Analisis Data Seismik Untuk Interpretasi Stratigrafi Bawah Permukaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS DATA SEISMIK UNTUK INTERPRETASI STRATIGRAFI BAWAH PERMUKAAN



OLEH MARIA MARLEIN WARONG– 270110140031 MUHAMMAD FIKRI AZIS – 270110140034 INAYAH CAHERUNNISA – 270110140115



Disusun untuk memenuhi salah satu nilai tugas mata kuliah Analisis Stratigraf



UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI 2016



ANALISIS DATA SEISMIK UNTUK INTERPRETASI STRATIGRAFI BAWAH PERMUKAAN



ABSTRAK Stratigrafi seismik adalah penafsiran stratigrafi dari data seismik, untuk mempelajari pola pengendapan sedimen (Vail & Mitchum, 1977). Dalam hal ini, konsep geologi, dapat diterapkan secara langsung pada visualisasi data refleksi seismik, karena refleksi seismik terjadi akibat adanya perbedaan impendansi akustik dari permukaan batuan, yang merupakan permukaan lapisan dan atau bidang ketidakselarasan (bidang diskontinuitas). Bidang permukaan lapisan tersebut mewakili suatu ruang waktu minimal atau suatu hiatus kecil, sehingga untuk keperluan praktis dapat dianggap sebagai permukaan waktu/ isokron. Dalam hal ini horison seismik dianggap pula sebagai bidang permukaan lapisan, dengan demikian penarikan horison seismik pada penampang seismik adalah merupakan bidang kesamaan waktu. (Koesoemadinata, 1996). Interpretasi stratigrafi seismik dilakukan dengan mengelompokan refleksirefleksi seismik.



menjadi paket-paket



(unit)



yang



berhubungan secara



kronostratigrafi. Prosedur interpretasi stratigrafi seismik menurut Brown (1994) meliputi Analisis sikuen seismik, analisis fasies seismik, analisis karakter refleksi, dan interpretasi geologi.



PENDAHULUAN Metode seismik refleksi merupakan metode yang paling efektif untuk mengaplikasikan konsep sekuen, meskipun sekuen pengendapan juga dapat di amati pada penampang well-log, outcrop, dan core. Seismik refleksi adalah gabungan dari masing-masing refleksi yang dihasilkan oleh permukaan strata yang terpisah. Untuk alasan ini, refleksi cenderung ke permukaan strata paralel dan memiliki kronostratigrafi yang sama seperti permukaan strata. Maka dari itu, sangat mungkin untuk membuat korelasi kronostratigrafi menggunakan pola seismik refleksi. Karakter unit dari rekaman seismik refleksi memungkinkan dilakukannya penerapan langsung konsep geologi berdasarkan kenampakan fisik stratigrafi dari rekaman tersebut. Refleksi primer gelombang seismik terjadi akibat perbedaan impendansi akustik (kecepatan gelombang x densitas) dari permukaan batuan dan atau bidang diskontinuitas/ ketidakselarasan. Karena semua lapisan batuan yang terletak di atas suatu lapisan atau bidang keselarasan berumur lebih muda daripada yang terletak di bawahnya, maka penampang seismik merupakan rekaman kronostratigrafi dari pola struktur dan pola pengendapan, dan bukan merupakan rekaman litostratigrafi. Prinsip dasar sesimik stratigrafi adalah: dalam resolusi seismik, pantulanpantulan seismik berasal dari bidang perlapisan dan, oleh karena itu, garis-garis yang mencerminkan rangkaian pantulan itu mendekati garis kesamaan waktu. Perlu disadari bahwa prinsip ini tidak mengesampingkan fakta fisika bahwa pantulan berasal dari bidang perubahan impedansi yang berarti (impedansi = densitas batuan x kecepatan rambat gelombang seismik dalam batuan itu). Prinsip itupun tidak mengesampingkan fakta bahwa variasi perbedaan impedansi akan menghasilkan amplitudo gelombang pantul yang juga bervariasi. Pesan utama yang disampaikan oleh prinsip ini adalah bahwa pantulan itu muncul dari bidang perlapisan; bukan dari bidang perubahan fasies pada arah lateral. Pada skala



resolusi seismik, perubahan fasies dalam strata seumur berlangsung secara berangsur dan tidak akan menghasilkan pantulan gelombang seismik Resolusi Data Seismik Satu persyaratan kunci untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip seismik stratigrafi dengan baik adalah memahami resolusi seismik. Seorang geologist yang bekerja pada singkapan sebenarnya mampu menghasilkan data resolusi tinggi dimana lapisan dan karakter batuan yang berukuran mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa puluh meter akan dapat terekam. Di lain pihak, data singkapan memiliki kualitas dan ukuran yang terbatas karena sangat dipengaruhi oleh keberadaan, kualitas, dan ukuran singkapan. Alat-alat wireline logging dapat merekam lapisan-lapisan dengan ketebalan mulai dari 1 cm hingga beberapa meter, namun secara keseluruhan resolusi data yang dihasilkannya lebih rendah dibanding data singkapan. Selain itu, log merupakan rekaman karakter batuan yang ada disekitar lubang bor. Walau demikian, di lain pihak, data log bersifat menerus sehingga umumnya lebih lengkap dibanding data singkapan. Rekaman seismik memiliki resolusi yang jauh lebih rendah daripada data singkapan maupun wireline logs. Namun, di lain pihak, data seismik mampu memperlihatkan geometri batuan dalam skala raksasa yang tidak mungkin akan pernah dapat diketahui dari singkapan atau electric logs. Selama bekerja dengan rekaman seismik, kita perlu selalu mengingat hal-hal tersebut. Resolusi Vertikal Resolusi vertikal dapat didefinisikan sebagai jarak vertikal minimum antara dua bidang yang diperlukan agar setiap bidang itu tampak sebagai garisgaris pantul dalam rekaman seismik. Pada satu seismic trace yang bebas desau, pantulan itu dicirikan oleh panjang gelombang sinyal seismik. Dalam bentuknya yang paling sederhana, makin kecil panjang gelombang (atau dengan kata lain makin tinggi frekuensinya), makin makin tinggi pula resolusi vertikal rekaman seismiknya. Gelombang seismik direkam dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat mencakup kisaran frekuensi selebar mungkin.



Frekuensi tertinggi lah yang akan menentukan resolusi rekaman seismik. Bayangkan, misalnya saja ada suatu lapisan membaji (gambar 3-3). Pada bagian-bagian yang dekat dengan ujung baji batuan itu, ketebalan lapisan berada di bawah resolusi seismik. Pada tempat seperti itu, akan terjadi interferensi gelombang yang dipantulkan oleh bidang-bidang perlapisan yang berdekatan sehingga akan terbentuk gelombang pantul gabungan yang amplitudonya merupakan anomali dari amplitudo gelombang pantul normal. Apabila jarak antar bidang perlapisan kurang dari seperempat panjang gelombang yang merambat melalui batuan itu, maka akan terbentuk suatu gelombang pantul beramplitudo tinggi. Gejala seperti itu disebut “efek lapisan tipis” (thin bed effect; tuning). Selain ketebalan lapisan, ada hal lain yang turut menentukan resolusi vertikal dari data seismik. Pertama, bumi ini berlaku sebagai sebuah filter raksasa yang menyerap gelombang seismik. Karena itu, suatu gelombang seismik makin lama akan makin lemah karena energi gelombang itu akan terserap oleh bumi. Kedua, makin dalam suatu gelombang akustik, makin cepat pula dia merambat. Hal itu terjadi karena makin dalam suatu posisi batuan di kerak bumi, makin tinggi pula tingkat kompaksi dan sementasinya. Hal ini pada gilirannya menyebabkan panjang gelombang seismik makin besar dengan bertambahnya kedalaman dan, pada gilirannya, akan menurunkan resolusi rekaman seismik. Terakhir, data seismik mentah biasanya mengandung banyak desau (noise). Ketika dilakukan pemrosesan data, desau-desau seperti itu biasanya dicoba dihilangkan dengan cara “membuang” gelombang-gelombang berfrekuensi tinggi yang biasanya muncul dari desau. Sayang sekali, pada waktu yang ber-samaan, cara itu juga akan menyebabkan hilangnya gelombang frekuensi tinggi “asli” yang berasal dari bidang-bidang pantul. Padahal, gelombang-gelombang itulah yang akan membantu kita untuk memperoleh resolusi yang tinggi. Resolusi Lateral Energi gempa merambat melalui berbagai material yang ada di bawah permukaan bumi dan dari waktu ke waktu akan ber-interaksi dengan bidang-



bidang pantul yang ada pada lintasan perambatannya. Energi gelombang itu merambat sebagai rangkaian wave front. Suatu bagian bidang fisik yang menyebabkan terpantulkannya energi gelombang seismik secara kons-truktif disebut zona Fresnel (Fresnel zone) (Sheriff, 1977). Resolusi lateral dari rekaman seismik ditentukan oleh radius zona Fresnel, dimana radius zona Fresnel itu sendiri ditentukan oleh panjang gelombang akustik dan kedalaman bidang pantul (gambar 3-4). Jadi, dalam data seismik yang belum dimigrasi, resolusi lateral tengantung pada seismic bandwidth, kecepatan rambat gelombang untuk sampai pada suatu bidang pantul, serta waktu tempuh menuju bidang pantul tersebut (gambar 3-5). Prosedur migrasi data seismik akan membantu meningkatkan resolusi data seismik. Untuk migrasi dua dimensi, masih ada masalah mengenai orientasi garis pantul, relatif terhadap kemiringan sebenarnya, sedangkan dalam migrasi tiga dimensi masalah itu sudah dapat terpecahkan. Jadi, untuk data yang telah dimigrasi, resolusi lateral tergantung pada jarak antar jejak gelombang seismik (seismic trace), panjang operator migrasi, waktu/kedalaman bidang pantul, dan bandwidth data. Pemrosesan Seismik dan Penampilannya untuk Analisis Stratigrafi Tidak ada urut-urutan pemrosesan data seismik yang dapat dipandang sebagai cara paling optimum untuk memperoleh penampang seismik sesuai untuk tujuan analisis stratigrafi. Parameter pengambilan data seismik yang berbeda-beda, sumber gelombang seismik yang berbeda-beda, dan variasi geologi daerah yang diteliti hendaknya dipertimbangkan secara hati-hati dan cermat. Masing-masing aspek itupun hendaknya dipandang sebagai aspek tersendiri. Penafsiran atau analisis stratigrafi dari data seismik pada hakekatnya merupakan sebuah aktivitas untuk mengenal pola-pola tertentu dalam penampang seismik. Pemrosesan data seismik dapat memperjelas maupun mengaburkan representasi seismik dari geologi bawah permukaan. Pemroses dan penafsir seismik hendaknya bekerja sama untuk dapat memperoleh hasil terbaik. Setiap pemroses data seismik hendaknya memahami masalah-masalah geologi yang ingin dipecahkan oleh si penafsir, sedangkan si penafsir sendiri hendak-nya memahami apa yang telah



dilakukan oleh si pemroses untuk memperoleh penampang seismik yang akan dianalisisnya. Bahkan, setelah data seismik diproses secara hati-hati, setiap orang masih harus menghadapi satu masalah besar yakni menentukan parameterparameter apa yang sebaiknya ditampilkan dalam penampang seismik. Masih banyak hal yang harus disempurnakan untuk meningkatkan potensi penampang seismik agar dapat ditafsirkan dengan lebih baik lagi. Selain itu, penampilan ulang data-data lama juga merupakan cara lain yang akan memberikan “daya hidup” baru pada data-data tersebut. Ada empat metoda untuk menampilkan data seismik. Metoda pertama melibatkan pengubahan bentuk jejak gelombang seismik (maksudnya, bentuk kelokan-kelokan gelombang seismik) dengan tujuan untuk mempertegas aspek-aspek pantulan. Metoda kedua berkaitan dengan bentuk trace equalization dan dilakukan dengan tujuan untuk mengkompensasikan hilangnya energi gelombang pantul sejalan dengan bertambahnya kedalaman. Metoda ketiga ditujukan untuk menampilkan aspek-aspek lain dari data seismik. Aspek-aspek itu disebut complex attributes. Metoda keempat, yang relatif murah namun cukup efektif, adalah teknik penekanan visual. Teknik ini akan memperjelas data yang telah diproses secara visual.



ISI & ANALISIS Sikuen Seismik Sikuen seismik adalah sikuen pengendapan yang diidentifikasikan dari penampang refleksi seismik. ini merupakan urutan yang relatif selaras dari refleksi seismik yang secara genetik berhubungan. Urutan ini dibatasi di bagian atas dan bawahnya oleh bidang ketidakselarasan atau korelasi bidang selarasnya (Mitchum dkk, 1977) Analisis sekuen seismik membagi penampang seismik ke dalam paket dari refleksi konkordan, yang mana dipisahkan oleh ketidakselarasan permukaan yang menegaskan sistemasi terminasi refleksi. Paket refleksi konkordan ini (sekuen seismik) diinterpretasikan sebagai sekuen pengendapan yang terdiri dari strata yang berhubungan dan membatasi dari batas atas dan batas bawah dengan ketidakselarasan. Tujuan dari analisa sikuen seismik adalah untuk menginterpretasikan sikuensikuen pengendapan dan sistim track pada penampang seismik, dengan cara mengidentifikasikan batas bawah suatu lapisan berdasarkan tanda-tanda dari terminasi pola refleksi. Permukaan yang dipilih untuk menentukan batas sikuen adalah stratal discontinuity



yang



diperlihatkan



dari



terminasi



pola



refleksi



seismik



(Possamentier & Allen, 1999). Terminasi refleksi adalah kriteria untuk mengenal batas sekuen seismik. Tipe dari terminasi seismik berdasarkan pada tipe terminasi strata. Tipe ini di ilustrasikan seperti gambar dibawah ini: Gambar 1. Terminasi reflektor seismik (modifikasi Allen, 1999)



Gambar 2. Contoh terminasi seismik lapisan. Data seismik didapat dari Bally et al. (1982).



Pembagian jenis diskordansi didasarkan pada pembagian terminasi lapisan terhadap batas sikuen menurut Mitchum dkk, (1977), Allen (1999) adalah sbb 1. Lap-out adalah terminasi (pemberhentian terakhir) secara lateral, lapisan pada batas pengendapan aslinya. 2. Truncation : terminasi lateral lapisan, akibat terpotong dari batas pengendapan aslinya. 3. Base-lap adalah istilah hubungan base dengan lapisan di atasnya dalam bentuk menyudut (diskordan), atau base-lap adalah lapisan dasar/ penyangga pada batas, bagian bawah suatu urutan pengendapan. 4. Umum digunakan apabila on-lap tidak dapat dibedakan dengan down-lap, terutama disebabkan oleh deformasi setelah pengedapan. 5. On-lap adalah terminasi pola perlapisan, yang lebih muda ke atas kemiringan, pada pola perlapisan yang lebih tua, yang kedudukan mulanya miring. 6. Onlap biasanya terlihat pd base dari depositional sequence dan menunjukan adanya suatu SB 7. Marine on-lap adalah terminasi progresif strata marine pada strata miring lebih tua dengan arah ke daratan atau kesuatu tinggian topografi di dalam cekungan 8. Coastal on-lap adalah terminasi progresif endapan pantai (litoral atau non marine) ke arah daratan. 9. Down-lap adalah baselap dimana lapisan yang awalnya miring terminated downdip pada bidang yang awalnya horisontal atau miring. Downlap adalah terminasi strata lebih muda yang kedudukan mula miring ke bawah kemiringan di atas strata yang lebih tua. Downlap terjadi pada alas suatu



depositional sequence di dalam cekungan dan di atas maximum flooding surface, dan karena itu masing-masing menunjukan adanya suatu sequnce boundary atau maximum flooding surface. 10. Proximal on-lap adalah on-lap pada arah sumber sedimen dan distal downlap adalah down-lap pada arah yang berlawanan dari sumber sedimen, umumnya merupakan indikasi permulaan dan akhir lateral pengendapan lapisan sedimen. 11. Top-lap adalah terminasi strata lebih tua yang kedudukan mula miring keatas kemiringannya diatas strata lebih muda yang menutupinya, yang biasanya terjadi akibat by passing (pengangkutan sedimen yang melalui daerah non deposisi) sedimen. Top-lap biasanya terjadi pada top suatu depositional sequence dan menunjukan adanya suatu batas sikuen (SB) 12. Erosional truncation adalah top terminasi strata diskordan (menyudut) yang lebih tua pada strata lebih muda akibat erosi. Biasanya dijumpai pada top depositional sequences dan menunjukan adanya suatu batas sikuen (SB) 13. Off-lap adalah suatu hubungan top - diskordan dimana lapisan yang lebih tua menujukan terminasi terhadap lapisan yang lebih muda. Toplap dan erosional truncation adalah dua contoh bentuk off-lap. Dengan kata lain off-lap merupakan kebalikan dari on-lap



Fasies Seismik Setelah seismik sekuen ditetapkan, lingkungan dan litofasies antara sekuen diinterpretasi dari data seismik dan data geologi. Analisis fasies seismik adalah deskripsi dan interpretasi geologi dari parameter refleksi seismik, termasuk di dalamnya adalah konfigurasi, kontinyuitas, amplitudo, frekuensi, dan kecepatan



interval. Masing-masing parameter tersebut menyediakan informasi geologi bawah permukaan.



Konfigurasi refleksi menyatakan bentuk kasar stratifikasi dari proses pengendapan, erosi, dan paleotopografi menjadi dapat diinterpretasi. Refleksi dari kontak fluida (flat spots) juga dapat diidentifikasi. Unit fasies seismik dapat dipetakan, unit seismik 3D dibentuk dari kumpulan refleksi. Dimana parameter refleksi internal, bentuk eksternal, dan 3D dari asosiasi fasies seismik tersebut tergambarkan, unit tersebut dapat diinterpretasikan ke bentuk keadaan lingkungan, proses pengendapan, dan estimasi dari litologi. Secara keseluruhan, unit fasies seismik terdiri dari bentuk eksternal dan konfigurasi refleksi internal dari unit tersebut.



Sebelum unit fasies seismik diinterpretasikan dan di deskripsikan, dilakukan interpretasi terhadap proses pengendapan, keadaan lingkungan, dan energi pengendapan pada lingkungan. Analisis fasies seismik menginterpretasikan keadaan lingkungan dan litofasies dari data seismik. Fasies seismik adalah kelompok dari refleksi seismik dengan parameter : konfigurasi, amplitudo, kontinuitas, frekuensi, dan kecepatan interval. Tipe dari Pola Konfigurasi Refleksi a. Paralel dan Subparalel Konfigurasi paralel dan subparalel menunjukkan kecepatan pengendapan yang konstan pada suatu paparan yang subside secara seragam atau pada basin plain yang stabil. Umumnya berasosiasi dengan bentuk eksternal sheet, sheet drape, dan fill.



b. Divergen Konfigurasi ini dicirikan dengan adanya wedge-shaped dimana penebalan lateral lebih disebabkan oleh penebalan dari refleksi itu sendiri, bukan karena onlap, toplap, atau erosi. Mencerminkan variasi lateral kecepatan pengendapan atau tilting secara progresif bidang pengendapan.



c. Progradasi Konfigurasi ini dapat berupa sigmoid, oblique, complex, shingled, dan hummocky dan terbentuk akibat pertumbuhan progresif secara lateral dari bidang pengendapan yang miring, dan sering disebut sebagai clinoform.  Sigmoid Pada konfigurasi ini, segmen sekuen bagian atas dan bawah relatif tipis dan hampir horisontal dengan batas atas konkordan dan batas bawah downlap, sedang bagian tengah relatif lebih tebal dan kemiringan lebih besar. Hal ini mencerminkan proses



agradasi yang menerus segmen atas sejalan dengan progradasi bagian tengah akibat suplai sedimen yang relatif pelan pada basin yang relatif subsiding secara cepat.







Oblique Pada konfigurasi ini, bagian atas sekuen adalah toplap atau hampir rata, bagian bawah downlap dan kemiringan segmen bagian tengah >100. Konfigurasi parallel oblique mempunyai kemiringan yang relatif lebih besar dan mencerminkan energi pengendapan yang lebih tinggi.







Complex Sigmoid-Oblique Pada konfigurasi ini terjadi perselingan antara oblique dan sigmoid.







Shingled Pada konfigurasi ini mencerminkan progradasi fasies ke dalam air dangkal.







Hummocky Clinoforms



Konfigurasi ini mencerminkan progradasi lidah clinoform ke dalam air dangkal dalam prodelta atau interdelta.



d. Chaotic Konfigurasi ini diakibatkan oleh sistem pengendapan energi tinggi, atau akibat deformasi kuat. Dapat merefleksikan slump structures, cut & fill channel, daerah lipatan atau tersesarkan secara kuat.



e. Reflection Free Konfigurasi ini mencerminkan tubuh batuan beku yang besar dan masif, kubah garam, tubuh batupasir atau shale yang homogen dan tebal.



f. Beberapa Istilah Tambahan



Tipe Bentuk Eksternal dari Fasies Seismik Pemahaman mengenai bentuk eksternal 3D dan asosiasi daerah dari fasies seismik adalah hal yang penting dalam analisa fasies seismik tersebut.







Bentuk sheet, wedges, dan banks umumnya terbentuk pada







fasies seismik paparan. Sheet drape mencerminkan pengendapan yang seragam, dan







berebergi rendah pada laut dalam. Bentuk lensa (lens) pada umumnya berasosiasi dengan progradasi clinoform.







Bentuk mound umumnya berasosiasi dengan deep sea fans, lobes, slump masses, contourite, carbonate buildup, reefs, dan volcanic mound.







Bentuk fill dicirikan oleh lapisan yang mengisi permukaan dibawahnya yang mempunyai relief negatif dan berasosiasi dengan erasional channels, canyon fills, structural-trough fills, fans, slump, dll.



Integrasi Data Seismik dengan Data Lainnya Setelah melakukan korelasi dan identifikasi lapisan stratigrafi menggunakan data seismik, selanjutnya adalah menghubungkannya dengan data lainnya seperti: Data Biostratigrafi Hal ini penting ketika menggunakan data biostratigrafi untuk mencari siklus konsentrasi / pengenceran. Secara umum, siklus konsentrasi, zona di mana sejumlah besar mikrofauna dan flora dikondensasikan memiliki interval lebih pendek, sering dikaitkan dengan permukaan banjir maksimum (Maximum Flood Surface). Sebaliknya, siklus pengenceran sering dikaitkan dengan urutan batas. Perlu diingat potensi fauna yang telah tertekan dan fauna yang tertransportasi. Hati-hati apabila data berasal dari sumur dengan bagian stratigrafi tipis di level tertinggi struktural atau paleogeografi. Batas urut kadang-kadang berhubungan dengan tingginya jumlah ulang fauna yang lebih tua, biasanya karena updip atau erosi lokal strata yang lebih tua. Biofacies



dan



interferensi



paleoclimate



dari



data



paleontologi



juga



harus



dipertimbangkan dalam integrasi ini karena variasi lintang di konten fauna dan flora juga dapat terjadi (Armentrout et al., 1991). Log Pola Penumpukan, motif log, dan litologi adalah kunci untuk skala menengah korelasi yang seharusnya mendukung korelasi seismik. Bahkan, korelasi terbaik log ditetapkan ketika data seismik digunakan sebagai panduan untuk memperluas permukaan stratigrafi dari sumur ke sumur. Sementara data seismik tidak sering menangkap resolusi tinggi korelasi stratigrafi mungkin dalam penampang log, biasanya menampilkan geometri bruto (misalnya dipping clinoforms) yang harus diikuti dalam korelasi log. Misalnya, kenyataannya menunjukkan bahwa clinoforming parasequence atau arsitektur stacked sequence dapat terjawab dalam korelasi log jika tidak pertama



kali



diidentifikasi



pada



seismik.



Susunan pola yang terlihat pada log (ataupun penampang singkapan) sering menunjukkan permukaan stratigrafi kunci. Misalnya, perubahan dari retrogradational ke progradational sering dikaitkan dengan permukaan banjir maksimum, yang dapat diperiksa terhadap kedua data seismik dan biostratigrafi. Interpretasi motif log dari sistem saluran utama didefinisikan dengan baik (misalnya, Mitchum et al., 1994). Susun pola, bentuk kurva log, tren vertikal dalam isi pasir, dan hubungan dengan over dan permukaan yang mendasari adalah kunci untuk mengidentifikasi sistem saluran. Namun, integrasi dengan seismik dan lainnya data penting untuk memvalidasi interpretasi tersebut. hubungan Litologi Dapat membantu mengidentifikasi sistem saluran:



1) Di campuran sistem silisiklastik / karbonat, HST ini sering didominasi oleh batuan karbonat sementara batupasir sering ditemukan di LSW dan TST (misalnya, Guadalupian strata dari Permian Basin; Sarg dan Lehman, 1986). 2) Dalam beberapa LST ini, karbonat dapat mendominasi LSWpc, tapi batupasir Onlap sebagai cekungan-lantai thicks. In-situ bara sering berada di HST dan / atau TST sementara diangkut terestrial materi dan batubara organik spar (clasts) terjadi di LST (mis, North Sea Tersier;. Armentrout et al, 1993). Penjajaran kontras satuan batuan dan keragaman jenis facies sering menandakan perubahan facies basin utama (SB) atau sebuah kejadian transgresif mayor (parasequence set boundary (PSSB)). Core Bukti terbaik untuk identifikasi dan validasi dari permukaan stratigrafi penting sering berasal dari core. Batas sekuen dapat dikaitkan dengan kelambatan basal atau paleosols (pada interfluves incised valley-fills (IVF)). Batas Parasequence (PSB) dapat dikaitkan dengan permukaan ripple yang terkubur. Kumpulan trace fosil Glossifungites merupakan indikator tanah yang keras dan ini dapat dikaitkan dengan PSSB atau PSB.



KESIMPULAN Interpretasi stratigrafi dari data refleksi seismik dapat berguna, baik di batas area yang sedikit data atau di daerah yang memiliki banyak data. Pengenalan dan pemetaan dari fasies seismik dalam sekuen seismik, secara objektif berdasarkan parameter seismik, seperti konfigurasi refleksi, kontinyuitas, amplitudo, frekuensi, dan kecepatan interval, disebut sebagai analisa fasies seismik. Fasies seismik dapat diinterpretasikan dengan kondisi keadaan lingkungan, proses pengendapan,



 



dan estimasi litologi. Kenampakan yang dipakai dalam analisis stratigrafi seismik adalah: Terminasi seismik: onlap, downlap, toplap, erosional truncation. Karakter reflektor seismik spt: kontinuitas, flat, dipping, clinoform Dengan melakukan analisis stratigrafi seismik tersebut memungkinkan diprediksi penyebaran batuan yang ada di bawah permukaan secara lebih rinci. Dalam stratigrafi seismik, suatu paket batuan dapat di bagi-bagi menjadi sikuen pengendapan dan di dalam setiap sikuen pengendapan dapat dibagi-bagi lagi menjadi lapisan-lapisan.



DAFTAR PUSTAKA Snedden, John W. dan J. F. (Rick) Sarg. 2008. Seismic Stratigraphy-A Primer on Methodology. ExxonMobil Upstream Research Company, Houston, Texas. Review dari Paper: “Vail, P.R dan R.M. Mitchum. 1977. Seismic Stratigraphy and Global Changes of Sea Level. AAPG Memoir 26.” Diperoleh 30 April 2016,



dari



https://id.scribd.com/doc/232122652/Paper-Review-



INTERPRETASI-STRATIGRAFI-DARI-POLA-REFLEKSI-SEISMIK-DISEKUEN-PENGENDAPAN#download Ghozian Karami. Seismik Stratigraf. Diperoleh 30 April 2016, dari



http://geofact.blogspot.co.id/2011/01/seismik-stratigrafi.html Rizki Pratama. Interpretasi Stratigraf Seismik. Diperoleh 30 April 2016, dari http://rhaydenmazzrhezky.blogspot.co.id/2015/02/interpretasi-stratigrafi-



seismik.html