Analisis Konsep [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Fisika I



OLEH :



KELOMPOK 3 Yulisa Hardiyani



06081011012



Ragil Mery Yaniska 06081011018 Siti Aulia



06081011025



Dosen Pengasuh: Drs. Abidin Pasaribu, M.M. M. Yusuf, S.Pd., M.Pd.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2010



ANALISIS KONSEP PENDAHULUAN Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan ini didasarkan pada konsepkonsep yang diperolehnya. Hal yang harus disadari saat ini adalah pentingnya belajar konsep tentang sesuatu. Konsep yang dimaksud disini tidak lain dari kategori-kategori yang kita berikan dari stimulus atau rangsangan yang ada di lingkungan kita. Konsep yang ada di dalam struktur kognitif individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Jika keadaannya demikian, sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi (building blocks) dalam struktur berpikir individu. Konsepkonsep inilah yang dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan hal-hal lain yang ada keterkaitannya dengan apa yang harus dilakukan oleh individu. Banyak pengalaman guru yang setuju bahwa penyampaian informasi kepada siswa sangat penting tetapi pengajaran siswa mengenai bagaimana untuk berpikir itu lebih penting lagi. Pengalaman guru juga mengetahui bahwa konsep adalah pondasi bangunan dasar untuk berpikir, terutama sekali, berpikir tingkat tinggi,



dalam



berbagai



subjek.



Konsep



mengijinkan



individu



untuk



mengelompokkan objek dan idea networks yang memandu berpikir kita. Proses belajar konsep mulai pada awal-awal umur (muda) dan kontinu keseluruhan hidup seperti manusia berkembang lebih dan lebih ke arah konsep kompleks, keduanya dalam sekolah atau di luar sekolah. Belajar konsep krusial di sekolah dan dalam kehidupan setiap manusia, karena konsep mengijinkan pemahaman yang bermutu beberapa manusia dan menyediakan basis interaksi verbal. Fokus dari materi ini pada analisis konsep dan bagaimana guru dapat menolong siswa tercapai dan berkembang konsep dasarnya yang dibutuhkan



untuk belajar lebih lanjut dan berpikir tingkat tinggi. Bagian pertama membahas tentang definisi konsep. Bagian berikutnya akan dibahas mengenai apa saja dimensi konsep itu, bagaimana cara memperolehnya dan tingkat pencapaian konsep tersebut. Dan kemudian bagian akhir menjelaskan analisis konsep, apa saja yang harus diperhatikan dalam menganalisis konsep.



Pengertian Konsep Walaupun para ahli psikologi menyadari akan pentingnya konsep, namun suatu definisi yang tepat belum bisa diberikan. Definisi-definisi yang diberikan dalam kamus, seperti “sesuatu yang diterima dalam pikiran” atau suatu “ide yang umum dan abstrak”, terlalu luas untuk digunakan. Mungkin tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena



konsep-konsep



itu



merupakan



penyajian-penyajian



internal



dari



sekelompok stimulus-stimulus, konsep itu tidak dapat diamati, konsep harus disimpulkan dari perilaku. Walaupun kita dapat memberikan definisi verbal dari suatu konsep, suatu definisi tidak mengungkapkan semua hubungan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain. Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli yaitu



Rosser



pada



tahun



1984



(yang



dikutip



dari



http://suksespend.blogspot.com/2009/06/implementasi-model-pembelajaran.html), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan, yang mempunyai atribut yang sama. Oleh karena orang mengalami stimulus-stimulus yang berbeda-beda, orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokkan stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Karena konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang persis sama, maka konsep-konsep yang dibentuk orang mungkin berbeda juga. Walaupun konsep-konsep kita berbeda, konsep-konsep itu cukup serupa bagi kita untuk dapat berkomunikasi dengan menggunakan nama-



nama yang kita berikan pada konsep-konsep itu, yang telah kita terima bersama. Nama-nama atau kata-kata ini adalah simbol-simbol arbitrer digunakan untuk menyatakan konsep-konsep, yang merupakan abstraksi internal itu. Nama-nama itu sendiri bukanlah konsep-konsepnya. Konsep kita tentang gerak parabola tidak akan berubah walaupun namanya atau labelnya kita substitusikan dengan gerak peluru. Secara singkat dapat kita katakan, bahwa suatu konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus-stimulus. Kita menyimpulkan bahwa suatu konsep telah dipelajari, bila yang diajar dapat menampilkan perilakuperilaku tertentu.



Dimensi Konsep Macam-macam konsep yang kita pelajari tidak terbatas. Konsep panas sangat berbeda dengan konsep relativitas dalam beberapa dimensi. Secara umum dimensi



konsep



itu



adalah



sebagai



berikut



(dikutip



dari



http://suksespend.blogspot.com/2009/06/implementasi-modelpembelajaran.html): a. Memiliki Definisi atau Label Semua konsep memiliki nama atau label dan banyak atau sedikitnya sesuai dengan definisi. Sebagai contoh, secara relatif bagian kecil dari daratan yang dikelilingi oleh air pada seluruh sisinya dilabeli dengan pulau. Label dan definisi mengijinkan pemahaman dan komunikasi yang bermutu dengan yang lainnya menggunakan konsep. b. Memiliki Atribut Kritis dan Non-Kritis Konsep juga memiliki atribut yang dapat mendeskripsikan dan membantu mendefinisikan semuanya. Beberapa atribut ada yang kritis dan digunakan untuk memisahkan satu konsep dari konsep yang lainnya. Sebagai contoh, sebuah segitiga sama sisi adalah segitiga dengan ketiga sisinya sama. Atribut kritisnya bahwa itu harus segitiga dan tiap sisinya harus sama. Segitiga tanpa ketiga sisinya sama bukanlah segitiga sama sisi. Sebagai tambahan, jika konsep adalah subset pada konsep yang luas, kemudian itu juga harus



mengandung atribut kritis pada konsep yang luas. Sebuah segitiga sama sisi adalah anggota dari kelas konsep yang disebut segitiga dan harus mengandung semua atribut kritis dari segitiga. Beberapa atribut bisa ditemukan dalam beberapa anggota tetapi tidak dalam semua anggota kelas. Hal ini disebut dengan atribut nonkritis. Sebagai contoh, ukuran adalah atribut nonkritis dari segitiga sama sisi. Semua konsep memiliki keduanya yaitu atribut kritis dan nonkritis dan itu kadang-kadang sulit bagi siswa untuk membedakan di antara keduanya. Sebagai contoh, konsep burung dalam banyak pikiran manusia secara khusus dihubungkan dengan atribut nonkritis, terbang. Robins, kardinals, elang, dan banyak burung lainnya dapat terbang. Terbang, bagaimanapun, bukan atribut kritis dari burung karena ostriches dan penguin tidak dapat terbang. Fokus secara eksklusif dalam atribut kritis dan jenis anggota dari sebuah kelas kadang-kadang dapat menyebabkan kebingungan ketika belajar konsep baru. Meskipun terbang adalah atribut nonkritis dari burung, itu termasuk tipe dari kebanyakan burung dan harus dijelaskan dalam pengajaran mengenai hal itu.



c. Dapat Ditempatkan ke dalam Kategori Konsep, seperti kebanyakan objek atau ide lain, dapat dikategorikan dan dilabelkan. Mengetahui perbedaan tipe konsep sangat penting, karena ketika akan diilustrasikan kemudian, perbedaan tipe konsep memerlukan perbedaan strategi pengajaran. Salah satu cara pengelompokan konsep menurut struktur aturan yang menggambarkan kegunaan itu. Beberapa konsep memiliki struktur aturan konstan. Konsep tentang pulau, sebagai contoh, selalu mengandung daratan yang dikelilingi air. Segitiga datar, digambarkan dengan tiga sisi dan tiga sudut. Struktur aturan untuk konsep ini konstan. Atribut kritis ini dikombinasikan dalam cara aditif dan selalu sama. Tipe konsep ini diarahkan pada konsep konjungtif. Konsep yang lain secara luas dan lebih fleksibel serta mengijinkan seperangkat alternatif atribut. Struktur aturan ini bukan konstan. Sebagai contoh, konsep strike di baseball berdasarkan pada jumlah kondisi alternatif.



Strike mungkin ketika memukul (batter) swings dan luput, ketika wasit menentukan yang melempar dalam zona strike meskipun pukulan tidak mengayun (mengenai) bola, atau ketika pukulannya memukul foul ball. Tipe konsep ini disebut konsep disjungtif, artinya, satu mengandung seperangkat alternatif atribut. Konsep kata benda (noun) adalah contoh lain dari konsep disjungtif. Itu mungkin bisa orang, tempat, atau benda, tetapi itu tidak dapat ketiga-tiganya dalam waktu yang sama. Tipe ketiga dari konsep adalah satu yang struktur aturannya bergantung pada hubungan. Konsep bibi (aunt) menyatakan hubungan tertentu antara saudara kandung (siblings) dan keturunan (offsprings). Konsep waktu (time) dan jarak (distance) juga merupakan konsep relasional. Untuk memahami salah satu dari konsep, satu harus tahu yang lain, ditambah hubungan antara keduanya. Sebagai contoh, minggu (week) didefinisikan sebagai rangkaian hari yang memiliki titik permulaan satu hari (khususnya minggu) dan titik akhir tujuh hari (khususnya Sabtu) dan jangka waktunya tujuh hari. Akhirnya, konsep dapat diklasifikasikan sebagai independen atau koordinat. Beberapa konsep memiliki aturan independen dan dapat diajarkan dengan dirinya sendiri. Contoh sebelumnya, seperti pulau dan segitiga sama sisi, termasuk dalam kategori independen. Banyak konsep memiliki aturan dependent (bergantung) dan harus diajarkan secara simultan dengan yang lain dengan hubungan yang sangat erat atau konsep koordinat. Contoh konsep koordinat termasuk bapak, ibu, adik, dan kakak, semuanya harus diajarkan dan dimengerti dalam hubungan satu sama lain. Demokrasi adalah konsep koordinat lain yang harus dihubungkan dengan seluruh perangkat yang kompleks seperti rakyat, kekuatan, dan kebebasan. Contoh yang terakhir dari konsep koordinat adalah musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin, yang hanya dapat dimengerti dalam hubungan satu sama lain dan



dalam



konsep



yang



lebih



besar



yaitu



musim.



Konsep yang memiliki struktur aturan kompleks seperti disjungtif dan konsep relasional secara normal lebih sulit untuk diajarkan dibandingkan dengan yang sederhana, struktur aturan konstan. Dengan cara yang sama, konsep



koordinat lebih sulit untuk diajarkan dibandingkan dengan konsep independen. Itu menolong menjelaskan bagaimana beberapa siswa yang menguasai konsep prasyarat sederhana memiliki kesulitan dengan kerja yang lebih tinggi tentang setiap lapangan subjek.



d. Konsep Dibelajarkan Melalui Contoh dan Non-Contoh Belajar konsep tertentu melibatkan identifikasi keduanya yaitu contoh dan noncontoh. Sebagai contoh, sapi adalah contoh dari hewan tetapi itu noncontoh untuk reptil. Australia adalah contoh dari negara di bumi bagian selatan, tetapi itu noncontoh untuk negara berkembang. Katun dan sutera adalah contoh konsep pabrik, tetapi kulit dan baja noncontoh. Ketika akan dideskripsikan kemudian, cara contoh dan noncontoh sangat penting diidentifikasikan dan digunakan dalam konsep pelajaran.



e. Konsep Dipengaruhi Oleh Konteks Sosial Atribut kritis dari konsep konjungtif, seperti segitiga sama sisi, ditentukan tanpa dipengaruhi dengan konteks sosial. Akan tetapi, konsep disjungtif dan relasional seperti kemiskinan atau literacy rate berubah dari satu sosial konteks ke yang lainnya. Konsep dengan perubahan atribut kritis sering ditemukan dalam sains behavioral dan sosial serta membutuhkan definisi operasional yang bergantung pada konteks sosial atau lingkungan budaya di mana itu digunakan. Mempertimbangkan konsep bibi (aunt). Di dalam masyarakat, konsep bibi (aunt) atau auntie mengacu pada beberapa orang dewasa dalam masyarakat yang memiliki tanggung jawab untuk merawat anak tertentu



dan



tidak



ada



kaitan



dengan



hubungan



darah.



Juga



mempertimbangkan konsep geografis utara atau selatan ketika berhubungan dengan iklim. Anak-anak di belahan bumi utara diajarkan bahwa ketika satu pergi ke selatan, iklimnya sedang panas (warmer). Sesungguhnya itu tidak akan benar untuk anak-anak di Australia atau Argentina. Label konsep juga dipengaruhi oleh konteks. Di Inggris kaca depan mobil (car’s windshield)



disebut windscreen, dan trunk disebut boot. Konsepnya sama, labelnya berbeda.



f. Belajar Konsep Melibatkan Belajar Pengetahuan Konseptual dan Prosedural Pengetahuan konseptual adalah kemampuan pebelajar untuk mendefinisikan sebuah konsep berdasarkan pada beberapa kriteria sebagai contoh, karakteristik atau hubungan fisik dan untuk mengenali hubungan konsep dengan konsep yang lain. Itu menyiratkan pemahaman tipikal atau kejadian terbaik dari kelas, yang bergantung pada definisi atribut. Sebagai contoh, jika kamu mengidentifikasi tipikal atau contoh terbaik dari laki-laki dewasa dalam terminologi tinggi, kamu kemungkinan akan menggunakan prototipe kamu untuk seseorang dengan tinggi sekitar 6 kaki. Kamu tidak akan menggunakan tinggi pemain basket sekitar 7 kaki 6 inchi atau tinggi joki 4 kaki 8 inchi. Pengetahuan prosedural konsep mengacu pada kemampuan siswa untuk menggunakan konsep dalam membeda-bedakan fashion. Itu melibatkan kemampuan untuk



menggunakan



pendefinisian atribut



konsep untuk



membandingkan (compare dan contrast) dengan yang serupa tetapi dengan konsep berbeda. Pengetahuan prosedural mengenai laki-laki akan mengijinkan perbandingan dengan konsep yang serupa seperti perempuan, anak perempuan, anak laki-laki, orang tua, anak muda, dan orang tinggi. Untuk



memahami



perbedaan



antara



pengetahuan



konseptual



dengan



prosedural, berpikir lagi tentang konsep segitiga sama sisi. Belajar konsep segitiga sama sisi melibatkan kedua akuisisi pengetahuan konseptual dan pengembangan pengetahuan prosedural. Pengetahuan konseptual ada ketika siswa mengetahui definisi atribut dari segitiga sama sisi dan dapat berbicara dengan jelas mengenai itu semua. Siswa dengan pengetahuan konseptual dari sebuah segitiga sama sisi akan mendefinisikan itu sebagai bidang datar, yang digambarkan dengan tiga sudut yang sama dan tiga sisi yang sama panjang. Siswa ini akan dapat menggeneralisasi kejadian tunggal dari segitiga sama sisi ke dalam semua kelas. Siswa dengan pengetahuan prosedural, bagaimanapun, dapat menerapkan definisi dan dapat membedakan kelas segitiga dari kelas



yang lain dari segitiga dan bangun tertutup lainnya, gambar bidang datar sederhana, seperti segi empat atau segi delapan. Siswa juga dapat menggeneralisasi dan membedakan antar kejadian baru yang dihadapi pada segitiga sama sisi.



Tujuh dimensi konsep menurut Flavell (1970) (yang dikutip dari http://massofa.wordpress.com/2008/10/16/teori-belajar-konsep-dan-strategipenerapannya-di-kelas/) adalah: a. Atribut Setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Contoh konsep harus mempunyai atribut-atribut yang relevan; termasuk juga atribut-atribut yang tidak relevan. Contoh meja harus mempunyai suatu permukaan yang datar, sambungan-sambungan yang mengarah ke bawah yang mengangkat pemukaan itu dari lantai. b. Struktur Menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut. Ada tiga macam struktur yang dikenal. Konsep-konsep konjunktif adalah konsep-konsep di mana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehingga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep. Seorang artis adalah seorang wanita yang main dalam film. Dua atribut yaitu wanita dan main dalam film harus ada agar dapat mewakili konsep artis. Konsep-konsep disjunktif adalah konsep-konsep di mana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada. Konsep paman merupakan konsep disjunktif. Paman merupakan kakak dari ibu atau ayah, atau orang pria yang menikah dengan kakak wanita dari ayah atau ibu. Konsep-konsep relasional menyatakan hubungan tertentu atribut-atribut konsep. Misalnya konsep jarak dan arah. Jarak menunjukkan pada hubungan antara dua titik yang terpisah arah, juga menunjukkan hubungan antara dua titik gerakan dari satu titik ke titik lainnya. c. Keabstrakan Konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsepkonsep lain. Suatu segitiga dapat dilihat, keinginan adalah lebih abstrak.



d. Keinklusifan Keinklusifan (inclussivenss) ini ditunjukan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep itu. Bagi seorang anak kecil, konsep kucing ditujukan pada seekor hewan tertentu yaitu kucing keluarga. Bila anak itu telah mengenal beberapa kucing lainnya. Konsep kucing akan menjadi lebih luas, termasuk lebih banyak contoh. e. Generalitas/Keumuman Bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinatnya. Konsep wortel adalah subordinat terhadap konsep sayuran, selanjutnya konsep sayuran subordinat terhadap konsep tanaman dapat dimakan. Makin umum suatu konsep makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep-konsep lainnya. f. Ketepatan Suatu konsep menyangkut apakah ada kumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh dari noncontoh suatu konsep. Klausmeier (1977) di dalam Ratna Wilis B., mengemukakan empat tingkat pencapaian konsep (concept atainment) mulai dari tingkat kongkrit ke tingkat formal. Konsep-konsep pada tingkat formal yang paling tepat sebab tingkat ini atribut-atribut yang dibutuhkan konsep dapat didefinisikan. Tingkatan-tingkatan Klausmeier ini akan dibahas lebih lengkap dalam bagian pengembangan konsep. g. Kekuatan atau Power Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju, bahwa konsep itu penting. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental dari pengalaman responsif terhadap stimulus. Cara Individu Memperoleh Konsep-konsep Menurut



teori



Ausubel



(1968)



(yang



dikutip



dari



http://massofa.wordpress.com/2008/10/16/teori-belajar-konsep-dan-strategipenerapannya-di-kelas/), individu memperoleh konsep melalui dua cara, yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep menyangkut cara



materi atau informasi diterima peserta didik. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah, karena proses perkembangan konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman sepanjang perkembangan individu. Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif dan merupakan suatu bentuk belajar menemukan (discovery learning) melalui proses diskriminatif, abstraktif dan diferensiasi. Contoh pemerolehan konsep pada anak adalah ketika anak melihat benda atau orang yang ada di lingkungan terdekatnya. Misalnya, pada saat seorang anak yang baru berumur 2 tahun memanggil bapak dan ibunya pertama kali karena setiap hari bapak dan ibunya selalu bersama-sama anak tersebut. Anak menyebut diri yang memandikan dan meninabobokkan saat tidur adalah ibu dan menggendong serta mengajaknya bermain adalah bapak. Sedangkan asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Asimilasi konsep terjadi setelah anak mulai memasuki bangku sekolah. Asimilasi konsep ini terjadi secara deduktif. Biasanya anak diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual, misalnya atribut dari gajah adalah hewan dan belalai. Dengan demikian anak dapat membedakan antara konsep gajah dengan hewanhewan lain. Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep Empat tingkat pencapaian konsep menurut Klausmeier (Dahar, 1996:88) (yang dikutip dari http://massofa.wordpress.com/2008/10/16/teori-belajar-konsepdan-strategi-penerapannya-di-kelas/) adalah sebagai berikut: 1). Tingkat konkret Pencapaian tingkat ini ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal. Misalnya pada suatu saat anak bermain kelereng dan pada waktu yang lain dengan tempat yang berbeda ia menemukan lagi kelereng, lalu ia bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah kelereng maka anak tersebut sudah mencapai tingkat konkret. Dengan demikian dapat dikatakan juga anak mampu membedakan stimulus yang ada di lingkungannya terhadap kelereng



tersebut. Pada saat ini anak sudah mampu menyimpan gambaran mental dalam struktur kognitifnya. 2). Tingkat identitas Seseorang dapat dikatakan telah mencapai tingkat konsep identitas apabila ia mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda. Misalnya mengenal kelereng dengan cara memainkannya, bukan hanya dengan melihatnya lagi. 3). Tingkat klasifikatori Pada tingkat ini anak sudah mampu mengenal persamaan dari contoh yang berbeda tetapi dari kelas yang sama. Walaupun siswa itu tidak dapat menentukan kriteria atribut maupun menentukan kata yang dapat mewakili konsep itu, ia dapat mengklasifikasikan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh dari konsep sekalipun contoh dan noncontoh itu mempunyai banyak atribut yang mirip (dikutip



dari



http://daniwenda.blogspot.com/



2008/09/teori-pembelajaran-



pak.html). Misalnya anak mampu membedakan antara apel yang masak dengan apel yang mentah. 4). Tingkat formal Pada tingkat ini anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan konsep lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi nama atribut yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh secara verbal. Analisis Konsep Analisis adalah proses mengurai konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sedemikian rupa sehingga struktur logisnya menjadi jelas (dikutip



dari



http://zfikri.wordpress.com/2007/09/02/filsafat-umum-analisis-



konsep/). Konsep yang bisa dianalisis atau didefinisikan adalah konsep yang kompleks, seperti kata “kuda”. Kuda disebut kompleks karena terdiri dari beberapa unsur properties, misalnya, kepala, badan, kaki dan lain-lain serta unsur sifat, misalnya, meringkik. Kalau konsepnya sederhana, maka tidak bisa diurai ke



dalam bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Tentang konsep yang dianalisis harus kompleks supaya bisa didefinisikan. Ketika kita menganalisis suatu konsep atau kata yang kita lakukan adalah: (1) menguraikan unsur-unsurnya; dan (2) melihat hubungan unsur-unsur itu. Apa hubungan analisis dan definisi? Ketika melakukan analisis kita juga membuat definisi. Analisis adalah satu cara membuat definisi yang menuntut pemikiran filosofis. Cara lain membuat definisi adalah dengan melihat kamus atau definisi leksikal. Kita bisa juga membuat definisi dengan cara menunjuk, memperlihatkan atau mendemonstrasikan sesuatu yang kita definisikan dengan menunjuk pakai telunjuk ke objeknya, misalnya disebut definisi ostensif. Kemudian ada definisi dalam penggunaan atau dapat menggunakan kata dalam bahasa yang benar. Selanjutnya, ada definisi dengan paradigma. Analisis dan definisi adalah satu keluarga. Yang dimaksud dengan eksplikasi konsep adalah proses menjelaskan konsep tanpa memberikan definisi eksplisit, misalnya hanya menggambarkan fungsinya atau meletakkannya dalam peta intelektual. Bersamaan dengan berargument dan menganalisis, aktivitas filsafat lainnya adalah: konstruksi teori, assembling reminders, persuasi, taxonomisasi, kritisisme. Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Teknik-teknik semacam ini telah dikembangkan oleh Klausmeier, Ghatala, dan Frayer (1974), dan oleh Markle dan Tiemann (1970), dan oleh beberapa orang lainnya. Walaupun prosedur-prosedur itu mempunyai beberapa perbedaan, beberapa langkah dimiliki oleh semua prosedur itu. Untuk melakukan analisis konsep, guru hendaknya memperhatikan hal-hal dibawah



ini



(http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/03/model-



pembelajaran-concept-attainment.html) : a. Nama konsep. b. Atribut-atribut kriteria dan atribut-atribut variabel dari konsep. c. Definisi konsep. d. Contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh dari konsep. e. Hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.



a. Nama Konsep Orang dapat membentuk konsep-konsep tanpa memberi nama pada konsepkonsep itu, terutama pada tingkat konkret dan tingkat identitas. Anak-anak yang masih kecil menyusun kata-kata mereka sendiri untuk menyajikan konsep-konsep yang mereka bentuk. Tetapi, sesudah mereka masuk sekolah, mereka diberi pelajaran tentang nama-nama konsep yang telah diterima secara luas. Dengan menyetujui nama untuk suatu konsep orang dapat berkomunikasi tentang konsep itu. b. Atribut-atribut Kritis dan Atribut-atribut Variabel dari Konsep Atribut-atribut kritis dari suatu konsep adalah ciri-ciri konsep yang perlu untuk membedakan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh, dan untuk menentukan apakah suatu objek baru merupakan suatu contoh dari konsep. Walaupun semua atribut-atribut dari suatu konsep tidak diajarkan pada setiap tingkat pencapaian, guru hendaknya menyadari hal ini untuk memastikan, bahwa contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh selalu dibedakan. Atribut-atribut variabel konsep ialah ciri-ciri yang mungkin berbeda diantara contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu. Guru dapat mengubah-ubah atribut-atribut ini dalam contoh-contoh yang digunakan dalam mengajar. c. Definisi Konsep Walaupun para siswa tidak diharapkan untuk belajar definisi formal dari suatu konsep, analisis konsep harus memasukkan definisi, sekalipun anak-anak pada tingkat konkret dan tingkat identitas pada umumnya tidak diharapkan untuk dapat mendefinisikan konsep. Pada tingkat klasifikatori siswa mungkin dapat menyebutkan sebagian dari atribut-atribut, tetapi tidak semuanya, dan pada umumnya hanya yang mencolok (predominant). Pada tingkat formal siswa dapat belajar konsep melalui definisi yang diberikan. Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep dapat digunakan sebagai suatu kriteria bahwa siswa telah belajar konsep itu.



d. Contoh-contoh dan Noncontoh-noncontoh dari Konsep Dengan membuat daftar dari atribut-atribut dari suatu konsep, pengembangan konsep-konsep dan nonkonsep-nonkonsep dapat diperlancar. Klausmeier, Rosmiller, dan Sally (dalam Rosser,1985) menyarankan agar paling sedikit harus dikembangkan satu himpunan rasional tentang contoh-contoh. e. Hubungan Konsep dengan Konsep-konsep Lain Hubungan konsep dengan konsep-konsep lain : superordinat, koordinat, dan subordinat. Untuk sebagian besar konsep-konsep, kita dapat mengembangkan suatu hierarki dari konsep-konsep yang berhubungan yang memperlihatkan bagaimana suatu konsep terkait pada konsep-konsep yang lain. Pembentukan suatu hierarki dapat menolong dalam mengajar. Jika siswa telah mencapai suatu konsep superordinat; pelajaran dapat terdiri atas penambahan atributatribut kriteria bagi konsep yang akan dipelajari. Definisi 2 dalam analisis konsep merupakan suatu contoh dari prosedur ini; dianggap bahwa siswa telah mengetahui definisi poligon. Jika siswa belum mempelajari konsep-konsep superordinat, suatu definisi yang memberikan atribut-atribut kriteria akan lebih baik. Agar bermakna, setiap atribut hendaknya didefinisikan. Konsep-konsep koordinat memberikan informasi tentang konsep-konsep yang berhubungan yang perlu dibedakan, apakah sebelum atau sesudah konsep itu dipelajari. Guru-guru mungkin tidak melakukan analisis formal untuk setiap konsep yang diajarkannya, walaupun dianjurkan untuk melakukannya. Beberapa analisis konsep-konsep diperlukan untuk dapat memusatkan dan merencanakan pelajaran. Bila tujuan pelajaran ialah agar para siswa dapat membedakan contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh, analisis konsep akan menyediakan gambaran-gambaran. Bila tujuan pelajaran ialah untuk dapat mendaftarkan atribut-atribut kriteria, kriteria ini terdapat dalam analisis. Dengan memberikan konsep-konsep yang berhubungan, seperti dalam hierarki, dapat memperlancar pengajaran yang akan datang maupun pengajaran yang sekarang.



Contoh menganalisis konsep dalam konsep-konsep fisika : Topik : Suhu dan Kalor Jenjang : SMA Kelas/Semester : X / Satu Konsep No



Label



1 Temperatur



Atribut



Jenis



Defenisi



Kritis



Variabel



Abstrak



Derajat panas dinginnya suatu benda



Kalor, pemu -aian



Kerja



Super ordinat Energi, kalor



Posisi KoorSub dinat ordinat VoluKecepatan me, partikel tekanan



Contoh Suhu tubuh



Non contoh Perubahan wujud



Masalah-Masalah yang Dihadapi dalam Menganalisis Konsep 1. Konsep yang hadir tanpa masalah Konsep yang hadir tanpa masalah merupakan konsep dengan kejadian yang jelas. Artinya konsep tersebut memiliki atribut yang jelas, contoh dan non contoh yang mudah dipahami dan adanya kejelasan relefansi dengan konsep yang lain. 2. Konsep dengan kejadian yang tidak jelas Berbagai kesulitan muncul ketika kita menganalisis konsep ynag kejadiannya tidak jelas. Misalnya, atom, alam semesta dan tahun cahaya. Kesulitan dihadapi ketika akan nenentukan contoh dan non contoh (contoh dan non contohnya tidak jelas). Tujuan utama analisa konsep adalah untuk menetahui permasalahan yang dihadapi siswa dalam memahami suatu konsep dan menentukan strategi pembelajaran yang sesuai untuk pengajaran konsep tersebut. Hal ini berarti bahwa ketika seorang guru akan mengajarkan konsep dengan kejadian yang tidak jelas maka ia harus mengetahui letak permasalahan yang ditimbulkan misalnya, tidak jelasnya contoh dan non contohnya. Dalam menganalisis konsep dengan kejadian yang tidak jelas, perlu diperhatikan adanya ilustrasi yang dapat menggambarkan kejadian dan dapat menjadi pengganti contoh dan non contoh dari konsep tersebut.



3. Konsep dengan atribut kritis yang tidak jelas ada banyak konsep yang mempunyai kejadian yang jelas tetapi tidak memiliki atribut kritis yang jelas. Misalnya Unsur dan campuran. 4. Contoh yang memerlukan prinsip 5. Konsep dengan penyajian simbolis Lambang fisika merupakan konsep dengan penyajian simbolis. Masalah yang dapat digambarkan dari konsep seperti itu misalnya apakah pemahaman siswa hanya sekedar pemahaman kata ataumenerima contoh dan non contoh. 6. Konsep yang menyebutkan proses Penyulingan, peleburan, dan elektrolisis merupakan contoh konsep yang disertai proses 7. Konsep yang menyebutkan atribut dan kekayaan konsep yang seperti misalnya massa., berat beban, muatan elektrit, dan frekuensi. 8. Konsep yang menguraikan atribut massa merupakan contoh konsep tersebut. Sebagai contoh ton, kiligram dan gram merupakan ukuran berat/ massa. Seseorang akan berasumsi bahwa siswa memahami konsep jika ia mengetahui defenisi dan ukurannya. Bagaimanapun sebagian dari konsep ini sulit untuk diphami dan suatu analisa konsep menggambarakan apa yang harus dipahami oleh siswa tersebut



KESIMPULAN Konsep-konsep merupakan dasar-dasar untuk berfikir, untuk belajar aturanaturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Tanpa konsep-konsep tak mungkin kita mengajar. Guru hendaknya menentukan konsep-konsep yang akan diajarkan pada para siswa, tingkat-tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari para siswa, dan metode yang akan digunakan. Analisis konsep dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran, dan untuk menentukan apakah para siswa telah mencapai konsep-konsep pada tingkat yang sesuai. Pencapaian konsep memperlancar belajar melalui proses-proses transfer.



DAFTAR PUSTAKA Daniwenda. 2008. ”Teori Pembelajaran PAK”. http://daniwenda.blogspot.com/ 2008/09/teori-pembelajaran-pak.html. Diakses tanggal 5 Oktober 2009. Fikri, Zainal.2007. “Filsafat Umum: Analisis Konsep « Shariah @ National Law”. http://zfikri.wordpress.com/2007/09/02/filsafat-umum-analisis-konsep/. Diakses tanggal 1 Oktober 2009. Martomidjojo, Russamsi. 2009. “Model Pembelajaran Concept Attainment”. http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/03/modelpembelajaran-concept-attainment.html. Diakses tanggal 5 Oktober 2009. Pakde Sofa. 2008. ”Teori Belajar Konsep dan Strategi Penerapannya di Kelas”. http://massofa.wordpress.com/2008/10/16/teori-belajar-konsep-danstrategi-penerapannya-di-kelas/. Diakses tanggal 5 Oktober 2009. Pendidikan adalah hidupku. 2009. “Pendidikan Nilai: Implementasi Model Pembelajaran Pencapaian Konsep”. http://suksespend.blogspot.com/2009/06/implementasi-modelpembelajaran.html. Diakses tanggal 5 Oktober 2009.