Makalah Akhlak Kepada Diri Sendiri Dan Sesama Manusia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI DAN SESAMA MANUSIA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Akhlak Dosen Pengampu: Fahim Khasani, M.A



Disusun Oleh : Ririn Melati Suci



(19110055)



Dewi Nur Aini



(19110148)



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah – Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Akhlak Kepada Diri Sendiri Dan Sesama Manusia dengan baik, meskipun masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Dan juga, kami berterima kasih kepada Bapak Fahim Khasani, M.A selaku dosen mata kuliah Akidah Akhlak yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap, makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kami mengenai materi materi yang telah beliau berikan, khususnya mengenai Akhlak Kepada Diri Sendiri Dan Sesama Manusia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwasanya dalam makalah ini, masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran maupun usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun. Sesungguhnya, kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Semoga makalah sederhana ini, dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya, makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan, kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Malang, April 2021



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGATAR ………………………………………………………………… DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………….. 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………...... 1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………........... BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Akhlak Kepada Diri Sendiri…………………………………………… 2.2 Macam – Macam Akhlak Seorang Muslim Kepada Diri Sendiri………………...... 2.3 Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri…………………………............... 2.4 Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri ………………………………………….... 2.5 Akhlak Kepada Sesama Manusia …………………………………………............. BAB III PENUTUP…………………………………………………………………… A. Kesimpulan………………………………………………………….................. B. Saran……………………………………………………………………............ DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perubahan akan zaman yang tengah terjadi pada abad ini sangat meresahkan. Terutama yang telah dialami oleh para remaja akhir – akhir ini. Tumbuh dan berkembangnya teknologi informasi bertolak belakang dengan ilmu agama atau dengan kata lain yakni tanpa didasari oleh adanya ilmu agama. Begitupun dengan kurang menguasainya (persiapan yang kurang) sehingga menyebabkan krisis akhlak dan moral bagi suatu bangsa. Terdapat banyak sekali berita atau media yang mengatakan bahwasanya remaja merupakan subjek atau pelaku dalam penyimpangan tersebut. Seperti halnya, melakukan tindak kriminal, misalnya tawuran antar pelajar (perkelahian sesama peserta didik), mencuri atau merampok (begal), melakukan seks bebas, mengonsumsi barang – barang haram atau narkoba dan lain sebagainya. Hal tersebut telah membuktikan bahwasanya kemerosotan akhlak yang dialami oleh para remaja.1 Dengan adanya fenomena tersebut diatas, dunia pendidikan dituntut mampu untuk lebih mengoptimalkan atau memperbaiki akhlak peserta didik. Sehingga orang tua maupun seluruh aspek dalam sekolah bekerjasama dalam rangka pembentukan akhlak bagi peserta didik itu sendiri. Akhlak berkedudukan sangat penting dalam kehidupan manusia itu sendiri. Baik sebagai seorang individu (diri sendiri), masyarakat maupun suatu bangsa. Akhlak yang menentukan jatuh bangunnya suatu masyarakat. Jadi, tergantung akhlak suatu masyarakat itu sendiri yang akan menentukan apakah mereka baik ataupun sebaliknya. Apabila akhlak mereka baik, maka sejahteralah lahir maupun bathinnya.



1



Miftakhul Jannah, Studi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama Manusia Antara Siswa Fullday School Dengan Siswa Boarding School di Kelas XI SMA IT Abu Bakar Yogyakarta, Jurnal Al – Thariqah, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018, Hlm. 2.



Begitupun sebaliknya, jikalau akhlak mereka yang rusak, maka secara otomatis rusaklah lahir maupun bathinnya tersebut.2 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1



Bagaimana Pengertian Akhlak Kepada Diri Sendiri?



1.2.2



Sebut dan Jelaskan Macam – Macam Akhlak Seorang Muslim Kepada Diri Sendiri?



1.2.3



Bagaimana Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri?



1.2.4



Sebutkan Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri?



1.2.5



Bagiamana Akhlak Kepada Sesama Manusia?



1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian Akhlak Kepada Diri Sendiri 1.3.2 Untuk mengetahui Macam – Macam Akhlak Seorang Muslim Kepada Diri Sendiri 1.3.3 Untuk mengetahui Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri 1.3.4 Untuk mengetahui Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri 1.3.5 Untuk mengetahui Akhlak Kepada Sesama Manusia



2



Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al – Qur’an, Jakarta: Amzah, 2007.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Akhlak Kepada Diri Sendiri Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab ‫ اخالق‬bentuk jamak dari mufradnya khuluq ‫ خلق‬yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata “budi pekerti”, budi adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran, rasio. Budi disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya. Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata – mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap – tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing – masing. Jadi, yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.



Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal – hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru – paru kita rusak, mengonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki, munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafik dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran. Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut Dengki, Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW Bersabda, “Hati – hatilah pada kedengkian karena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap minyak.”(H.R. Abu Dawud). Munafik, Orang yang mereka ucapkan munafik adalah orang yang berpura – pura atau ingkar. Apa tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda – tanda orang munafik ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu: ‫عه أبى‬ .‫ قال زسول ﷲ صلعم‬:‫ وإذا ”هسيسة زضي ﷲ عنه قال‬,‫ إذا حدث كرب وإذا وعد أخلف‬,‫أيات المنافقيه ثالث‬ ‫ اؤتمه خان‬Dari Abu Hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” Tanda – tanda orang munafik



ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.” (H.R. Bukhari, Muslim , Tirmidzi dan An – Nisa’i) 3 2.2 Macam – Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri: A.Berakhlak terhadap jasmani 1).Senantiasa Menjaga Kebersihan Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih atau suci badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas. 2). Menjaga Makan dan Minumnya Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati. Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara. Allah SWT berfirman yang artinya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada – Nya saja menyembah.(QS. An Nahl: 114) 3). Menjaga Kesehatan Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT serta sekaligus melaksanakan amanah dari – Nya. Riyadhah atau latihan jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah. Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min 3



Faridl, Miftah. 1997. Etika Islam: Nasehat Islam Untuk Anda. Bandung: Pustaka. https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak



yang kuat lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah, dan masing – masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal – hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa Maa Syaa’a Fa’a”l, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim). 4). Berbusana yang Islami Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian – bagian badannya ada yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas, dan lain – lain. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan – bahan di alam ini untuk dibuat pakaian sebagai penutup badan. B.Berakhlak terhadap Akal 1). Menuntut Ilmu Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Seorang mukmin, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mukmin adalah yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. 2). Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai Setiap muslim perlu mempelajari hal – hal yang memang sangat urgent dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al – Hasyimi (1993 : 48), hal – hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah: Al – Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan



tafsirnya; kemudian ilmu Hadits; sirah dan sejarah para sahabat; Fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, teknik, politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu. 3). Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya. Firman Allah SWT yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang – orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (An – Nahl: 43) 4). Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan Diantara



tuntutan



dan



sekaligus



akhlak



terhadap



akalnya



adalah



merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya. Firman Allah SWT yang artinya: “Wahai orang – orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa – apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As – Shaff). C. Berakhlak terhadap jiwa 1). Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang. Adapun yang termasuk dosa – dosa besar diantaranya: (1) Syirik, (2) Kufur, (3) Nifak, (4) Riddah, (5) Fasik, (6) Berzina dan menuduh orang berzina, (7) Membunuh manusia, dan (8) Bersumpah palsu 2). Bermuraqabah Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan



kesempurnaan – Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima – Nya serta menolak selain Dia. Firman Allah SWT yang artinya: “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An – Nisa: 1) 3). Bermuhasabah Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk menghitung – hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya. Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan membersihkannya. 4). Mujahadah Mujahadah adalah berjuang, bersungguh – sungguh, berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan. Jika seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya.4 2.3 Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain: A. Sabar. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah. B. Syukur. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan – Nya. C.Tawadu’. Sikap tawadu’ melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.



4



https://rizkifisthein.wordpress.com/2011/06/23/akhlak-terhadap-diri-sendiri/do[l9i/p-0k8



D.Shidiq. Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan. E. Amanah. Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rasulullah SAW bersabda bahwa: “Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji . ” (HR. Ahmad) F. Istiqamah. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al – Quran pada surat Al – Fushshilat ayat 6 yang artinya “Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada – Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan – Nya”. G. Iffah. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya. H. Pemaaf. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.5 2.4 Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri A. Berakhlak terhadap jasmani. 1). Jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan. 2). Tubuh menjadi sehat dan selalu bugar. 3). Menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah. B. Berakhlak terhadap akalnya 1). Memperoleh banyak ilmu; 2). Dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain; 3). Membantu orang lain; 5



Toto Suryana, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Tiga Mutiara, 1997, Hlm. 191.



4). Mendapat pahala dari Allah SWT. C. Berakhlak terhadap jiwa 1). Selalu dalam lindungan Allah SWT. 2). Jauh dari perbuatan yang buruk. 3). Selalu ingat kepada Allah SHWT.6 2.5 Akhlak Kepada Sesama Manuia Akhlak terhadap sesama manusia ialah bagaimana sikap kita sebagai seorang individu (diri sendiri) dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari – hari, selain manusiaberhubungan dengan Tuhan, mereka juga saling berinteraksi sesama manusia lain. Di bagi menjadi beberapa bagian yakni sebagai berikut: 1. Akhlak Terhadap Orang Tua atau Guru yakni dengan A. Mentaati segala perintah maupun larangan dari keduanya, dengan catatan hal tersebut tidak bertentangan dengan syariat ajaran agama Islam; B. Berkata mulia dan lembut terhadap keduanya; C. Allah SWT telah memerintahkan bahwasanya setiap manusia untuk senantiasa berkata sopan dan santun dengan nada rendah terhadap keduanya; D. Memprioritaskan atau mengutamakan panggilan dari kedua orang tua. 2. Akhlak Terhadap Saudara yang dengan A. Adil terhadap saudara; B. Memiliki sifat penyayang terhadap saudara; C. Jangan suudzon. 6



Nurhayati. 289. Akhlak dan Hubungannya dengan Aki dah dalam Islam, Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (Juli – Desember 2014).



3. Akhlak Terhadap Teman yakni dengan A. Mempunyai sikap saling saling menyayangi, menghargai dan menasehati; B. Memiliki sikap saling tolong menolong; C. Memiliki sifat jujur dan pemaaf. 4. Akhlak Terhadap Tetangga yakni dengan A. Kewajiban untuk memuliakan tetangga; B. Saling menghormati mengenai hak keIslamannya; C. Sama – sama memiliki hak yang sama sebab adanya suatu hubungan kekerabatan.7



7



Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al – Qur’an, Jakarta: Amzah, 2007.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pemaparan – pemaparan yang telah tertera dalam makalah tersebut, dapat di simpulan menjadi beberapa poin secara garis besar yakni sebagai berikut: 1. Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani. 2. Akhlak terhadap sesama manusia ialah bagaimana sikap kita sebagai seorang individu (diri sendiri) dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari – hari, selain manusia berhubungan dengan Tuhan, mereka juga saling berinteraksi sesama manusia lain. B. Saran Sebagai penyusun daripada makalah ini, kami menyadari bahwasanya masih terdapat kekurangan – kekurangan dalam makalah ini. Baik dari segi penulisan maupun dari segi sumber atau referensi yang sangat terbatas. Mengingat, kami mengutip dari beberapa jurnal saja, tanpa menggunakan satu bukupun. Kami mohon maaf yang sebesar – besarnya apabila ada kesalahan dari kami yang di sengaja maupun yang tidak disengaja dalam penyusunan makalah ini. Kami juga mengharapkan saran atau kritik dari para pembaca yang bisa menjadi koreksi bagi kami untuk pembenahan kembali makalah ini supaya menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya. Serta, kami berharap juga makalah ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan bagi para pembaca baik untuk hari ini maupun di kemudian hari.



DAFTAR PUSTAKA Miftakhul Jannah, Studi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama Manusia Antara Siswa Fullday School Dengan Siswa Boarding School di Kelas XI SMA IT Abu Bakar Yogyakarta, Jurnal Al –Thariqah, Vol. 3, No. 2, Juli – Desember 2018. Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al – Qur’an, Jakarta: Amzah, 2007.



Faridl, Miftah. 1997. Etika Islam: Nasehat Islam Untuk Anda. Bandung: Pustaka. https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak



https://rizkifisthein.wordpress.com/2011/06/23/akhlak-terhadap-diri-sendiri/do[l9i/p0k8 Toto Suryana, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Tiga Mutiara, 1997. Nurhayati. 289. Akhlak dan Hubungannya dengan Aki dah dalam Islam, Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (Juli – Desember 2014).