Anatomi Lebah Madu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NATOMI LEBAH MADU Anatomi lebah madu terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu : 1. Struktur Eksternal  Kepala (caput) Komponen utama dari kepala adalah mata, antena dan mulut. Mata dibedakan menjadi dua yaitu mata majemuk (compound eyes) yang terletak di kedua sisi kepala dan mata sederhana (ocelli) di bagian dahi dengan letaknya membentuk segitiga.  Mulut Mulut terdiri dari bagian pemotong benda keras (mandibula) dan proboscis yang berupa belalai berfungsi sebagai penghisap bahan cair seperti air, nektar dan madu.  Antena Sepasang antena yang terdapat pada kepala berfungsi sebagai alat peraba yang responsif terhadap rangsangan mekanis dan juga kimiawi.  Dada (thorax) Dada berstruktur keras terdiri dari empat segmen yang saling berhubungan erat, yaitu: • Prothorax : yaitu bagian yang menopang sepasang kaki pertama. • Mesothorax : yaitu bagian terbesar yang menopang sayap dan sepasang kaki tengah • Mesothorax : yaitu bagian terbesar yang menopang sayap dan sepasang kaki tengah • Metathorax : yaitu menopang pasangan sayap belakang dan pasangan kaki • Mesothorax : yaitu bagian terbesar yang menopang sayap dan sepasang kaki tengah • Propodeum : yaitu bagian terbesar internal dada diisi oleh otot-otot yang menggerakkan sayap, kaki, kepala dan perut di bawah kooordinasi sistem syaraf. Lebah memiliki tiga pasang kaki dan masing-masing kaki terdiri dari enam segmen yang dihubungkan oleh penghubung fleksibel. Pada bagian kaki belakang lebah pekerja terdapat sebuah kantong pollen berbentuk konkaf yang berfungsi untuk mengumpulkan pollen (tepung sari bunga). Pollen akan menempel di sepasang kaki belakang lebah madu.  Perut (abdomen) Pada lebah ratu dan pekerja, terlihat jelas enam segmen perut dan tiga segmen lainnya mengalami degradasi dan perubahan bentuk sehingga tidak dapat dibedakan. Pada lebah jantan terlihat jelas tujuh segmen. Setiap segmen perut terdiri dari dua lembaran yaitu atas dan bawah, di mana lembaran atas (tergum) lebih besar dari lembaran bawah (sternum).  Sengat Sengat lebah madu mirip dengan ovipositor (penyemprot ovum), tetapi telah mengalami modifikasi sehingga cocok untuk menyemprotkan api-toxin (racun lebah). Setelah sengat ditusukkan, tangkai dan kantong toxinnya akan terpisah lepas dari tubuh dan oleh gerakan refleks cepat memompa toxin ke luka yang dibuat. Lebah pekerja yang telah berhasil menyengat korbannya biasanya segera mati. 2. Struktur Internal  Sistem Pencernaan Sistem pencernaan makanan pada lebah madu terdiri dari: mulut, esofagus, kantong madu, proventriculus, ventriculus, usus besar, colon dan rectum.



 Sistem Penginderaan Sistem penginderaan pada lebah madu meliputi indera penglihat, indera pencium, dan indera peraba.  Indera penglihat pada lebah adalah mata majemuk yang berfungsi mendeteksi suatu obyek secara akurat; dan mata ocelli fungsinya belum diketahui secara jelas tapi diduga peka terhadap perubahan intensitas cahaya.  Indera pencium Indera pencium terdapat pada antena lebah. Fungsinya untuk mengenali dan mempersepsikan bau secara cepat dan tajam untuk berbagai aktivitas sehari-hari.  Indera peraba Indera peraba adalah yang paling berkambang pada lebah madu. Tugas terbanyak lebah pekerja didasarkan atas tuntunan indera peraba. Indera ini bisa menguji secara tepat dan akurat setiap obyek yang disentuhnya. 3. Sistem Reproduksi Organ reproduksi yang berkembang sempurna hanya pada lebah jantan dan ratu. Seekor lebah ratu dewasa yang produktif dapat mengeluarkan telur antara 1000-2000 sel telur per hari. Karena itu ovariumnya sangat besar hampir memenuhi rongga perut. Di dalam tubuh lebah ratu terdapat juga spermateka yang berfungsi menyimpan sperma pada waktu lebah ratu kawin. Sel telur yang dibuahi akan menetas menjadi lebah ratu atau pekerja, tergantung feeding system dan telur yang tidak dibuahi akan menetas menjadi lebah jantan. Ratu lebah dapat menyimpan sperma hidup di dalam spermateka selama beberapa tahun, tiga tahun atau, dan menelurkan telur menurut keinginannya. Madu adalah produk dari metabolisme lebah/tawon, baik yang bersengat (apis) maupun yang tidak (meliponini). Lebah pekerja mengumpulkan nectar dan serbuk sari dari bunga, kemudian memprosesnya menjadi madu sebelum dapat disimpan sebagai cadangan makanan bagi seluruh koloni. Untuk satu kilogram madu, lebah pekerja harus mengumpulkan nektar dari jutaan kuntum bunga yang bisa berarti seluas beberapa hektar tanaman bunga. Nektar dan serbuk sari yang telah dikumpulkan akan diolah menjadi madu dengan teknik regurgitasi oleh lebah. Nektar yang encer akan ditelan oleh lebah untuk dimuntahkan kembali, hal ini membuat nektar bercampur dengan serbuk sari dan berbagai enzim dalam sistem pencernaan lebah. Mirip seperti sapi yang mengunyah kembali makanan dari perutnya, hanya



saja lebah melakukannya berkali-kali sampai nektar tersebut cukup pekat dan dapat disimpan dalam kolom penyimpanan madu. Sampai tahap ini nektar sudah berubah menjadi madu. Pada lebah madu yang bersengat, madu yang masih “muda” ini ditempatkan pada wadah terbuka yang memungkinkan untuk terjadinya penguapan air dalam madu. Beberapa lebah pekerja yang bertugas kemudian mengepakkan sayapnya di dalam sarang menghasilkan bunyi dengung yang khas dan angin segar untuk dihembuskan ke wadah madu tersebut. Disinilah terjadi pemekatan lanjutan cairan madu ini ketahap selanjutnya.



Kerajaan:



Animalia



Filum:



Arthropoda



Kelas:



Insecta



Ordo:



Hymenoptera



Famili:



Apidae



Bangsa:



Apini



Genus:



Apis



Apis andreniformis Apis cerana, atau lebah madu timur Apis dorsata, atau lebah madu raksasa Apis florea, atau lebah madu kerdil Apis koschevnikovi, atau lebah asal Kalimantan Apis mellifera, atau lebah madu barat Apis nigrocincta, atau lebah madu asli Sulawesi



Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Amphibia



A.



a. b. c.



d. e. f. B.



Ordo : Caudata Famili : Plethodontidae Genus : Plethodon Spesies : Plethodon cinereus (salamander punggung merah) 2.3 Anatomi Sistem Digestorium Sistem digestorium pada salamander meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan salamander berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada salamander adalah sebagai berikut : Rongga mulut terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa, Esofagus berupa saluran pendek, Ventrikulus (lambung) berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung salamander dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus, Intestinum (usus) dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan Kloaka merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi dan urine. Sistem Respiratorium Pada salamander, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, salamander bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, salamnder bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Salamander mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut: Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut



mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut: Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar. C. Sistem Nervosum Sistem syaraf amphibia sama seperti pada ikan, pusat kegiatan otak berada ada pada bagian dorsal otak tengah. D. Sistem Reproduksi Reproduksi salamander dapat berupa ovipar dan ovovivipar. Salamander berkembang biak secara internal, di mana umumnya jantan menghasilkan sel sperma yang mengandung spermatofor yang nantinya akan di tampung oleh hewan betina di dalam kloaka. Kloaka salamander merupakan muara dari saluran urine, genital, dan pencernaan (urogenital). Setelah sel telur betina dibuahi, sel sperma akan terbentuk menjadi telur. Telur tersebut diletakkan di air atau di darat. Karena salamander, seperti semua amfibi, bertelur di air, telur mereka tidak memiliki shell pelindung seperti, misalnya, telur ayam. Hal ini membuat telur salamander rentan terhadap polutan kimia, radiasi ultraviolet, dan faktor lain yang mengganggu pembelahan sel pada tahap awal embrio. Akibatnya, embrio tidak dapat berkembang dengan baik, dan itu akan mati. 2.4 Habitat Seperti yang telah di sebutkan, salamander adalah hewan vertebrata yang hidup di dua alam (amphibi) yang tergolong ke dalam kelas amphibi yang berekor dan berkaki (Caudata/Urodela). Terdapat tiga jenis habitat salamander yaitu : a) Air Salamander air, hidup di air sepanjang umur mereka. b) Semi air (daerah lembab/ setengah basah) Salamander yang hidup pada daerah ini lebih memilih untuk hidup di darat. Mereka tinggal di air selama musim dingin untuk hibernate. Juga pada awal musim kawin mereka, mereka mulai hidup di air. c) Terestrial Salamander yang hidup di daerah terestrial hidup di darat sepanjang hidup mereka. Mereka tidak masuk ke dalam air, tetapi lebih suka hidup dekat dengan badan air atau lahan basah. 2.5 Siklus Hidup Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis



merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial.