11 0 643 KB
BIAYA BAHAN BAKU TATAP MUKA KE-9 : AKUNTANSI BIAYA
LATAR BELAKANG § Persediaan material atau bahan baku bersifat strategis karena bagian utama suatu produk. § Kelancaran proses produksi tergantung dari ketersediaan bahan; 👨🏭 Keterlambatan persediaan bahan ➡ menghambat proses produksi 👨🏭 Melimpahnya persediaan bahan ➡ terjadi pemborosan modal kerja § Pembahasan materi ini : 1. Perolehan (Pembelian) Bahan Baku 2. Pemakaian Bahan Baku 3. Pencatatan Bahan Baku
SISTEM PEROLEHAN (PEMBELIAN) BAHAN BAKU • Merupakan sistem yang menjamin bahan yang dibeli sesuai dengan : a. standar kualitas; b. harga yang kompetitif; dan c. kebutuhan produksi perusahaan. • Umumnya departemen yang terlibat dalam pabrik pada sistem ini adalah : a. Departemen Gudang; b. Departemen Pembelian; c. Departemen Penerimaan Bahan; dan d. Departemen Akuntansi • Prosedur2 yang dilakukan pada sistem ini antara lain : 1. Permintaan pembelian bahan 2. Pesanan (order) pembelian bahan 3. Penerimaan bahan 4. Pencatatan bahan di Gudang 5. Pencatatan utang atas pembelian bahan
PROSEDUR PERMINTAAN & PESANAN PEMBELIAN BAHAN BAKU • Bertugas mengecek persediaan bahan • Bila telah mencapai persediaan minimum (reorder point = titik pemesanan kembali), maka membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition) ditujukan ke Dept Pembelian. • Surat dibuat dalam rangkap 2 ➡ lembar 1 (asli) : diberikan ke Dept Pembelian; lembar 2 : (salinan/tindasan) untuk arsip. Dept. Gudang
• Dept Pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga (purchase price quotation) ke pemasok (vendor/supplier) berisi info harga & syarat2 pembelian lainnya. • Setelah pemasok terpilih, Dept Pembelian membuat surat pesanan pembelian (purchase order/PO) yang dikirimkan ke pemasok. • Surat pesanan dibuat dalam rangkap 5 ➡ lembar 1 (asli) : diberikan ke pemasok sebagai bukti pemesanan bahan; lembar 2 : untuk Dept Akuntansi; lembar 3 : untuk bagian pemegang kartu persediaan bahan; lembar 4 : untuk bagian penerimaan bahan; lembar 5 : untuk arsip. Dept. Pembelian
PROSEDUR PENERIMAAN BAHAN BAKU & PENCATATAN BAHAN DI GUDANG Mengirimkan bahan sesuai surat pesanan pembelian (purchase order).
• Dept Penerimaan Bahan umumnya masih bagian dari Dept Gudang, bertugas mencocokkan spesifikasi bahan yang diterima dengan Salinan/tembusan surat pesanan pembelian (purchase order). • Bila bahan telah sesuai dengan spesifikasi, maka dibuat laporan penerimaan bahan Pemasok dalam rangkap 5 ➡ lembar 1 (asli) : (Vendor/Supplier) diberikan ke Dept Pembelian sebagai laporan, bahan dibeli sesuai surat pesanan pembelian (purchase order); lembar 2 : untuk Dept Akuntansi; lembar 3 : untuk bagian pemegang kartu persediaan; lembar 4 : Dept. Penerimaan untuk Dept Gudang; lembar 5 : untuk arsip. Bahan (Gudang)
• Dept Gudang mencatat bahan yang diterima ke dalam kartu Gudang (stock card) yang berisi jumlah bahan yang disimpan di Gudang (tidak ada kaitan harga) dan berfungsi sebagai kartu catatan mutasi masing2 jenis bahan. • Di tempat simpan masing2 jenis bahan ditempelkan inventory tag (kartu persediaan bahan) Dept Gudang
PROSEDUR PENCATATAN UTANG ATAS PEMBELIAN BAHAN Dept. Akuntansi Dokumen2 Utama/Sumber : 1. Surat Permintaan Pembelian Bahan (Purchase Requisition) 2. Surat Pesanan Pembelian (Purchase Order/PO) 3. Laporan Penerimaan Bahan 4. Faktur Pembelian Bahan
Memeriksa kesesuaian antara dokumen sumber/utama dengan dokumen pendukung, seperti faktur pembelian bahan, salinan/tembusan : surat order pembelian bahan dan laporan penerimaan bahan, yang menjadi dasar pencatatan jurnal pembelian bahan.
BIAYA PEROLEHAN BAHAN • Dalam prinsip akuntansi, biaya bahan TIDAK HANYA harga beli (harga faktur) saja, tetapi termasuk biaya terkait perolehan bahan sampai siap digunakan dalam proses produksi. Seperti biaya2 : pemesanan, bongkar-muat, transportasi angkutan, asuransi, penyimpanan dan lain2 sementara potongan (diskon) dan retur pembelian sebagai pengurang biaya perolehan bahan baku. • ILUSTRASI : PT. MAJU SUKSES UTAMA sebagai perusahaan yang memproduksi kabel listrik tegangan tinggi dengan bahan berupa tembaga yang dipasok pemasok lokal. Harga Faktur Bahan 1. Biaya Pemesanan 2. Biaya Transport Kirim 3. Biaya Asuransi (1% harga faktur) 4. Biaya Penyimpanan 5. Biaya lain2
86.000.000 400.000 2.500.000 860.000 700.000 150.000
Biaya Perolehan Bahan
90.610.000
Dengan demikian, nilai perolehan (cost) bahan adalah Rp 90.610.000,BUKAN seharga nilai faktur Rp 86 juta.
SISTEM PEMAKAIAN BAHAN BAKU • Sistem ini menjamin bahan yang digunakan untuk proses produksi, sesuai dengan : a. jumlah unit yang dibutuhkan; dan b. standar kualitas bahan yang telah ditetapkan. • Umumnya departemen yang terlibat dalam pabrik pada sistem ini adalah : a. Departemen Produksi; b. Departemen Gudang; c. Departemen Akuntansi. • Prosedur2 pemakaian bahan pada sistem ini antara lain : 1. Permintaan bahan 2. Pengeluaran bahan 3. Pencatatan pemakaian bahan
PROSEDUR PERMINTAAN; PENGELUARAN & PENCATATAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU • Bertugas memproses bahan baku menjadi produk jadi. • Sebelum memulai proses, Dept ini mengisi bukti permintaan bahan (materials requisition) ke Dept Gudang, yang dibuat dalam rangkap 4 ➡ lembar 1 (asli) : diberikan ke Dept Gudang; lembar 2 : untuk Dept Akuntansi; lembar 3 : untuk bagian Kartu Pemegang kartu persediaan bahan; lembar 4 : (salinan/tindasan) untuk arsip. Dept. Produksi
• Berdasarkan bukti permintaan bahan (materials requisition) dari Dept Produksi, Dept ini mengeluarkan bahan dan jumlah unit sesuai spesifikasi yang diminta. • Bukti tersebut menjadi dasar untuk mencatat pemakaian/ pengeluaran bahan dalam kartu Gudang sekaligus pencatatan dalam kartu persediaan bahan. Dept. Gudang
Berdasarkan bukti permintaan bahan (materials requisition) dari Dept Produksi dan bukti pengeluaran bahan dari bagian pemegang kartu persediaan bahan, digunakan sebagai dasar pencatatan di Dept ini. Dept. Akuntansi
BIAYA PEMAKAIAN BAHAN • Frekuensi pembelian bahan dalam 1 (satu) periode akuntansi dapat dilakukan beberapa kali dengan nilai perolehan yang berbeda. Oleh karena itu, persediaan bahan di Gudang memiliki biaya bervariasi & fluktuatif, meskipun jenis bahannya sama. • Hal tersebut menimbulkan masalah terkait penentuan biaya bahan yang akan digunakan dalam proses produksi. • Untuk menentukan besarnya biaya bahan yang digunakan dalam proses produksi, digunakan beberapa metode penilaian persediaan bahan baku, antara lain : 1.
Metode indentifikasi khusus
2.
Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO = First In, First Out)
3.
Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO = Last In, First Out)
4.
Metode Rata-rata Sederhana (Simple Average)
5.
Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average)
SISTEM PENCATATAN BAHAN BAKU Dalam akuntansi untuk melakukan pencatatan persediaan bahan baku digunakan 2 sistem : 1.
Sistem Fisik (Periodik) • Umumnya digunakan perusahaan yang relatif masih kecil, dimana manajemen mengawasi langsung untuk menentukan kapan dan berapa jumlah unit bahan yang akan dibeli, serta pemakaian bahan dalam proses produksi. • Metode ini TIDAK melakukan pencatatan perubahan mutasi persediaan. Dengan demikian, jumlah saldo unit bahan baku di akhir periode diketahui saat stock opname.
2.
Sistem Perpetual (Kontinyu) • Umumnya digunakan perusahaan berskala besar, dimana manajemen TIDAK mengawasi langsung atas persediaan unit bahan, karena sistem pengendalian bahan menggunakan kartu persediaan (stock card) yang mencatat mutasi persediaan secara terus-menerus/berkelanjutan (kontinyu).
ILUSTRASI : PENCATATAN METODE FISIK (1) PT. DUTA WISESA adalah perusahaan ubin berbagai jenis & ukuran, dengan bahan baku semen putih, semen abu2, batu teraso, tepung batu dan pasir. Berikut data terkait bahan semen putih. Dari stock opname yang dilakukan di akhir periode, diketahui persediaan semen putih tersisa 15 sak. Perusahaan menggunakan metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) untuk menilai persediaan bahan yang dimiliki. Tgl
Uraian
Unit Qty
Rp
April Saldo Awal
20
50.000
7 Pembelian 16 Pembelian 28 Pembelian
30 35 25
49.000 47.000 48.000
Total Pembelian 30 Saldo Akhir
Total (Rp)
Saldo 1.000.000
1.470.000 1.645.000 1.200.000 4.315.000
15
ILUSTRASI : PENCATATAN METODE FISIK (2) 1. Pembelian Bahan. Dept Akuntansi mencatat salah satu transaksi pembelian bahan baku semen putih tanggal 28 April 2010. 28 Apr
Pembelian Bahan Semen Putih Utang usaha
1.200.000 1.200.000
Mencatat pembelian semen putih 25 sak @Rp 48.000,-
2. Pemakaian Bahan. TIDAK DILAKUKAN pencatatan jurnal. Perhitungan Fisik Bahan Baku (stock opname)
3. Bahan di akhir periode akuntansi Biaya Pemakaian Bahan (dalam Rp) Persediaan bahan, awal
= 20 sak x Rp 50.000,-
1.000.000
(+) Pembelian
4.315.000
Biaya Bahan siap pakai proses produksi (-) Persediaan bahan, akhir = 15 sak x Rp 48.000,-
5.315.000 (720.000)
Biaya Bahan dalam proses produksi
4.595.000
Persediaan Awal (+) Pembelian : 7 April 16 April 28 April Total Pembelian (-) Persediaan Akhir Bahan Baku yang dipakai (Unit)
20 30 35 25 90 (15) 95
ILUSTRASI : PENCATATAN METODE PERPETUAL (1) PT. PRIMA KASUTAMA adalah perusahaan produksi sepatu kulit orang dewasa (unisex) dengan bahan baku kulit sapi. Berikut data terkait bahan semen putih. Perusahaan memiliki saldo awal bahan 500 kg seharga Rp 9.500,-/kg dan selama bulan Maret menggunakan metode Rata-rata Bergerak (moving average) untuk menilai persediaan bahan yang dimiliki. Tgl
Uraian
Unit Qty
Rp
500
9.500
4 Pembelian 21 Pembelian
6.000 4.000
10.000 11.000
8 Permintaan 15 Permintaan 28 Permintaan
3.000 3.000 3.000
Maret Saldo Awal
Total (Rp)
Saldo 1.000.000
60.000.000 44.000.000
ILUSTRASI : PENCATATAN METODE PERPETUAL (2) 1. Pembelian Bahan. Dept Akuntansi mencatat salah satu transaksi pembelian bahan baku kulit sapi tanggal 4 Maret 2010. 4 Mar
Persediaan Bahan Kulit Sapi Utang usaha
60.000.000 60.000.000
Mencatat pembelian kulit sapi 6.000 kg @Rp 10.000,-
2. Pemakaian Bahan. DILAKUKAN pencatatan jurnal TIAP PEMAKAIAN bahan baku. 8 Mar Barang dalam Proses (WIP) Persediaan Bahan Baku
29.886.000 29.886.000
Mencatat pemakaian bahan baku tgl 8 Maret dengan metode Rata2 = [(500 kg x Rp 9.500,-) + (6.000 kg x Rp 10.000,-)] : 6.500 kg = Rp 9.962,-/kg = Rp 9.962,-/kg x 3.000 kg
3. Bahan di akhir periode akuntansi. Perusahaan melakukan perhitungan fisik (stock opname) untuk crosscheck dengan catatan pada kartu persediaan bahan baku.
ILUSTRASI : METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BAHAN PT. AMARTA UTAMA perusahaan yang memproduksi cylinder head kendaraan bermotor dengan bahan utama aluminium ingot. Berikut transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama April 2010. Instruksi : Hitunglah biaya bahan yang digunakan pada proses produksi dengan menggunakan metode, 1. Identifikasi Khusus (Special Identification) 2. Rata-rata (Average)
Tanggal (April)
Keterangan
Kuantitas (Unit)
Biaya per Unit (Rp)
1
Saldo Awal
200
500
3. Masuk Pertama Keluar Pertama/MPKP (First In First out (FIFO)
5
Pembelian
250
525
4. Masuk Terakhir Keluar Pertama/MTKP (Last In First out (LIFO)
17
Pembelian
350
550
20
Pemakaian
300
23
Pemakaian
350
26
Pembelian
400
30
Pemakaian
400
555
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN : IDENTIFIKASI KHUSUS (1) • Metode ini menggunakan cara yang paling ideal karena bahan yang dibeli diberi label identitas terkait biaya bahan per unit & kuantitas jumlahnya. Dengan demikian, biaya persediaan bahan baku dan jumlah unit bahan di akhir periode, dapat diketahui langsung dan dilihat secara aktual. • Umumnya, metode ini digunakan untuk bahan yang nilainya relatif mahal & jumlahnya relatif sedikit. • Berikut pemakaian bahan,
Pembelian
Pemakaian
Keterangan
Kuantitas (Unit)
300 1 5
Saldo Awal Pembelian
200 100
500 525
Pemakaian
350 5 17
Pembelian Pembelian
100 250
525 550
Pemakaian
400 5 17 26
Pembelian Pembelian Pembelian
50 50 300
525 550 555
Tgl
Keterangan
20
Pemakaian
23 30
TOTAL
Kuantitas (Unit)
1.050
Tgl
Biaya per Unit (Rp)
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN : IDENTIFIKASI KHUSUS (2) Besarnya biaya bahan baku yang digunakan dan biaya persediaan bahan baku akhir periode. Biaya bahan selama bulan April 2010 (dalam Rp) Saldo awal bahan
= 200 unit x Rp 500,-
100.000
Pembelian bahan periode berjalan : 5 April = 250 unit x Rp 525,17 April = 350 unit x Rp 550,26 April = 400 unit x Rp 555,-
131.250 192.500 222.000
Total Bahan siap digunakan
1.200 unit
Persediaan akhir bahan : Pembelian 17 April Pembelian 26 April
150 unit = 50 unit x Rp 550,= 100 unit x Rp 555,-
645.750 27.500 55.500
83.000
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN : RATA2 FISIK (1) • Metode ini mengasumsikan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi diambil dari Gudang secara acak . Dengan demikian, penentuan biaya persediaan bahan baku per unit berdasarkan rata2 dan jumlah unit bahan di akhir periode, dapat diketahui langsung dan dilihat secara aktual. • Umumnya, metode ini diterapkan perusahaan baik yang menggunakan metode fisik maupun perpetual. Biaya bahan selama bulan April 2010 (dalam Rp) Saldo awal bahan
= 200 unit x Rp 500,-
100.000
Pembelian bahan periode berjalan : 5 April = 250 unit x Rp 525,17 April = 350 unit x Rp 550,26 April = 400 unit x Rp 555,-
131.250 192.500 222.000
Total Bahan siap digunakan
1.200 unit
Biaya bahan per unit
= 645.750 : 1.200 unit
Persediaan akhir bahan
150 unit x Rp 538,15
Bahan yang digunakan selama bulan April :
645.750 = Rp 538,13 (80.719,5) 565.030,5
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN : RATA2 PERPETUAL (2) Tgl
Ket.
Keluar
Masuk Unit
Harga
Total
Unit
Harga
Saldo Total
Unit
Harga
1
Saldo Awal
200
500
100.000
200
5
Pembelian
250
525
131.250
450
1)
17
Pembelian
350
550
192.500
20
Pemakaian
300
300
529,69
23
Pemakaian
350
350
529,69
26
Pembelian
400
30
Pemakaian
400
555
500
100.000
513,89
231.250
800
2) 529,69
423.750
158.905
500
529,69
264.845
185.391,5
150
529,69
79.453,5
550
3) 548,1
301.455
150
548,1
82.215
222.000 400
548,1
Keterangan 1) = Rp (100.000 + 131.250) : (200 + 250) unit = Rp 231.250,- : 450 unit 2) = Rp (231.250 + 192.500) : (450 + 350) unit = Rp 423.750 : 800 unit 3) = Rp (79.453,5 + 222.000) : (529,69 + 555) unit = Rp 301.455 : 550 unit
Total
219.240
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN : FIFO - FISIK (1) • Metode ini mengasumsikan bahan baku yang dibeli pertama kali merupakan yang digunakan pertama kali dalam proses produksi . Dengan demikian, nilai persediaan bahan baku akhir periode, diasumsikan berasal dari nilai bahan yang dibeli terakhir kali. • Umumnya, metode ini diterapkan perusahaan baik yang menggunakan metode fisik maupun perpetual. Biaya bahan selama bulan April 2010 (dalam Rp) Saldo awal bahan
= 200 unit x Rp 500,-
100.000
Pembelian bahan periode berjalan : 5 April = 250 unit x Rp 525,17 April = 350 unit x Rp 550,26 April = 400 unit x Rp 555,-
131.250 192.500 222.000
Total Bahan siap digunakan
1.200 unit
645.750
Persediaan akhir bahan
150 unit x Rp 555,-
(83.250)
Bahan yang digunakan selama bulan April :
562.500
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN : FIFO - PERPETUAL (2) Tgl
Ket.
Keluar
Masuk Unit
Harga
Total
Unit
Harga
Saldo Total
Unit
Harga
Total
1
Saldo Awal
200
500
200
500
100.000
5
Pembelian
250
525
200 250
500 525
100.000
17
Pembelian
350
550
200 250 350
500 525 550
100.000
20
Pemakaian
300
200 100
500 525
150 350
525 550
78.750 192.500
23
Pemakaian
350
150 200
525 550
150
550
82.500
26
Pembelian
400
150 400
550 555
82.500 222.000
30
Pemakaian
400
150
555
83.250
555 150 250
550 555
100.000 52.500
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN : LIFO - FISIK (1) • Metode ini mengasumsikan bahan baku yang dibeli terakhir kali merupakan yang digunakan pertama kali dalam proses produksi . Dengan demikian, nilai persediaan bahan baku akhir periode, diasumsikan berasal dari nilai bahan yang dibeli pertama kali. • Umumnya, metode ini diterapkan perusahaan baik yang menggunakan metode fisik maupun perpetual. Biaya bahan selama bulan April 2010 (dalam Rp) Saldo awal bahan
= 200 unit x Rp 500,-
100.000
Pembelian bahan periode berjalan : 5 April = 250 unit x Rp 525,17 April = 350 unit x Rp 550,26 April = 400 unit x Rp 555,-
131.250 192.500 222.000
Total Bahan siap digunakan
1.200 unit
645.750
Persediaan akhir bahan
150 unit x Rp 500,-
(75.000)
Bahan yang digunakan selama bulan April :
570.750
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN : LIFO - PERPETUAL (2) Tgl
Ket.
Keluar
Masuk Unit
Harga
Total
Unit
Harga
Saldo Total
Unit
Harga
Total
1
Saldo Awal
200
500
100.000
200
500
100.000
5
Pembelian
250
525
131.250
200 250
500 525
100.000 131.250
17
Pembelian
350
550
192.500
200 250 350
500 525 550
100.000 131.250 192.500
20
Pemakaian
300
300
550
200 250 50
500 525 550
100.000 131.250 27.500
23
Pemakaian
350
50 250 50
550 525 500
150
500
75.000
26
Pembelian
400
150 400
500 555
75.000 222.000
30
Pemakaian
400
150
500
75.000
555
27.500 131.250 25.000
222.000 400
555
222.000
LATIHAN SOAL2 • Soal 8.1 - PT. CITRA BAJA SEPAKAT; Hal. 295 • Soal 8.2 - PT. KIRANA PUTRA SELARAS; Hal. 296 • Soal 8.3 - PT. SARANA KERAMIK; Hal. 296
SEKIAN & TERIMA KASIH TATAP MUKA KE-9 : AKUNTANSI BIAYA BIAYA BAHAN BAKU