapuh dalam udara kering dan panas.



kelarutan



: mudah larut dalam air, mudah larut dalam etano dan agak sukar larut dalam eter



kegunaan



: pendapar (0,1 – 2%)



pH



: 2,2



stabilitas



: kehilangan air di kristalisasi udara kering atau ketika dipanaskan hingga sekitar 40 derajat. Sedikit higroskopis di udara lembab. Larutan asa, sitrat encer dapat terfermentasi. Sebagian bahan monohidrat atau anhidrat harus disimpan di wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering.



OTT



: asam sitrat tidak sesuai dengan potassium tatrat, alkali dn alkali karbonat dan bikarbonat, asetat dan



sulfide.



Ketidalcocokan



terhadap



zat



pengoksidasi, basa zat pereduksi, dan nitrat. Berpotensi meledak dalam kombinasi logat nitrat. Alasan



: asam sitrat digunakan sebagai pendapar agar dapat menstabilkan pH di dalam sediaan. Asam sitrat juga terdapat dalam formulasi dari tegretol suspension.



e. aquadest rumus kimia



: H2O



pemerian



: Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa



kegunaan



: pelarut



pH



:7



5



stabilitas



: Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es, air dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan



dan



penggunaannya



harus



terlindungi dari kontaminasi partikel – partikel ion dan bahan organik yang dapat



menaikan



konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel partikel lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air OTT



: Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lainnya yang rentan terhadap hidrolisis (penguraian pada adanya air atau kelembaban) di sekitar dan tinggi suhu. Air bisa bereaksi keras dengan logam alkali dan cepat dengan air logam alkali dan oksida mereka, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan bahan organik tertentu bahan dan kalsium karbida.



Alasan



: karena aquadest merupakan pelarut yang paling umum dan sering digunakan dalam sediaan liquid. Selain itu, aquadest juga sebagai bahan universal



yang



sering



digunakan



dalam



pembuatan formulasi. f. PGA rumus kimia



:-



pemerian



: Serbuk tipis putih atau putih kekuningan, tidak berbau dan memiliki rasa hambar.



6



Kegunaan



: Suspending Agent ( 5-10%)



pH



: 4,5 - 5



stabilitas



: Larutan berair tunduk pada degradasi bakteri atau enzim tetapi dapat diawetkan dengan awalnya merebus larutan dengan waktu yang singkat untuk menonaktifkan enzim yang ada, iradiasi gelombang mikro juga dapat digunakan. Akasia bubuk harus disimpan dalam wadah kedap udara ditempat yang sejuk dan kering.



OTT



: Akasia tidak sesuai dengan sejumlah zat termasuk



Aminopirin,



Apomorpin,



Cresol,



Ethanol (95%), Garam Derri, Morfin, Fenol, Physostigmine, Tannin, Thymol, dan Vanillin. Alasan



: PGA dapat digunakan sebagai suspending Agent untuk memperlambat pengendapan , mencegah penurunan



partikel.



Kemudian



PGA



ini



merupakan salah satu suspending Agent yang memiliki viskositas yang baik.



II. FORMULASI / TEKNIK PEMBUATAN a. Formula yang akan dibuat R/



carbamazepine



0,1g/5ml



PGA



7%



Sorbitol



15%



Sirupus simplex



30%



Propilengglikol



15%



Asam sitrat



1%



Aquadest



qs



7



b. Prosedur pembuatan Disiapkan alat - alat dan ditimbang bahan yang akan digunakan. Kemudian dikembangkan PGA dengan menggunakan air panas sampai mengembang dan terbentuk mucilage. Kemudian dimasukan zat aktif carbamazepine, PGA, propilenglikol, asam sitrat, sorbitol dan sirupus simplek kedalam wadah. Kemudian diaduk dengan menggunakan alat ika mixer sampai homogen (700rpm). Kemudian dimasukan aquades sedikit demi sedikit sampai tercampur semua. Setelah itu, dimasukan kedalam wadah. III. PERHITUNGAN a. Perbotol Carbamazepine



: 1,2 g



PGA



: 4,2 g



Sorbitol



:9g



Sirupus simplex



: 18 g



Propilengylcol



:9g



Asam sitrat



: 0,6 g



Aqudest



: 33 g



b. Perbatch Jumlah per batch



: 1000



Carbamazepine



: 1,2 g x 1000 = 1200g



PGA



: 4,2 g x 1000 = 4200g



Sorbitol



: 9 g x 1000



Sirupus simplex



: 18 g x 1000 = 18000g



Propilengylcol



: 9 g x 1000



Asam sitrat



: 0,6 g x 1000 = 600g



Aquadest



: 33 g x 1000 = 33000g



= 9000g



= 9000g



8



IV. EVALUASI a. Kegunaan evaluasi 1. Organoleptis Uji ini dilakukan untuk menjaga mutu sediaan, stabil atau tidaknya dalam penyimpanan. Sehingga sediaan aman untuk dipasarkan. 2. Bobot Jenis Uji ini dilakukan untuk menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan spesifikasi. 3. Viskositas Uji dilakukan untuk mengetahui kekentalan suatu suspensi 4. pH Uji ini dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman suatu sediaan suspensi memenuhi persyaratan atau tidak. 5. Volume Terpindahkan Untuk mengetahui sesuai atau tidaknya volume pada wadah asli dengan yang tertera pada etiket. 6. Volume Sedimentasi Uji ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan sedimentasi atau proses pengendapan pada suatu sediaan suspensi. b. Prosedur evaluasi 1. Organoleptis Pertama diperhatikan perubahan bau, warna, rasa dan kejernihan pada sediaan setiap evaluasi meliputi persyaratan larutan dikatakan jenuh apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan dalam pengujian dalam kondisi yang dipersyaratan. ( Farmakope Indonesia V halaman 1251 ) 2. Bobot Jenis Piknometer dibersihkan dan dikeringkan kemudian ditimbang piknometer kosong. Setelah mendapatkan hasil kemudian isi piknometer tersebut dengan air suling bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang. Buang



9



air suling kemudian isi dengan sediaan hingga penuh, kemudian timbang kembali. Lalu dihitung BJ suspensi. ( Farmakope Indonesia IV halaman 1030 ) 3. Viskositas Pertama siapkan Viscometer Brookfield. Kocok suspensi dan masukan kedalam Beaker Glass, pasang spindel dan turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya. Nyalakan motor sambil menekan tombol dan biarkan spindel berputar dan lihat jarum merah pada skala. Kemudian bacalah angka yang ditunjukan oleh jarum tersebut.untuk menghitung viskositasnya maka angka pembacaan dikalikan dengan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat. ( Modul Praktikum Farmasi Fisika,2002: 17-18 ) 4. pH pH meter dikalibrasi dengan menggunak buffer standar, kemudian dibilas elektroda menggunakan aquadest, lalu dimasukkan elektroda ke dalam sampel yang akan di ukur. Diamati pH meter, Kemudian diangkat dan dibilas kembali elektroda menggunakan aquadest. ( Farmakope Indonesia IV halaman 1039) 5. Volume Terpindahkan Larutan dimasukan kedalam 2 wadah yang telah dipilih kemudian dikocok satu persatu, setelah itu larutan dituang perlahan kedalam gelas ukur ,kemudian larutan didiamkan selama 30 menit. Jika sudah tidak ada gelembung diukur volume suspensi pada gelas ukur. ( Farmakope Indonesia IV halaman 1089) 6. Volume Sedimentasi Sediaan dimasukkan ke dalam botol yang sudah ditempel skala pengukuran. Volume yang diiskan merupakan volume awal (V0), diamati setiap harinya selama tiga hari berturut-turut volume akhir dengan terjadinya sedimentasi (Vu). Volume sedimentasi (F) kemudian dihitung.



10



(Disperse System Vol.2, halaman 303) c. Syarat hasil evaluasi Tabel 1 Syarat Evaluasi Evaluasi Organoleptis



Bobot Jenis



Viskositas



Syarat Tidak terjadi perubahan bentuk, warna dan rasa. ( Farmakope Indonesia V halaman 1251) 1-1,3 ( Farmakope Indonesia IV halaman 1030 ) 37 – 396 cps. (SNI, 2006)



pH



4,0 – 6,9 (United



States



PharmacopoeIa NF,2007) Volume Terpindahkan



Volume tidak kurang dari 95% (Farmakope Indonesia IV halaman 1089)



Volume Sedimentasi



Nilai F = 1 atau mendekati 1 (Disperse System Vol.2, hal 303)



V. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi, Edisi Revisi dan Perluasan.Bandung: ITB. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia..



11



Lieberman, Rieger & Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage From: Disperse System, Vol 2. New York: Marcel Dekker Inc. Paul J, Sheskey, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th. London: American Pharmacist Association and Pharmaceutical Press. The Departement Of Health. 2009. British Pharmacopeia. London: The Stationary Office. VI. LAMPIRAN a. Label



b. Kemasan primer



12



c. Kemasan sekunder



13



d. Brosur



Keterangan dalam brosur No. Batch



: 01209401



01



: Tahun pembuatan obat



20



: Bulan pembuatan obat



94



: Sediaan peroral



01



: Nomor urut pembuatan / pengolahan / Batch ke-19 yang buat



14



No. Registrasi : DKL2009049633A1 D



: Menunjukan nama dagang



K



: Golongan obat keras



L



: Obat jadi produksi dalam negri (Lokal)



20



: Tahun pendaftaran obat jadi



090



: Menunjukan nomer urut obat jadi



496



: Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh masing-masing pabrik



33



: menunjukan bentuk sediaan obat jadi (suspense)



A1



: Kekuatan sediaan obat



Logo Yang digunakan



Carbamazepine termasuk ke dalam golongan obat keras, maka diberi tanda lingkaran bergaris tepi hitam, berwarna merah, bertanda huruf K berwarna hitam.



15