Anisa Firdaus-180210103078-B-Imitasi Ratio Fenotipe [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA “IMITASI RATIO FENOTIPE”



Disusun Oleh : Anisa Firdaus (180210103078) Kelas : B Kelompok: 1



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2019



I.



JUDUL Imitasi Ratio Fenotipe



II. TUJUAN 1. Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan penuh. 2. Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan tidak penuh. 3. Mempelajari pola persilangan dibibrid dominan penuh. 4. Mempelajari pola persilangan dihibrid dominan tidak penuh. III. DASAR TEORI Persilangan buatan merupakan kegiatan persilangan yang terarah yang dilakukan terhadap tetua-tetua yang diinginkan. Persilangan buatan ini diharapkan dapat menghasilkan suatu populasi dengan viabilitas genetik yang luas sehingga seleksi dapat dilakukan dengan leluasa dan dapat memberikan kemajuan genetik yang besar sebagaimana yang diharapkan. Suksesnya suatu persilangan buatan pada kedelai ditentukan oleh tingkat keberhasilan persilangan dan banyaknya biji hasil persilangan varietas-varietas tetua. Persilangan antara dua galur murni menghasilkan suatu hibrida F1 yang secara genetik seragam. Pada pembentukan generasi F2 kombinasi-kombinasi gen dipertukarkan dan berbagi dalam kombinasi-kombinasi baru pada individuindividu F2. Secara umum terlihat generasi F2 lebih beragam dari F1 (Arifianto dkk,2015:1170). Sifat dan ciri khas tersendiri atau unik dari setiap makhluk hidup didapat dari parental yang mengikuti pola penurunan. Sifat-sifat manusia yang terkait autosom dapat disebabkan oleh gen dominan



ataupun



resesif.



Penurunan yang ditentukan oleh gen resesif ditandai dengan adanya pelompatan generasi dalam munculnya suatu karakter pada individu, sedangkan



gen



dominan ditandai



berkesinambungan atau



tidak



terjadinya



pemunculannya (Mirayanti dkk,2017:32).



dengan



penurunan



pelompatan



generasi



secara dalam



Hukum Mendel 1 atau hukum segregasi merupakan pasangan alel memisah selama pembentukan gamet menggunkaan mekanisme pembelahan sel secara miosis. Karena pemisahan ini masing masing gamet akan terdiri dari setengah dari kromosom (n kromososm) dan hanaya membawa satu alel dari setiap gen. Mendel menyatakan bahwa unit pewarisan sifat dalam pasangan memisah secara independen selama pembentukan gamet. Suatu persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua tanaman induk yang berbeda dalam hal 1 karakteristik saja. Mendel mengembangkan 4 hipotesis dari prsilangan monohibrid, yaitu (1) ada bentuk-bentuk alternatif gen (alel), (2) untuk setiap karakteristik, setiap organisme memiliki 2 gen, (3) gamet hanya membawa 1 alel untuk masingmasing mewarisi karakteristik, (4) alel dapat menjadi dominan atau resesif (Arumingtyas,2016: 5-7). Hukum pemisahan Mendel ini menjelaskan terkait keberadaan suatu pasang faktor yang akan mengendalikan setiap karakteristik yang akan memisah pada saat pembentukan gamet. Pada hukum pemilihan bebas mendel menjelaskan bahwa faktor faktor yang akan menentukan karakter yang berbeda ini diwariskan secara bebas satu sama lain. Istilah dari faktor yang dijelaskan tersebut dikemudian hari dikenal dengan istilah gen (Fauzi dan Corebima, 2016:278). Hukum mendel kedua atau disebut dengan hukum perpasangan bebas ( the law of independent assortment), atau hukum karakter satuan (the law of unit characters), mengekspresikan konsep bahwa sifat-sifat diwariskan secara bebas. Mendel menggunakan logika untuk memperkirakan frekuensi kelaskelas yang diperoleh ketika melakukan persilangan f1 tanaman dihibrid (heterozygot untuk dua sifat yang berbeda). Kejadian-kejadian saling bebas yang berlangsung bersamaan dapat selalu diperkirakan dengan cara mengalikan probabilitas-probabilitas individual untuk masing-masing kejadian tunggal (Fried & George,2005:108). Persilangan dihibrid yaitu pewarisan sifat dua atau lebih sifat secara bersamaan, yang masing-masing dispesifikasi oleh sepasang gen autosomal berbeda yang berpasangan secara bebas (gen-gen dalam kromosom yang



berbeda yang bukan merupakan kromosom seks). Persilangan dihibrid merupakan persilangan yang melibatkan analisis dua sifat yang saling bebas (Elrod & William,2007:33). Peubah kualitatif diamati pada setiap karakter dan nisbah fenotipe yang muncul dibandingkan dengan nisbah Mendel. Analisis Chi-Kuadrat untuk marka molekuler dilakukan berdasarkan jumlah alil yang terbentuk. Jika hasil seleksi marka diperoleh hasil bahwa tiap tetua hanya memiliki satu alil, maka analisis Chi-Kuadrat pada generasi keturunan dilakukan dengan model satu pasang alil dengan rasio 1:2:1. Derajat bebas yang digunakan juga bergantung kepada jumlah alil yang terbentuk pada keturunan (Carsono dkk, 2016 :12). Penyimpangan yang terjadi pada Uji



Chi-kuadrat, diperoleh



hasil



pengamatan (Observed) berbeda nyata terhadap seluruh proporsi harapan (Expected) yang diujikan, X2h > X2 0,05.



Hal ini menunjukkan bahwa



dalam pewarisan karakter jumlah anakan pada persilangan tidak memenuhi pola segregasi Mendel. Suatu karakter yang dikendalikan oleh banyak gen, dapat dikatakan sebagai sifat kuantitatif, masing-masing gen berkontribusi terhadap penampilan karakter yang dianalisis, dan peran dari masingmasing gen tidak besar. Hal ini menyebabkan pola segregasi untuk karakter tersebut sukar diidentifikasi dan pewarisannya tidak sesederhana seperti pada genetika Mendel. Sifat-sifat



kuantitatif



dapat



diatur



oleh



banyak gen (10-100 gen atau lebih), masing-masing berkontribusi terhadap fenotip begitu sedikit sehingga pengaruh-pengaruh individunya tidak dapat dideteksi dengan metode Mendel. Gen-gen yang bersifat demikian disebut Poligen.



Penampilan karakter kuantitatif tersebut dipengaruhi secara nyata



oleh lingkungan. Karena itu pola segregasi karakter ini tidak mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya (Devina dkk,2019:89). IV METODE PRAKTIKUM 1.1



Alat dan Bahan



1.1.1 Kancing



genetika



berwarna-warni,



kancing



berpasangan



menggambarkan diploid, gamet yang dibentuk memiliki kromosom haploid yang diwakili oleh kancing yang tidak berpasangan sedangakan pada percobaan diploid belahan kancing dengan penonjolan mewakili gen dominan. 1.1.2 Kantong menggambarkan tempat terjadinya spermatogenesis dan oogenesis 1.2 Skema Kerja 1.2.1 Perkawinan Monohibrid Dominan Penuh Siapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina



Masing-masing kantong berisi 12 buah kancing dari dua warna berbeda ( warna hitam = dominan dan warna putih = resesif)



Acaklah kancing-kancing tersebut dan ambilah sebuah kancing dai masing-masing kantong secara acak, satukan kedua kancing dan tulis genotip zigot yang didapatkan ke dalam tabel (HH=hitam, Hh=hitam,hh=putih).



Tuliskan fenotipe individu yang didapatkan



Kembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai tertukar



Ulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 12 data setiap kelompok



Lakukan uji 𝑋 2



1.2.2 Perkawinan Monohibrid Dominan Tidak Penuh Siapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina



Masing-masing kantong berisi 12 buah kancing dari dua warna berbeda ( warna hitam = dominan dan warna putih = resesif)



Acaklah kancing-kancing tersebut dan ambilah sebuah kancing dai masing-masing kantong secara acak, satukan kedua kancing dan tulis genotip zigot yang didapatkan ke dalam tabel (HH=hitam, Hh=abu-abu,hh=putih).



Tuliskan fenotipe individu yang didapatkan



Kembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai tertukar



Ulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 12 data setiap kelompok



Lakukan uji 𝑋 2



1.2.3 Perkawinan Dihibrid Dominan Penuh Siapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina



Masing-masing kantong berisi 3 warna hitam dengan penonjolan (Hitam tinggi =HT), 3 warna hitam tanpa penonjolaan (Hitam pendek=Ht), 3 warna putih dengan penonjolan (Putih tinggi=hT), 3 putih tanpa penonjolan (Putih pendek=ht)



Acaklah kancing-kancing tersebut dan ambilah sebuah kancing dai masing-masing kantong secara acak, satukan kedua kancing dan tulis genotip zigot yang didapatkan ke dalam tabel



Tuliskan fenotipe individu yang didapatkan



Kembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai tertukar



Ulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 16 data setiap kelompok



Lakukan uji 𝑋 2



1.2.4 Perkawinan Dihibrid Dominan Penuh Siapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina



Masing-masing kantong berisi 3 warna hitam dengan penonjolan (Hitam tinggi =HT), 3 warna hitam tanpa penonjolaan (Hitam pendek=Ht), 3 warna putih dengan penonjolan (Putih tinggi=hT), 3 putih tanpa penonjolan (Putih pendek=ht)



Acaklah kancing-kancing tersebut dan ambilah sebuah kancing dai masing-masing kantong secara acak, satukan kedua kancing dan tulis genotip zigot yang didapatkan ke dalam tabel



Tuliskan fenotipe individu yang didapatkan



Kembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai tertukar



Ulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 16 data setiap kelompok



Lakukan uji 𝑋 2



V



HASIL PENGAMATAN 1. Pola Persilangan Monohibrid Dominan Penuh



Kelompok



Dominan Tidak Penuh



Hitam



Putih



Hitam



Abu-Abu



Putih



1



6



6



3



6



3



2



10



2



3



8



1



3



8



4



2



9



1



4



11



1



5



1



6



5



10



2



4



2



6



6



8



4



6



3



3



7



8



4



2



4



6



2. Pola Persilangan Dihibrid Kel



Dominan penuh



Dominan tidak penuh



HB HK PB PK HB HS HK AB AS AK PB PS PK 1.



7



5



4



0



1



1



2



2



4



1



3



2



0



2.



9



3



3



1



1



1



4



2



3



2



1



2



0



3.



4



2



0



10



2



2



0



2



4



1



1



3



1



4.



9



3



4



0



1



3



2



2



2



2



2



2



0



5.



11



1



3



1



3



0



3



2



5



1



0



1



1



6.



9



2



4



1



3



1



1



2



6



1



0



1



1



7.



9



4



3



0



3



1



1



1



6



2



0



1



1



3. Analisis X2 (Probabilitas) K Kel



Pola Persilangan Monohibrid



Monohibrid



Dihibrid



Dihibrid



dominan



dominan tidak



dominan penuh



dominan



penuh



penuh



1



5%