Analisis Biaya Terapi Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Bantul Yogyakarta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS BIAYA TERAPI DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA



A. Tujuan Untuk mengetahui rata-rata total biaya terapi pasian DM tipe dua rawat jalan dan rawat inap baik yang mengalami komplikasi atau tanpa komplikasi di RS PKU muhammadiyah Bantul Yogyakarta B. Landasan Teori Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi. Biaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya obat, telah meningkat tajam beberapa dekade terakhir, dan kecenderungan ini tampaknya akan terus berlanjut. Hal ini antara lain disebabkan populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat, adanya obat-obat baru yang lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan. Di sisi lain, sumber daya yang dapat digunakan terbatas, sehingga harus dicari cara agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Perkembangan farmakoepidemiologi saat ini tidak hanya meneliti penggunaan dan efek obat dalam hal khasiat (efficacy) dan keamanan (safety) saja, tetapi juga menganalisis dari segi ekonominya. Studi khusus yang mempelajari hal ini dikenal dengan nama farmakoekonomi.1



Farmakoekonomi adalah studi yang mengukur dan membandingkan antara biaya dan hasil/konsekuensi dari suatu pengobatan. Tujuan farmakoekonomi adalah untuk memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Jika kita dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa kelebihan suatu obat dilihat dari segi cost-effectiveness-nya dibandingkan obat lain? Apakah diperoleh hasil terapi yang baik dengan biaya yang wajar? Apakah suatu obat dapat dimasukkan ke dalam formularium atau ke dalam daftar obat yang disubsidi? Maka farmakoekonomi dapat berperan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat yang akan digunakan. Farmakoekonomi dapat diaplikasikan baik dalam skala mikro -misalnya dalam menentukan pilihan terapi untuk seorang pasien untuk suatu penyakit, maupun dalam skala makro -misalnya dalam menentukan obat yang akan disubsidi atau yang akan dimasukkan ke dalam formularium.



Prevalensi penyakit tidak menular (noncommunicable diseases) diprediksi akan terus mengalami peningkatan (Fitri dkk, 2015). Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia yang prevalensinya akan terus meningkat dari tahun ke tahun (Anonim, 2008) Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95% (ADA, 2015). Estimasi biaya penyakit (cost of illness) merupakan elemen penting dalam proses pengambilan keputusan dari penyakit kronis seperti diabetes melitus (Mateti dkk.,2013). Diabetes melitus akan meningkatkan beban ekonomi Indonesia mencapai lebih dari $1,27 milyar pada tahun 2020 (Finkelstein dkk, 2014). Di Kabupaten Bantul, pola kunjungan rawat jalan Puskesmas dari tahun ke tahun menunjukkan pola yang hampir sama. Beberapa catatan penting dikaitkan dengan kunjungan rawat jalan di Puskesmas adalah munculnya berbagai penyakit tidak menular yang semakin tinggi. Hipertensi dan diabetes melitus merupakan penyakit yang memperlihatkan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir (Dinkes Bantul, 2013). C. Alat bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengumpulan data. Bahan yang digunakan adalah catatan rekam medis pasien dan perincian biaya pasien DM tipe 2 rawat jalan dan rawat inap D. Metode penelitian Metode yang digunakan adalah cost analysis pada pasian DM tipe 2 baik yang rawat jalan maupun yang rawat inap di RS PKU muhammadiyah bantul dengan desain penelitian dengan cara deskriptif. Sementara untuk pengumpulan sampel dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan anatar oktober-desember 2014 E. Hasil dan pembahasan F. Kesimpulan G. Daftar pustaka American Diabetes Association. 2015. Inisial Evaluation and Diabetes Management Planning dalam Standard of Medical Care in Diabetes, Diabetes Care: 38 Supplement I: S17-S19 Anonim. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI, diakses tanggal 20 Desember 2015 Dinkes, 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Bantul, Yogyakarta : Dinkes Bantul, http://dinkes. bantulkab.go.id/hal/grafik-kesehatan. Diakses 30 November 2015 Finkelstein, E.A., Chay, J., dan Bajpai, S., 2014, The Economic Burden of Self-Reported and Undiagnosed Cardiovascular Diseases and Diabetes on Indonesian Households. PLoS ONE, Vol.9, No.6 : 1-3. Mateti, U., Kunduru, B., Akari, S. 2013. Healthcare cost of diabetes in South India: A cost of illness study. J. Res. Pharm. Pract. 2, 114. doi:10.4103/2279-042X.122382