Amilia C 077 LP Prolapsus Uteri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PROLAPSUS UTERI



DEPARTEMEN MATERNITAS



OLEH :



AMILIA CANDRASARI 201920461011077



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2020



LEMBAR PENGESAHAN



ASUHAN KEPERAWATAN PROLAPSUS UTERUS DI RUANG POLI OBGYN RSIA



DEPARTEMEN MATERNITAS KELOMPOK 11



NAMA: AMILIA CANDRASARI NIM: 201920461011077 TGL PRAKTEK/MINGGU KE : / MINGGU 3



Mahasiswa,



(Amilia Candrasari)



Malang, Pembimbing,



(Ririn Harini, M. Kep)



LEMBAR PENILAIAN



NAMA MAHASISWA



: Amilia Candrasari



NIM



: 201920461011077



TGL PRAKTEK



:



MINGGU KE



:3



No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Kompetensi



Nilai



Presentasi Kasus Presentasi Jurnal Kelompok DOPS FINAL EXAM



Mahasiswa,



Malang, 15 agustus 2020 Pembimbing,



(Amilia Candrasari)



(Ririn Harini, M. Kep)



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................2 LEMBAR PENILAIAN......................................................................................................3 DAFTAR ISI.......................................................................................................................4 A.



Definisi.....................................................................................................................5



B.



Etiologi.....................................................................................................................5



C.



Tanda dan Gejala......................................................................................................6



D.



Patofisiologi..............................................................................................................7



E.



PATWAY...............................................................................................................10



F.



Stadium...................................................................................................................11



G.



Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................13



H.



Penatalaksanaan......................................................................................................14



I.



Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................16



J.



Diagnosa Keperawatan (SDKI)...............................................................................17



K.



Daftar Pustaka.........................................................................................................19



BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................20 A.



CASE REPORT (Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Mammae Stadium 2)20



B.



Pengkajian (Focus Assesement)..............................................................................20



C.



Analisa Data............................................................................................................22



D.



Diagnosa Keperawatan (SDKI)...............................................................................24



BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN



1. Definisi Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal yang mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan ( Bobak LM; 2002; 1270) Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. Prolaps uteri merupakan turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus dari tempat asalnya melalui vagina sampai mencapai atau melewati introitus vagina. Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama dan sulit, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolaps uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat. 2.         Klasifikasi Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini dibagi dalam 3 tingkat yaitu :



a.     Tingkat



I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian prolapsus



masih di atas introitus vagina. b.    



Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi korpus



uteri belum c.    



Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah berada



diluar vulva atau introitus vagina



3.      Etiologi a.       Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada persalinan yang terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura perineum atau karena usia lanjut. b.      Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap. c.       Ekspresi yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta. d.      Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan pengejan (obslipasi atau striktura pada traktus urinarius). e.       Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa kelemahan jaringan penyokong uterus yang sering pada nullipara. a. Lanjut usia dan menopause b. Riwayat persalinan tinggi 4.     Patofisiologi Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan pervagina yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan intra abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam menopause.



Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus. Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric, ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang lancar, atau yang diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel. Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra. Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra dan vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan retrokel. Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina bagian belakang turun dan menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum. 5.    Manifestasi Klinis Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual. Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai: a.       Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna. b.     Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang. c.       Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala: 1) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula –mula pada siang hari, kemudian lebih berat juga pada malam hari 2) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.



3) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk,mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang besar sekali. d.      Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi: 1)      Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel. 2)      Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina. e.       Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut: 1) Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan



dan



bekerja.



Gesekan



portio



uteri



oleh



celana



menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri. 2) Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta luka pada portio uteri. f.       Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di vagina. 6.      Komplikasi a. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri Mukosa vagina dan serivks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna keputih-putihan b. Dekubitus Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha dan pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka dan radang, lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita berusia lanjut. Pemeriksaan sitologi/biopsi perlu dilakukan untuk mendapat kepastian akan adanya karsinoma. c. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli Jika serviks uteri turun dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta pembendungan pembuluh darah – serviks uteri



mengalami hipertrofi dan menjadi panjang dengan periksa lihat dan periksa raba. Pada elangasio kolli serviks uteri pada periksa raba lebih panjang dari biasa. d. Gangguan miksi dan stress inkontinensia Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang, sehingga kandung kencing tidak dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa juga menyempitkan ureter, sehingga bisa menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya sistokel dapat pula mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan uretra yang dapat menimbulkan stress incontinence e. Infeksi saluran kencing Adanya retensi air kencing mudah menimbulkan infeksi. Sistitis yang terjadi dapat meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan pielonefritis. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal. f. Infertilitas Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan g. Gangguan partus Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan dapat timbul kesulitan di kala pembukaan, sehingga kemajuan persalinan terhalang. h. Hemoroid Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi dan timbul hemoroid. i. Inkarserasi usus Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit dengan kemungkinan tidak dapat direposisi lagi. Dalam hal ini perlu dilakukan laparotomi untuk membebaskan usus yang terjepit itu. 7.      Pemeriksaan Penunjang



a. Penderita pada posisi jongkok diminta untuk mengejan dan ditemukan dengan pemeriksaan jari, apakah portio pada normal atau portio sampai introitus vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. b. Penderita berbaring pada posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan Elongasio kolli. c. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan. Jika dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam, kateter itu diarahkan kedalam sitokel, dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina. Uretrokel letaknya lebih kebawah dari sistokel. Menegakkan diagnosis retrokel dapat dilihat dari menonjolnya rectum kelumen vagina 1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang dari proksimal kedistal, kistik dan tidak nyeri. Untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum, dan selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen vagina. Enterokel menonjol kelumen vagina lebih keatas dari retrokel. Pada pemeriksaan rectal, dinding rectum lurus, ada benjolan ke vagina terdapat di atas rectum. 8.      Penatalaksanaan Medis Faktor-faktor yang harus diperhatikan: keadaan umum pasien, umur, masih bersuami atau tidak, tingkat prolapsus, beratnya keluhan, keinginan memiliki anak lagi dan ingin mempertahankan haid. Penanganan dibagi atas : a.       Pencegahan Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran: 1) Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi cukup



2) Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan sebelum waktunya, Kala II jangan terlalu lama, Kandung kemih kosongkan, episiotomi agar dijahit dengan baik, Episiotomi jika ada indikasi, Bantu kala II dengan FE atau VE b.      Pengobatan 1)    Pengobatan Tanpa Operasi Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar panggul dengan alat listrik, Pemasangan pesarium, Hanya bersifat paliatif, Pesarium dari cincin plastik. Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga uterus tak dapat turun melewati vagina bagian bawah. Biasanya dipakai pada keadaan: Prolapsus uteri dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas, Prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak mungkin dioperasi: keadaan umum yang jelek 2)      Pengobatan dengan Operasi Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina perlu ditangani juga. ada kemungkinan terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan pembedahan,padahal tidak ada prolapsus uteri,atau prolapsus uteri yang tidak ada belum perlu dioperasi.Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina adalah adanya keluhan. Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan. Beberapa pembedahan yang dilakukan antara lain: a)      Operasi Manchester/Manchester-Fothergill



b)      Histeraktomi vaginal c)      Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort) d)     Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi



Daftar Pustaka Andra. (2009). www. Menopause.com. Turun Peranakan tak Mengancam Jiwa. diakses Tanggal 8 November 2014 Hanifa, W. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Pajario Arsep. (2004). Turunnya Peranakan tak Mengancam Jiwa. http://www.indomedia.com/sr ipo/2004/01/1101kes1.diakses tanggal 8 November 2014 Winkjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SPNurarif & Kusuma. 2013. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Medi Action Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi, 2015, Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, Yogyakarta, Mediaction Publishing. Pudiastuti Ratna D. (2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas : Teori dan Aplikasi . Yogyakarta: Nuhamedika. Wijaya & Putri, 2013, Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta, Nuha Medika



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. Case Report



Pasien wanita berumur 66 tahun dating dengan keluhan daging keluar dari genetalia sebesar telur bebek dan secara tiba – tiba dalam waktu yang tidak menentu. Pasien rujukan RSUD Muntilan dengan keterangan prolapse uteri total, sistokel Grade II , rectokel grade II. Pasien datang dengan keluhan utama Rahim turun sejak 1,5 bulan yang lalu, dapat dimasukkan kembali. Keluar bila angkat beban dan batuk. Pasien mengatakan dahulu pekerjaannya angkat beban berat seperti memikul hasil pertanian, riwayat melahirkan 8x secara spontan. Pasien mengatakan pernah memasukkan kembali uteri dengan tangan. Pasien di diagnosa prolapse uteri total, sistokel Grade II , rectokel grade II. Pasien mengatakan tidak mengalami dismenore dan sudah menupouse 15 tahun yang lalu Tanda- tanda vital : Suhu



= 36,1 ºC



Nadi



= 80 x/ menit



RR



= 23 x/ menit



TD



= 120/70 mmHg



Pada saat pemeriksaan fisik Tampak massa keluar dari intratus vagina, ukuran se telur bebek, dapat dimasukkan kembali. Pasien tidak terpasang kateter maupun pampers. HASIL LABORATORIUM Pemeriksaan SGOT / AST SGPT / ALT Faal Ginjal BUN Kreatinin Diabetes Gula Darah Sewaktu Elektrolit



Hasil Faal Hati 22 u/L 16 u/L



Nilai Rujukan



10 mg/dl 0.62 mg/dL



7 – 20



85 mg/dL



≤ 32 ≤ 33



Natrium Kalium Klorida Hemostatis PPT INR Kontrol PPT APTT Kontrol APPT Gol darah Darah Lengkap Hemoglobin Hematokrit MCH Leukosit Neotrofil Limfosit



143 mmol/L 4.00 mmol/L 115 mmol/ L



136 – 145



13.8 detik 1.00 14.8 29 detik 28.4 A



12.3 – 15.3 0.90 – 1.10



98 – 101



27.4 – 37.0



12.4 g/dl 12.0 – 16.0 37.2 % 28.9 % 27.0 – 32.0 3 6.43 10^ /uL 4.50 – 11.0 4.42 10^3/uL 2.20 – 4.80 1.52 10^3/uL 1.30 – 2.90 Terapi obat yang diberikan adalah Ceftriaxone 1gr / 12 jam, Ketorolac 30 mg / 8 jam, Infus RL 20 Tpm



B. Pengkajian 1.



Identitas diri klien Nama



: Ny. A.Z



Usia



: .66 tahun 6 bulan



Pekerjaan



: Buruh



Jenis Kelamin



: Perempuan



Pendidikan



: SD



Status Perkawinan



: Janda



2. Status kesehatan saat ini a. Riwayat Masuk Rumah sakit : Pasien rujukan RSUD Muntilan dengan keterangan prolapse uteri total, sistokel Grade II , rectokel grade II. Pasien datang dengan keluhan utama Rahim turun sejak 1,5 bulan yang lalu, dapat dimasukkan kembali. Keluar bila angkat beban dan batuk. b. Keluhan utama



Pasien mengatakan ada daging keluar dari genetalia sebesar telur bebek dan secara tiba – tiba dalam waktu yang tidak menentu. c. Faktor pencetus : Pasien mengatakan dahulu pekerjaannya angkat beban berat seperti memikul hasil pertanian, riwayat melahirkan 8x secara spontan d. Lamanya keluhan : 1,5 bulan e. Timbulnya keluhan f.



:(



) Bertahap (



V ) Mendadak



Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Sendiri



: Memasukkan kembali uteri dengan tangan



Oleh orang lain: g. Diagnosa Medik : prolapse uteri total, sistokel Grade II , rectokel grade II h. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan kakak nomer pertama mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan kakak nomer ketiga mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus, pasien menyatakan orang tua tidak ada yang memiliki riwayat penyakit turunan seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung dan asma. Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama. 3. Riwayat kesehatan yang lalu a.



Penyakit yang pernah dialami 1)



Kanak-kanak



: Tidak ada



2)



Kecelakaan



: Tidak ada



3)



Pernah dirawat



: belum pernah



4)



Operasi



: belum pernah



b.



Alergi : Tidak ada



c.



Kebiasaan : merokok/ kopi/ obat/ alkohol/ lainlain : Tidak ada



d.



Obat-obatan



: Obat Hipertensi (pasien



lupa namanya) Lamanya 5. Reproduksi



: Tidak terkaji (pasien lupa)



Kehamilan G0P8A0Ah6 No. ana k 1.



Ggn. Kehamilan



Proses persalina n Spontan



Lama persalina n Tidak terkaji (pasien lupa)



Tempat persalinan / penolong Dukun



Masalah persalinan



Masalah bayi



Keadaan anak saat ini



Tidak ada



Tidak terkaji (pasien lupa)



Meninggal (usia 1 tahun)



2.



Tidak terkaji (pasien lupa)



Spontan



Tidak terkaji (pasien lupa)



Dukun



Tidak ada



Tidak terkaji (pasien lupa)



Masih Hidup



3



Tidak terkaji (pasien lupa)



Spontan



Tidak terkaji (pasien lupa)



Dukun



Tidak ada



Tidak terkaji (pasien lupa)



Masih Hidup



4



Tidak terkaji (pasien lupa)



Spontan



Tidak terkaji (pasien lupa)



Dukun



Tidak ada



Tidak terkaji (pasien lupa)



Masih Hidup



5



Tidak terkaji (pasien lupa)



Spontan



Tidak terkaji (pasien lupa)



Dukun



Tidak ada



Tidak terkaji (pasien lupa)



Masih Hidup



6



Tidak terkaji (pasien lupa)



Spontan



Tidak terkaji (pasien lupa)



Dukun



Tidak ada



Tidak terkaji (pasien lupa)



Meninggal (usia 1 tahun)



7



Tidak terkaji (pasien lupa)



Spontan



Tidak terkaji (pasien lupa)



Dukun



Tidak ada



Tidak terkaji (pasien lupa)



Masih Hidup



8



Tidak terkaji (pasien lupa)



Spontan



Tidak terkaji (pasien lupa)



Dukun



Tidak ada



Tidak terkaji (pasien lupa)



Masih Hidup



Tidak terkaji (pasien lupa)



Riwayat menstruasi Menarche



: ±13 tahun



Siklus



: 28 hari



Durasi



: 5 hari



Dismenore



: Pasien mengatakan tidak mengalami dismenore



Menopause



: 15 tahun yamg lalu



Riwayat Menikah : 1x selama 35 tahun Umur menikah



: 28 tahun



Riwayat KB Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi . 4. Pola Kebiasaan Klien a. Aspek Fisik-Biologis 1) Pola Nutrisi a) Sebelum sakit Pasien mengatakan di rumah makan habis 5-6 sendok nasi setiap makan. Pasien mengatakan makan 2 – 3 kali dalam sehari yaitu dengan sayur dan lauk pauk. b) Selama sakit Pasien mengatakan diit dari rumah sakit jarang dihabiskan. Pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien makan habis ±1/2



porsi diit yang diberikan, diit yang diberikan



adalah diit TKTP. 2) Pola Cairan dan Elektrolit a) Sebelum sakit Pasien mengatakan di rumah minum air putih dan teh tawar ±3 gelas dalam sehari. Pasien mengatakan tidak suka memakai gula dalam minumannya. b) Selama sakit Pasien mengatakan di rumah sakit minum air putih ±3 gelas dalam sehari 3) Pola Eliminasi a) Sebelum sakit Pasien b.a.b teratur dan lancar 1 x sehari dengan WC jongkok. Warna feses kuning dan berbentuk padat lunak. Pasien



tidak



pernah



memakai



obat



pencahar



untuk



melancarkan b.a.b. Klien b.a.k sebanyak 7-8 kali (700ml/hari) dengan warna urine kuning keruh dan berbau khas urin. b) Selama sakit



Pasien selama di Rumah Sakit belum b.a.b. Pasien mengatakan belum merasakan ingin b.a.b. Pasien mengatakan b.a.k 7 – 8 kali sehari ( 500ml/hari ) dengan warna urin kuning coklat dan berbau khas urin. Tidak ada perubahan pola b.a.k pada pasien selama di RS 4) Pola Aktifitas, Tidur dan Istirahat a) Sebelum sakit Pasien mengatakan pasien biasanya melakukan aktifitas dasar seperti makan, minum, toileting, berpakaian dengan mandiri tidak menggunakan alat bantu. Pasien mengatakan tidur selama ± 8 jam sehari . Sebelum tidur pasien mengatakan berdoa dulu dan tidak pernah minum obat tidur. b) Selama sakit Pasien mengatakan semalam tidak bisa tidur karena lingkungannya berbeda dengan rumah. Pasien mengatakan sering terbangun sejak di rumah sakit



Kemampuan perawatan diri Makan/Minum



0 v



Mandi



v



Toileting



v



Berpakaian



v



Mobilisasi di tempat tidur



v



Berpindah



v



Ambulasi ROM



v



Keterangan : 0 : mandiri 1 : alat bantu 2 : dibantu orang lain 3 : dibantu orang lain dan alat



1



2



3



4



4 : tergantung total 5. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual a. Aspek Mental Pasien dan keluarga mengatakan berharap akan kesembuhan pasien. b. Aspek Intelektual Pasien mengatakan tidak paham dengan penyakitnya. Pasien menganggap sakitnya adalah sakit ambeian. Pasien mengatakan tindakan yang dilakukan bila ambeian keluar adalah memasukkan kembali menggunakan tangan. Pasien tampak bertanya tentang penyakitnya Pasien tampak bingung ketika ditanya perawat tentang penyakitnya. c. Aspek Sosial Hubungan keluarga dengan pasien sangat baik itu terbukti pasien selama di rumah sakit selalu di tunggu oleh keluarganya. d. Aspek Spiritual Pasien dan keluarga menganut agama Islam, keluarga mengatakan selalu berdoa untuk kebaikan pasien. 6.



Pemeriksaan Fisik a. Kesadaran Umum -



KU



: sedang



-



Kesadaran



: Composmentis



-



Status Gizi



:



TB



= 140 cm



BB



= 37,5 kg



IMT



= 19,1 kg/m2 (normal)



-



Tanda- tanda vital : Suhu



= 36,1 ºC



Nadi



= 80 x/ menit



RR



= 23 x/ menit



TD



= 120/70 mmHg



b. Pemeriksaan secara sistematik (Cepalo Caudal)



1) Kepala Bentuk kepala mesocephal, rambut warna hitam dan beruban, mudah rontok, keadaan bersih, tidak ada lesi. 2) Mata Bentuk mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pasien mengatakan fungsi penglihatan menurun tetapi tidak menggunakan kacamata 3) Hidung Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung. 4) Mulut Bentuk simetris, tidak ada kelainan kongenital, membran mukosa lembab 5) Lidah Bersih,tidak pucat, tidak ada stomatitis. 6) Dada a) Respirasi Inspeksi



: Dada Simetris, tidak ada Retraksi, tidak ada lesi



Auskultasi : Respirasi 23 x/menit c) Abdomen Inspeksi



: Simetris, Asites (-) , Retraksi (-) , Tidak



ada penonjolan Auskultasi



: Peristaltik usus 15 x/menit



Perkusi



: Terdengar suara dull pada kuadran I,II



dan tympani pada kuadran III, IV Palpasi



: Saat dipalpasi tidak ada perbesaran hepar, tidak ada nyeri tekan pada kudran I, II, III, IV



7) Integumen Turgor kulit tidak elastis, kulit pasien sudah keriput, Tidak ada kelainan Kuku : Capilar Refill < 2detik 8) Ekstermitas



Atas



: Anggota gerak lengkap tidak ada kelainan, warna kulit



sawo matang. Bawah : Anggota gerak lengkap, kaki terlihat simetris, warna kulit sawo matang. Tonus otot 4



4



4



4



9) Genetalia Tampak massa keluar dari intratus vagina, ukuran se telur bebek, dapat dimasukkan kembali. Pasien tidak terpasang kateter maupun pampers. 7. Terapi Post Operasi Ceftriaxone



1gr / 12 jam



( IV )



Ketorolac



30 mg / 8 jam



( IV )



Infus RL



20 Tpm



( IV )



C. Analisa Data ( Pre Operasi )



DATA



Masalah Kurang



DS : -



Pasien



mengatakan



tidak



paham pengetahuan



dengan penyakitnya. -



Pasien menganggap sakitnya adalah sakit ambeian.



-



Pasien



mengatakan



tindakan



yang



dilakukan bila ambeian keluar adalah memasukkan



kembali



menggunakan



tangan. DO : -



Pasien



tampak



penyakitnya



bertanya



tentang



Etiologi Defisit informasi



-



Pasien tampak bingung ketika ditanya perawat tentang penyakitnya. -



Ds : -



Perubahan



pola Perubahan



Pasien mengatakan saat di rumah tidur tidur



lingkungan



± 8 jam dalam sehari -



Pasien menyatakan selama di rumah sakit tadi malam tidak bisa tidur karena lingkungan yang berbeda



-



Pasien mengatakan sering terbangun sejak di rumah sakit



DO : -



D. Diagnosa Keperawatan 1. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan defisit informasi ditandai dengan Pasien mengatakan tidak paham dengan penyakitnya, Pasien menganggap sakitnya adalah sakit ambeian, Pasien mengatakan tindakan yang dilakukan bila ambeian keluar adalah memasukkan



kembali



menggunakan



tangan,



Pasien



tampak



bertanya tentang penyakitnya, Pasien tampak bingung ketika ditanya perawat tentang penyakitnya. 2. Gangguan pola tidur ditandai dengan Perubahan lingkungan ditandai dengan pasien mengatakan saat di rumah tidur ± 8 jam dalam sehari, Pasien menyatakan selama di rumah sakit tadi malam tidak bisa tidur karena lingkungan yang berbeda, Pasien mengatakan sering terbangun sejak di rumah sakit



E. Perencanaan Keperawatan NO 1



Kurang



Diagnosa Pengetahuan Setelah



SLKI dilakukan



berhubungan dengan defisit keperawatan informasi Pasien



ditandai



selama



dengan pertemuan



mengatakan



tidak pengetahuan



2



x



SIKI tingkat pemahaman



pasien dan keluarga



tingkat 2. Jelaskan pengertian, factor pasien



dan



penyebab



dan



cara



paham dengan penyakitnya, keluarga bertambah dengan



perawatan pasien dengan



Pasien menganggap sakitnya kriteria hasil



prolaps uteri



adalah sakit ambeian, Pasien mengatakan



tindakan



yang



dilakukan bila ambeian keluar adalah memasukkan kembali



- Pasien



dan



dapat



keluarga 3. Jelaskan mengetahui



pengertian prolaps uteri - Pasien



dan



keluarga



4. Anjurkan pasien untuk tidak mengangkat beban berat.



dapat mengetahui faktor 5. Ajarkan



tampak



penyebab prolaps uteri



bertanya



tentang



bingung



ketika



ditanya



perawat tentang penyakitnya.



pentingnya



kebersihan



menggunakan tangan, Pasien penyakitnya, Pasien tampak



2



Asuhan 1. Kaji



perawatan



pada



pasien post op



- Pasien dapat mengetahui cara perawatan sakitnya setelah pasien operasi



Gangguan pola tidur ditandai Setelah



dilakukan



Asuhan



dengan Perubahan lingkungan keperawatan selama 3 x 24



1. Kaji pola tidur klien dan kebiasaan sebelum tidur



ditandai



dengan



pasien jam



perubahan



pola



tidur



mengatakan saat di rumah dapat teratasi dengan kriteria tidur ± 8 jam dalam sehari,



sebelum tidur 3. Beritahu



dan



libatkan



Pasien menyatakan selama di a. Pasien tampak rileks



keluarga



untuk



memberi



rumah sakit tadi malam tidak b. Tidak ada lingkar hitam



lingkungan yang nyaman



bisa tidur karena lingkungan



dan kantong mata pada



saat tidur



yang



area mata pasien



berbeda,



Pasien



hasil



2. Berikan latihan fisik ringan



mengatakan sering terbangun c. Pasien dapat beristirahat sejak di rumah sakit



dan tidur dengan nyenyak d. TTV dalam batas nomal



F. Implementasi dan Evaluasi Dx Kurang pengetahuan b.d Defisit informasi



-



Implementasi Mengkaji tingkat pemahaman S : pasien dan keluarga



-



Evaluasi Pasien mengatakan sakitnya adalah sakit ambeian



-



Pasien



mengatakan



tindakan



yang



dilakukan bila ambeian keluar adalah memasukkan kembali



menggunakan



tangan -



Pasien



mengatakan



besok



mau



dioperasi tetapi pasien mengatakan tidak tau prosedur operasinya. O: -



Pasien tidak dapat menjawab ketika ditanya penyebab sakitnya dan pasien hanya terlihat tersenyum.



A : Kurang pengetahuan belum teratasi P : Lanjut intervensi -



Jelaskan pengertian, factor penyebab dan cara perawatan pasien dengan prolaps uteri



-



Jelaskan pentingnya kebersihan



-



Menganjurkan



pasien



untuk



tidak



mengangkat beban berat. -



Mengajarkan perawatan pada pasien post op



Pengkajian Post Operasi DS : -



Pasien mengatakan setelah operasi muncul rasa mual dan ingin muntah tetapi tidak bisa muntah



-



Pasien mengatakan belum bisa berjalan/turun dari tempat tidur



-



Pasien mengatakan belum berani miring kanan miring kiri



DO : -



Skala Nyeri VAS : 3



-



Pasien dengan diagnosa prolaps uteri dilakukan kolpokleisis dengan epidural anastesi



-



Pasien terpasang infus asering di tangan kiri



-



Pasien terpasang DC (produk urin sebanyak ±300 cc sampai pukul 14.00)



-



Pasien terpasang tampon vagina



-



Terapi post operasi :  lepas tampon 24 jam setelah operasi  Injeksi Ceftriaxone 1gr/24 jam (IV)  Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam



-



Pasien terlihat bed rest



-



Kemampuan Perawatan Diri Post Operasi Kemampuan perawatan diri Makan/Minum Mandi Toileting Berpakaian Mobilisasi di tempat tidur Berpindah Ambulasi ROM Keterangan :



0



1



2 √ √ √ √ √ √ √



3



0



: mandiri



4 : tergantung total



1



: alat bantu



3 : dibantu orang lain dan alat



2



: dibantu orang lain



ANALISA DATA POST OPERASI DATA



MASALAH



PENYEBAB



4



DS : -



Nyeri Akut



DO :



injuri



fisik



(post



Invasif



(Post



operasi)



- Skala Nyeri VAS : 3 DS : -



Resiko Infeksi



DO : -



Agen



Tindakan



Kolpokleisis)



Pasien infus



terpasang asering



di



tangan kiri -



Pasien DC



terpasang



(produk



urin



sebanyak ±300 cc sampai pukul 14.00) -



Pasien



terpasang



tampon vagina DS : -



Hambatan Mobilitas Fisik



Post Operasi



Pasien mengatakan belum



bisa



berjalan/turun



dari



tempat tidur -



Pasien mengatakan belum berani miring kanan miring kiri



DO : -



Pasien terlihat bed rest



-



Kemampuan perawatan pasien



:



diri dibantu



orang lain DIAGNOSA POST OPERASI 1. Resiko Infeksi berhubungan dengan Tindakan Invasif (post Kolpokleisis) 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik post operasi yang ditandai dengan Skala Nyeri VAS : 3



3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan post operasi yang ditandai dengan Pasien mengatakan belum bisa berjalan/turun dari tempat tidur,pasien mengatakan belum berani miring kanan miring kiri,pasien terlihat bed rest,kemampuan perawatan diri pasien : dibantu orang lain



PERENCANAAN POST OPERASI



NO 1.



DIAGNOSA



SLKI



INTERVENSI



Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi



tanda-tanda



dengan



luka



Tindakan



(post Kolpokleisis)



Invasif keperawatan selama 3 x 24



vital



dan



post



jam diharapkan infeksi tidak



operasi.



Perhatikan



terjadi dengan kriteria :



demam,



menggigil,



-



Tidak terdapat tanda-



berkeringat,



tanda



infeksi



(kalor,



meningkatnya nyeri



rubor,



dolor,



tumor, 2. Lakukan perawatan luka



functio laesa) -



TTV



dalam



normal (Nadi :



dengan teknik aseptik batas 3. Edukasi 115



x/menit, Respirasi 30-



keluarga



pasien



dan



untuk



cuci



tangan bersih



o



40menit, Suhu : 36 C – 4. Analisa o



37,5 C)



hasil



pemeriksaan laboratorium



(Hitung



darah lengkap) Kelola



terapi



obat



ceftriaxone 1 gram / 12 jam



( IV ) 2..



Kamis, 11 November 2015



Kamis, 11 November 2015



Pukul 11.00 WIB



Pukul 11.00 WIB



Nyeri



akut



operasi



yang



dengan Skala Nyeri VAS : 3



2.



keperawatan selama 3 x 24



ditandai jam



diharapkan



berkurang



dan



nyeri



3.



terkontrol



- Pasien



4.



yang



dengan Pasien mengatakan hambatan belum dari



bisa tempat



berjalan/turun pasien



diharapkan mobilitas



teratasi



1.



-



Pasien



Kaji



kemampuan



gerak klien 2.



Bantu



latihan



fisik



rentang gerak pasif aktif



dengan



secara bertahap seperti



tidur,pasien kriteria:



mengatakan belum berani



Kelola : pemberian IV.



Fisik Setelah dilakukan tindakan



ditandai pertemuan



pasien



ketorolac 3x30 mg via



mampu



berhubungan dengan post keperawatan selama 3 x operasi



Anjurkan



untuk melakukan tenik



mengontrol nyeri



Mobilitas



sebab-



relaksasi napas dalam



- Pasien nampak rileks



Gangguan



Jelaskan



sebab timbulnya nyeri



dengan krieria :



3



Kaji ulang tingkat skala nyeri



berhubungan Setelah dilakukan tindakan



dengan agen injuri fisik post



1.



miring kanan – miring kiri mengetahui



dan duduk.



miring kiri,pasien



kanan terlihat



miring bed



rest,kemampuan perawatan



-



diri pasien : dibantu orang lain



-



tentang rentang gerak



3.



aktif-pasif Mempertahankan



pentingnya ambulasi Bantu ADL pasien sesuai



posisi fungsional



dengan keterbatasan pasien



Dapat



beraktivitas



secara bertahap



Edukasi pada pasien



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DX : Nyeri Akut



-



Implementasi Mengkaji nyeri



Evaluasi S : Pasien mengatakan tidak merasa nyeri O : Skala nyeri VAS : 3 A : Nyeri akut teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi : Kaji ulang skala nyeri, Kelola pemberian obat Ketorolac 30 mg/8 jam