4 0 797 KB
Outline Kuliah Analisis Hayati Dra. Subaryanti, MSi, Apt. Farmasi - ISTN
Materi kuliah Analisis Hayati :
Uji Toksisitas
1 2 3
Uji Mutagenisitas Pemeliharaan hewan lab.
Uji Toksisitas : • • • • • • • • •
Pendahuluan Uji toksisitas akut Uji toksisitas jangka pendek Uji toksisitas subkronis Uji toksisitas jangka panjang Penanganan hewan percobaan & dosis obat Mengorbankan hewan Pemberian tanda pada hewan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Uji Mutagenisitas : • • • • •
Pendahuluan Cara pengujian Penanganan bakteri uji Pembuatan biakan semalam Pengamatan & pengujian
Pemeliharaan hewan laboratorium : • • • • • • • • •
Ruangan hewan Kandang hewan Sistem ventilasi Temperatur & kelembapan Faktor kebisingan Alas kandang Makanan & air minum Sanitasi kandang & ruangan Identitas hewan
Referensi : • Buku Ajar Analisis Hayati oleh : Dr. Harmita, Apt dan Dr. Maksum Radji, M.Biomed, edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran (EGC), thn 2008, Jakarta.
Analisis Hayati (Uji Toksisitas) Dra. Subaryanti, MSi, Apt. Farmasi - ISTN
Uji Toksisitas Identifikasi obat
Mengarahkan percobaan toksisitas yg akan dilakukan meneliti berbagai efek yg berhubungan dgn cara & waktu pemberian sediaan obat
Data Rencana penggunaan
Sifat obat
Pengujian toksisitas ada 3 kelompok : Uji toksisitas akut zat kimia diberikan 1x/bbrp x dlm waktu 24 jam
1 2 3
Uji toksisitas jangka pendek (subkronis) zat kimia diberikan ber-ulang2, setiap hari/5x seminggu. Tikus 3 bln, Anjing 1-2 thn Uji toksisitas jangka panjang (kronis) zat kimia diberikan berulang 3-6 bln/seumur hidup hewan. Mencit 18 bln, Tikus 24 bln, Anjing & Monyet 7-10 thn
• • • •
Toksisitas akut mencari efek toksik Toksisitas kronis menguji keamanan obat Percobaan karsinogenik > 6 bulan Penafsiran keamanan obat utk manusia serangkaian percobaan toksisitas thd hewan
Pendekatan penilaian keamanan obat dilakukan dgn bbrp tahapan : 1. Menentukan LD50 (dosis letal median) 2. Melakukan percobaan toksisitas subkronis & kronis utk menentukan no effect level 3. Melakukan percobaan karsinogenisitas, teratogenisitas, & mutagenisitas
Uji Toksisitas Akut
Uji Toksisitas Akut : • Dirancang utk menentukan LD50 obat • LD50 obat dosis tunggal suatu zat yg secara statistik dpt membunuh 50% hewan coba • Tujuan (1) menunjukkan organ sasaran yg mungkin dirusak & efek toksis yg spesifik, (2) menunjukkan dosis yg sebaiknya digunakan dlm pengujian yg lebih lama. • Mis. zat melalui inhalasi (1) uji penentuan konsentrasi letal median (LC50) : utk masa pemberian tertentu, (2) Uji penentuan letal median (LT50) : utk kadar tertentu di udara.
Rancangan percobaan : 1. Pemilihan spesies hewan 2. Cara pemberian 3. Cara perlakuan 4. Dosis & jumlah hewan 5. Faktor lingkungan 6. Temperatur 7. Pengamatan & pemeriksaan 8. Evaluasi data (hubungan “dosis-respons”) 9. Potensi relatif 10.Kegunaan nilai LD50.
1. Pemilihan spesies hewan : • Lazimnya dipakai satu galur (strain) tikus putih • Kadang2 mencit, anjing, babi, kera • Tikus putih : umur 2-3 bulan, BB 180-200 g, harus diaklimatisasi & sehat • Tikus jantan & betina dievaluasi terpisah krn responnya berbeda • Umumnya 10-30 tikus per kelompok dosis & kelompok pembanding.
2. Cara pemberian : • Oral (dgn sonde), dermal, inhalasi • Inhalasi (pernapasan) sasarannya : - LC50 (median lethal concentration = rata2 konsentrasi yg mematikan) pd jangka waktu pemakaian tertentu - LT50 (median lethal time = rata2 waktu mematikan) melalui pemakaian konsentrasi tertentu di udara. • Tikus besar & kecil (mencit) memenuhi syarat penentuan LD50.
3. Cara perlakuan : • Umumnya melalui mulut dgn sonde mencampurkan zat kimia dlm makanan dosis tdk tepat & mengurangi toksisitas zat kimia. • Larutan/suspensi yg toksik diperlukan bahan tambahan spt air, air garam, perasan sayur-mayur & turunan selulosa. • Melalui kulit & pernapasan parenteral (iv & ip) jg digunakan utk menguji kecepatan & penyerapan melalui oral/kulit.
4. Dosis & jumlah hewan : • Tujuan LD50 menetapkan dosis yg akan membunuh 50% hewan & menentukan slope (kemiringan) kurva dosis vs respons. • Ketepatan LD50 meningkat dgn naiknya penggunaan jmlh hewan per dosis & menurunnya rasio antara dosis 1 & brkutnya. • Hasil LD50 didapat dgn penerapan dosis dgn rasio lbh kecil di antara masing2 dosis yg berurutan/dosis berikutnya.
5. Faktor lingkungan : • Tipe kandang (dinding berlubang-lubang atau rapat) & tipe kotoran dpt mempengaruhi reaksi hewan thd zat yg toksik.
6. Temperatur : • Suhu lingkungan mempengaruhi peracunan • Toksisitas striknin, nikotin, atropin, malation & sarin meningkat pd suhu dingin. • Toksisitas paration, organofosfat & insektisida menurun akibat hipotermia. • Kelembapan nisbi tinggi meningkatkan toksisitas akut & LD50 lebih rendah.
7. Pengamatan & pemeriksaan : • Pengamatan Jmlh hewan, waktu kematian, saraf pusat, saraf otonom & pengaruh tingkah laku (reaksi awal, intensitas & lama reaksinya) • Jangka waktu pengamatan harus cukup lama, shg akibat yg lambat/tertunda & kematian tdk akan terlewat. • Autopsi informasi yg berguna mengenai organ sasaran saat tdk terjadi kematian setelah pemberian dosis. • Histopatologis organ & jaringan jg dpt dilakukan
Tabel 1 : Hubungan tanda-tanda keracunan dgn organ tubuh & sistem saraf Sistem
Tanda-tanda keracunan
Saraf otonom
Eksoftalmos (mata memerah), mencret, sering kencing
Perilaku
Gelisah, depresi, agresif, ketakutan, bingung
Perasa/sensori
Sensitif thd rasa sakit, suara & sentuhan
Saraf otot
Gemetar, kejang, ekor bengkok, kedutan, kematian
Pembuluh darah jantung
Detak naik/turun, penyumbatan, pendarahan
Pernapasan/respiratori
Hipopnea, dispnea, megap-megap, apnea
Mata/Okular
Midriasis, miosis, refleks sinar pupilar
GI/gastrourinari
Air liur terus keluar, mencret, sembelit, urin berdarah
Kulit (cutaneous)
Alopesia, gemetar, eritema, nekrosis, bengkak
8. Evaluasi data (hubungan dosis-respons) : • Adanya variasi individu dlm setiap grup hewan tdk mati pd dosis kimia yg sama • Frekuensi respons spt kematian meningkat seiring meningkatnya dosis • Di saat angka kematian/frekuensi akibat lain diplot thd dosis pd skala logaritma didapat sebuah kurva bentuk S.
9. Potensi relatif : • Potensi masing2 toksisitas berbeda. • Agar LD50 bermakna dianjurkan memeriksa standard error (confidence limit) & slope pd kurva dosis-respons. • Jk confidence limit dua LD50 tumpang tindih bahan dgn LD50 < mgkn kurang beracun dibandingkan bahan lain. • Data ttg slope penting utk membendingkan 2 bahan dgn LD50 yg sama.
10. Kegunaan nilai LD50 : 1. 2. 3. 4.
Klasifikasi zat kimia berdasarkan toxisitas relatif Pertimbangan bahaya akibat overdosis Perencanaan studi toxisitas jgka pendek pd hewan Menyediakan informasi ttg mekanisme keracunan; pengaruh thd umur, sex, inang lain & lingkungan; respons yg berbeda di antara spesies & galur 5. Menyediakan informasi ttg reaktivitas populasi hewan tertentu 6. Menyumbang informasi yg diperlukan utk manusia 7. Kontrol kualitas & mendeteksi ketidakmurnian produk racun.
Tabel 2 : Klasifikasi nilai LD50 Kategori
LD50
Supertoksik
5 mg/kg atau kurang
Sangat toksik
5-50 mg/kg
Toksik
50-500 mg/kg
Cukup toksik
0.5-5 g/kg
Sedikit toksik
5-15 g/kg
Tidak toksik
> 15 g/kg
Uji Toksisitas Jangka Pendek
Uji toksisitas jangka pendek : • Tubuh manusia sering terkena bahan kimia pd tingkat yg jauh lbh kecil dari dosis yg mematikan dgn segera, namun waktu lbh lama. • Utk menyelidiki keracunan dilakukan studi toksisitas jangka pendek & jangka panjang.
Rancangan percobaan uji toksisitas jangka pendek : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Spesies & jumlah hewan : 10-30 tikus/klpk Perlakuan : oral, dermal, pernapasan, parenteral Dosis & jangka waktu uji coba Pengamatan umum : penampilan & kebiasaan Uji laboratorium : periksa hematologi Uji laboratorium klinis : glukosa darah, SGOT, SGPT Pemeriksaan pasca kematian : patologis umum Evaluasi
Uji Toksisitas Subkronis
Rancangan percobaan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Hewan uji : tikus & anjing, jantan & betina Jumlah hewan uji : 10 (tikus), 4 (anjing)-ekor Kondisi ruangan & pemeliharaan hewan uji Dosis uji : 3 klpk dosis & 1 klpk kontrol Batas uji : 1000 mg/kg BB Cara pemberian zat uji : oral dgn sonde Lama pemberian zat uji : 20-90 hari atau 10% Prosedur : aklimatisasi ± 7 hari Evaluasi hasil : hubungan dosis dgn efek
Uji Toksisitas Jangka Panjang
Rancangan percobaan : 1. Spesies & jumlah hewan : tikus, anjing, primata 2. Cara pemberian, dosis & jangka waktu peracunan : tikus (2 bln), anjing & kera (6 th) 3. Pengamatan & pemeriksaan : BB, uji lab, dsb 4. Evaluasi : menetapkan adanya toksisitas bahan kimia & menetapkan NEL (no effect level).
Tabel 3 : pengamatan umum, tes lab.klinis & patologi dlm studi subkronis Organ
Pengamatan umum
Pemeriksaan darah
Pemeriks. Patologi
Hati
Edema, asites
GPT, GOT, albumin
Hati
GI
Diare, muntah, feses
Protein, Na, K
Lambung, pankreas
Saluran urin
Volume, warna urin
Urea, albumin
Ginjal, kandung kemih
Hematopoesis Letargi, lelah
Hb, eritrosit
Limfa, timus
Sistem saraf
Gerakan, perilaku
-
Otak, saraf skiatika
Sistem reproduksi
Penampakan, palpilasi organ reprod.external
-
Testis, ovarium, uterus, prostat
Sistem endokrin
Kulit, rambut, BB
Glukosa, Na, K, kolesterol
Tiroid, pankreas
Mata
Penampakan mata
-
Mata, saraf optikus
Pernapasan
Batuk, cairan hidung
Protein, albumin
Paru, bronkus
Tulang
Pertumbuhan, kelumpuhan
Ca, P, alkalin fosfatase
Kekuatan tulang
Tabel 4 : Penanganan hewan coba : Hewan coba
Penanganan
Mencit
Bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul, lebih aktif pd malam hari
Tikus
Tenang, mudah ditangani,tidak fotofobik, tidak terganggu dgn kehadiran manusia, menjadi galak jk dikasari
Kelinci
Diperlakukan dgn halus, namun sigap krn cenderung berontak
Marmut
Sangat jinak & jarang menggigit
Tabel 5 : Cara pemberian obat Cara
Hewan
Ket.
Oral
Mencit & tikus
Dgn alat suntik yg dilengkapi jarum/kanula berujung tumpul & berbentuk bola
Kelinci
Dibantu dgn alat penahan rahang berupa pipa kayu/plastik berlubang
Marmut
Spt tikus & kelinci
Mencit
Dilakukan pd vena ekor (ada 4 vena pd ekor)
Tikus
Spt mencit, pd vena penis (jantan)
Kelinci & marmut
Pd vena marginalis utk marmut besar/dianastesi
Tikus & mencit
Penyuntikan di bawah kulit daerah tengkuk
Kelinci & marmut
Tusuk jarum menembus kulit sejajar dg otot di bwhnya
im
Mencit & tikus
Otot gluteus maximus, paha belakang
ip
Semua hewan
Perut sebelah kanan garis tengah
intraderm al
Tikus & marmut
Perut & tubuh belakang/kaki belakang yg telah dicukur bulunya
Intravena
Subkutan
Mengorbankan hewan : • Pembunuhan dilakukan sedemikian rupa shg hewan mengalami penderitaan seminimal mungkin. • Cara anastesi dosis tinggi secara iv (kelinci), ip (mencit, marmut, tikus) • Menggunakan kloroform, CO2, N2 inhalasi • Pengorbanan hewan fisik/disembelih
Pemberian tanda pada hewan : • Hewan percobaan perlu diberi tanda utk dpt dibedakan dgn hewan lain. • Penandaan dgn larutan 10% pikrat/tinta cina/pewarna lain. • Tanda dpt diberikan berupa titik & garis pd punggung atau ekor.
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) : • Larva udang (Artemia salina Leach) mengetahui sifat toksik bahan alam metode BSLT. • BSLT : metode uji toksisitas dlm penelusuran seny bioaktif yg bersifat toksik dr bahan alam. • Dpt digunakan sbg bioassay guided fractination dr bahan alam krn mudah, murah, cepat, cukup reprodusibel. • Bbrp seny bioaktif yg berhasil diisolasi ada korelasi thd suatu uji spesifik antikanker
BSLT : • 1x dilaporkan oleh Tarpley menentukan keberadaan residu insektisida, seny anastetik & tingkat toksisitas air laut. • Meyer penapisan seny aktif dlm ekstrak tanaman yg ditunjukkan sbg toksisitas thd larva Artemia salina Leach. • Toksisitas melihat nilai LC50 • Ekstrak ditentukan dgn melihat LC50 ≤ 1000 µg/mL. Jmlh kematian – jmlh kematian kontrol
• % kematian =
x 100%
Jmh larva awal (10)
Terimakasih
Analisis Hayati (Uji Mutagenisitas)
Dra. Subaryanti, MSi, Apt. Farmasi - ISTN
Pendahuluan : • Uji mutagenisitas uji utk mengetahui apkh suatu bahan bersifat karsinogenik/dpt menimbulkan sel kanker. • Kelompok zat karsinogenik : 1. Hidrokarbon aromatik 2. Polisiklik 3. Amin aromatik 4. Senyawa pengalkil 5. Senyawa berasal dari alam
• Beberapa metode penentu karsinogenik : 1. Hewan percobaan 2. Serangga 3. Sel mamalia 4. Bakteri paling sering digunakan, cepat, ekonomis
• Uji dgn bakteri uji AMES Salmonella typhimurium TA 97, TA 98, TA 100, TA 102 • Setiap galur mengandung : - Gen mutasi histidin - Mutasi fra - Mutasi uvrB - Faktor R : meningkatkan kepekaan bakteri thd senyawa mutagenik - Galur E. coli WP2 gen mutasi uvrA
• Bakteri uji dimutasi dulu tdk mampu menyintesis asam amino (histidin/triptofan) utk pertumbuhan butuh media tsb utk tumbuh normal.
• Bahan uji bersifat mutagenik mutasi balik bakteri uji ke fungsi semula gen his & gen trp yg termutasi mutasi balik normal bakteri menyintesis kembali his & trp tumbuh pd media.
• Mutasi rfa hilangnya sebagian sawar lipopolisakarida pembungkus bakteri naiknya permeabilitas molekul benzo[a]piren tdk dpt penetrasi ke dlm sel normal.
• Mutasi uvrB hilang gen pengode sistem excision repair DNA. • Gen bio butuh biotin utk pertumbuhannya.
Cara pengujian : • Bakteri uji : Salmonella typhimurium TA 97, TA 98, TA 100, TA 102 & E. coli WP2 • Media perbenihan : 1. Garam 50x Vogel-Bonner 2. Media utk pelat master 3. Media Nutrient Broth No.2 4. Pelat Agar Nutrien 5. Pelat histidin-biotin & triptofan 6. Top Agar
Penanganan bakteri uji : • Aseptik masing-masing galur bakteri uji diinokulasi dgn cara digoreskan pd pelat agar mengandung ampisilin. • Salmonella typhimurium TA 102 digoreskan pd pelat agar mengandung ampisilintetrasiklin. • Semua biakan diinkubasi 37oC, 24-48 jam (pelat master).
Pembuatan biakan-semalam : • Bakteri dari pelat master diinokulasikan ke media Nutrient Broth diinkubasi pd suhu 37oC selama 18-24 jam.
Pengamatan & pengujian : • Konfirmasi genotip yg dilakukan : 1. Uji butuh histidin Salmonella typhimurium 2. Uji butuh triptofan E. coli 3. Mutasi rfa & uvrB S. typhimurium 4. Mutasi uvrA E. coli 5. Uji faktor R, uji plasmid pAQ1 S. typhimurium 6. Uji spontan
Tabel 1. Hasil konfirmasi sifat genotip S. typhimurium & E. coli
Sifat genotip
TA 97
TA 98
TA 100
TA 102
E. Coli WP2
Uji butuh histidin
tumbuh
tumbuh
tumbuh
tumbuh
-
Uji butuh triptofan
-
-
-
-
Tumbuh
Mutasi rfa
15 mm
14 mm
13 mm
14 mm
-
Mutasi uvrB dan uvrA
Tdk tbh
Tdk tbh
Tdk tbh
tumbuh
Tdk tbh
Faktor R
tumbuh
tumbuh
tumbuh
-
Tumbuh
Plasmid pAQ1
-
-
-
tumbuh
-
Tabel 2. Hasil uji reversi spontan S. typhimurium & E. coli Bakteri uji
Jumlah koloni 1
2
Rerata
S. Typhimurium TA 97
95
92
93
S. Typhimurium TA 98
33
31
32
S. Typhimurium TA 100
140
140
140
S. Typhimurium TA 102
270
260
265
E. Coli WP2
22
23
22
Kesimpulan bakteri yg diperoleh memenuhi persyaratan utk digunakan dlm uji Ames
Tabel 3. Hasil uji mutagenisitas 0,5 µg NQNO thd S. typhimurium & E. coli Jumlah koloni
Bakteri uji 1
2
Rerata
S. Typhimurium TA 97
424
404
414
S. Typhimurium TA 98
267
246
256
S. Typhimurium TA 100
852
840
846
S. Typhimurium TA 102
276
276
276
E. Coli WP2
588
554
571
• Uji konfirmasi mutagenisitas thd mutagen standar kontrol + memastikan bhw bakteri uji memenuhi syarat. • Mutagen standar 4-nitrokuinolin-N-oksida (NQNO) • Kesimpulan konsentrasi 0,5 µg pd setiap pelat agar mutagen menghasilkan jmlh koloni 2x lipat dibandingkan revertan spontan (Tabel 2)
Tabel 4. Hasil uji mutagenisitas zat mutagen thd S. typhimurium & E. coli Konsentrasi zat mutagen Bakteri uji
1000 µg
100 µg
Jmlh koloni 1
2
10 µg
Jmlh koloni Rata
1
2
5 µg
Jmlh koloni
Rata
1
2
Jmlh koloni
Rata
1
2
Rata
552 560 556
-
-
-
101
-
-
-
S. typhi TA 97
2008 2034 2021
623 616 624
S. typhi TA 98
1336 1300 1318
1232 1248 1240
S. typhi TA 100
1250 1232 1241
488 496
492 344 340 342
-
-
-
S. typhi TA 102
2032 2024 2028
311 315
313
-
-
-
E. coli WP2
2024 2016 2020
277
280 278
96 107
273 270 271 75
70
72
63 68
• Konsentrasi terkecil zat mutagen efek mutagenik 10 µg • Pd konsentrasi 5 µg hanya E. coli WP2 efek + mutagenik • Batas suatu bahan uji mutagenik hasil + konsentrasi < 10.000 µg
65
Terimakasih
Analisis Hayati (Pemeliharaan Hewan Laboratorium)
Dra. Subaryanti, MSi, Apt. Farmasi - ISTN
Hal-hal yg diperhatikan dlm hewan lab : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Ruangan hewan Kandang Sistem ventilasi Temperatur & kelmbapan Faktor kebisingan Alas kandang Makanan & air minum Sanitasi kandang & ruangan Identitas hewan
Ruangan hewan : • Langit-langit & dinding ruangan bahan keras, halus, tanpa lekukan/sambungan, dicat epoksi yg tahan kelembapan. • Lantai dilapisi bhn yg tahan kotoran, urin & bhn pembersih yg bersifat korosif. • Pintu dpt meredam suara, selalu tertutup & bhn dr logam. • Pencahayaan 12 jam terang & 12 jam gelap ideal pengatur waktu lampu otomatis.
Kandang hewan : • • • •
Terbuat dr bahan kuat & awet Permukaan kandang rata/halus Sudut, lekukan, sambungan minimalisir Tempat makanan & minuman mudah diganti, dicuci & diisi kembali • Kandang yg rusak/kawat yg lepas segera diperbaiki utk mencegah luka pd hewan
Sistem ventilasi : • Tersedia oksigen yg cukup • Mengurangi panas • Mengencerkan kontaminan bentuk gas/partikel • Mengontrol tekanan udara dalam & luar • Tekanan udara dalam > koridor, kecuali ruang isolasi/karantina khawatir kontaminan menyebar.
Temperatur & kelembapan :
• Tiap spesies hewan daya toleransi berbeda • Spesies beda pengatur udara terpisah • Alat pantau temperatur & kelembapan dalam setiap ruangan.
Hewan
Kelembapan relatif (%)
Temperatur (oC)
Mencit
40-70
18-26
Tikus
40-70
18-26
Hamster
40-70
18-26
Marmut
40-70
18-26
Kelinci
40-60
16-21
Kucing
30-70
18-29
Anjing
30-70
18-29
Primata
30-70
18-29
Ayam
45-70
16-27
Faktor kebisingan : • Kebisingan pertimbangan dlm merancang lab hewan • Ruang hewan & ruang kerja terpisah spt pencucian kandang, suara kereta & rak yg didorong mengganggu hewan • Anjing & primata suara keras/bising agak jauh dgn ruang rodensia, kelinci & kucing.
Alas kandang : • Bersifat menyerap air • Bebas dr bahan kimia toksik/berbahaya utk hewan & pekerja • Terbuat dr bahan yg tdk dpt dimakan hewan • Tetap kering sampai jadwal berikutnya • Tidak langsung di atas lantai diberi alas papan/diletakkan di rak.
Makanan & air minum : • Jmlh makanan cukup pertumbuhan normal, reproduksi & laktasi • Makanan tdk tercemar penyakit, parasit, serangga, kutu, bahan kimia, tgl produksi, masa pakai, tgl expire, penanganan & penyimpanan penting diperhatikan • Gudang makanan ≤ 21oC, makanan diet khusus ≤ 4oC • Air minum selalu tersedia, dgn botol/otomatis, tdk boleh isi ulang
Sanitasi kandang & ruangan : • Dibersihkan dgn sabun & desinfektan scr rutin • Alas kandang sering diganti, tetap kering & bersih • Tikus, mencit & hamster penggantian alas kandang 1-3x/minggu • Anjing, kucing & primata setiap hari • Kandang & peralatan dicuci & disanitasi sblm dipakai lagi • Kandang direndam dicuci dgn deterjen & air panas bilas dgn air panas rendam dlm desinfektan biarkan kering tanpa dibilas lagi.
Identitas hewan : • Kartu kandang & kartu identitas hewan tanda khusus warna, melubangi telinga, dsb. • Kartu identitas hewan informasi : 1. Asal hewan 2. Galur 3. Nama peneliti 4. Tgl perlakuan 5. Data klinis hewan
Terimakasih