Anti Koagulan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL MODUL 6 SOLUTIO ANTIKOAGULAN



DISUSUN OLEH : NAMA



: 1. FITRI ISNAWATI



(K100080134)



2. ABDINA SULISTYANING P.



(K100080134)



3. AGNISA SINARITA



(K100080149)



4. BAYU EKO T.



(K100040248)



KELOMPOK



: F. 6



KOREKTOR



:



LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 SOLUTIO ANTICOAGULANT



I.



Tujuan Mahasiswa mampu memehami cara membuat larutan anticoagulant.



II.



Tinjauan pustaka Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan. Antikoagulan yang paling banyak digunakan adalah warfarin dengan nama paten coumadin. Interaksi dibagi menjadi 2 kategori yaitu obat yang



meningkatkan



efek



antikoagulan



dan



obat



yang



menurunkan



antikoagulan. Antikoagulan adalah obat yang secara khas paling penting interaksinya dibandingkan dengan obat lainnya. (Harkness, 1989) Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Tindakan ini diperlukan sehubungan dengan beberapa penyakit dengan kecenderungan pembekuan darah guna pemeriksaan laboratorium ataupun guna transfusi. (Anief,1995) Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injeksi. Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat. Kemasan boleh lebih dari 1 liter. (Anonim,1979) Obat antikoagulant bekerja dengan melawan proses pembekuan darah seperti yang digambarkan pada proses koagulasi, digunakan untuk gangguan thromboemboli.



1. Heparin diberikan parenteral 5000-20000 unit. Digunakan untuk penyakit akibat thromboli, misal: paska infark, perdarahan pada paru-paru dan otak. 2. Kumarin, warfarin,dan irlandion/ fenidion: diberikan per oral, bekerja dengan cara menghambat faktor pembekuan yang memerlukan vitamain A. (Sutedjo, 2008) III.



Metode kerja 1. Alat dan Bahan Alat



Bahan



-



Timbangan



-



Glassware



- Acidum Citricum 1 H2O - Na Citrat Tribacicum 5



H2O -



Botol bening



- Glukosa p.i anhydrous



Autoclave



- Aqua p.i -



HCL 0,1 N



-



NaoH 0,1 N



-



Carbo adsorben



2. Formula R/



Acidum citricum 1 H2O



4,7



Na Citrat Tribacicum 5,5 H2O



16



Glukosa p.i anhydrous



25



Aqua p.i



ad



1000 ml



3. Cara Kerja Dicek apakah larutan isotonis atau tidak isotonis ↓ Dididihkan aqua, dilarutkan gula dalam keadaan panas ↓ Dilarutkan bahan lainnya dalam keadaan dingin ↓ Dicampur larutan gula no 3, ditambahkan sisa aquanya ↓ Diatur PH 5-6 jika kurang asam ditambahkan HCL 0,1 N, sedangkan bila kurang basa tambahkan NaOH 0,1 N ↓ Digojog larutan dengan carbo adsorben 0,1% diamkan, kemudian saring hingga jernih ↓ Dimasukkan ke dalam botol yang sesuai dan tutuplah ↓ Disterilisasikan dengan autuclave 120 o selama 20 menit ↓ Setelah dingin, dicek / uji larutan : PH, kebocoran, partikel asing,kejernihan ↓ Diberi etiket



4. Pembahasan Cara Kerja Pengecekan apakah larutan isotonis atau tidak karena syarat utama sediaan parenteral harus isotonis. Isotonis yaitu suatu keadaan dimana tekanan osmose sediaan sama dengan tekanan osmose di dalam tubuh. Jika hipotonis maka menyebabkan hemolisis, sedangkan jika hipertonos sel-sel akan mengkerut dan akan menimbulkan nyeri (sakit saat digunakan).  Bahan-bahan dilarutkan air panas untuk meningkatkan kelarutan bahan obatnya.  Larutan dicek pH 5-7 dimaksudkan agar larutan isohidris atau sesuai pH darah yang mempunyai range 5-7.  Digojog dengan carbo adsorben yang telah diaktifkan karena untuk meningkatkan daya serap terhadap benda atau partikel asing yang ikut terlarut sehingga diperoleh larutan yang jernih.  Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1200C selama 20 menit untuk menghilangkan atau mematikan mikroorganisme baik patogen maupun apatogen.  Dilakukan kontrol kualitas untuk mengetahui apakah sediaan antikoagulan tersebut memenuhi syarat atau tidak.



IV.



Hasil dan Pembahasan 1. Data Percobaan No.



Evaluasi



1



Uji pH



2



Uji kebocoran



Hasil 5 Tidak bocor



Keterangan Asam Tidak menimbulkan bercak pada kertas saring



3



Uji kejernihan



4



Uji partikel



Jernih Ada



asing



Tidak keruh Pada latar belakang hitam dan putih terlihat partikel bergerak



Kesimpulan: Pembuatan solitio anticoagulant belum memenuhi syarat uji partikel asing. 2. Perhitungan (fA / MA x a) + (fB / MB x b) + (fC / MC x c)



= 0,28



(1,5 / 210,40 x 4,7) + (1,8 / 294,40 x 16) + (1 / 198,17 x 25) = 0,28 0,34 + 0,098 + 0,126



= 0,28



0,258 < 0,28 (hipotonis) Maka perlu penambahan zat pengisotonis (glukosa) h = Mh / fh x [0,28 - (fA / MA x a) + (fB / MB x b) + (fC / MC x c)] = Mh / fh x (0,28 – 0,258) = 198,17/ 1 x 0,022 = 4,36 g/l



3. Analisa Data Sebelum membuat larutan antikoagulan, terlebih dahulu kita harus menghitung tonisitasnya dari formula yang ada. Dari hasil perhitungan, hasilnya 0,258 < 0,28 sehingga formula tersebut hipotonis dan harus ditambah glukosa p.i anhydrous sebesar 4,36 gram/liter agar menjadi larutan yang isotonis. Setelah menggunakan



pembuatan autoklaf.



formula,



Kemudian



dilakukan dilakukan



uji



sterilisasi



dengan



kontrol



kualitas



persyaratan sediaan parenteral dari larutan antikoagulan yang dibuat. Hasil dari kontrol kualitas tersebut, diperoleh pH larutan 5 ini yang dicek



dengan menggunakan pH stik. Pada pengecekan ini berarti larutan ini bersifat asam, sehingga memenuhi syarat, karena masuk dalam rentang pH 5-6 yang telah disyaratkan untuk larutan antikoagulan. Selanjutnya untuk



evaluasi



yang



kedua



adalah



kebocoran



botol,



dari



larutan



antikoagulan yang kami buat tidak terjadi kebocoran sehingga memenuhi persyaratan untuk digunakan. Untuk evaluasi ketiga yaitu evaluasi kejernihan, dari larutan antikoagulan yang kami buat, dilihat secara kasat mata jernih, sehingga memenuhi syarat kejernihan. Kemudian evaluasi yang selanjutnya yaitu uji partikel asing dengan latar belakang hitam dan putih, dari larutan antikoagulan yang kami buat terdapat partikel asing sehigga tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan. Dari seluruh pengujian diatas larutan antikoagulan yang kami buat tidak memenuhi persyaratan larutan parenteral sehingga tidak layak untuk digunakan.



V.



Kesimpulan 1. Formula bersifat hipotonis sehingga perlu penambahan glukosa 4,36 g/L agar isotonis. 2. Larutan antikoagulan yang kami buat tidak memenuhi syarat larutan perenteral sehingga tidak layak digunakan.



VI.



DAFTAR PUSTAKA Anief, Moh., 1987, Ilmu Meracik Obat dan Praktik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Harkness, Richard, 1989, Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung. Sutedjo, AY., 2008, Mengenal Obat-obatan secara Mudah dan Aplikasinya dalam Perawatan, Amara Books, Yogyakarta.