Akhlak Kepada Sesama Muslim [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKHLAK KEPADA SESAMA MUSLIM PONDOK PESANTREN AL-FATAH PUTRI TEMBORO



DISUSUN OLEH: INAYAH



PONDOK PESANTREN DARUL ULUM AL-FATAH PUTRI TEMBORO MAGETAN 2019



i



AKHLAK KEPADA SESAMA MUSLIM PONDOK PESANTREN AL-FATAH PUTRI TEMBORO



Disusun Sebagai Syarat Kelulusan Tugas Akhir Daurotu Al-Hadits 2 Pondok Pesantren Al-Fatah



DUSUSN OLEH: INAYAH



PONDOK PESANTREN DARUL ULUM AL-FATAH PUTRI TEMBORO MAGETAN 2019



ii



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik allah. Shalawat dan salam yang sempurna, semoga dilimpahkan kepada sebaik-baik makhluk yang nurnya menerangi hati manusia dan kedatangannya merupakan rahmat untuk seluruh alam yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW, Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan harapan penulis semoga manusia akan mendapat taufik untuk menyebUt asma-Nya dengan keikhlasan. Disamping itu tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. 1. Romo K.H Umar Fathulluh, selaku pengasauh Pondok Pesantren Al-Fatah 2. Ummi Fatimah Az Zahra, , selaku pengasasuh pendidikan diniyah Pondok Pesantren Al-Fatah 3. Ummi Masrohah selaku pengasauh Pondok Putri Pesantren Al-Fatah 4. Ibu Nafisah selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing di selasela kesibukannya 5. Serta teman teman seperjuangan Santri Putri Al-Fatah Temboro yang telah memberikan dukungan kepada penulis Semoga amal ibadah beliau semua diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan imbalan yang setimpal baik diduniamaupun di akhirat. Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk memberitahukan kepada orang-orang mengenai akhlak kepada sesama muslim. Akhlak kepada sesama muslim sungguh tidak terbatas, sehingga penulis pasti tidak dapat menulis



iii



seluruhnya, oleh karena itu penulis meringkasnya dengan menyebutkan beberapa riwayat dalam makalah ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah “Akhlak Kepada Sesama Muslim Pondok Pesantren Al-Fatah Putri Temboro”



ini dapat memberikan



manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Magetan, April 2019



iv



LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN



Makalah yang berjudul “Akhlak Kepada Sesama Muslim Pondok Pesantren Al-Fatah Putri Temboro” Disusun oleh Nama



: Inayah



Kelas



: VIII Daurotu Al-Hadits



Dinyatakan telah disetujui dan disahkan oleh penangung jawab Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al-Fatah Putri Temboro



Temboro Disetujui oleh:



Bu Nafisah



Ummi Minhatul Aziz



Ummi Mawaridatus Shofiyah



Ummi Fatimah Az Zahra



v



DAFTAR ISI



COVER DEPAN …………………………..………………………………….……..……….………………. i COVER DALAM ……………………………………………………………………………………..……….. ii KATA PENGANTAR……………………………………………………..………………………………….. ii LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN …………………………………………………… v DAFTAR ISI ………………………………………………………………..……………..…………………… vi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang …………………………………………..………………………………… 1 1.2 Rumusan masalah ……………………………………..……………..………………… 2 1.3 Tujuan ………………………………………….…………………………………………….. 2 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Definisi Akhlak ………………………………..………………………..………………… 3 2.2 Aturan Pergaulan Dalam Islam ………………..…………………..……………… 6 2.3 Akhlak Terhadap Sesama Muslim …………….…………….…..……………… 8 2.4 Syariat Aklak Bagi Sesama Muslim ………………………….………………….. 12 2.5 Tiga Aklak Muslim ………………………………………………………………………. 20 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan …………………………………….…………………………………………… 22 3.2 Saran …………………………………………...…………………….………………………. 23 DAFTAR PUSTAKA ………………………………….………………………………………………………. 24



vi



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh nilai akhlak. Jika syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah, maka akhlak menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari keikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusuannya, berjuang dilihat dari kesabarannya, haji dari kemabrurannya, ilmu dilihat dari konsistensinya dengan perbuatan, harta dilihat dari aspek mana dari mana dan untuk apa, jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan, bukan apa yang diterima. Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam, maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi, sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama Islam sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama berisi perintah dan larangan, ada perintah keras (wajib) dan larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran (sunat) dan larangan anjuran (makruh). Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Disatu sisi, kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan, sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhankeluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ungkapan, “wah…udah



1



ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua”, atau ucapan: “dia sih agamanya bagus, tapi sama tetangga tidak pedulian.” dan lain-lain. Seharusnya, ucapan-ucapan seperti ini atau pun semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak Islam, bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan Islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat, bahwa tauhid sebagai sisi pokok atau inti, Islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat, Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap ALLAH, dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya, berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang, maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seseorang mywahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembahasan akan dititikberatkan pada “Akhlak Terhadap Sesama Manusia”. 1.2



Rumusan Masalah 1. Apakah definisi akhlak? 2. Apa sajakan aturan pergaulan dalam islam? 3. Apa sajakah akhlak terhadap sesama muslim? 4. Apa sajakah syariat aklak bagi sesama muslim? 5. Apa sajakah Tiga Aklak Muslim?



1.3



Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi akhlak 2. Untuk mengetahui aturan pergaulan dalam islam 3. Untuk mengetahui bagaimana akhlak terhadap sesama muslim 4. Untuk mengetahui syariat aklak bagi sesama muslim 5. Untuk mengetahui Tiga Aklak Muslim



2



BAB 2 PEMBAHASAN



2.1



Definisi Akhlak Dilihat dari sudut etimologi perkataan “ Akhlak “ ( ٌ‫ )أَ ْخالَق‬berasal dari bahasa Arab jama’ dari “ Khuluqun “ ( ٌ‫ ) ُخلُق‬yang menurut lughat diartikan adat kebiasaan (al-adat), perangai, tabi’at (al-sajiyyat), watak (al-thab), adab / sopan santun (al-muru’at), dan agama (al-din) . Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “ Khalqun “ ( ٌ‫) خ َْلق‬ yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “ Khaliq “ ( ٌ‫) خا َ ِلق‬ yang berarti pencipta dan “ makhluq “ ( ٌ‫ ) َم ْخلُ ْوق‬yang berarti yang di ciptakan dan dari sinilah asal mula perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara Makhluk dengan Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk . Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya ‘Al- Akhlaq’ merumuskan pengertian akhlak sebagai: Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Menurut Imam Ghazali, akhlak yang mulia mempunyai empat perkara yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan hawa nafsu) dan bersifat adil. Kata akhlak tersebut banyak ditemukan dalam hadits Nabi Saw. Dalam salah satu haditsnyaRasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakanakhlak yang mulia”. (HR. Ahmad). Sedangkan dalam al-Quran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlaq yaitu khuluq. Allah menegaskan, “Dan sesungguhnyakamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam (68): 4). Khuluq adalah ibarat



3



dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk, lalu dipilih yang baik untuk dipraktikkan dalam perbuatan, sedang yang buruk dibenci dan dihilangkan . Sehingga akhlak juga dibagi menjadi dua,yaitu akhlak baik (AlHamidah) dan akhlak buruk (Adz-Dzamimah). Kata yang setara maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika. Kata-kata ini sering disejajarkan dengan budi pekerti, tata susila, tata krama atau sopan. Untuk mengetahui definisi Akhlak menurut istilah, dibawah ini terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: 1. Ibnu Maskawaih mendefinisikan Akhlak adalah sikap jiwa seseorang yang untuk



melakukan



melalui



mendorongnya



perbuatan-perbuatan



tanpa



pertimbangan (terlebih dahulu);



2. Prof. DR. Ahmad Amin menjelaskan Sementara orang membuat definisi Akhlak, bahwa yang disebut Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan Akhlak; 3. Al-Qurthuby mendefinisikan Akhlak adalah suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya yang disebut Akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian darinya; 4. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy mendefinisikan Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain),



4



5. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy mendefinisikan Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja; 6. Imam Al-Ghazali mendefinisikan Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk. Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak itu merupakan bagian dari kejadian manusia. Oleh karena itu, kata al-khuluk tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan kata al-khiiqah, yaitu fitrah yang dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia. Imam Al-Ghazaly menekankan, bahwa Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat dinilai baik atau buruk, dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan norma agama. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy, Ibnu Maskawaih dan Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menekankan, bahwa Akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu menimbulkan perbuatan yang gampang dilakukan. Meskipun ketiganya menekankan keadaan jiwa sebagai sumber timbulnya akhlak, namun dari sisi lain mereka berbeda pendapat, yaitu: a. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy menekankan hanya perbuatan baik saja yang disebutnya akhlak; b. Ibnu Maskawaih menekankan seluruh perbuatan manusia yang disebutnya akhlak;



5



c. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menjelaskan perbuatan baik dan buruk yang disebutnya akhlak. 2.2



Aturan Pergaulan Dalam Islam Islam telah mengatur etika pergaulan. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para pelakunya. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah 1. Menutup Aurat Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurot demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurot merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah. Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan aurat bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan. Di samping aurat, Pakaian yang di kenakan tidak boleh ketat sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh transparan atau tipis sehingga tembus pandang. Secara khusus bagi wanita Allah SWT berfirman: “…dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya…” (QS. 24: 31). Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan juga kepada istri-istri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka



6



lebih mudah untuk dikenal, sehingga tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. 33: 59) Dalam hal menjaga aurat, Nabi menegaskan sebuah tata krama yang harus diperhatikan, beliau bersabda: “Tidak dibolehkan laki-laki melihat aurat (kemaluan) laki-laki lain, begitu juga perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak boleh laki-laki berkumul dengan laki-laki lain dalam satu kain, begitu juga seorang perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama perempuan dalam satu kain.” (HR. Muslim). 2. Menjauhi Perbuatan Zina Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32: “Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk” Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut: a. Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu syetan.



7



b. Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang. Nabi bersabda; “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaithan” (HR. Ahmad). “Dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian bersunyi-sunyi dengan perempuan, kecuali disertai muhrimnya.”(HR. Bukhari Muslim dikutip Imam Nawawi dalam Tarjamah Riyadush Shalihin) 2.3



Akhlak Terhadap Sesama Muslim Mengenai hubungan dengan sesama muslim, maka tidak terlepas dengan tetangga, famili atau kerabat, teman, rekan kerja maupun masyarakat muslim. Kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya ada 6, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Abu Hurairah, yang artinya : “ Rasulullah bersabda: kewajiban seorang terhadap muslim ada 6. Sahabat bertanya “ apakah itu, wahai Rasulullah? Rasulullah bersabda : “ Apabila engkau berjumpa dengannya ; apabila ia mengundang engkau, hendaklah engkau menepatinya; apabila ia meminta nasihat kepada engkau engkau menasehatinya; apabila ia bersin kemudian ia mengucapkan hamdallah hendaklah engkau ucapkan tasymith ( yarhamukallah / yarhamukillah ); apabila ia sakit hendaklah engkau menjenguknya; dan apabila ia meninggal dunia hendaklah melayatnya dan mengantarkan kepemakamannya. Dari arti hadits diatas, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa 6 kewajiban muslim kepada muslim lainnya yaitu:



8



1. Mengucapkan salam ketika berjumpa. Mengucapkan salam. Hukumnya adalah sunah muakad. Sebab salam merupakan sebab-sebab pemersatu orang Islam dan sebab timbulnya rasa cinta kasih sesamanya. Disunnahkan anak kecil memberikan salam kepada orang dewasa(tua), orang yang sedikit memberi salam kepada orang yang berjumlah lebih banyak dan orang yang mengendarai kendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan. Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucapan salam adalah do’a. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut. Allah swt berfirman: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat”. (QS. An-Nur/24: 27) 2. Memenuhi undangannya. Apabila kamu diundang, maka hadirilah undangan itu. Artinya apabila kita diundang ke rumah orang yang mengundang kita maka datangilah. Karena mendatangi undangan tersebut hukumnya sunnah muakkad. Sebab hal tersebut dapat menjadikan pihak yang mengundang akan merasa senang dan mendatangkan rasa cinta kasih dan rasa persatuan diantara mereka. 3. Menasehati jika diminta. Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada hambahambanya yang beriman saling nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati dalam bersabar satu sama lainnya, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya : “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat



9



menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. AlAshr : 2-3) Sebagai seorang



muslim, maka ia mendapatkan tugas



kewajiban untuk memberikan nasihat kepada sesama muslim lainnya, demikian pula sebaliknya. Dimana nasihat tersebut merupakan kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar. Setiap muslim yang merasa memiliki persaudaraan dengan muslim lainnya tentunya mempunyai tanggung jawab untuk tidak membiarkan saudaranya berada dalam kemunkaran. Setiap muslim mempunyai tanggung jawab kepada saudara lainnya untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf dengan mengajak mereka mengerjakan hal-hal yang baik dan positif. Sehingga dengan ajakan dan nasihat tersebut terjauhilah perkara-perkara yang munkar, dan niscaya kemaslahatan dunia dan akhiratlah yang akan mereka peroleh. 4. Mengucapkan Tasymith jika ia bersin, lalu ia mengucapkan hamdallah. Bagi orang muslim yang mendengar saudara muslimnya bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, maka disyariatkan baginya untuk mengucapkan tasymit kepadanya. Bertasymit kepada orang yang bersin adalah dengan mengucapkan kepada orang yang bersin, "Yarhamukallah". (Lihat Syarh Nawawi 'Ala Muslim, hadits no. 3848). Dan maksud utama dari kalimat tasymit adalah mendoakan kebaikan untuk orang yang bersin dan dia memuji Allah. Jika tidak memuji Allah maka tidak dibacakan tasymit kepadanya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Apabila



salah



seorang



kamu



bersin,



hendaknya



ia



mengucapkan: Al-Hamdulillah. Dan hendaknya saudaranya atau sahabatnya mengucapkan kepadanya: Yarhamukallah.



10



Maka



apabila



ia



mengucapkan yarhamukallah kepadanya,



hendaknya ia mengucapkan: Yahdikumullah wa Yuslihu Baalakum. (HR. al-Bukhari no. 5756). 5. Menjenguknya bila ia sakit. Hukum menjenguk orang sakit adalah fardhu kifayah. Artinya, bila ada sebagian orang yang melakukannya maka gugur kewajiban dari yang lain. Bila tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka wajib bagi orang yang mengetahui keberadaan si sakit untuk menjenguknya. Kemudian yang perlu diketahui, orang sakit yang dituntunkan untuk dijenguk adalah yang terbaring di rumahnya (atau di rumah sakit) dan tidak keluar darinya. Adapun orang yang menderita sakit yang ringan, yang tidak menghalanginya untuk keluar dari rumah dan bergaul dengan orang-orang, maka tidak perlu dijenguk. Namun bagi orang yang mengetahui sakitnya hendaknya menanyakan keadaannya. Demikian penjelasan Syaikh yang mulia Muhammad bin Shalih AlUtsaimin t dalam kitabnya Syarhu Riyadhish Shalihin (3/55). Keutamaan yang besar dijanjikan bagi seorang muslim yang menjenguk saudaranya yang sakit seperti ditunjukkan dalam haditshadits berikut ini: Tsauban z mengabarkan dari Nabi n, sabda beliau: “Sesungguhnya seorang muslim bila menjenguk saudaranya sesama muslim maka ia terus menerus berada di khurfatil jannah hingga ia pulang (kembali).” (HR. Muslim no. 6498) 6. Melayat dan mengantarkan jenazahnya sampai kepemakaman jika ia meninggal dunia. Melayat ahli mayat (keluarga mayat) itu sunat dalam tiga hari sesudah ia meninggal dunia, yang lebih ialah sebelum dikuburkan. Yang dimaksud dalam melayat itu ialah untuk menganjurkan ahli



11



mayat (keluarga mayat) supaya sabar, jangan berkeluh-kesah, mendo’akan mayat supaya mendapat ampunan, dan juga supaya malapetaka itu berganti dengan kebaikan. Sabda Rasulullah Saw: Dari Usamah, Ia berkata, “Seorang anak perempuan Rasulullah Saw. telah memanggil beliau serta memberitahukan bahwa anaknya dalam keadaan hamper mati, Rasulullah Saw. berkata kepada utusan itu, ‘kembalilah engkau kepadanya, dan katakana bahwa segala yang diambil dan yang diberikan – bahkan apa pun – kepunyaan Allah. Dialah yang menentukan ajalnya, maka surulah ia sabar serta tunduk kepada perintah’.”(HR. Bukhari dan Mushlim). 2.4



Syariat Aklak Bagi Sesama Muslim Berikut ini diulas hal-hal yang telah disyari’atkan sebagai akhlak bagi kaum muslimin dalam rangka membina hubungan persaudaraan sesama muslim sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal dan dihindarkannya kemudharatan sebagai dampak dari terabaikannya syaratsyarat persaudaraan. 1. Saling Mencintai sesama muslim karena Allah Saling mencintai diantara sesama umat muslim karena Allah perlu ditumbuh kembangkan oleh kaum muslimin sehingga dengan adanya rasa cinta tersebut maka akan terciptalah suasana yang harmonis ditengah-tengah masyarakat muslim. Dengan adanya rasa cinta kepada sesama muslim maka akan terhindarlah hal-hal yang dapat menjadi sumber ketidak harmonisan dan permusuhan satu sama lainnya. Saling mencintai diantara sesama muslim telah diperintahkan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim rahimahullaah ta’ala yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik radhyalllahu’anhu: Shahih Muslim 60: dari



12



Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dia berkata: "Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk neraka." 2. Sesama Muslim Yang Satu Dengan Lainnya Bagaikan Satu Bangunan Antara kaum Muslim itu sama lainnya diibaratkan sebagai sebuah bangunan yang saling mengokohkan. Bangunan akan kokoh apabila ditunjang oleh banyak bagian yang satu sama lain saling mendukung, saling bekerja sama memperkokoh sehingga bangunan tersebut dapat tegak berdiri. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullaah ta’ala dari Abu Musa radhyallaahu’anhu disebutkan : Shahih Muslim 4684: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu 'Amir Al Asy'ari keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Idris dan Abu Usamah; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al A'laa Abu Kuraib; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mubarak dan Ibnu Idris serta Abu Usamah seluruhnya dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.” 3. Saudara Sesama Muslim Hendaknya Saling Tolong Menolong Sesama muslim juga diwajibkan untuk saling tolong menolong, yakni tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat AlMaidah ayat 2[1] yang artinya:“Dan tolong-menolonglah kamu dalam



13



(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS.Al Maidah :2 ) 4. Membantu Meringankan Kesulitan Sesama Muslim Sebagai saudara sesama muslim wajib seseorang itu prihatin atas kesulitan yang menimpa saudaranya yang lain, namun tidak hanya terbatas sekedar prihatin tetapi harus diikuti dengan sikap untuk membantu bagaimana kesulitan tersebut dapat diatasi. Saudara sesama muslim yang mendapatkan kesusahan wajib untuk dibantu dalam melepaskan kesulitan tersebut. Di dalam kehidupan sehari-hari tentunya seseorang itu kadang-kadang mendapatkan kesulitan yang tidak dapat diatasnya secara sendiri, kecuali mendapatkan bantuan dari orang lain. Misalnya seseorang ditimpa musibah berupa kecelakaan dan memerlukan biaya untuk pengobatan, namun karena ketiadaan dana maka ybs kesulitan untuk membayar biaya pengobatan. Disinilah letak peran dari saudara muslim lainnya untuk membantu mengatasi kesulitan pembiayaan dengan bergotong royong mengumpulkan uang. Membantu meringankan atau melepaskan kesulitan yang dihadapi oleh seseorang dimata Allah subhanahu wa ta’ala sangatlah besar sekali artinya,mereka-mereka yang membantu melepaskan atau meringankan kesusahan orang lain mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah pada hari kiamat kelak dengan dilepaskannya dari satu kesusahan . Hal ini ditegaskan oleh Rasullullah shallallaahu’alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oelh imam Bukhari rahimahullaah



ta’ala



dari



sahabat



Abdullah



bin



Umar



radhyallaahu’anhu: Shahih Bukhari 2262: dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma mengabarkannya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi



14



muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat." 5. Sesama Muslim diperintahkan untuk Menutupi A’ib Saudaranya Maka tutupilah aib saudara-saudaramu, karena engkau tidak pernah akan mampu memerangi Allah subhanahu wa ta’ala Yang Maha Kuasa membuka segala aibmu dan mengungkap segala dosamu, sementara manusia tidak ada yang mengetahuinya. Dan kekanglah lisanmu dari pembicaraan menyangkut kehormatan orang lain, mencari-cari kesalahan, dan merusak harga diri saudara-saudaramu. Sungguh di antara petunjuk Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah lebih mengutamakan menutup aib, sampai-sampai pada orang yang melakukan dosa besar. Berkaitan dengan menutupi a’ib orang lain Rasullullah shallallahu’alaihi wasallam dalam sabda beliau yang diriwayatkan oleh imam Bukhari rahimahullaah ta’ala mengatakan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat".



15



6. Mendoakan Kebaikan Bagi Saudaranya Sesama Muslim Salah



satu akhlak



terpuji



lainnya dengan



sesama



muslim adalah mendoakan muslim lainnya yang tidak berada di hadapannya, atau tanpa sepengetahuannya. Saat seorang muslim mendoakan muslim lainnya yang berada jauh dari tempatnya, tanpa sepengetahuannya, dengan doa-doa yang baik, niscaya doa tersebut akan dikabulkan Allah dan doa tersebut juga akan mencakup orang yang membacanya sendiri. Dari Ummu Darda’ dan Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhuma: Rasullullah shallallahu’alaihin wa sallam bersabda: “Doa seorang muslim untuk saudaranya (muslim lainnya) yang tidak berada di hadapannya akan dikabulkan oleh Allah. Di atas kepala orang muslim yang berdoa tersebut terdapat seorang malaikat yang ditugasi menjaganya. Setiap kali orang muslim itu mendoakan kebaikan bagi saudaranya, niscaya malaikat yang menjaganya berkata, “Amin (semoga Allah mengabulkan) dan bagimu hal yang serupa.” (HR. Muslim no. 2733, Abu Daud no. 1534, Ibnu Majah no. 2895 dan Ahmad no. 21708) 7. Saling Mencintai , Sayang Menyayangi dan Kasih Menghasihi dalam Persaudaraan Sesama Muslim Hubungan di antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat kuat. Maka setiap orang yang dipertalikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di antara sesama muslim satu dan lainnya dengan hubungan persaudaraan, niscaya ia mendapat hak untuk saling mencintai karena Allah ta;ala. Dan setiap orang yang bergaul dengan sesama saudara muslim dengan kecintaan iman, niscaya ia berhak mendapatkan hak persaudaraan Islam. Al-Qurthubi



rahimahullah



menjelaskan



pengertian



persaudaraan yang dimaksudkan dalam islam : “Berusahalah agar



16



kamu menjadi seperti saudara senasab dalam kasih sayang, tolong menolong, saling membantu, dan memberi nasehat.” Dan standar pemahaman ukhuwah (persaudaraan) dan yang tidak sempurna iman kecuali dengannya adalah yang dijelaskan oleh Rasulullah dengan sabdanya: "Demi Dzat yang diriku berada di tanganNya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna) sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya sendiri dari kebaikan." 8. Saling Mengulurkan Tangan Untuk Berjabatan (Bersalaman) Membina persaudaraan sesama muslim perlu dilakukan dengan berbagai ragam perbuatan yang disyari’atkan, termasuk di dalamnya saling berjabatan tangan ketika bertemu satu sama lainnya dalam berbagai kesempatan apa saja. Dengan berjabatan tangan sambil mengucapkan salam sebagai sebuah doa yang diikuti pula dengan saling tegur sapa saling menanyakan kesehatan serta keluarga sungguh merupakan angin segar yang menyejukkan pertemuan sesama muslim. Mengulurkan tangan untuk menjabat tangan ketika bertemu dengan seseorang telah dicontohkan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam sebagai yang diriwayatkan dalam sebuah hadits oleh imam Bukhari rahimahullaah ta’ala dari Qatadah radhyallaahu’anhu: Sunan Abu Daud 199: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Mis'ar dari Washil dari Abu Wa`il dari Hudzaidfah bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertemu dengannya, kemudian beliau mengulurkan tangan kepadanya (untuk berjabat tangan). Namun Hudzaifah berkata; Sesungguhnya



saya



sedang



junub.



Maka



beliau



bersabda:



"Sesungguhnya orang muslim itu tidak najis".



17



9. Ramah Tamah ,Rendah Hati Serta Tidak Sombong Kepada Sesama Saudara Muslim Islam sangatlah memuji sikap ramah tamah dan rendah hati yamng ditujukam oleh setiap orang muslim terhadap saudara-saudara muslim lainnya. Ramah tamah dan rendah hati adalah kebalikan dari sikap sombong). Sikap inilah yang merupakan sikap terpuji, yang merupakan salah satu sifat ‘ibaadur Rahman yang Allah terangkan dalam firman-Nya: “Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orangorang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan katakata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63) 10. Mendahulukan Kepentingan Saudaranya Sesama Muslim Dari Pada Kepentingan sendiri dan Golongan/Kelompok. Mendahulukan kepentingan orang lain ( saudara sesama muslim) daripada kepentingan pribadi atau golongan dalam Islam dipandang sebagai hal yang utama, karena dalam hal ini nampak sekali bagaimana akhlak seseorang muslim terhadap orang lain. Dimana kepentingan yang menyangkut orang lain atau menyangkut orang banyak tentunya hanya dapat dilakukan oleh mereka-mereka yang mempunyai



keikhlasan



berkorban



untuk



orang



lain.



Mereka



mendahulukan kepentingan saudaranya sesama muslim meskipun ia sendiri membutuhkannya. Ia rela berkorban dengan meninggalkan kepentingan pribadinya. Tentang keutamaan mendahulukan kepentingan orang lain disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum



(kedatangan)



mereka



(Muhajirin),



mereka



(Anshor)



'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan



18



mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Mu- hajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari



kekikiran



dirinya,



mereka



itulah



orang



orang



yang



beruntung.” (QS.Al Hasyr : 9) 11. Selalu Berprasangka Baik Kepada Sesama Muslim Seseorang muslim akan termasuk dalam golongan orang-orang yang ber akhlak yang baik apabila ia selalu berprasangka baik ( Positif tinking) kepada saudaranya sesama muslim. Dugaan apapun yang timbul dalam dirinya terhadap saudaranya sesama muslim yang lain selalu berkaitan dengan kebaikan bukan hal-hal yang bersifat keburukan . Dengan adanya prasangka yang selalu baik terhadap orang lain maka orang tersebut terlepas dari sifat berbuat zhalim. Prasangka baik menghilangkan kecurigaan yanmg biasanya muncul pada diri orang-orang yang hatinya berpenyakit. Berkaitan dengan itu Imam Bukhari rahimahullaah ta’ala meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhyalllahu’anhuma: Shahih Bukhari 5606: dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk ucapan yang paling dusta, dan janganlah kalian saling mendiamkan, saling mencari kejelekan, saling menipu dalam jual beli, saling mendengki, saling memusuhi dan janganlah saling membelakangi, dan jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara."



19



2.5



Tiga Akhlaq Muslim 1. Menyimpan Rahasia “Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu Hafshah bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".(Q.s 66:3) Sesama muslim hendaknya saling menjaga rahasia yaitu rahasia yang berkenaan dengan pribadi muslim maupun rahasia yang berkenaan dengan perjuangan Islam. Menjaga rahasia merupakan janji, dan jani harus ditepati “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Qs.17:34) 2. Menutupi Aib Orang lain “ Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui”. (Q.s. 24:19) “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan



20



janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Qs.49:12) Rasulullah bersabda “ Tidakalah seorang hamba menutup aib hamba lainnya, Kecuali Allah SWT menutupi keburukan dia pada hari kiamat” . 3. Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda Rasulullah Bersabda “ Bukan golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan menyayangi yang muda dari kami” Hendaknya setiap muslim menerapkan akhlaq kepada sesama muslim tersebut dalam interaksi keseharian maupun dalam beraktivitas. Penerapan akhlaq yang baik akan membawa kepada sikap dan perilaku saling memahami dan saling memaklumi yang dapat makin memperkokoh pelaksanaan amal jama’I dalam mengemban amanah dakwah.



21



BAB 3 PENUTUP 3.1



Kesimpulan Dalam agama islam di wajibkan untuk berbuatan baik kepada sesama muslim Islam sebagai agama yang paling sempurna dan agama kasih sayang mengutamakan hubungan persaudaraan sesama muslim diantara



sesama



pemeluknya



.



Sehubungan



dengan



itu



Islam



mensyari’atkan bagaimana seharusnya sikap dan akhlak seseorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim yang lain, agar terbina hubungan harmonis dan saling menghargai satu sama lain, saling kasih mengasihi dan saling tolong menolong dan saling cinta mencintai karena Allah. Dalam



melakukan



hubungan



sosial



kemasyarakatan



yang



diantaranya dalam pergaulan sehari-hari sesama saudara muslim haruslah selalu dilandasi kepada akhlak terpuji yang sesungguhnya tiada lain adalah akhlak yang mulia yang sangat dipuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga setiap muslim diwajibkan dalam dirinya untuk merasa dan menganggap bahwa sesama muslim lainnya saling bersaudara satu lainnya sebagai saudara seagama. Yang dalam kesehariannya perlu ditindak lanjuti dengan segala sesuatunya selalu berorientasi kepada akhlak Muslim. Setiap muslim yang menyadari keutamaan persaudaraan sesama muslim , bahwa persaudaraan tersebut perlu terus dibina dengan mengacu kepada hal-hal yang bersifat positif yaitu akhlak yang terpuji Demi menciptakan Ukhuwah Islami yang hakiki Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain:



22



1. Islam adalah agama yang sempurna yang di dalamnya pula mengajarkan mengenai 2. akhlak pergaulan yang akan menuntun manusia untuk bergaul dengan baik yang diberkahi oleh allah 3. Islam melarang setiap manusia untuk mendekati semua hal atau perbuatan yang akan mendatangkan atau berdekatan dengan zina 4. Hidup itu pilihan yang akan menimbulkan sebab dan akibat yang terjadi apabila kita memilih suatu pilihan seperti halnya pilihan apakah kita akan memilih dan menetapkan pergaulan yang sesuai dengan ajaran islam atau pergaulan yang sesuai dengan ajaran yang berkembang di dunia yang modern ini



3.2



Saran Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita memiliki akhlak yang terpuji agar mendapatkan ridho dari Allah SWT termasuk dalan hal pergaulan, baik sesama jenis maupun dengan berlawanan jenis agar tidak terpengaruh dari godaan syetan yang akan mengusik keimanan kita kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya hanya orang-orang yang berakhlak mulialah yang akan diterima oleh Allah SWT di sisinya, dan semoga kita sebagai muslim dan muslimah termasuk golongan-golongan yang dimuliakan oleh Allah SWT yang akan berada disampingnya.



23



DAFTAR PUSTAKA



Al-qur’an dan terjemahannya Modul Paket Studi Islam Khairu Ummah, Drs. Ahmad Yani, LPPD Khairu Ummah: Jakarta Pusat Pergaulan pemuda-pemudi dalam islam, muhamad pristian habib,: universitas diponegoro Himpunan hadist pilihan, hadis shahih bukhari, husein bahreisy, alikhlas:Surabaya



24