ANALISA JURNAL - Gerontik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISA JURNAL PENGARUH LATIHAN GERAK KAKI (STRETCHING) TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI EKSTREMITAS BAWAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEJAHTERA GBI SETIA BAKTI KEDIRI



Disusun Oleh:



Arisyanudin Prastyo 3215002 Dita Trinuryati



3215006



Masriana Yuliani



3215012



Suci Ramadhani



3215016



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2015



LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH LATIHAN GERAK KAKI (STRETCHING) TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI EKSTREMITAS BAWAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEJAHTERA GBI SETIA BAKTI KEDIRI



Telah disetujui pada Hari



:



Tanggal



:



Mahasiswa



(................................)



Pembimbing Akademik



(……………………………)



Pembimbing Klinik



(……………………………….)



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya taraf kesehatan dan kesejahteraan, maka jumlah manusia yang mencapai usia lanjut semakin bertambah. Demikian juga yang terjadi di Indonesia, angka harapan hidup untuk penduduk laki-laki 67 tahun dan wanita 71 tahun. Pada tahun 2005 lansia di Indonesia berjumlah 17,7 juta jiwa atau 7,97%. Diperkirakan pada tahun 2010 akan meningkat menjadi 19,9 juta jiwa atau 8,48% dari total penduduk Indonesia. Sekitar 80% lansia mengalami kondisi kronis yang dihubungkan dengan nyeri (Stanley, 2007), dan hampir 8% orang-orang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendinya. Nyeri sendi yang paling banyak adalah pada sendi – sendi penahan berat tubuh (panggul, lutut dan kaki) (Nugroho, 2000). Menurut World Health Organisation (WHO) Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas (Nugroho, 2008 ). Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004). World Health Organization (WHO) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis atau biologis menjadi empat kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 – 59



tahun, lanjut usia (ederly)



berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia antara 75 – 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut UU Nomor 4 tahun 1965 pasal 1 dapat dinyatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya



mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Azizah, 2011). Berbagai gangguan fisik atau penyakit muncul pada lansia. Gangguan pada persendian merupakan penyakit yang sering dijumpai pada lansia, dan termasuk empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua dan respon yang sering terjadi adalah nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer & Bare, 2002). International Association for Study of Pain (IASP) menyatakan nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri sangat bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri merupakan kondisi yang tidak menyenangkan yang dialami oleh seseorang sebagai akibat dari kerusakan jaringan aktual maupun potensial, yang bersifat subjektif dan individual. Rasa nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Rasa nyeri timbul bila ada kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Potter dan Perry, 2006). Stretching adalah peregangan otot yang diperlukan dan digunakan baik untuk orang sehat maupun sakit untuk menambah flexibilitas otot-otot dan persendian menjadi fleksibel dan elastis, sehingga lebih mudah untuk melakukan pergerakan, selain itu stretching juga berfugsi untuk menghindari cidera pada saat beraktifitas (Anderson,2008). Grojogan sewu merupakan wisma laki-laki tetapi ada 2 pasangan suami istri yang tinggal di wisma tersebut. Grojogan sewu merupakan wisma yang berada di PSTW unit Abiyoso.



Berdasarkan wawancara dengan klien



didapatkan 9 dari 12 lansia mengeluh nyeri, dan berdasarkan observasi 9 dari 12 lansia di wisma tersebut memiliki skor Katz Index



berkategori tinggi



(mandiri). Maka dari itu, kami tertarik untuk memilih jurnal “Pengaruh Latihan Gerak Kaki (Stretching) terhadap Nyeri Sendi Ekstremitas Bawah pada Lansia di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri” untuk diaplikasikan kepada lansia di wisma Grojogan Sewu agar nyeri klien berkurang atau dapat terkontrol. B. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh latihan gerak kaki (stretching) terhadap nyeri sendi ekstremitas bawah pada lansia di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri.



BAB II RESUME JURNAL A. Nama Peneliti Penelitian ini dilakukan oleh Yohanita Pamungkas dan Dewi Ika Sari. B. Tempat Dan Waktu Penelitian Tempat



: Di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri.



Waktu



: 7 September 2009 sampai 3 Oktober 2009.



C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh latihan gerak kaki (stretching) terhadap nyeri sendi ekstremitas bawah pada lansia di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. D. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimen dengan rancangan One Group Pre Test-Post Test Design. E. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini adalah sebelum diberikan latihan gerak kaki (stretching) terdapat 20% responden dengan nyeri ringan, 57,1 % dengan nyeri sedang, dan 22,9% dengan nyeri parah; setelah diberikan latihan gerak kaki (stretching) yang mengalami penurunan tingkat nyeri, yaitu yang tidak mengalami nyeri sendi dari 0 menjadi 9 responden (25,71%), nyeri ringan dari 20% menjadi 57,14%, nyeri sedang dari 57,14% menjadi 17,14% dan nyeri parah dari 22,86% menjadi 0%; berdasarkan uji statistik Wilcoxon Match Pair Test didapatkan nilai p