Analisis Data Farmasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1



Latar Belakang Menimbang manfaat dan resiko obat yang tidak selalu mudah dilakukan, hal-hal yang



perlu diperhatikan untuk menentukannya yaitu derajat keparahan penyakit yang akan diobati, efektivitas obat yang akan digunakan, keparahan dan frekuensi efek samping yang mungkin timbul, serta, efektivitas dan keamanan obat lain yang bisa dipakai sebagai pengganti. Semakin parah suatu penyakit, semakin berani mengambil resiko efek samping. Namun bila efek samping mengganggu dan relatif lebih berat dari penyakitnya sendiri mungkin pengobatan tersebut perlu diurungkan. Semakin remeh suatu penyakit, semakin perlu bersikap tidak menerima efek samping (Hepler,1990) Kemampuan untuk melakukan telaah terhadap berbagai hasil uji klinik yang disajikan menjadi amat penting dalam masalah. Biasanya dalam pedoman pengobatan, pilihan obat yang ada telah melalui proses tersebut, dan dicantumkan sebagai obat pilihan utama (drug of choice). Pilihan kedua, dan seterusnya(Hepler,1990) . Penggunaan obat rasional juga berarti menggunakan obat berdasarkan indikasi yang manfaatnya jelas terlihat dapat diramalkan (anidance based therapy). Manfaat tersebut dinilai dengan menimbang semua bukti tertulis hasi uji klinik yang dimuat dalam kepustakaan yang dilakukan melalui evaluasi yang sangat bijaksan. Penggunaan obat yang rasional yaitu dilakukan dengan cara pemilihan dan penggunaan obat yang efektifitasnya terjamin serta aman dengan mempertimbangkan masalah harga, yaitu dengan harga yang paling menguntungkan dan sedapat mungkin terjangkau. Untuk menjamin efektifitas dan keamanan pemberian obat harus dilakukan secara rasional, yang berarti perlu dilakukan diagnosis yang akurat, memilih obat yang tepat serta meresepkan obat tersebut dengan dosis, cara, interval, serta lama pe,berian yang tepat (Hepler,1990). Selain melakukan usaha untuk kerasionalan obat, terdapat usaha lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu penentuan dalam pemilihan obat berdasarkan metode-metode yang tersedia, biasanya metode-metode ini dipakai memecahkan sebuah kasus suatu penyakit yang diderita pasien. Metode ini juga dapat mendukung kerasionalan suatu pemilihan obat dimana metodemetode dapat mendeskripsikan hala-hal yang dipikirkan sebelum dilakukan pemilihan obat. Metode-metoe ini ialah: FARM, SOAP, DAN PAM. Pada tahun 1995, pada semester empat program studi kasus diperkenalkan ke dalam kurikulum dari College of Pharmacy diIdaho State University. Fakultas diperdebatkan apakah 1



akan menggunakan Format SOAP medis atau merancang metode baru ditulis dokumentasi berdasarkan " pemeriksaan obat Terapi apoteker. "Masalah ini tidak pernah diselesaikan. Dalam studi kasus Tentu saja, mahasiswa diwajibkan untuk belajar tiga cara yang berbeda untuk menuliskan suatu kasus pasien yang menggunakan berbagai metode. Permasalahan dalam siswa yang menghadapi berbagai metode dokumentasi tertulis rumit bagi Idaho State University. Namaun Prosser dkk. Mengembangkan tim yang-mengajar kursus elektif farmasi pertama (Cipolle,2004) Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan menulis secara profesional . Mereka menyimpulkan bahwa salah satu alasan siswa merasa kesulitan untuk menulis. Dalam catatan bahwa setiap anggota fakultas disajikan perspektif yang berbeda pada format yang optimal." Mereka juga menemukan bahwa "keterampilan menulis, seperti keterampilan penilaian klinis, tidak mudah diperoleh itu merupakan proses yang sulit dan kompleks. Selanjutnya, selama dua tahun terakhir, cukup banyak waktu telah habis melakukan literatur pencarian, mempelajari metode untuk diterbitkan di dokumentasi,melakukan diskusi dengan dosen, dan pengujian lapangan yang berbeda, metode dengan kedua studi kasus dan mahasiswa. Berikut adalah kerangka puncak dari upaya ini. Meskipun belum standar untuk Perguruan Tinggi Pharmacy, telah diterima dengan baik oleh kedua mahasiswa dan dosen Untuk menuliskan kasus pasien,yang diperhatikan adalah penyusunan yang efektif dan arus yang berkembang dengan pemikiran yang kuat. Seperti dalam setiap komposisi tertulis, dokumentasi farmasi membutuhkan pengenalan yang tepat, informasi yang relevan, penalaran yang jelas dan kesimpulan. Banyak akronim yang telah diciptakan yang menyarankan langkah-langkah yang tepat untuk diikuti saat menuliskan dokumentasi untuk pasien. Misalnya, SUP tersebut, kemudian berubah dikenal baik SOAP (subjektif, objektif, analisis, rencana), awalnya dirancang oleh Dr Lawrence L. Weed untuk dokter Garis lainnya termasuk diperluas menjadi SOAP (menambahkan tujuan, pemantauan dan pendidikan) HOAP (menggantikan subjektif dan objektif dengan sejarah dan observasi) , SOAPIER (digunakan oleh keperawatan: menambahkan pelaksanaan, evaluasi, perbaikan) , DAR (digunakan



oleh



keperawatan:



data,



tindakan,respon),



FARM



(temuan,



penilaian,



resolusi,monitoring) (8,9), PWDT (pemeriksaan apoteker obat Terapi) , PMDRP (Apoteker Pengelolaan Masalah terkait Obat) , atau American Society of dengan kesehatan PCP sistem Apoteker (rencana perawatan apoteker) . Berbagai pendekatan semua berisi elemen penting dokumentasi, tetapi mereka semua mengalami satu atau lebih kelemahan. SOAP aslinya 2



berkonsentrasi pada pengembangan diagnosis medis daripada obat dan terkait masalah atau penilaian farmakoterapi. SOAP dan FARM Diperluas dengan menekankan masalah terapi, tetapi terus diselenggarakan sekitar diagnosa medis.



PWDT adalah yang lama "proses



berpikir yang dimaksudkan untuk melayani sebagai pedoman untuk dokumentasi kegiatan farmasi klinis dan tidak hanya bentuk akan diselesaikan pada setiap pasien dilihat oleh seorang apoteker.(Cipolle,2004) 2



Tujuan Penulis berharap dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami metode-metode



dalam penyelesaian kasus yang digambarkan melalaui contoh-contoh kasus penyakit pada pasien sehingga dapat mencapai pengobatan yang rasional bagi pasien. 1.3 Rumusan Masalah  Apa itu metode FARM?  Bagaimana Penerapannya dalam suatu kasus penyakit?  Apa itu metode PAM?  Apa itu metode SOAP?  Bagaimana penerapannya terhadap suatu Kasus penyakit?



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drug Related Problem Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker



dalam



pekerjaan



kefarmasian



untuk



pasien(Departemen keehatan RI,2004). Apoteker



meningktakan



kualitas



hidup



tidak hanya bertanggung jawab dalam 3



menjamin terapi obat yang diberikan aman, tepat dan terjangkau tetapi juga menjamin hasil terapi yang diinginkan oleh pasien( Hughes 2001). Hasil terapi yang terbaik dari pasien dapat dicapai apabila apoteker melakukan identifikasi, dapat dicapai apabila apoteker melakukan identifikasi, dapat mengatasi serta mencegah kejadian Drug Theraphy Problems (DTPs) ( Cipolle et al.,2004). DTPs adalah beberapa peristiwa tidak diinginkan yang dialami oleh pasien bersangkutan dengan terapi obat yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan terapi yang diinginkan (Cipolle et all, 2004) Pengertian yang sama tentang DTPs juga dijelaskan oleh Hepler yaitu suatu peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara aktual atau potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome yang optimal dari suatu pengobatan (Hepler, et al,1990). DTPs terbagi dalam tujuh kategori yaitu terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat yang tidak efektif, dosis terlalu tinggi dan tidak kepatuhan (Cipolle et al, 2004).



2.2 Defenisi FARM, PAM, dan SOAP 2.1.2 Metode FARM FARM /Finding Asesment Recommendation Monitoring atau temuan, penilaian , penyelesaian, dan pemantauan . langkah pertama dengan mengidentifikasi masalah terkait obat seperti: obat berlebihan, tidak mendapat obat yang diperlukan, obat tidak efektif, dosis 4



obat terlalu rendah, dosis obat terlalu rendah, reaksi samping obat yang tidak diinginkan, dosis obat yang terlalu rendah reaksi samping obat yang tidak diinginkan, dosis obat yang terlalu tinggi pasien yang tidak patuh. Finding atau temuan klinis menunjukkan apakah suatu masalah terkait obat yang potensial atau mungkin terjadi atau memang sudah terjadi atau memang sudah terjadi. Terdiri dari data demografis pasien seperti nama, usia,jenis kelamin dan semua temuan subjektif maupun objektif maupun objektif terkait. Asesment atau penilaian masalah meliputi bagaimana, derajat, tipe, dan significant masalah terdapat proses berpikir yang sampai pada kesimpulan atau penilaian bahwa masalah terkait obat memang ada atau tidak ada dan apakah intervensi atau pemanyataan aktif diperlukan atau tidak. Recomendation atau penyelesaian masalah terkait rekomendasi farmasi tentang usulan untuk mengatasi masalah terkait obat dengan pertimbangan semua alternatif pilihan terapi baik terapi farmakologi maupun non farmakologi Monitoring ditujukan untuk pemantauan endpoint bagi pasien. Parameter pemantauan untuk menilai efikasi termsuk perbaikan atau hilanganya tanda-tanda gejala dan abnormalitas yang ada pada pasien (Harfindal,2011) FARM (Finding, Asessment,Resolution, dan monitoring), Adapun tahap masingmasing point dijelaskan sebagai berikut ( Herfindal,2001).: Finding: Identifikasi problem, terutama Drug Related Problem yang disusun secara berurut dan terpisah.  Untreated indication  Imporer drug selection  Sobtherapeutic dosage  Failure to receive drug  Overdosage  ADR  Drug interaction  Drug use without indication



5



Semua penemuan problem harus didokumentasikan baik yang aktual atau potensial. Kemudian informasi yang didokumentasikan haruslah informasi yang terkait dan diperlukan termasuk kedalamnya data subjek dan objektif yang terkait dengan Drug Related Problem. Asessment  Asessment berisikn tentang evaluasi farmasi  Perlu menunjukkan urgensi suatu problem misalnya: dengan menyatakan bahwa suatu intervensi harus dilakukan dalam hitungan hari,bulan, atau minggu  Perlu menyatakan outcome terapi yang diharapkan, baik jangka pendek ( misal: BP 38’C 2. Ciprofloxasin untuk



ISK (salah satu DRP’s kasus ini adalah dosis ganda terhadap



Ciprofloxasin dan Baquinor, kami memilih Ciprofloxasin karena alasan Ciprofloxasin harganya lebih murah)(Hastuti,2008) Dosis 250 mg untuk ISK ringan atau sedang 2x/ hari. Jika tuan A. ISK berat dosis yang diberikan adalah 500 mg 2x/ hari. Pada rekam medik tidak dijelaskan apakah pasien menderita ISK berat atau ringan, juga dari gejala-gejala yang ada tidak dapat kami pastikan apakah pasien menderita ISK berat atau ringan. 3. Infus RL untuk menghindari dehidrasi karena biasanya pasien DBD mengalami mual dan muntah-muntah yang kemungkinan akan mengakibatkan dehidrasi (Nugroho,2012). 4. Metoklorpamid untuk mual muntah 3x sehari 10 mg injection (setelah infuse, obat pertama yang diberikan selanjutnya adalah Metoklorpamid ini agar obat yang lain dapat diberikan melalui oral). Obat diberikan secara injeksi karena pasien sudah mengalami mual muntah sehingga jika diberikan per oral reaksi obat tidak akan efektif ( Nugroho,2012) 5. Imbos Force Vitamin 1x/hari untuk menambah daya tahan tubuh pasien. Karena penyakit DBD disebabkan virus sehingga membutuhkan pertahanan daya tahan tubuh yang baik (Hastuti,2008). 6. Lameson untuk inflamasi liver dosis 4 mg 2 kali sehari Pasien DBD biasanya juga akan mengalami inflamasi hati dan ginjal, sehingga lameson merupakan salah satu pilihan untuk terapi DBD, tatapi pada kasus tuan A. ini rekam mediknya belum menjelaskan secara rinci mengenai ada tidaknya gejala inflamasi pada liver 9



pasien selain nyeri pada perut (misal adanya pembengkakan pada saat meraba bagian perut letak organ hati). Jika telah dilakukan pemeriksaan liver dan terbukti terjadi inflamasi atau jika terjadi perdarahan (mimisan, dll) maka tuan A. segera diberikan terapi lameson ini. Lameson jika diberikan untuk pasien DBD yang disertai ensefalopah dengue untuk mengatasi inflamasi yang terjadi (Nugroho, 2012). (Keterangan: Jika Mual Muntah Terjadi Terus Menerus, Obat-Obat Tersebut Tidak Dapat Diberikan Secara Oral Maka Obat-Obat Tersebut Diberikan Melalui Rute Injeksi) b)



Non-farmakologi (Hastuti, 2008) :



1.



Rehabilitasi : (Jika oleh dokter pasien telah dibolehkan pulang ke rumah) - Anjurkan pasien minum cairan dalam jumlah yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan menjaga asupan nutrisi yang sesuai (jika pasien telah dapat makan/tidak muntah, infus telah dilepas) juga untuk mempercepat penyembuhan ISK tuan A. - Untuk perlindungan, gunakan obat anti nyamuk yg mengandung DEET saat mengunjungi daerah endemi Dengue (Saat pulang ke Rumah) dan atau gunakan celana panjang dan baju lengan panjang - Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air misalnya tempat penampungan (pada saat pasien pulang ke rumah) - Batasi paparan nyamuk dengan tidak membiarkan air tergenang dan berada di area terbuka sebelum matahari terbit dan terbenam dan cegah perkembangbiakan nyamuk melalui pemberian dan penyemprotan berkala insektisida.



2. Anjurkan untuk pasien menghindari konsumsi minuman beralkohol, minuman ringan (soft drink, makanan yang berempah dan kopi) karena semua makanan atau minuman ini dapat mengiritasi kandung kemih, segera buang air kecil jika keinginan itu timbul dan mencuci tangan dan alat kelamin sebelum dan sesudah berhubungan seksual serta menjalani hidup bersih dengan mencuci anus dan bagian genital sekurang-kurangnya sekali sehari, terutama sesudah BAB. D.



Monitoring 1.



Masih ada gejala penyakit atau tidak 10



Mual muntah, nyeri perut, lemas, dan pusing atau tidak. Kenormalan Trombosit sudah naik atau belum dari 95 ribu (Normal di atas 150 ribu), HT sudah turun dari 53,3%atau belum (N 4%), Masih ada bintik bintik atau tidak, Sudah terjadi penurunan Demam atau tidak (Jika terjadi demam di hari ke 5) 2.



Fungsi Ginjal



Perhatikan pengeluaran kencing penderita, apabila kencing penderita banyak (jumlahnya biasa) berarti penderita dalam kondisi “baik”. Sebaliknya, bila tidak dapat/ sangat jarang kencing (pengeluaran sedikit), menunjukan tanda yang “memburuk” untuk DBD secara umum dan untuk ISK secara khusus apakah masih disertai nyeri pada saat kencing atau tidak. 3.



Efek-efek samping obat



Ada atau tidaknya mual muntah, kadang-kadang terjadi neuritis. Zat ini tidak dapat digunakan bila fungsi ginjal terganggu, retensi Na, dan cairan, gangguan penyembuhan luka, gangguan metabolisme karbohidrat, lemah otot, osteoporosis, reaksi ekstrapiramidal, pusing, lelah, mengantuk, sakit kepala, depresi, gelisah, hipertensi, gangguan GI ringan dan reaksi alergi.



2.1.2 Metode SOAP Metode SOAP (Subjektif, objetif,asessment, plan). Data subjektif meliputi gejala pasien, hal-hal yang diamati pada pasien, dan informasi yang diperoleh mengenai pasien/keluhan pasien. Informasi subjektif bersifat deskriptif dan biasanya tidak dapat dikonfirmasi melalui uji atau prosedur diagnostik. Kebanyakan informasi subjektif diperoleh ketika mewawancarai pasien untuk mengumpulkan data riwayat kesehatan pasien(gejala utama, riwayat penyakit,terdahulu dan sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial, pengobatan, alergi dan tinjauan organ). Informasi subjekif juga dapat diperoleh setelah mengumpulkan riwayat keehatan awal( deskripsi mengenai efek samping obat, derajat keparahan penyakit berdasarkan skala standar). Sumber utama informasi obyektif adalah pemeriksaaan fisik antara lain hasil uji lab, kadar obat dlam darah, dan pemeriksaan diagnostik lain (ECG, EEG, kultur, X-ray, dan uji senitifitas antibiotik). Asessment atau penilaian sebagai dugaan klinis mengenai masalah penyakit berdasarkan informasi subjektif 11



dan objektif pasien. Penilaian biasanya berupa diagnosis atau diagnosis banding. Rencana /plan meliputi permintaan uji lab tertentu, memulai, memperbaiki atau menghentikan terapi. Jika dilakukan perubahan farmakoterapi maka alasan perubahan tersebut akan dijelaskan. Nama obat,bentuk sediaan, waktu/jadwal pemberian, cara pemberian, dan lama terapi harus ditulis. Rancana terapi harus ditulis. Reancana terapi harus mempunyai tujuan, target yang ingin dicapai yang bersifat spesifik, terukur dan tertulis yang dapat menjelaskan parameter efikasi dan toksisitas yang digunakan untuk menilai apakah tujuan untuk menilai apakah tujuan terapi tercapai, untuk mendeteksi atau mencegah efek samping obat (Herfindal,2001). SOAP ( Subek, Objek, Assasment, dan Plan) masing-masing point SOAP dijelaskan sebagai berikut: Subjektive:  Data tentang apa yang dirasakan pasienatau yang dapat di amati pada pasien, diperoleh dengan cara mengamati, berbicara dan berespon dengan pasien Objektive  Riwayat pasien yang terdokumentasi pada catatan medik dan hasil berbagai uji dan evaluasi klinik dapat berupa tanda-tanda vital, hasil test lab, hasil uji fisik hasil radiografi CT Scan, ECG, dll.  Obat yang digunakan sekarang termasuk dalam data obektive. Data ini harus dikaitkan dengan problem kesehatan pasien Assesment  Farmasi harus dapat menginterpretasikan data subjektive dan objektive untuk setiap problem berupa:  Mengembangkan rekomendasi terapi  Mengikuti/memonitor respon terhadap suatu terapi  Mendokumentasikan adanya adverse drug reaction  Amatiapakah suatu problem disebabkan karena obat/tidak (adverse reaction atau karena penyakit) 12



 Amati apakah terapi obat memang dibutuhkan atau cukup dengan nondrug therapy  Jika pasien sudah menerima terapy, harus dievaluasi ketepatannnya  Apakah semua macam obat memang dibutuhkan/  Apakah sudah duplikasi?  Apakah obat etrsebut merupakan pilihan obat yang tepat(drug of choice ) bagi kondisi pasien ? (usia,fungsi hati dn ginjal, alergi, faktor resiko, dll)  Apakah bentuk sediaan dan cara pemberiannya benar  Apakah durasi penggunaan obat sudah tepat?  Jika psien menerima terapy harus dimonitor hasil teraphynya dan diputuskan apakah respon terhadap terapi cukup atau tidak  Ketidakpatuhan pasien terhadap terapi dapat menyebabkan kegagalan yang harus diatasi  Amati adanya interaksi obat dan adverse drug reaction Plan Hal-hal yang dilakukan terhadap pasien meliputi:  Bentuk treatmen yang diberikan  Parameter pemantauan ( terapy toksisitas dan endpoint terapy)  Informasi pada pasien Contoh kasus dengan penyelesaian metode SOAP: Ny, WTS (75 tahun) merupakan pasien rawat inap disuatu rumah sakit, Keluhan utama MRS : Mual muntah, lemah dan sakit kepala, adapun riwayat penyakit dahulu Ny WTS menderita gagal jantung kongesif sudah 2 tahun dan juga menderita gagagl ginjal kronis, Ny WTS tinggal bersama anak bungsunya dan suaminya sudah meninggal, Ny WTS pernah menggunakan digoksin 250µg sekali sehari dan furosemid 80 mg dua kali sehari Adapun Physical Examination Ny WTS : 13



 Umum: perkembangan fisik baik dan cukup gizi  Tanda vital: BP 140/100:HR 80:RR 20: T 30oC, BB 50 kg, Tb 155  Kepala, mata ,telinga, hidung: normal  Pembuluh drah : normal  Dada : auskultasi dan perkusi jernih  Abdomen:lunak, tidak adam masa atau organ yang membesar  Genitourinaria:normal  Rektal: normal  Anggota badan: Normal  Syaraf: normal, syaraf cranial utuh, refleks tendon normal  Hasil pemeriksaan biokimia darah: Potassium : 2,5 mmol/L (3,5-5) Urea



: 40 mmol/L (3,0-6,5)



Kreatinin serum : 3,4 mg/ dl (0,6 – 1,3) Digoksin :3,5 µg/L (1-2) Penyelesaian Kasus:  Subjektif: Nama : Ny WTS Umur: 75 tahun BB : 50 kg TB : 155 Gejala yang dirasa :Mual dan muntah dan tidak ada nafsu makan  Objektif 14



Tanda vital : stabil Data lab : seperti diatas  Assesment  Intoksikasi digoksin hal ini terlihat dari kadar digoksin darah yang besar gejala-gejala subjektive dapat diperparah oleh kondisi hipokalemia. Ahl ini perlu diatasi segera  Gangguan ginjal kronis. Bisa bersifatpatologis atau fisiologis karena usia lanjut, hal ini perlu di atasi dan menjadi pertimbangan  Hipokalemia bisa terjadi pada ganggguan loop diuretic dalam jangka waktulama hal ini perlu diatasi  Hipertensi yang belum ditangani hal ini harus diatasi  Plan  Intoksikasi digoksin -



Rekomendasi ke dokter untuk segera menghentikan penggunaan disoksin, sampai gejal intoksikasi menghilang dan kadar digoksin darah mencapai level normal



-



Diskusikan dengan dokter untuk penyesuaian dosis digoksin jika terapi digoksin akan silanjutkan berdasarkan kondisi ginjalnya



-



Rekomendasikan pemantauan kadar digoksin drah



 Gangguan ginjal kronis -



Diskusikan dengan dokter bagaimana dengan kondisi ginjal pasien sebagai pertimbangan dosis obat yang akan diberikan kepada pasien



-



Rekomendasikan terapi untuk gagal ginjalnya: gunakan diuretik kuat



-



Alternatifnya: furosemid, HTC



15



-



Sampaikan pada perawat untuk memantau volume urin dan BB jika terjadi odema atau kondisi fisik memburuk instruksikan untuk segera melapor ke dokter



-



Rekomendasikan untuk pemantauan fungsi ginjal secar rutin



-



Pertimbangkan kemunkinan hemodialisis



 Hipokalemia -



Rekomendasikan untuk memberi suplemen kalium yaitu preparat kalium



-



Banyak mengkonsumsi yang mengandung K seperti pisang



-



Rekomendasikan untuk memantau kadar K dalam darah



 Hipertensi -



Rekomnedasikan untuk memulai terapi terjadap hipertensinya



-



Rekomendasikan pemantauan darah



2.1.3 Metode PAM Pada metode Pam (Problem Action Monitoring ) dijelaskan problem terkait dengan resep itu sendiri (administratif, pharmceutical, clinic) penyakit, nutrisi psikososial, pekerjaan dan lingkungan. Upaya untuk mengatasi problem-problem tersebut secara efektif. Monitoring merupakan pemantauan terhadap problem klinik, nutrisi psikososial yang sesuai dengan kondisi pasien (home care). Metode PAM (Problem, Assesment, Monitoring) masing-masing poinnya dijelaskan sebagai berikut: Problem:  Mengumpulkan dan menginterprestasikan semua informasi yang relevan untuk mengidentifikasi masalah yang aktual dann potensial Asessment  Mendaftar dan membuat prioritas semua masalah (aktual dan potensial) 16



 Berhubungan dengan staf medis,perawat,pasien untuk menetapkan hasil yang diharapkan  Menetapkan dan melaksanakan semua tindakan yang perlu dilakukan Monitoring  Menilai hasil yang diperoleh dari intervensi yang telah dilakukan (jika perlu, ulangi proses PAM)  Identifikasi dan pengelolaan masalah : A. Masalah yang berkaitan dengan resep - daftar obat yang digunakan: interaksi obat? Duplikasi obat? - data obat : rute, dosis, tanggal mulai berhenti, frekuensi, cara pemberian (ac/dc/pc) - Kemudahan dibaca - legalitas resep : ttd dokter, penggunaan obat ttt.co,morfin B. masalah yang terkait dengan pemerian obat 1. Rute pemberian : perlu dievaluasi, pasien pingsan, muntah, dll disesuaikan dengan obatnya 2. bentuk sediaan: pertimbangkan bioekuivalensi,kesesuaian dosis 3. pemilihan waktu : sedatif diberikan 30 menit sebelum tidur, obat DM, dengan atau sebelum makan 4. Frekuensi pemberian : sesuai farmakokinetika dan formulasinya Golongan laktosa diberikan secara teratur agar efektif,antiemetika hanya bila perlu 5. kecepatan pemberian obat :efek samping akibat cara pemberian obat



C. Masalah yang terkait dengan obat 1. ketepatan pengobatan , tidak terjadinya interaksi obat 17



2. pentingnya pengobatan:apakah obat benar diperlukan 3. ketepatan dosis, pertimbangan DM, DL, kondisi pasien yang mempengaruhi dosis 4. Efektifitas pengobatan 5. jangka waktu prngobatan 6. efek samping obat 7. ketercampuran obat



BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dalam penyelesaian kasus suatu penyakit pada pasien perlu adanya suatu analisa dan dokumentasi. Analisa dan dokumentasi dalam bidang Farmasi yang digunakan ada tiga yaitu : 1. FARM (Finding, Asessment,Resolution, dan monitoring) 2. PAM (Pronlem, Asassment, dan Monitoring) 3. SOAP ( Subjek, Objek, Asessment, dan Plan)



18



Yang membedakan keduanya yaitu dari sitematika dokumentasi, namun dari tiga jenis metode analisa tersebut mempunyai suatu tujuan yaitu agar mencapainya rasionalitas bagi pasien dan menghindari terjadinya DRP (Drug Related Problem ) . Tetapi dari tiga metode tersebut yang sering digunakan adalah metode SOAP. SARAN Dengan adanya tiga metode tersebut membantu apoteker dalam mendokumentasi, dan memilih obat yang tepat untuk terapi pasien, namun pelatihan yang masih kurang dalam melakukan metode-metode tersebut menjadi hambatan bagi apoteker dalam melakukan ke tiga metode ini. Sehingga lebih baik, metode ini lebih diperkenalkan kepada calon-calon apoteker secara khusus dan memberikan pelatihan yang memadai baik itu metode FARM,PAM, ataupun SOAP .



19



Daftar Pustaka Cipolle, Rj, strand, LM, Morley PC, 2004, “Drug Therapy Problem, In Pharmaceutical Care Practie The Clinical’s Guide”, second edition. The McGraw-Hill ompanies: new York Journal Of Hospital Pharmacy. PP. 533-542 Depkes RI. 2010. Mims Petunjuk Konsultasi. BIP Kelompok Gramedia. Jakarta. Hastuti Oktri. 2008. Demam Berdarah Dengue. Kamisius. Yogyakarta Hepler,CD,and Strand, LM, 1990 “Opportunities and Responsibilities In Pharmaceutical Care”, American Irianto Kus. 2009. Parasitologi. Penerbit Cv Yirama Widya. Jakarta Herpindal, E.T Gourley,DR (Eds), 2001, “Textbook of therapeutics Drug and disease Managemen”, 7 th Ed Lippincot and Wilkins, Philapedia. Nadesul Handrawan. 2004. 100 Pertanyaan dan Jawaban Demam Berdarah. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Nugroho Endro Agung. 2012. Farmakologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sandina Dewi. 2011. 9 Penyakit Mematikan. Penerbit Smart Pustaka. Yogyakarta. Zulkoni Aksin. 2011. Parasitologi. Nuha Medica. Yogyakarta



20