Laporan Praktikum 3 Genetika - Imitasi Ratio Fenotipe [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA “IMITASI RATIO FENOTIPE”



Oleh



:



Nama



: Berlian Sari Pamungkas



NIM



: 180210103071



Kelompok



:3



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2019



1.



JUDUL Imitasi Ratio Fenotipe



2.



TUJUAN



2.1



Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan penuh



2.2



Mempelajari pola persilangan monohibrid dominan tidak penuh



2.3



Mempelajari pola persilangan dihibrid dominan penuh



2.4



Mempelajari pola persilangan dihibrid dominan tidak penuh



3.



TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan ciri khas tersendiri atau unik dari setiap makhluk hidup didapat dari parental yang mengikuti pola penurunan tertentu. Sifat – sifat manusia yang terkait autosom dapat disebabkan oleh gen dominan ataupun resesif. Penurunan yang ditentukan oleh gen resesif ditandai dengan adanya pelompatan generasi dalam munculnya suatu karakter pada individu, sedangkan gen dominan ditandai dengan penurunan secara berkesinambungan atau tidak terjadinya pelompatan generasi dalam pemunculannya, (Mirayanti, 2017 : 32). Gen yang mengatur karakter suatu tanaman dikendalikan secara simpelgenik



atau



poligenik.



Simpelgenik



berarti



karakter



tersebut



dikendalikan oleh sedikit gen serta pengaruh gen terhadap ekspresi karakter tersebut tinggi, sedangkan poligenik dikendalikan oleh banyak gen serta pengaruh dari gen – gen tersebut kecil terhadap ekspresi suatu karakter. Karakter yang dikendalikan oleh sedikit gen akan memberikan suatu pola segregasi yang mengikuti hukum Mendel dan modifikasinya. Berbeda dengan karakter yang dikendalikan oleh banyak gen, karena pengaruh dari masing – masing gen kecil terhadap suatu karakter maka pewarisannya tidak sederhana dan tidak mengikuti pola pewarisan Hukum Mendel, (Anas dan Imam, 2017 : 104). Sekitar tahun 1857, Mendel mulai membiakkan tanaman ercis kebun (Pisum sativum) untuk mempelajari hereditas (pewarisan sifat). Ia



menggunakan



varietas



yang



(setelah



beberapa



generasi



melakukan



penyerbukan sendiri) hanya menghasilkan sifat yang sama dengan tanaman induknya, disebut dengan galur-murni. Varietas ercis berbunga putih disilangkan dengan varietas berbunga ungu. Perkawinan atau persilangan dua varietas galur-murni ini disebut hibridisasi, induk galur-murni tersebut sebagai generasi P (dari kata parental), sedangkan keturunan yang bersifat hibrid merupakan generasi F1 (filial pertama, kata filial dari bahasa latin yang berarti ‘putra’). Hasil penyerbukan sendiri di antara tanaman generasi F1 akan menghasilkan generasi F2. Tanaman generasi F2 inilah yang kemudian diamati pewarisan sifatnya di antara tanaman generasi F1 akan menjadi generasi F2. Tanaman generasi F2 inilah yang kemudian diamati pewarisan sifatnya, (Ferial, 2013 : 69). Salah satu alasan mengapa Mendel mungkin memilih meneliti ercis adalah tanaman itu tersedia dalam banyak varietas. Misalnya, satu varietas memiliki bunga ungu, sedangkan varietas yang lain memiliki bunga putih. Sifat terwariskan yang berbeda – beda di antara individu, misalnya warna bunga, disebut karakter (character). Setiap varian untuk satu karakter, misalnya warna ungu atau putih untuk bunga, disebut sifat (trait), (Campbell, et al., 2010 : 283). Persilangan yang hanya menyangkut pola pewarisan satu macam sifat seperti yang dilakukan oleh Mendel tersebut di atas dinamakan persilangan monohibrid. Selain persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan persilangan dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola pewarisan dua macam sifat seketika. Salah satu di antaranya adalah persilangan galur murni kedelai berbiji kuning-halus dengan galur murni berbiji hijau-keriput, (Hariyadi, 2014 : 4). Secara alamiah, semua individu dari silangan populasi yang dihasilkan program hibridisasi susunan genetiknya akan mengalami proses mendelisasi (fiksasi) pada setiap generasi. Oleh karena itu kondisi heterogen – heterozigot dari suatu silangan populasi dengan keragaman maksimum pada F2 akan



beralih menjadi populasi yang heterogen – homozigot pada F6 – F7, (Devina, dkk., 2019 : 88). Persilangan buatan merupakan kegiatan persilangan yang terarah yang dilakukan terhadap tetua – tetua yang diinginkan. Persilangan buatan ini diharapkan dapat menghasilkan suatu populasi dengan viabilitas genetik yang luas sehingga seleksi dapat dilakukan dengan leluasa dan dapat memberikan kemajuan genetik yang besar sebagaimana yang diharapkan, (Arifianto, dkk., 2015 : 1170). Karakter hipokotil dan kotiledon sangat potensial untuk dijadikan marka morfologi yang efektif dan efisien dalam mengevaluasi kejadian penyerbukan silang alami pada beberapa tanaman. Pemilihan suatu karakter untuk dijadikan sebagai marka morfologi memerlukan informasi tentang pola pewarisan sifat dari karakter tersebut, (Ritonga, dkk., 2017 : 50). 4.



METODE PENGAMATAN 4.1 Alat dan bahan 4.1.1



Kancing genetika berwarna – warni, kancing berpasangan menggambarkan diploid, gamet yang dibentuk memiliki kromosom haploid yang diwakili oleh kancing yang tidak berpasangan sedangkan pada percobaan dihibrid belahan kancing dengan penonjolan mewakili gen dominan.



4.1.1.2 Kantong menggambarkan tempat terjadinya spermatogenesis dan oogenesis .2



Skema kerja 4.2.1 Perkawinan monohibrid dengan dominasi penuh Menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina



Mengisi 10 buah kancing dari dua warna berbeda pada masing – masing kantong (warna terang = dominan dan warna gelap = resesif



Mengacak kancing – kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing dari masing – masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing dan menulis genotipe zigot yang didapatkan ke dalam tabel



Menuliskan fenotipe individu yang didapatkan



Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai tertukar



Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 12 data setiap kelompok



Melakukan uji X2



4.2.2 Perkawinan monohibrid dengan dominasi tidak penuh Menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina



Mengisikan 10 buah kancing dari dua warna berbeda pada masing – masing kantong



Mengacak kancing – kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing dari masing – masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing dan menulis genotipe zigot yang didapatkan ke dalam tabel



Menulis fenotipe individu yang didapatkan



Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai tertukar



Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 12 data setiap kelompok



Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 12 data setiap kelompok



Melakukan uji X2



4.2.3 Perkawinan dihibrid dengan dominasi penuh Menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina



Mengisikan 5 merah dengan penonjolan, 5 merah tanpa penonjolan, 5 putih dengan penonjolan, 5 putih tanpa penonjolan pada masing – masing kantong



Mengacak kancing – kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing dari masing – masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing dan menulis genotipe zigot yang didapatkan ke dalam tabel



Menuliskan fenotipe individu yang didapatkan



Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai tertukar. Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 16 data setiap kelompok



Melakukan uji X2



4.2.4 Perkawinan dihibrid dengan dominasi tidak penuh Menyiapkan dua buah kantong sebagai alat reproduksi jantan dan betina



Mengisikan 5 merah dengan penonjolan, 5 merah tanpa penonjolan, 5 putih dengan penonjolan, 5 putih tanpa penonjolan pada masing – masing kantong



Mengacak kancing – kancing tersebut dan mengambil sebuah kancing dari masing – masing kantong secara acak, menyatukan kedua kancing dan menulis genotipe zigot yang didapatkan ke dalam tabel



Menuliskan fenotipe individu yang didapatkan



Mengembalikan kancing ke dalam kantong semula dan jangan sampai tertukar. Mengulangi pengacakan dan pengambilan sehingga mendapat 16 data setiap kelompok



Melakukan uji X2



5.



HASIL PENGAMATAN



5.1



Pola Persilangan Monohibrid Kelompo



Dominan Penuh Hitam Putih 6 6 10 2 8 4 11 1 10 2 8 4 8 4



k 1 2 3 4 5 6 7 5.2 Kel



Dominan Tidak Penuh Hitam Abu-Abu Putih 3 6 3 3 1 8 2 1 9 5 6 1 4 6 2 6 3 3 2 6 4



Pola Persilangan Dihibrid Dominan Penuh



Dominan Tidak Penuh



.



HP



PT



HT



PP



1



7



5



4



0



1



1



2



2



3



3



9



1



1



1



3



2



4



10



0



2



4



3



4



9



0



5



1



3



11



6



9



2



7



9



4



AS



AP



PT



PS



PP



2



4



1



3



2



0



4



2



3



2



1



2



0



2



0



2



4



1



1



3



1



1



2



3



2



2



2



2



0



2



1



3



0



3



2



5



1



0



1



1



4



1



3



1



1



2



6



1



0



1



1



3



0



3



1



1



1



6



2



0



1



1



Keterangan : HT = Hitam Tinggi HS = Hitam Sedang HP = Hitam Pendek AT = Abu-abu Tinggi AS = Abu-abu Sedang AP = Abu-abu Pendek PT = Putih Tinggi



HT HS



HP AT



PS = Putih Sedang PP = Putih Pendek 5.3



Analisis X2 (Probabilitas) Pola Persilangan Monohibrid



Monohibrid



Dihibrid



Dihibrid



Dominan



Dominan



Dominan



Dominan



Penuh



Tidak Penuh



Penuh



Tidak Penuh



1



5%>X>>10%



99%>X2



2



70%>X2>90% 30%>X2>50%



3



70%>X2>90% 10%>X2>30% 50%>X2>70% 90%>X2>99%



4



30%>X2>50%



1%>X2>5%



70%>X2>90% 70%>X2>90%



5



70%>X2>90%



1%>X2>5%



50%>X2>70% 10%>X2>30%



6



70%>X2>90% 10%>X2>30% 70%>X2>90% 30%>X2>50%



7



70%>X2>90% 10%>X2>30% 70%>X2>90%



Kelompok



6.



30%>X2>50% 50%>X2>70% 90%>X2



10%>X2>30%



50%>X2>70%



PEMBAHASAN Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.” Mendel pertama kali mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohibrid selalu berlaku hukum Mendel I. Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda, misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau dengan tanaman ercis berbiji kisut dan berwarna coklat; padi berumur pendek dan berbulir sedikit dengan padi berumur panjang dan berbulir banyak.



Ada dua hukum yang berlaku terkait ilmu pewarisan sifat yang disampaikan oleh Gregor Johann Mendel, yaitu Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II. Bunyi kedua hukum Mendel tersebut adalah sebagai berikut : Hukum Mendel I/ Hukum Pemisahan (Segregation) : pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Hukum Mendel II/ Hukum Berpasangan Secara Bebas (Independent Assortment) : apabila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Berdasarkan kedua hukum tentang pewarisan sifat di atas, semua kemungkinan sifat dari suatu individu dapat diperkirakan. Pengertian resesif adalah pembawa sifat atau gen yang memberikan pengaruh tidak secara langsung dan pada umumnya akan muncul pada saat bertemu dengan gen yang sama – sama resesif pada generasi selanjutnya. Sifat resesif tidak selalu tampak perwujudannya dan setiap generasi. Contohnya seorang ibu yang mempunyai rambut ikal, namun tidak ada seorang pun dari anak – anaknya yang berambut ikal. Jadi gen rambut ikal ini adalah gen yang bersifat resesif. Pengertian gen dominan adalah gen yang memberi pengaruh langsung dan menjadi ciri atau karakteristik. Sifat dominan ini akan selalu muncul pada setiap generasi. Contohnya seorang ayah yang mempunyai kulit hitam yang menikah dengan wanita berkulit putih, semua anak – anaknya tidak satu pun yang berkulit putih. Maka gen kulit hitam ini merupakan gen yang bersifat dominan. Derajat kebebasan merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu. Jadi, semisal suatu perkawinan monohibrid yang menghasilkan F1 dengan perbandingan fenotipenya 3:1, maka akan ada dua kelas fenotipe, maka derajat kebebasannya adalah 2-1 = 1. Alat dan bahan yang digunakan adalah kancing genetika berwarna-warni dan kantong. Kancing berpasangan menggambarkan diploid, kancing yang tidak berpasangan menggambarkan gamet yang memiliki kromosom haploid, pada percobaan dihibrid belahan



kancing dengan penonjolan mewakili gen dominan. Kantong menggambarkan sebagai tempat terjadinya spermatogenesis dan oogenesis. Percobaan dilakukan dengan menggunakan kresek hitam agar kancing yang di ambil benar-benar diperoleh secara acak. Pengambilan dilakukan secara acak karena agar didapatkan banyak variasi gamet pada persilangan-persilangan itu. Uji chi square test dilakukan untuk mengetahui penyimpangan yang ada dalam suatu percobaan itu terjadi karena memang kebetulan (acak) atau karena faktor lain. Kita harus menyadari bahwa disetiap percobaan hasil yang kita inginkan tidak selamanya sesuai, maka dari itulah uji chi square ini diperlukan. Persilangan monohibrid dominan penuh dilakukan koreksi Yates karena



adanya pengurangan 0,5 pada monohibrid dominan penuh. Hal



tersebut terjadi karena adanya perbedaan jumlah fenotip, dimana kelas yang lebih dari dua fenotip. Kelas yang memiliki jumlah fenotip lebih dari dua, maka tidak dilakukan koreksi Yates. Perkawinan monohibrid dominan penuh oleh kelompok 1 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 6 dan putih sebanyak 6, memiliki derajat kebebasan 1, dan memiliki nilai X2 2,77. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 10% maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan monohibrid dominan penuh pada kelompok 2 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 10 dan putih sebanyak 2, memiliki derajat kebebasan 1, dan memiliki nilai X2 0,11. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 70% maka data pengamatan dapat dikatakan baik.



Perkawinan monohibrid



dominan penuh pada kelompok 3 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 8 dan putih sebanyak 4, memiliki derajat kebebasan 1, dan memiliki nilai X 2 0,11. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 70% maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan monohibrid dominan penuh pada kelompok 4 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 11 dan putih sebanyak 1, memiliki derajat kebebasan 1, dan memiliki nilai X2 1. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 30% maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan



monohibrid dominan penuh pada kelompok 5 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 10 dan putih sebanyak 2, memiliki derajat kebebasan 1, dan memiliki nilai X2 0,11. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 70% maka data pengamatan dapat dikatakan baik.. Perkawinan monohibrid dominan penuh pada kelompok 6 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 8 dan putih sebanyak 4, memiliki derajat kebebasan 1, dan memiliki nilai X 2 0,11. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 70% maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan monohibrid dominan penuh pada kelompok 7 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 8 dan putih sebanyak 4, memiliki derajat kebebasan 1, dan memiliki nilai X 2 0,11. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 70% maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan monohibrid dominan tidak penuh oleh



kelompok 1



memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 3, abu-abu sebanyak 6, dan putih sebanyak 3.Memiliki derajat kebebasan 2, dan memiliki nilai X2 0. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 99% maka data pengamatan dapat dikatakan baik.Perkawinan monohibrid dominan tidak penuh pada kelompok 2 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 3, abu-abu sebanyak 8, dan putih sebanyak 1.Memiliki derajat kebebasan 2, dan memiliki nilai X2 1,09. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 50% maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan monohibrid dominan tidak penuh pada kelompok 3 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 2, abu-abu sebanyak 9, dan putih sebanyak 1.Memiliki derajat kebebasan 2, dan dan memiliki nilai X2 3,16. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 30% maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan monohibrid dominan tidak penuh pada kelompok 4 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 5, abu-abu sebanyak 6, dan putih sebanyak 1.Memiliki derajat kebebasan 2, dan memiliki nilai X2 8,49. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 1% maka data pengamatan dapat dikatakan kurang baik. Perkawinan monohibrid dominan tidak penuh pada kelompok 5 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 4, abu-abu sebanyak 2,



dan putih sebanyak 6. Memiliki derajat kebebasan 2, dan memiliki nilai X 2 6. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 1% maka data pengamatan dapat dikatakan kurang baik. Perkawinan monohibrid dominan tidak penuh pada kelompok 6 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 6, abu-abu sebanyak 3, dan putih sebanyak 3, memiliki derajat kebebasan 2, dan memiliki nilai X2 4,5. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 10% maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan monohibrid dominan tidak penuh pada kelompok 7 memiliki jumlah fenotip hitam sebanyak 2, abu-abu sebanyak 4, dan putih sebanyak 6, memiliki derajat kebebasan 2, dan memiliki nilai X2 4. Karena memiliki nilai kemungkinan mendekati 10% maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan dihibrid dominan penuh pada kelompok 1 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 5, hitam kecil sebanyak 4, putih besar sebanyak 5, dan putih kecil sebanyak 2.Memiliki derajat kebebasan 3, dan memiliki nilai kebenaran 30%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 30%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik.Perkawinan dihibrid dominan penuh pada kelompok 2 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 12, hitam kecil sebanyak 1, putih besar sebanyak 1, dan putih kecil sebanyak 2.Memiliki derajat kebebasan 3, dan memiliki nilai kebenaran 30%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 30%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik.Perkawinan dihibrid dominan penuh pada kelompok 3 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 9, hitam kecil sebanyak 4, putih besar sebanyak 3, dan putih kecil sebanyak 0.Memiliki derajat kebebasan 3, dan memiliki nilai kebenaran 70%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 70%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan dihibrid dominan penuh pada kelompok 4 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 13, hitam kecil sebanyak 1, putih besar sebanyak 2 dan putih kecil sebanyak 0.Memiliki derajat kebebasan 3, dan memiliki nilai kebenaran 30%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 30%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik.Perkawinan



dihibrid dominan penuh pada kelompok 5 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 6, hitam kecil sebanyak 6, putih besar sebanyak 4, dan putih kecil sebanyak 0.Memiliki derajat kebebasan 3, dan memiliki nilai kebenaran 10%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 10%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik.Perkawinan dihibrid dominan penuh pada kelompok 6 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 10, hitam kecil sebanyak 1, putih besar sebanyak 5, dan putih kecil sebanyak 0.Memiliki derajat kebebasan 3, dan memiliki nilai kebenaran 30%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 30%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan dihibrid dominan tidak penuh pada kelompok 1 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 0, hitam sedang sebanyak 1, hitam kecil sebanyak 0, abu-abu besar sebanyak 5, abu-abu sedang 6, abu-abu kecil sebanyak 1, putih besar sebanyak 1, putih sedang sebanyak 1, dan putih kecil sebanyak 1. Memiliki derajat kebebasan 1, dan memiliki nilai kebenaran 70%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 70%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan dihibrid dominan tidak penuh pada kelompok 2 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 1, hitam sedang sebanyak 1, hitam kecil sebanyak 2, abu-abu besar sebanyak 3, abuabu sedang 4, abu-abu kecil sebanyak 1, putih besar sebanyak 2, putih sedang sebanyak 1, dan putih kecil sebanyak 1. Memiliki derajat kebebasan 8, dan memiliki nilai kebenaran 30%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 30%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan dihibrid dominan tidak penuh pada kelompok 3 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 1, hitam sedang sebanyak 2, hitam kecil sebanyak 0, abu-abu besar sebanyak 1, abu-abu sedang 6, abu-abu kecil sebanyak 2, putih besar sebanyak 0, putih sedang sebanyak 4, dan putih kecil sebanyak 0. Memiliki derajat kebebasan 8, dan memiliki nilai kebenaran 70%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 70%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan dihibrid dominan tidak penuh pada kelompok 4 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 0, hitam



sedang sebanyak 1, hitam kecil sebanyak 1, abu-abu besar sebanyak 5, abuabu sedang 3 abu-abu kecil sebanyak 2, putih besar sebanyak 0, putih sedang sebanyak 4, dan putih kecil sebanyak 0. Memiliki derajat kebebasan 1, dan memiliki nilai kebenaran 30%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 30%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan dihibrid dominan tidak penuh pada kelompok 5 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 1, hitam sedang sebanyak 4, hitam kecil sebanyak 0, abu-abu besar sebanyak 2, abu-abu sedang 2, abu-abu kecil sebanyak 2, putih besar sebanyak 3, putih sedang sebanyak 0, dan putih kecil sebanyak 2 Memiliki derajat kebebasan 8, dan memiliki nilai kebenaran 30%. Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 30%, maka data pengamatan dapat dikatakan baik. Perkawinan dihibrid dominan tidak penuh pada kelompok 6 memiliki jumlah fenotip hitam besar sebanyak 3, hitam sedang sebanyak 0, hitam kecil sebanyak 0, abu-abu besar sebanyak 2 abuabu sedang 6, abu-abu kecil sebanyak 1, putih besar sebanyak 3, putih sedang sebanyak 0, dan putih kecil sebanyak 0. Memiliki derajat kebebasan 8, dan memiliki nilai kebenaran 5%.Karena memiliki nilai kebenaran perkawinan sebesar 5%, maka data pengamatan dapat dikatakan kurang baik. Pada perkawinan monohibrid dan dihibrid baik dominan penuh atau tidak penuh, terdapat satu percobaan (percobaan perkawinan dihibrid dominan tidak penuh) yang data pengamatannya kurang baik, hal ini disebabkan karena pada saat dibandingkan antara X2 yang ditabel memiliki nilai yang lebih kecil daripada X2 yang dihitung dengan probabilitas 0.05. 7.



PENUTUP 7.1



Kesimpulan



7.1.1 Pola persilangan monohibrid dominan penuh adalah persilangan antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan sifatnya satu jenis dan salah satu individu memiliki sifat yang dominan terhadap pasangannya.



7.1.2 Pola persilangan monohibrid dominan tidak penuh merupakan persilangan antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan sifatnya satu jenis dan tidak ada individu yang memiliki sifat dominan. 7.1.3 Pola persilangan dihibrid dominan penuh adalah persilangan antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan sifatnya lebih dari satu jenis dan salah satu individu memiliki sifat yang dominan terhadap pasangannya. 7.1.4 Pola persilangan dihibrid dominan tidak penuh adalah persilangan antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan sifatnya lebih dari satu jenis dan tidak ada individu yang memiliki sifat dominan. 7.2



Saran



7.2.1 Diharapkan praktikan mencapai tujuan praktikum. 7.2.2 Diharapkan praktikan dalam melakukan perhitungan uji X2. 7.2.3 Diharapkan mahasiswa benar-benar menghitung dengan teliti agar hasil yang didapatkan sesuai.



DAFTAR PUSTAKA Anas., dan I. L. Hakim. 2017. Pola pewarisan karakter umur tanaman sorgum (Sorgum bicolor (L.) moench). Jurnal Agrukultura. 28 (2) : 103 – 104. Arifianto, H., D. S. Hanafiah, dan E. H. Kardhinata. 2015. Uji F1 dari persilangan genotip antara beberapa varietas kedelai (Glycine max L. Merril) terhadap tetua masing-masing. Jurnal Online Agroteknologi. 3 (3) : 1169 – 1170. Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., et al. 2010. Biologi Edisi kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Devina, C. E., A. S Ramayana, dan Rusdiansyah. Studi Pola Segregasi Karakter Morfologi – Agronomi Tanaman Padi Hasil Persilangan Kultivar Pandan Ungu x Roti Pada F2. Jurnal Agroekoteknologi Tropikal Lembab. 1 (2) : 88 – 92. Ferial, E. W. 2013. Biologi Reproduksi. Yogyakarta : Erlangga. Hariyadi, Slamet. 2014. Genetika. Jember : Jember University Press. Ritonga, A. W., M. Syukur, R. Yuniati, dan Sobir. 2017. Pewarisan Sifat Beberapa Karakter Kualitatif dan Kuantitatif pada Hipokotil dan Kotiledon Cabai (Capsicum annuum L.). J.Argon. 45 (1) : 49 – 50.