Analisis Monolog PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS BAHASA INDONESIA ANALISIS MONOLOG “PIDATO GILA”



OLEH: NAMA



:



ALIF IMAM FADHLURRAHMAN



NIM



:



E1E018007



KELAS



:



A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2019



Monolog berjudul ‘Pidato Gila’ ini menceritakan tentang seorang gila yang berpidato tentang hal-hal gila di dunia yang disaimpaikannya kepada orang-orang yang juga gila. Pidatonya memuat berbagai logika terbalik yang seolah mengajak kita merenungkan kembali perihal moral dan nilai yang melekat pada diri kita sebagai manusia yang berakal. Pertunjukan monolog ini dibawakan dengan apik oleh salah seorang mahasiswi FKIP yang dengan penjiwaannya mampu membuat penonton hanyut dalam peran yang ia bawakan. Dalam monolog ini terselip pula beberapa pesan jenaka dengan nada menyindir seperti kutipan berikut. “Ada wakil rakyat mengusulkan, untuk menghemat belanja negara modus anjing gila (ditembak mati) diterapkan saja pada orang gila. Tapi wakil rakyat itu ternyata gila.” Secara tersirat, kutipan tersebut menggambarkan perilaku wakil rakyat yang tergila-gila dengan uang. Berbagai kebijakan ditetapkan bukan didasarkan pada kepentingan rakyat melainkan demi keuntungan pribadi, meskipun seringkali justru merugikan banyak pihak. Alih-alih berupaya membina para orang gila untuk mengembalikan kewarasan mereka, si wakil rakyat ini justru mengambil jalan pintas memperlakukan orang gila layaknya seekor anjing gila dan berdalih bahwa hal tersebut merupakan salah satu solusi menghemat anggaran belanja yang pada akhirnya uang tersebut pun bermuara pada rekening mereka sendiri. Dalam monolog ini banyak diulas seputar persamaan dan perbedaan orang gila dan anjing gila yang sekali lagi secara halus menyiratkan sindiran tentang situasi dalam masyarakat saat ini dan mengarahkan kita untuk kembali memikirkan hakikat kita sebagai manusia. Kutipan tersebut berbunyi. “Persamaan yang prinsipal antara orang gila dan anjing gila adalah kedua jenis makhluk Tuhan yang berbeda itu sama-sama gila. Keduanya atheis, tidak mampu lagi bersosialisasi dalam masyarakat, tidak mampu hidup damai dalam perbedaan, anti bhineka tunggal ika, menentang gotong royong, dan bertentangan dengan Pancasila.” Dewasa ini, bukan hanya orang gila ataupun anjing gila yang dapat melakukan hal-hal menyimpang seperti yang dijabarkan dalam kutipan diatas. Nilai-nilai ketuhanan kian luntur, hilangnya penghayatan terhadap nilai Pancasila, sikap individualis, anarkis, dan pudarnya budaya gotong royong di masyarakat bukanlah hal yang sulit dijumpai. Lantas apa yang membedakan manusia masa kini dengan orang gila bahkan anjing gila?



Satu hal lagi yang menarik dari tokoh gila yang berpidato ini adalah kelugasannya dalam mengutarakan kegilaan disekitarnya padahal dirinya pun merupakan orang yang tidak waras. Ia berdalih bahwa kegilaannya hanya sebatas pura-pura yang dilakukan sebagai bentuk pengorbanannya demi orang banyak. Hal ini secara gamblang tergambar dalam kutipan berikut. “Meskipun tidak gila, kita semua kadang-kadang terpaksa berpura-pura gila. Kenapa? Berpura-pura gila supaya rumah sakit gila yang didirikan dengan biaya triliyunan uang rakyat itu tidak mubazir. Contohnya, kita semua. Kita Berpura-pura gila disini untuk berkorban demi eksistensi para perawat, suster, dan dokter-dokter gila itu. Bayangkan kalo tidak ada kita, semua akan di PHK. Buntut-buntutnya mereka semua akan pura-pura gila, tapi keterusan gila. Walhasil, kehadiran kita semua disini, adalah pengorbanan dan kepahlawanan tanpa bintang jasa.” Karakter orang gila ini dibawakan dengan semangat berapi-api dan suara lantang seolah segala yang disampaikannya adalah kebenaran mutlak yang tak terbantahkan sampai-sampai penonton dibuat ikut merasa dongkol dan bertanya-tanya siapa yang gila sebenarnya. Intonasi hingga mimik wajah pun turut mendukung penghayatan dari karakter yang dibawakan sehingga pesan yang disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh para penonton, ditambah tingkah konyol dan gaya bicara yang khas dari tokoh orang gila ini tak jarang mengundang gelak tawa.