Anestesi Umum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FARMAKOLOGI : ANESTESI UMUM



Dosen Pembimbing :



Dra. Kiaonarni O.W. Apt., M.Mkes



Disusun Oleh :



TINGKAT 1 REGULER B



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2018/2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Farmakologi : Anestesi Umum” Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa nya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Surabaya, 9 Maret 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii



BAB I Pendahuluan ................................................................................................... 1 1.1 Definisi ...................................................................................................... 1 1.2 Sejarah ...................................................................................................... 2 1.3 Patofisiologi .............................................................................................. 5 BAB II Mekanisme / Cara Kerja Obat ..................................................................... 6 1.1 Anestesi Inhalasi ..................................................................................... 6 1.2 Anestesi Intravena .................................................................................. 6 BAB III Farmakokinetik .............................................................................................. 7 3.1 Absorbsi dan Distribusi ........................................................................... 7 3.2 Metabolisme.............................................................................................. 7 3.3 Ekskresi..................................................................................................... 8 BAB IV Farmakodinamik............................................................................................ 9 4.1 Indikasi Dan Kontra Indikasi ................................................................. 9 4.2 Interaksi Obat .......................................................................................... 10 4.3 Penggunaan Klinis ................................................................................... 12 4.4 Efek Samping ........................................................................................... 12 BAB V 5.1 Nama Obat, Bentuk Sediaan dan Dosis Hipnotik Sedatif .................... 14 BAB VI Kesimpulan Dan Saran.................................................................................. 16 6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 16 6.2 Saran ......................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17 ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Definisi Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan. Ada dua jenis anestesi:  Umum, yang membuat pasien tak sadar  Lokal, yang membuat mati rasa bagian tubuh yang akan diambil tindakan.



Tidur yang diinduksi anestesi tidak sama dengan tidur biasa, tetapi suatu bentuk ketidaksadaran sementara yang secara hati-hati dikendalikan oleh dokter anestesi. Setiap jenis operasi membutuhkan pengelolaan jumlah yang tepat dari anestesi.Sepanjang prosedur, berbagai jenis obat-obatan ditambahkan atau dihapus untuk mengurangi rasa sakit dan mempertahankan tingkat ketidaksadaran yang tepat.Untuk beberapa operasi, pilihan terbaik adalah menggabungkan bius lokal seperti spinal atau epidural dengan obat-obatan anestesi untuk membuat pasien mengantuk. Anestesi umum atau pembiusan umum adalah kondisi atau prosedur ketika pasien menerima obat untuk amnesia, analgesia, melumpuhkan otot, dan sedasi. Anestesi umum memungkinkan pasien untuk menoleransi prosedur bedah yang dalam kondisi normal akan menimbulkan sakit yang tak tertahankan, berisiko eksaserbasi fisiologis yang ekstrim, dan menghasilkan kenangan yang tidak menyenangkan. Anestesi umum dapat menggunakan agen intravena (injeksi) atau inhalasi, meskipun injeksi lebih cepat yaitu memberikan hasil yang diinginkan dalam waktu 10 hingga 20 detik. Kombinasi dari agen anestesi yang digunakan untuk anestesi umum membuat pasien tidak merespon rangsangan yang menyakitkan, tidak dapat mengingat apa yang terjadi (amnesia), tidak dapat mempertahankan proteksi jalan napas yang memadai dan/atau pernapasan spontan sebagai akibat dari kelumpuhan otot dan perubahan kardiovaskuler. 1



1.2 Sejarah Eter ([CH3CH2]2O) adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia kedokteran hingga saat ini.Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus



Lullius pada



tahun 1275.Lullius



menamai eter "sweet vitriol".Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus, ilmuwan dari Jerman pada



tahun 1640.



Kemudian



seorang



ilmuwan



bernama W.G.



Frobenius mengubah nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan



eter, Priestly menemukan gas



nitrogen-oksida pada



tahun 1777,



dan



berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan kegunaan gas nitrogenoksida dalam menghilangkan rasa sakit. Sebelum tahun 1844, gas eter maupun nitrogen-oksida banyak digunakan untuk pesta mabuk-mabukan.Mereka menamai zat tersebut "gas tertawa", karena efek dari menghirup gas ini membuat orang tertawa dan lupa segalanya. Penggunaan eter atau gas nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia kedokteran sebenarnya sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi, ia bereksperimen dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa



sakit



kepada



pasiennya



saat



dicabut giginya.



Sayangnya



usahanya



mempertontonkan di depan mahasiswa kedokteran John C. Warren di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston gagal, bahkan mendapat cemoohan. Usahanya diteruskan William Thomas Green Morton. Morton adalah sesama dokter gigi yang sempat buka praktik bersama Horace Wells pada tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk berwirausaha.



Beberapa



tahun



kemudian



mengambil kuliah kedokteran



gigi



di Baltimore College of Dental Surgery.Morton meneruskan kuliah di Harvard pada tahun 1844 untuk memperoleh gelar dokter. Namun karena kesulitan biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth Whitman dan kembali membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang gigi palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara menghilangkan rasa sakit. 2



Morton berpikir untuk menggunakan gas nitrogen-oksida dalam praktiknya sebagaimana yang dilakukan Wells. Kemudian ia meminta gas nitrogen-oksida kepada Charles Jackson, seorang ahli kimia ternama di sekolah kedokteran Harvard. Namun Jackson justru menyarankan eter sebagai pengganti gas nitrogen-oksida. Morton menemukan efek bius eter lebih kuat dibanding gas nitrogenoksida.Bahkan pada tahun 1846 Morton mendemonstrasikan penggunaan eter dalam pembedahan di rumah sakit umum Massachusetts.Saat pasien dokter Warren telah siap, Morton mengeluarkan gas eter (atau disebutnya gas letheon) yang telah dikemas dalam suatu kantong gas yang dipasang suatu alat seperti masker.Sesaat pasien yang mengidap tumor tersebut hilang kesadaran dan tertidur.Dokter Warren dengan sigap mengoperasi tumor dan mengeluarkannya dari leher pasien hingga operasi selesai tanpa hambatan berarti. Tanggal



16



Oktober 1846 menjadi



hari



bersejarah



bagi



dunia



kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran.Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai hingga saat ini.Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa tahun yang lalu. Di balik kesuksesan zat anestesi dalam membius pasien, para penemu dan penggagas zat anestesi telah terbius ketamakan mereka untuk memiliki dan mendapatkan penghasilan dari paten anestesi yang telah digunakan seluruh dokter di seluruh bagian dunia. Terjadilah perseteruan di antara Morton, Wells, dan Jackson.Masing-masing mengklaim zat anestesi adalah hasil penemuannya.Di tempat berbeda, seorang dokter bernama Crawford W. Long telah menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun 1842, empat tahun sebelum Morton memublikasikan ke masyarakat luas.Iatelah menggunakan eter di setiap operasi bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya, hanya mempraktikkan untuk pasien-pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan 3



yang awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar kepala, dokter Long tetap menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah. Wells, Morton, dan Jackson menghabiskan hidupnya demi pengakuan dari dunia bahwa zat anestesi merupakan hasil temuannya. Morton selama dua puluh tahun menghabiskan waktu dan uangnya untuk mempromosikan hasil temuannya.Ia mengalami masalah meskipun ia telah mendaftarkan hak patennya di lembaga paten Amerika Serikat (U.S. Patent No. 4848, November 12, 1846). Ketika tahun 1847 dunia kedokteran mengetahui, zat yang digunakan adalah eter yang telah digunakan sejak abad 16, Morton tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk mendapat keuntungan dari patennya.Jackson juga mengklaim, dirinya juga berhak atas penemuan tersebut. Ketika Akademi



Kedokteran



Prancis menganugerahkan penghargaan



Monthyon yang bernilai 5.000 frank pada tahun 1846, Morton menolak untuk membaginya dengan Jackson. Ia mengklaim, penemuan tersebut adalah miliknya pribadi. Sementara itu, Wells mencoba eksperimen dengan zat lain (kloroform) sebagai bahan anestesi. Selama bertahun-tahun Morton menghabiskan waktu dan materi untuk mengklaim patennya.Ia mulai stres dan tidak memedulikan lagi klinik giginya. Morton meninggal tanggal 15 Juli 1868 di usia 49 tahun di Rumah Sakit St. Luke's, New



York.



Begitu



juga



dengan



Jackson



yang



meninggal



dalam



keadaan gila dan Wells yang meninggal secara mengenaskan dengan cara bunuh diri.(Dewi Marthaningtyas:"Terbius Memburu Paten Gas Tertawa", Cakrawala, 2005).



4



1.3



Patofisiologi



5



BAB II MEKANISME/ CARA KERJA OBAT



1.3 Anestesi Inhalasi Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas neuron berbagai area di dalam otak.Anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan bius yang masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang cepat pada pemulaan, harus diberikan dengan dosis tinggi, yang kemudian diturunkan sampai hanya sekadar memlihara keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran.Keuntungan anestesi inhalasi dibandingkan dengan anestesi intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi konsentrasi gas/uap yang di inhalasi.Kebanyakan anestesi umum tidak dimetabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faali.Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anestesi umum dibawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil.



2.2 Anestesi Intravena Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai mula kerja anestesi yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi yang terbaru, misal desflurane dan sevoflurane.Senyawa intravena ini umumnya digunakan induksi anestesi.Kecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa intravena juga sangat cepat. Secara umum, mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anestesi umum dibawah pengaruh protein SSP dapat membantu hidrat dengan air yang bersifat stabil.Hidrat gas ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anestesia.



6



BAB III FARMAKOKINETIK



3.1 Absorpsi dan Distribusi Konsentrasi masing-masing dalam suatu campuran gas anestesi sebanding dengan tekanan atau tegangan perisalnya. Istilah tersebut sering dipergunakan secara bergantian dalam membicarakan berbagai proses transfer anestesi gas dalam tubuh. Tercapainya konsentrasi obat anestesi yang adekuat dalam otak untuk menimbulkan anestesi memerlukan transferobat anestesi dari udara alveolar kedalam darah dan otak. Kecepatan pencapaian konsentrasi ini bergantung pada sifat kelarutan anestesi, konsentrasinya dalam udara yang dihisap, laju ventilasi paru, aliran darah paru, dan perbedaan gradian konsentrasi (tekanan parsial) obat anestesi antara darah dan arteri dan campuran darah vena. 3.2 Metabolisme Metabolisme obat anastesi umum misalnya pada



Midazolam yang



dimetabolisme secara cepat oleh enzim cytochrome P-450 (CYP3A4) hati dan usus halus menjadi metabolit aktif dan inaktif. Metabolit utama dari midazolam adalah 1hydroxymidazolam. Konsentrasi metabolit ini mencapai sekitar separuh dari semua metabolit yang dihasilkan dari metabolisme midazolam. Metabolit aktif tersebut dikonjugasikan secara cepat menjadi 1-hydroxymidazolam glucoronide dan kemudian dibuang melalui ginjal. Metabolit glucoronide ini memiliki aktivitas farmakologis yang substansial apabila konsentrasinya tinggi, seperti yang ditemukan pada pasienpasien gagal ginjal yang mendapat terapi midazolam intravena dalam waktu yang lama. Pada pasien-pasien seperti itu, metabolit glucoronide memiliki efek sedatif yang sinergistik dengan senyawa utama midazolam. Metabolit midazolam lainnya yang aktif secara farmakologis seperti 4-hydroxymidazolam, tidak terlalu banyak ditemukan pada pemberian midazolam secara intravena. Metabolisme midazolam dapat mengalami perlambatan bila diberikan bersama obat-obatan yang dapat menghambat enzim cytochrome P-450 (cimetidine, erythromycin, calcium channel blocker, obat-obatan anti-jamur) sehingga kita tidak bisa memperkirakan efek depresi SSP dari midazolam. Enzim cytochrome P-450 3A 7



juga mempengaruhi metabolisme fentanyl. Dengan pertimbangan ini, proses pembersihan midazolam oleh hati dapat dihambat oleh fentanyl yang diberikan selama proses anestesia umum. Secara umum, laju bersihan hati dari midazolam adalah sekitar lima kali lebih besar jika dibandingkan dengan lorazepam dan sepuluh kali lebih besar jika dibandingkan dengan diazepam. 3.3 Ekskresi Waktu pemulihan anestesi inhalasi bergantung pada kecepatan [embuangan obat anestetik dari otak setelah konsentrasi obat anestesi yang diisap menurun. Banyaknya proses transfer obat anestesi selama waktu pemulihan sama dengan yang terjadi selama induksi. Faktor-faktor yang mengontrol kecepatan pemulihan anestesi meliputi aliran darah paru, besarnya ventilasi, serta kelarutan obat anestesi dalam jaringan darah serta dalamnya fase gas didalam paru.



8



BAB IV FARMAKODINAMIK



Kerja neurofisiologik yang penting pada obat anestesi umum adalah denganmeningkatkan



ambang



rangsang



sel.



Dengan



meningkatnya



ambang



rangsang,akan terjadi penurunan aktivitas neuronal. Obat anestetik inhalasi seperti jugaintravena barbiturate dan benzodiazepine menekan aktivitas neuron otak sehinggaakson dan transmisisinaptik tidak bekerja. Kerja tersebut digunakan padatransmisi



aksonal



dan



sinaptik,



tetapi



proses



sinaptik



lebih



sensitive



dibandingkanefeknya. Mekanisme ionik yang diperkirakan terlibat adalah bervariasi. Anestetik inhalasi gas telah dilaporkan menyebabkan hiperpolarisasi saraf dengan aktivitasaliran



K+,



sehingga



terjadi



penurunan



aksi



potensial



awal,



yaitu



peningkatanambang rangsangmekanisme molecular dengan anestetik gas merubah aliran ion padamembran neuronal belum jelas. Efek ini dapat menghasilkan hubunganinteraksi langsung antara molekul anestetik dan tempat hidrofobik pada saluranmembrane protein yang spesifik.Mekanisme ini telah diperkenalkan pada penilitian interaksi gas dengan saluran kolineroseptor nikotinik interkais yangtampaknya untuk menstabilkan saluran pada keadaan tertutup. Interpretasialternatif, yang dicoba untuk diambil dalam catatan perbedaan struktur yangnyata diantara anestetik, memberikan interaksi yang kurang spesifik pada obat ini dengan dengan membran matriks lipid, dengan perubahan sekunder pada fungsi saluran 4.1 Indikasi dan Kontra Indikasi 



Indikasi anestesi umum 1. Infant & anak usia muda 2. Dewasa yang memilih anestesi ummum 3. Pembedahannya luas / eskstensif 4. Penderita sakit mental 5. Pembedahan lama 6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan



9



7. Riwayat penderita tksik / alergi obat anestesi lokal 8. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia 



Kontra Indikasi Anastesi Umum Kontra indikasi anestesi umum tergantung efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan dan harus hindarkan pemakaian obat pada: a. Hepar yaitu obat hepatotoksik, dosis dikurangi atau obat yang toksis terhadap hepar atau dosis obat diturunkan. b. Jantung yaitu obat-obat yang mendespresi miokardium atau menurunkan aliran darah coroner. c. Ginjal yaitu obat yg diekskresi di ginjal. d. Paru-paru yaitu obat yg merangsang sekresi Paru. e. Endokrin yaitu hindari obat yg meningkatkan kadar gula darah/ hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis pada diabetes karena bisa menyebabkan peninggian gula darah.



4.2 Interaksi Obat Obat Anastesi Intravena a. Benzodiazepin Benzodiazepine dapat memperkuat efek sinergistik sedatif ketika digunakan bersama depresan SSP lainnya seperti alkohol, anestetik inhalan atau injeksi, opioid, dan agonis α-2. Dosis anestetik inhalan dan injeksi dapat diturunkan



apabila



kita



menggunakan



benzodiazepine.



Meskipun



benzodiazepine, terutama midazolam, dapat mem-potensiasi efek depresan ventilasi opioid, aksi analgesik opioid justru dapat diturunkan oleh benzodiazepine. Sehingga efek antagonisme benzodiazepine terhadap fulamzenil dapat meningkatkan efek analgesik opioid. Sedangkan Simetidin dapat menurunkan metabolisme diazepam. Eritromisin menghambat metabolisme midazolam dan menyebabkan dua hingga tiga kali lipat prolongasi dan intensifikasi efek tersebut. Heparin dapat 10



melepaskan ikatan diazepam dengan protein dan meningkatkan jumlah free drug (meningkat 200% setelah pemberian 1000 unit heparin).Kombinasi opioid dan diazepam menurunkan tekanan darah arteri dan tahanan vaskuler perifer terutama pada pasien iskemik atau penyakit katup jantung. Benzodiazepin menurunkan 30% konsentrasi minimum alveolar zat anestesi volatile. b. Opioid Kombinasi opioid – terutama meperidine – dan monoamine inhibitors oxidase dapat menyebabkan penghentian respirasi, hipertensi atau hipotensi, koma,



dan



hiperpireksia.



Penyebabnya



tidak



diketahui.Barbiturat,



benzodiazepin, dan depresan sistem saraf pusat lain dapat memiliki efek kardiovaskular, respiratorik, dan sedatif sinergistik bersama opioid. c. Droperidol Secara teoretis, droperidol dapat mengantagonisir kerja α-adrenergik klonidin dan mempresipitasi rebound hypertension.Droperidol mengurangi efek kardiovaskular ketamin. d. Barbiturat Media kontras, sulfonamide dan obat lainnya yang berikatan dengan protein yang sama seperti thiopental akan meningkatkan jumlah obat bebas yang tersedia dan menghasilkan efek yang kuat pada organ. e. Ketamin Agen-agen penyekat neuromuskular nondepolarisasi dipotensiasi oleh ketamin. Kombinasi teofilin dan ketamin merupakan predisposisi terjadinya seizure. Diazepam mengurangi efek kardiostimulatorik ketamin dan memperpanjang waktu paruh eliminasinya. Propranolol, phenoxybenzamine, dan antagonis simpatik lain mempunyai efek depresan miokardium langsung dari ketamin. Ketamin menghasilkan depresi miokardium ketika diberikan pada pasien yang dianestesi dengan halotan atauanestetik volatil lain. Litium dapat memperpanjang durasi kerja ketamin. f. Propofol 11



Konsentrasi fentanil dan alfentanil dapat meningkat karena pemberian propofol konkomitan. Beberapa klinisi memberikan sejumlah kecil midazolam (seperti 30 µg/kg) sebelum induksi dengan propofol, kombinasi ini menghasilkan efek sinergistik (seperti onset yang lebih cepat dan dosis total yang lebih rendah). Gas-Gas Anestesi Inhalasi Gas inhalasi adalah arus utama anestesi dan digunakan terutama untuk pemeliharaan anestesi setelah memasukkan agen intravena. Anestesi inhalasi mempunyai manfaat yang yang tidak didapatkan pada anestesi intravena, karena kedalam ananestesi dapat diubah dengan cepat dengan mengubah konsentrasi gas anestesi. Anestesi inhalasi juga reversible, karena hamper semuanya dengan cepat di eliminasi dari badan dengan ekshalasi.



4.3 Penggunaan Klinis Dari semua obat anestesi inhalasi yang tersedia, nitrogen oksida, desfluran, dan isofluran paling banyak dipergunakan di Amerika Serikat. Walaupun jarang digunakan pada orang dewasa, halotan banyak dipergunakan untuk anestesi pada anak. Nitrogen oksida tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menimbulkan efek anestesi apabila diberikan tersendiri. Umumnya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan anestesi inhalasi lainnya ataupun kombinasi dengan anestesi intravena untuk menimbulkan efek anestesi total. Metoksifluran kadang-kadang dipergunakan terutama pada anestesi kebidanan tetapi tidak boleh dipergunakan pada anestesi yang lama karena sifat nefrotoksiknya, yang digambarkan diatas. Kloroform sudah tidak dipergunakan lagi karena sifat hepatoksisitasny. Walaupun siklopropan dan dietileter merupakan obat anestetik yang paling umum digunakan sebelum tahun 1960, sekarang sudah jarang digunakan lagi karena mudah terbakar dan meledak. 4.4 Efek Samping Obat-obatan anestesi yang umum dipakai pada pembiusan total adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, dan desfluran.Obat anestesi umum yang ideal haruslah tidak mudah terbakar, tidak meledak, larut dalam lemak, larut dalam darah,



12



tidak meracuni organ (jantung, hati, ginjal), efek samping minimal, tidak dimetabolisasi oleh tubuh, dan tidak mengiritasi pasien. Obat bius/anestesi umum/total pasti memiliki efek samping di antaranya: a) Mengiritasi aliran udara, menyebabkan batuk dan spasme laring (golongan halogen). b) Menimbulkan stadium kataleptik yang menyebabkan pasien sulit tidur karena mata terus terbuka (golongan Ketamin). c) Depresi pada susunan saraf pusat. d) Nyeri tenggorokan. e) Sakit kepala. f) Perasaan lelah dan bingung selama beberapa hari. g) Menekan pernapasan yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling ringan pada N2O dan eter. h) Menekan system kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga merangsang sistem saraf simpatis, maka efek keseluruhannya menjadi ringan. i) Merusak hati dan ginjal, terutama senyawa klor, misalnya kloroform. j) Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga pasien perlu dihidratasi secukupnya. k) Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan (menggigil) pasca-bedah. Efek samping tersebut bersifat sementara.Namun, ada pula komplikasi serius yang



dapat



terjadi.Untungnya,



komplikasi



tersebut



sangat



jarang,



dengan



perbandingan 4 komplikasi dalam jutaan pasien yang diberi obat anestesi.Pencegahan efek samping anestesi yang terbaik adalah dengan penjelasan selengkap mungkin terhadap pasien mengenai efek samping dan risiko yang mungkin terjadi, pemeriksaan menyeluruh, dan pemberian obat anestesi yang tidak melebihi dosis.



13



BAB V SEDIAAN/KEMASAN DAN DOSIS



5.1 Nama Obat, Bentuk Sediaan dan Dosis Hipnotik Sedatif NAMA OBAT



BENTUK



DOSIS DEWASA (Mg)



SEDIAAN



Efeksedatif*



HIPNOTIK



BENZODIAZEPIN Klordiazepoksid



K, T, I



15-100, 1-3xd +



-



Klorazepat



K, T



3,75-20, 2-4xd +



-



Diazepam



T, KLL, I, L



5-10, 3-4xd +



-



Flurazepam



K



-



15-30



Lorazepam



T, I



-



2-4



Oksazepam



K, T



15-30, 3-4xd +



-



Temazepam



K



-



15-30



Triazolam



T



-



0,125-0,5



Amobarbital



K, T, I, P



30-50, 2-3xd



65-200



Aprobarbital



E



40, 3xd



40-160



Butabarbital



K, T, E



15-30, 3-4xd



50-100



Pentobarbital



K, E, I, S



20, 3-4xd



100



Sekrobarbital



K, T, I



30-50, 3-4xd



50-200



Fenobarbital



K, T, E, IO



15-40, 2-3 xd



100-320



BARBITURAT



HIPNOTIK SEDATIF LAIN 14



Kloralhidrat



500-1000



Etklorvinol



K, L, S



250, 3xd



500-1000



Glutetimid



K



100-200, 2-3xd



250-500



Metiprilon



K, T



-



200-400



Meprobamat



K, T



50-100, 3-4xd



-



KLL, T



400, 3-4xd



10-30 ml



L, I



2-5ml, 2-4xd



500-1000



K



-



Paraldehid Etinamat



Dimodifikasi oleh Goodman and Gilman, 1990 Keterangan : 1. Bentuk Sediaan : K



: Kapsul



E



: Eliksir



KLL : Kapsul Lepas Lambat I



: Suntikan



L



: Larutan



P



: Bubuk



S



: Supositoria



T



: Tablet



2. * Dosis dan jumlah pemberian tiap hari; dosis tidak berlaku untuk KLL 3. + Digunakan sebagai hipnotik sedative hanya untuk mengatasi penderita ketergantungan alcohol ; dosis lebih kecil bagi individu yang belum toleransi terhadap obat tersebut.



15



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1



Kesimpulan



Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan. . Anestesi umum atau pembiusan umum adalah kondisi atau prosedur ketika pasien menerima obat untuk amnesia, analgesia, melumpuhkan otot, dan sedasi. Kerja obat anastesi, yaitu apabila obat anestesi inhalasi, dihirup bersama-sama udara inspirasi masuk ke dalam saluran pernafasan, didalam alveoli paru akan berdifusi masuk kedalam sirculasi darah. Demikian pula yang disuntikkan secara intramuskular, obat tersebut akan diabsorbsi masuk kedalam sirkulasi darah. Setelah masuk kedalam sirkulasi darah obat tersebut akan menyebar kedalam jaringan. Dengan sendirinya jaringan yang kaya pembuluh darah seperti otak atau organ vital akan menerima obat lebih banyak dibandingkan jaringan yang pembuluh darahnya sedikit seperti tulang atau jaringan lemak .Kerja obat anastesi juga tergantung jenis obatnya, dimana didalam jaringan sebagian akan mengalami metabolisme, ada yang terjadi di hepar , ginjal atau jaringan lain. Eksresi bisa melalui ginjal ,hepar, kulit, atau paru-paru. Eksresi bias dalam bentuk asli atau hasil metabolismenya. N2O dieksresi dalam bentuk asli lewat paru. 6.2



Saran



Sebaiknya pemilihan obat anestesi menyesuaikan dengan kondisi pasien (berat badan, penyakit yang diderita), jenis obat anestesi dan efek sampingnya, dan kita sebagai perawat harus mampu berfikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan tersebut.



16



DAFTAR PUSTAKA



menurutparaahli.com/tag/definisi-anestesi-umum/ http://arifsaputra96.blogspot.com/2014/01/makalah-farmakologi-tentang-obat.html https://dokmud.wordpress.com/2009/10/27/anestesi/ Anestesiologi . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology) .Jakarta : Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.Goodman LS and Gillman AG . 1985. The pharmacological Basic of therapeutics Farmakologi . Jakarta : EGC.Michael. B Dobson. 1994. Penuntun Praktis Anestesi . Jakarta : Penerbit Buku KedokteranEGC.Obstretri Williams. 2009. Panduan Ringkas Anestesi . Jakarta : EGC.Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fak. Kedokteran UNSRI. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC. Mycek, M.A.,Harvey,R.A.& Champe, P.C.2001, Farmakologi : Ulasan Bergambar, Edisi 2, Hartanto, H.(ed), Penerbit Widya Medika, Jakarta.



17



PERTANYAAN 1. Pada penggunaan klinis tertulis jika anestesi inhalasi menggunakan halotan dan sevofluran banyak digunakan untuk ansk – anak, bisa dijelaskan apa alasannya? 2. Untuk anestesi umum ini apakah bisa digunakan untuk segala jenis operasi atau hanya operasi tertentu saja? 3. Perbedaan antara anestesi umum dengan regional?



JAWABAN 1. Karena halotan baunya enak dan tidak merangsang jalan nafas, namun jika kelebihan dosis menyebabkan depresi nafas dan menurunnya tonus simpatis, biasanya sering digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O. Sedangkan kalau sevofluran baunya tidak menyengat dan sama – sama tidak merangsang jalan nafas, namun bedanya sevofluran lebih aman karena dilihat dari beberapa pemakaian masih belum ada laporan bahwa sevofluran membahayakan tubuh. 2. Digunakan dalam semua operasi baik besar / kecil. Karena tujuan anestesi ini membuat pasien tidak sadar sehingga tidak merasa cemas dan takut pada saat operasi meski operasinya lama. 3. Anestesi regional berfungsi untuk memblok rasa nyeri disebagian area tubuh, misal di area bawah pinggang Sedangkan untuk anestesi umum berfungsi untuk membuat pasien tidak sadarkan diri, biasanya anestesi ini digunakan untuk operasi, prosedur ini biasanya dinamakan dengan bius total



TAMBAHAN Jenis Obat Anestesi yang digunakan sampai sekarang? 1. Thiopental 2. Benzodiazepine Intravena 3. Propofol 4. Etomidate 5. Ketamine (dikenal juga dengan nama PCP / phencyclidine) 6. Halothane 18



7. Enflurane, Isoflurane, Desflurane, Sevoflurane 8. Opioid-opioid sintetik baru – fentanyl, alfentanil, sufentanil, remifentanil, meperidine 9. Neurosteroid Keuntungan anestesi? 1. Tekniknya sederhana dan membutuhkan peralatan minimal 2. Obat ini tidak menyebabkan inflamasi 3. Pendarahan lebih sedikit 4. Kemungkinan mual dan muntah lebih sedikit 5. Tidak terjadinya pencemaran lingkungan 6. Memerlukan sedikit perawatan post operatif 7. Komplikasi ke paru-paru minimal 8. Lebih murah



19