Alkaloid Dan Basa Nitrogen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I



REAKSI PENDAHULUAN: GOLONGAN ALKALOID DAN BASA NITROGEN



oleh: Marcelina 20219044



PROGRAM STUDI DIII FARMASI AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI BANDUNG 2021



REAKSI PENDAHULUAN: GOLONGAN ALKALOID DAN BASA NITROGEN



I.



Tujuan Mahasiswa dapat memahami prinsip dan reaksi yang terjadi pada golongan alkaloid dan basa nitrogen



II.



Dasar Teori Golongan alkaloid adalah senyawa yang mengandung amina dalam struktur molekulnya sehingga bersifat basa. Prinsip reaksi identifikasi untuk golongan asam: dapat bereaksi dengan reagensia Dragendorf, dapat diamati dari terbentuknya endapan. Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam, bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan oleh adanya atom N (nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain itu ada beberapa pengecualian di mana termasuk golongan alkaloid tetapi atom nitrogennya terdapat didalam rantai lurus atau alifatis (Sastrohamidjojo, 1996). Sifat-sifat alkaloid: 



Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino







Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau garamnya







Umumnya mempunyai rasa yang pahit







Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan electron bebas pada atom N nya.



Dalam bentuk murni, kebanyakan senyawa alkaloid memiliki ciri sebagai berikut: 



Tidak berwarna







Tidak mudah menguap







Berbentuk kristal







Cenderung memiliki rasa pahit



Beberapa jenis alkaloid yang populer adalah morfin, strychnine, quinine, efedrin, dan nikotin. (Resna, 2020)



III.



Alat dan Bahan No



Alat



Jumlah



. 1 2 3



Tabung reaksi Rak tabung reaksi Mikroskop



6 1 1



No. 1 2 3 4 5 6 7 8



Bahan Papaverin HCl Efedrin HCl HgCl2 CH3COOH H2SO4 pekat CuSO4 NaOH Aquadest



Jumlah secukupnya secukupnya secukupnya secukupnya secukupnya secukupnya secukupnya secukupnya



4 5 6 7 8



Spatel Kaki tiga (tripod) Pembakar bunsen Kaca preparat Pipet tetes



2 1 1 1 2



IV.



Prosedur Papaverin HCl (C20H21NO4.HCl)



 Sifat fisika: BM 397,3, jarak lebur 200℃  Organoleptis: serbuk kristalin putih  Prosedur: 1. 1 spatel sampel Papaverin dimasukkan ke tabung reaksi ditambah 1 ml asam asetat, kocok, ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat (di lemari asam) melalui dinding tabung reaksi, kocok. Perubahan yang terjadi diamati. (Uji Liebermann) 2. 1 spatel sampel Papaverin ditambahkan 10 tetes HgCl 2, kocok tidak sampai larut. Ambil endapannya 1 tetes lalu diamati bentuk kristal di bawah mikroskop.



Efedrin HCl (C10H15NO)



 Sifat fisika: BM 174.2, jarak lebur 40-43℃  Organoleptis: serbuk kristal tidak berwarna atau putih terurai jika terkena cahaya  Prosedur: 1. 1 spatel sampel Efedrin HCl ditambah 20 tetes (1 ml) CuSO 4, kocok, lalu ditambah 40 tetes (2 ml) NaOH, kocok. Perubahan yang terjadi diamati,



2. 1 spatel sampel Efedrin HCl ditambahkan 10 tetes HgCl2, kocok tidak sampai larut. Ambil endapannya 1 tetes lalu diamati bentuk kristal di bawah mikroskop. V.



Hasil Pengamatan Papaverin HCl (C20H21NO4.HCl) No .



1



2



Reagensia



Pengamatan Sebelum Serbuk putih



Sesudah Larutan kuning endapan putih



Serbuk putih



Mikroskopik: kristal batang



Liebermann



Kristal HgCl2



Efedrin HCl (C10H15NO) No . 1



Reagensia CuSO4 + NaOH



Pengamatan Sebelum Serbuk putih



Sesudah Larutan biru



Serbuk putih Mikroskopik: kristal bulat



2



VI.



Kristal HgCl2



Reaksi Kimia Papaverin HCl (Uji Liebermann)



Efedrin HCl + CuSO4 + NaOH



VII.



Pembahasan Pada praktikum kali ini, golongan alkaloid dan basa nitrogen yang dipraktikkan. Golongan alkaloid banyak digunakan sebagai pengobatan dalam medis dan memiliki efek fisiologis yang beragam pada manusia. Fungsi alkaloid dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi berbagai kondisi, seperti malaria hingga bius lokal. (Resna, 2020) Sampel yang digunakan adalah Papaverin HCl dan Efedrin HCl. Papaverin HCl merupakan golongan alkaloid isokuinolon yang diindikasikan untuk kolik kandungan empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer dan mesenteric. Sedangkan Efedrin HCl merupakan senyawa golongan alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik dimana atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Efedrin HCl berfungsi sebagai pereda hidung tersumbat. Uji pertama yang dilakukan adalah sampel Papaverin HCl dengan reagen Liebermann yang terdiri dari anhidrida asam asetat dan asam sulfat. Analisis ini didasarkan pada kemampuan senyawa alkaloid membentuk warna oleh H2SO4 pekat dalam pelarut asam asetat. Penambahan asam sulfat pekat dilakukan di lemari asam dan melalui dinding tabung mencegah terjadinya letupan. Jika perubahan belum terlihat dapat dilakukan pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil positif diberikan pada sampel yang membentuk warna kuning pada senyawa alkaloid. (Kim, 2014) Identifikasi selanjutnya adalah pengamatan mikroskopik Papaverin HCl. Pengamatan mikroskopik ini menunjukkan ciri senyawa alkaloid, yaitu berbentuk kristal. Fungsi dari HgCl2 adalah sebagai larutan pembawa dari sampel sehingga lebih mudah diamati di bawah mikroskop. Hasil yang didapat adalah kristal batang (perbesaran 100x). Bentuk kristal ini menandakan bentuk kristal yang spesifik untuk setiap golongan alkaloid dan basa nitrogen. Pada proses pengerjaan, HgCl2 sebagai pelarut hanya ditambahkan 10 tetes jangan terlalu banyak dan jangan dikocok terlalu lama agar Papaverin tidak larut sehingga dapat diambil endapannya (1 tetes) dan diamati di bawah mikroskop. Sampel selanjutnya adalah Efedrin HCl. Identifikasi Efedrin dapat dilakukan menggunakan reagen, yaitu CuSO4 dan NaOH yang menghasilkan larutan biru



muda yang lama kelamaan berubah warna menjadi biru pekat. Warna biru yang terbentuk



menandakan



alkohol polivalen



dan



bahwa memiliki



senyawa gugus



efedrin yang



mengandung



heterosiklik.



gugus



Penambahan



NaOH bertujuan untuk memberikan suasana basa pada reaksi sehingga terjadi substitusi gugus hidrogen oleh gugus amin



pada



struktur senyawa efedrin



sehingga meningkatkan kepekatan warna larutan. Identifikasi selanjutnya adalah pengamatan mikroskopik Efedrin HCl. Pengamatan mikroskopik ini menunjukkan ciri senyawa alkaloid, yaitu berbentuk kristal. Fungsi dari HgCl2 adalah sebagai larutan pembawa dari sampel sehingga lebih mudah diamati di bawah mikroskop. Hasil yang didapat adalah kristal bulat (perbesaran 100x). Bentuk kristal ini menandakan bentuk kristal yang spesifik untuk setiap golongan alkaloid dan basa nitrogen. Pada proses pengerjaan, HgCl 2 sebagai pelarut hanya ditambahkan 10 tetes jangan terlalu banyak dan jangan dikocok terlalu lama agar Efedrin tidak larut sehingga dapat diambil endapannya (1 tetes) dan diamati di bawah mikroskop.



VIII. Kesimpulan Identifikasi golongan alkaloid dan basa nitrogen dapat dilakukan dengan cara pengamatan mikroskopik bentuk kristal serta perubahan warna akibat dari pembentukan kompleks IX.



Daftar Pustaka 1. Panduan Praktikum Kimia Organik Akademi Farmasi Bumi Siliwangi Bandung 2021 2. Resna, Nenti. 2020. “Mengenal Fungsi Alkaloid dan Penggunaannya di Dunia



Medis”



https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-fungsi-alkaloid-dan-



penggunaannya-di-dunia-medis (diakses pada 7 November 2021) 3. Kim, J. Akad. 2014. “Uji Kualitatif Senyawa Metabolit Sekunder pada Daun Palado (Agave Angustifolia) yang Diekstraksi dengan Pelarut Air dan Etanol”. Universitas Tadulako: Pendidikan Kimia