Hayati 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN HAYATI ACARA 4 PENGENALAN PATOGEN SERANGGA DAN AGEN ANTAGONIS



Disusun oleh: Nama



: Batsyeba Nurmeta Panggabean



NPM



: E1J017060



Shift



: Kamis, 13.00- 15.00



Dosen



: Ir. Nadrawati,M.P.



Coass



: Julius Lumban Toruan (E1J016109)



LABORATORIUM PROTEKSI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERRSITAS BENGKULU 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertanian merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan cara membudidayakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kegiatanyang budidaya tanaman tidak dapat dipisahkan dari beberapa faktor yang mampu mengurangi hasil produksi suatu produk hasil pertanian. Salah satu faktor yang mampu menurunkan hasil produksi yaitu keberadaan organisme pengganggu tanaman. OPT merupakan makhluk hidup yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan pada pertumbuhan tanaman, sehingga secara tidak langsung juga berakibat pada pengurangan hasil produksi. Pengendalian OPT pada dasarnya merupakan tindakan untuk membatasi jumlah OPT pada lahan, serta untuk mengurangi tingkat kerusakan yang ditimbulkan (Pracaya. 2007). Metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan keberadaan serangga hama yaitu dengan cara pengendalian hayai. Prinsip pengendalian hama secara pengendalian hayati yaitu dengan cara memanfaatkan organisme lain untuk membunuh atau mengendalikan populasi dari hama. Organisme yang digunakan dalam mengendalikan hama harus diuji untuk mengetahui tingkat pathogenesitas suatu agen hayati. Agen hayati yang digunakan dalam mengendalikan hama harus memiliki sifat menekan pertumbuhan hama dan mampu menyebabkan kerusakan pada tubuh hama. Sifat agen hayati yang mampu menekan pertumbuhan hama bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi suatu hama sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya. Pengendalian secara hayati dirasa lebih aman terhadap lingkungan karena tidak menimbulkan residu seperti penggunaan pestisida dalam mengendalikan hama ( Purnomo, 2010). Pengetahuan terhadap serangga yang bertindak sebagai musuh alamiyang menguntungkang bagi petani sangat diperlukan. Pengetahuan semacam itu perlu disebarluaskan untuk memberi pengetahuan kepada pelaku budidaya pertanian. -engan mengetahui hal tersebut maka dapat menjadi langkah dalam mensukseskan setrategi pengendalian hama terintegrasi yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT). 1.2. Tujuan Praktikum Mengenal beberapa jenis pathogen serangga dan agen antagonis berdasarkan sifat morfologi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Patogen serangga adalah mikroorganisme (cendawan,bakteri, virus, protozoa, nematode dan mikroba lainnya) yang dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit pada serangga hama. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menibulkan penyakit pada serangga yang disebut mikroorganisme entomopatogen. Karakteristik Patogen adalah sebagai berikut: 



Menyebabkan pertumbuhan terhambat, menghambat reproduksi, membunuh inang







Memiliki target inang spesifik atau stadium spesifik







Efektifitas sangat tergantung pada kondisi lingkungan







Dapat menyebabkan epizootic (ledakan penyakit di dalam populasi serangga)







Tingkat pengendalian tidak dapat diprediksi, relative lambat Pemanfaatan patogen serangga merupakan salah satu alternatif pengendalian hama



non-kimiawi. Selain terbukti efektif terhadap hama sasaran, juga tidak mengakibatkan resistensi hama, dan aman bagi organisme bukan sasaran, termasuk mamalia. Dari sisi efektivitas dan dampaknya terhadap lingkungan, prospek patogen serangga sebagai substitusi insektisida kimia sintetik cukup baik. Selain itu, pengendalian hama dengan patogen serangga cenderung lebih efisien dibanding pengendalian dengan insektisida kimia sintetik (Ramadhan dan Hernowo, 2012). Antagonis adalah peristiwa yang menyebabkan tertekannya aktivitas suatu mikroorganisme jika dua mikroorganisme atau lebih berada pada tempat yang berdekatan. Uji antagonis merupakan uji yang digunakan membuktikan bahwa mikroorganisme yang bersifat antagonis dapat menghambat aktivitas mikrooganisme lain yang berada ditempat yang berdekatan. Mikroorganisme yangbersifat antagonis ini memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga dapat menutupi mikroorganisme yang berdekatan dengannya (Tuju 2004). Menurut Thomas dalam Ekowati (2000), Trichoderma sp. Mampu memproduksi protein ekstraseluler yang mampu melisiskan dinding sel patogen yaitu melalui uji aktivitas enzimatis. Menurut Darmono (1997), molekul antibiosis yang dihasilkan oleh Trichoderma sp. yaitu 1,3 glukanase dan khitinase. Kedua enzim tersebut menghancurkan glukan dan kitin yang merupakan komponen dinding hifa dari beberapa cendawan patogen tanaman.



Jamur Metarhizium, Beuvaria, dan Tricoderma memiliki peran yang bermanfaat yaitu sebagi agen hayati pengendali serangga. Menurut Yanti (2013), Jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae dikenal sebagai agen hayati pengendali serangga hama, karena jamur ini memiliki spektrum pengendalian



yang sangat luas dapat



menginfeksi beberapa jenis serangga seperti Scapteriscus sp., semut api, Salenopsis invicta, Oryctes rhinocerus, Phyllophaga sp., dan Cetana nitida. Menurut Trizelia (2015), Cendawan Trichoderma sp. merupakan mikroorganisme tanah bersifat saprofit yang secara alami menyerang cendawan patogen dan bersifat menguntungkan bagi tanaman. Cendawan Trichoderma sp. merupakan salah satu jenis cendawan yang banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah dan pada berbagai habitat yang merupakan salah satu jenis cendawan yang dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati pengendali patogen tanah. Cendawan ini dapat berkembang biak dengan cepat pada daerah perakaran tanaman.



BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : 



Mikroskoskop







Gelas objek







Lampu spritus







Petridis







Jarum ose



Bahan yang digunakan adalah: 



Beauveria bassiana







Metrarrhizium anisopliae







Trichoderma sp.



3.2. Cara Kerja 1. Mengamati bahan yang tersedia. 2. Menggambarkan ciri-ciri penting yang mencirikan masing- masing jenis patogen 3. Memberikan keterangan seperlunya.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Nama Agen 1. Beauveria bassiana



2. Metrarrhizium anisopliae



3. Trichoderma sp.



Gambar



4.2. Pembahasan Pada praktikum pengenalan patogen serangga dan agen antagonis ini dilakukan dengan mengamati dibawah mikroskop beberapa jenis bahan yang tersedia. Bahan yang diamati adalah Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, dan Trichoderma sp. Pada praktikum ini juga mempelajari mekanisme infeksi masing- masing objek yang diamati. Cendawan yang bernama Beauveria bassiana ini mempunyai miselia yang bersekat dan berwarna putih, dan bila menginfeksi kedalam tubuh serangga, maka Cendawan ini terdiri atas banyak sel, dengan diameter 4 μm, dan diluar tubuh serangga ukurannya lebih kecil yaitu 2 μm. Hifa fertil terdapat pada cabang (branchlets), tersusun melingkar (verticillate) dan biasanya menggelembung atau menebal. Cara cendawan Beauveria bassiana menginfeksi tubuh serangga dimulai dengan kontak inang, masuk ke dalam tubuh inang, reproduksi di dalam satu atau lebih jaringan inang, kemudian kontak dan menginfeksi inang baru. B. bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Pada proses selanjutnya, jamur akan bereproduksi di dalam tubuh inang. Jamur akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang, tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan jamur menutupi tubuh inang dengan warna putih. Koloni cendawan Metarhizium anisopliae pada awal pertumbuhannya berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur. Jamur ini banyak ditemukan di dalam tanah, bersifat saprofit, dan umumnya dijumpai pada berbagai stadia serangga yang terinfeksi, tumbuh pada suhu 18,3o- 29,5oC dan kelembapan 3090%. Tingkat pH untuk pertumbuhan Metarhizium anisopliae berkisar 3,3-8,5. Pertumbuhan optimal terjadi pada pH 7. Metarhizium anisopliae masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dan poripori atau kutikula dari tubuh serangga. Setelah masuk ke dalam tubuh serangga, jamur menghasilkan perpanjangan hifa lateral



yang akhirnya berkembang biak dan



mengkonsumsi organ internal serangga. Pertumbuhan hifa berlanjut sampai serangga tersebut ditumbuhi dengan miselia. Selanjutnya jamur akan beristirahat melalui kutikula dan sporulates, yang membuat serangga tampak seperti diselimuti bulu halus berwarna putih. Trichoderma, sp merupakan cendawan (fungi) yang termasuk dalam kelas ascomycetes, dimana Trichoderma, sp banyak ditemukan di dalam tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada tunggul kayu. Trichoderma, sp akan tumbuh dengan baik pada suhu 6 0C sampai dengan 41 0C dengan pH optimum 3 sampai dengan 7 dan Sukrosa dan glukosa merupakan karbon utama. Untuk berkembangbiak cendawan ini menggunakan konidia (spora). simpan pada ruangan bersih dan terhindar dari sinar matahari. Trichoderma, sp akan terlihat tumbuh setelah satu sampai dua minggu. Trichoderma, sp yang telah tumbuh pada media beras dan sekam disebut dengan starter beras yang selanjutnya dapat dibiakkan pada media tanah. Sebagai agen hayati, Trichoderma berpotensi menjaga sistem ketahanan tanaman misalnya dari serangan patogen seperti cendawan patogen. Pada tanaman sengon yang rentan yang terserang penyakit busuk akar (‘Ganoderma’ sp.), tanaman kubis yang rentan penyakit akar gada, tanaman cabe yang rentan layu fusarium, tanaman jagung yang renta bule, penggunaan ‘Trichoderma’ sebagai agen antagonis merupakan salah satu alternatif pengendalinya. Mikoparasit (memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga cendawan akan mati). Menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin yang dapat menghancurkan sel cendawan melalui pengrusakan terhadap permeabilitas membran sel, dan enzim chitinase, laminarinase yang dapat menyebabkan lisis dinding sel. Mempunyai kemampuan berkompetisi memperebutkan tempat hidup dan sumber makanan.



BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 



Beauveria bassiana mempunyai miselia yang bersekat dan berwarna putih, dan bila menginfeksi kedalam tubuh serangga. B. bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang







Metarhizium anisopliae pada awal pertumbuhannya berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur. Jamur ini banyak ditemukan di dalam tanah, bersifat saprofit, dan umumnya dijumpai pada berbagai stadia serangga yang terinfeksi. Metarhizium anisopliae masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dan pori-pori atau kutikula dari tubuh serangga. Setelah masuk ke dalam tubuh serangga, jamur menghasilkan perpanjangan hifa lateral yang akhirnya berkembang biak dan mengkonsumsi organ internal serangga







Trichoderma, sp merupakan cendawan (fungi) yang termasuk dalam kelas ascomycetes, dimana Trichoderma, sp banyak ditemukan di dalam tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada tunggul kayu. cendawan lain dengan menembus dinding sel dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga cendawan akan mati).



5.2. Saran Sebaiknya pada saat praktikum lebih dikondusifkan lagi agar tidak mengganggu sekeliling.



DAFTAR PUSTAKA Campbell, N. A., J. B. Reece,L. G. Mitchell. 2000. Biologi, Jilid I, Edisi Kelima, Erlangga,. Jakarta. Darmono, 1997. Biofungisida Trichoderma sp. untuk pengendalian patogen penyakit tanaman perkebunan. Dalam Prosiding



Pertemuan Teknis Bioteknologi



Perkebunan untuk Praktek , Bogor: Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ekowati N, Ratnaningtyas & Mumpuni 2000. Aktivitas senyawa antifungi beberapa isolate lokal Gliocladium spp dan Trichoderma sp. Terhadap penyebab busuk buah kakao. Laporan Penelitian, UNSOED. Purwokerto Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Sumber Swadaya, Jakarta. Hal 216-118. Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: ANDI Trizelia et al., 2015. Keanekaragaman cendawan entomopatogen pada rhizpsfer berbagai tanaman sayuran. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. Vol 1. No 5. Hal 998-1004. Yanti,Itat. 2013. Pengaruh Jamur Entomopatogen Metarhizium Anisopliae Terhadap Mortalitas Serangga Penyerbuk Trigona Sp. Bandung : Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung.