Analisis Puisi Sasban [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

➢ Syair Arab Imam Syafii



‫واغرتب‬ ‫ي‬ ‫دع األ َْوطَا َن وا ْغ َيرتب‬ ‫اح ٍة فَ ي‬ َ ‫م ْن َر‬



ٍ ‫َما يِف املَُق يام لي يذ ْي َع ْق ٍل َو يذ ْي أ ََد‬ ‫ب‬



‫َّص ي‬ َّ َ‫ب ف‬ ‫إن لَ يذي َذ ال َْع ْي ي‬ ‫ب‬ َ ‫ش يِف الن‬ َ ْ‫َوان‬ ْ ‫ص‬



‫ي‬ ُ‫َسافي ْر َيَت ْد ع َوضاً َع َّم ْن تُ َفا يرقُه‬



‫اب َوإ ْن ََلْ ََْي ير ََلْ يَ يط ي‬ ‫ب‬ َ َ‫اح ط‬ َ ‫إي ْن َس‬



َ ‫ت ُوقُ ْو‬ ُ ْ‫إييِّن َرأَي‬ ُ‫ف املَاءَ يُ ْف يس ُده‬



‫الس ْهم لَوََل فيرا ُق ال َقو ي ي‬ ‫ب‬ ْ ‫س ََلْ يُص‬ ْ َ ْ ُ َّ ‫َو‬



‫ُس ُد لَ ْوََل في َرا ُق األ َْر ي‬ ‫ت‬ ْ ‫رت َس‬ ْ ‫َواأل‬ ََ ْ‫ض َما اف‬



‫لَ َملَّ َها النَّاس يم ْن عُ ْج ٍم َويم َن َعر ي‬ ‫ب‬ ُ َ



‫ت يِف ال ُفل ي‬ َّ ‫َو‬ ً‫ْك َدائي َمة‬ ْ ‫س لَ ْو َوقَ َف‬ ُ ‫الش ْم‬



‫والعو ُد يِف أَر ي‬ ‫ض يه نَ ْوعٌ يم ْن احلَطَ ي‬ ‫ب‬ ْ ُْ َ َّ ‫اك َع َّز َك‬ ‫الذ َه ي‬ ‫ب‬ َ ‫ب َذ‬ َ ‫َوإي ْن تَ غََّر‬



‫الرت ي‬ ‫ب ُم ْل ًقى يِف أ ََماكيني يه‬ ُْ ‫ب َك‬ ُْ ‫َو‬ ُ ‫الرت‬ ُ‫ب َه َذا َع َّز َمطْلُبُه‬ َ ‫فَيإ ْن تَ غََّر‬



Tak ada tempat untuk berdiam diri bersantai-santai bagi orang yang memiliki akal dan beradab Maka berkelanalah!, tinggalkanlah tanah air dan mengasingkan dirilah.



Berpergianlah!, akan kamu temukan pengganti dari orang-orang yang kamu tinggalkan Berkerjakeraslah!, karena kenikmatan dunia terdapat dalam keadaan susah payah



Sesungguhnya aku melihat, air yang berdiam diri lama-lama menjadi keruh Dan jika air itu mengalir maka air itu dapat menjadi jernih, dan jika air itu tidak mengalir maka air itu tidak dapat menjadi jernih



Sungguh kawanan singa, seandainya tidak meninggalkan sarangnya, Maka kebuasannya tidak akan terasah, Anak panah, seandainya tidak dilepaskan dari busurnya, Maka anak panah itu tidak akan pernah mengenai sasarannya



Matahari, seandainya selalu menetap di ufuk Maka tentu saja manusia akan menjadi bosan, baik orang Arab maupun non-Arab



Biji emas dalam tanah tidak akan menjadi berharga jika tetap pada tempatnya Dan kayu gaharu akan sama dengan kayu yang lain dibiarkan di tempatnya



Maka jika gaharu itu diambil Maka akan dapat dimanfaatkan menjadi parfum yang bernilai tinggi Dan jika biji emas itu dikeluarkan dari tempatnya Maka akan menjadi logam mulia yang bernilai tinggi harganya



➢ Puisi Indonesia karya Asrul Sani



Surat Dari Ibu Pergi ke dunia luas, anakku sayang pergi ke dunia bebas! Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daunan dalam rimba dan padang hijau Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri



dan nakhoda sudah tahu pedoman boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"



➢ Unsur Intrinsik •



Tema



Tema merupakan gagasan utama atau ide pokok yang terdapat dalam sebuah puisi yang ingin diungkapkan oleh penyair. Tema yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah pendidikan, yaitu nasihat seorang ibu kepada anaknya agar mengembara untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat kokoh. Setelah pemuda memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup, dinyatakan dengan "Jika bayang telah pudar/dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku!" Pada bait terakhir, sang ibu meminta anaknya "pulang kembali ke balik malam untuk "bercerita tentang cinta dan hidupmu pagi hari". •



Perasaan



Perasaan merupakan kehendak yang ingin diungkapkan oleh penyair. Perasaan juga mrujuk kepada isi hati sang penyair, bagaimana suasana hatinya saat membuat sebuah puisi. Perasaan yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ketegasan. Perasaan ketegasan terlihat pada bait ke-2, yaitu masa muda di saat tenaga masih kuat dan banyak kesempatan tersedia untuk mencapai cita-cita. Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Sesama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. •



Nada dan Suasana



Nada merupakan sikap penyair terhadap para pembaca, sedangkan suasana merupakan keadaan jiwa yang ditimbulkan oleh puisi tersebut kepada para pembaca. Jika membaca puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani akan terlihat bagaimana nada yang akan dipakai saat mengucap larik-lariknya. Selain itu juga ada larik yang jika dibacakan sangat sesuai dengan nada haru, yaitu pada baris ke-20 yang berbunyi “Kita akan bercerita”, yaitu menggambarkan



sang ibu dan sang anak saling menceritakan pengalamannya dan melepas kerinduan. Suasana dalam puisi ini juga menggambarkan suasana serius, yaitu pada baris ke-15 dan ke-16, yaitu “dan nahkoda sudah tau pedoman” dan “boleh engkau datang padaku!”. Keseriusan tersebut mengandung arti seorang ibu menyuruh anaknya pergi untuk mencapai segala cita-cita kemudian setelah cita-cita tercapai dan hidupnya telah sukses, maka si Ibu menyuruh anaknya kembali pulang. •



Amanat



Amanat merupakan suatu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan sebuah puisi. Dengan kata lain, amanat adalah pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi buatannya. Amanat yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ini merupakan harapan ibu untuk anaknya dalam berjuang menyelami hidup dari tidak mempunyai apa-apa (ilmu, harta benda dll) sampai berhasil menjadi orang ( pintar, cerdas, sukses, kaya dll) sesuai dengan cita-cita seorang anak, anak tersebut tidak melupakan keluarga dan ibunya, yang akhirnya akan kembali lagi bercengkrama dengan ibunya. Melalui puisinya, pengarang juga mau menyampaikan pesan/amanat bahwa: 1. Kesuksesan seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya. 2. Seorang ibu tidak pernah menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya (berupa harta/uang). Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan selalu memperhatikan orang tuanya.



➢ Analisis Perbandingan Dalam hal ini penulis akan memaparkan analisis sastra bandingan dengan objek kajian syair Imam Syafii dan Asrul Sani, Dan metode penelitiannya menggunakan metode Komparatif Robert J. Clement. Robert J. Clements melihat sastra bandingan sebagai disiplin akademis yang memiliki pendekatan yang mencakup aspek (1) tema, (2) jenis/bentuk, (3) gerakan/trend, (4) keterhubungan sastra dengan disiplin dan media seni lain, dan (5) sejarah teori sastra. Selanjutnya, Clements menyebutkan dasar-dasar telaah yang dijadikan sebagai langkah dari perbandingan sastra yaitu, (1) titik tolak genre dfan bentuk, (2) titik tolak periode, aliran, dan pengaruh, dan (3) titik tolak tema dan mitos (Wikipedia, 2013) 1. Tema Melihat dari syair Al-Ightirob Imam Syafii, syair tersebut berisi tentang nasihat imam syafii agar dalam hiduo ini hendaknya melakukan perantauan, meninggalkan



zona nyamannya menuju wilayah baru, suasana baru, pengalaman baru, dan berkenalan dengan orang-orang baru pula. karena dengan melakukan perantauan atau berpergian niscaya akan tercapai hal-hal yang kita inginkan. Sedangkan pada puisi karya Asrul Sani berisi tentang pesan seorang ibu kepada anaknya agar mengembara untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat kokoh. 2. Jenis/bentuk Pada syair al-ightirob ini merupakan salah satu syair pada diwan imam syafii, termasuk ke dalam jenis syair arab klasik karena didalamnya ada keterikatakan aturan wazan, qofiyah, maupun tafilahnya. Dan kalau digolongkan menurut isinya itu adalah termasuk syair didaktis; yaitu syair yang berisi religiusitas, mistis, dan moral. Sedangkan pada puisi Asrul Sani dalam literatur arab disebut dengan Syi’rul Hur yaitu Syair yang tidak terikat sekali dengan aturan wazan, Qofiah, maupun taf’ilat. Lihat saja pada syair tersebut tidak ada pengulangan bunyi yang sama pada setiap akhir bait-baitnya. Dan dari segi isinya puisi ini termasuk jenis puisi larik, yaitu Puisi yang mengungkapkan gagasan pribadi penyair. 3. Gerakan/trend Berdasarkan waktu dapat kita ketahui bahwa imam syafii lahir di Gaza, Palestina tahun 150 H / 767 M. Imam Syafi’i hidup pada zaman/masa khalifah Harun alRasyid, al-Amin, al-Makmun dari dinasti Abbasiyah. Imam syafi’i menaruh perhatian yang besar kepada syair dan bahasa dan juga adat istiadat bangsa arab, sehingga ia hafal syair dari suku hudzail. Kabilah hudzail adalah kabilah yang terkenal sebagai suatu kabilah yang paling baik bahasa arabnya. Sehingga Imam Syafi’i banyak menghafal syair-syair dan qasidah dari kabilah hudzail. Dalam usia yang masih belia, dia bahkan sudah mampu menggubah bait-bait syair yang indah. Hal itu lantaran ketekunannya dalam mempelajari puisi Arab. Sedangkan, penyair Asrul Sani termasuk salah seorang sastrawan pelopor Angkatan '45. Bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin, ia dianggap sebagai trio pembaharu puisi Indonesia. Di samping dikenal sebagai penyair, ia juga dikenal sebagai penulis esai yang andal pada tahun 1950-an. Asrul Sani lahir di Rao, suatu daerah di sebelah utara Sumatra Barat, tanggal 10 Juni 1926, meninggal di Jakarta, 11 Januari 2003. Dia anak kedua, dari dua bersaudara, seorang raja yang bergelar Sultan Marah Sani Syair Alamsyah yang Dipertuan Rao Mapat.



tahun 1942 Asrul pindah ke SMP Taman Siswa, Jakarta. Di sekolah inilah ia berkenalan dengan Pramoedya Ananta Toer dan bersama-sama menjadi anggota kelompok "Penggemar Sastra" di sekolah mereka. Pekerjaannya sangat beragam. Dia dikenal sebagai sastrawan, penulis skenario film, sutradara seni pentas dan film, Direktur Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi), dll 4. Hubungan sastra dengan seni bidang lain Pada syair Al-Ightirob jelas sekali berhubungan dengan ilmu bidang Pendidikan, akhlak juga tasawuf, dalam syair-syair imam syafii pun kebanyakan berisi mengenai nasihat-nasihatnya kepada para pelajar, bahkan Sebagian syair-syairnya juga terdapat di kitab ta’lim mutta’allim. Pada puisi surat dari ibu, dapat diketahui puisi ini berhubungan dengan ilmu bidang Pendidikan juga, namun perbedaan yang terdapat antara syair al-ightirob adalah pesan yang disampaikan dalam puisi Asrul Sani merupakan pesan dari sosok Ibu kepada anaknya. Puisi ini juga menunjukan kasih saying serta rindu seorang Ibu yang ditinggal merantau oleh anaknya, memberi pesan kepada pembaca bahwa sesukses apapapun seseorang tetaplah jangan lupa pulang kepada pangkuan seroang ibu. Sedangkan pada syair al-ightirob pesan yang disampaikan merupakan pesan dari sosok guru atau ahli ilmu. 5. Sastra sebagai gambaran sejarah kritik dan teori sastra Pada bagian syair Imam Syafii diketahui bahwa syair-syair nya sangatlah masyhur hingga saat ini, bahkan meski ia tidak menulis buku khusus untuk syair-syairnya. Ia menyenandungkan syair secara spontan sebagai cerminan atas keadaan tertentu atau sebagai jawaban pertanyaan seseorang kepadanya. Seorang murid yang mendengar syair itu akan menghafalnya, lalu menyampaikannya dari mulut ke mulut, turun-temurun. Kemudian, para ulama-penulis akan menukil untuk bukubuku mereka syair-syair yang sesuai dengan tema yang mereka tulis. Sehingga karya-karya syairnya hingga saat ini banyak diteliti dan bermanfaat bagi banyak orang Sedangkan pada puisi-puisi Asrul Sani yang merupakan pelopor sastrawan Angkatan 45, ia Bersama dengan Chairul anwar dan Rivai Apin telah menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul Tiga Menguak Takdir (1950). Setelah menerbitkan buku kumpulan puisi bersama yang dirancang selama satu setengah tahun itu, mereka bertiga mengeluarkan "Surat Kepercayaan



Gelanggang". Gelanggang itu sendiri sebenarnya adalah ruang budaya dalam majalah Siasat yang mereka kelola. Melalui "Gelanggang" inilah, mereka banyak menyatakan ide, gagasan, dan cita-cita kepengarangan. Meski lebih banyak menggeluti film, terutama pertengahan tahun 1950-an, Asrul Sani mempunyai peranan cukup penting di dalam peta kehidupan sastra di Indonesia. Prof. Dr. A. Teeuw mengatakan bahwa Asrul Sani adalah salah seorang yang terpenting dan menjadi harapan pada angkatan sesudah perang. Karya-karya yang dihasilkannya, antara lain, Tiga Menguak Takdir (buku kumpulan puisi bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin, 1950), Mantera (kumpulan puisi, 1975), Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat (kumpulan cerpen, yang berisi, antara lain, cerpen "Museum" dan "Sahabat Saya Coriaz", 1972), Mahkamah (drama, 1988), dan esai-esai yang tersebar di berbagai media