Antibodi Dengue IgG&IgM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Dwi Sri Yani Purwanti



NIM



: P07134014038



Semester



: IV



ANTIBODI DENGUE Ig G DAN Ig M RAPID TEST Tanggal Praktikum Tempat praktikum I.



: 2 Juni 2016 : Laboratorium Imunoserologi JAK



Tujuan Tes kualitatif untuk mendeteksi virus dengue Ns1 antigen dalam serum/plasma pasien guna membantu menetapkan diagnosa infeksi virus dengue.



II.



Metode Tes imunokromatografi untuk mendeteksi adanya antibodi IgG dan IgM virus dengue pada serum/plasma manusia secara imunologis.



III.



Prinsip Terjadinya reaksi antara antibodi IgG dan Igm dalam serum/ plasma dengan rekombinan virus dengue sebagai antigen yang akan menimbulkan garis warna pada alat rapid test.



I.



DASAR TEORI Virus dengue adalah flavivirus yang ditularkan oleh nyamuk aedes (Aedes aegypti dan Aedes albopictus). Ada empat serotipe erat terkait tetapi antigen yang berbeda dari virus Dengue (DEN-14). Virus Dengue ini terdiri dari 3 protein struktural yaitu membran (M), kapsul (C), envelope (E) dan tujuh nonstruktural protein yaitu NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5. Infeksi setiap serotipe menyebabkan spektrum klinis mulai dari infeksi tanpa gejala, demam tidak berdiferensiasi dan demam berdarah klasik (DF) manifestasi sama mengancamnya seperti demam berdarah dengue (DBD) berlanjut ke dengue shock syndrome (DSS) (Nivedita Gupta. 2012).



Dengue adalah penyakit virus endemik yang mempengaruhi daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Infeksi dengue disertai demam non spesifik yang meniru penyakit virus lainnya. Namun, menurut WHO demam definisi kasus dengue (DF) didefinisikan sebagai penyakit demam akut dengan dua atau lebih manifestasi antara sakit kepala, retro-orbital sakit, mialgia, artralgia, ruam, manifestasi perdarahan dan leukopenia. demam berdarah dengue (DBD) didefinisikan sebagai 2- 7 hari dari penyakit demam akut dengan perdarahan, trombositopenia dan bukti kebocoran plasma. Ketika semua fitur DBD yang hadir bersama dengan kegagalan sirkulasi maka pasien dikategorikan sebagai dengue shock syndrome (DSS) (Dharitri Mahapatra, 2014). Infeksi virus dengue menyebabkan timbulnya respon imun baik respon imun yang didapat (humoral dan seluler). Respon Imun bawaan melibatkan berbagai sel dalam sistem imun bawaan misalnya monosit, leukosit, polimorfonuklear, natular killer cell. Respon imun humoral diperankan oleh antibodi sedangkan respon imun seluler diperankan oleh MHC class II- restricted CD4 T cells dan MHC class I- restricted CD 8 T cells (Valéry Ridde. 2016). Tes



antigen



dengue,



adalah



pemeriksaan



yang



bertujuan mendeteksi langsung antigen virus dengue. Tes ini sangat berguna untuk mendeteksi infeksi virus dengue pada fase akut ; segera setelah terjadi infeksi. Namun demikian, tes antigen dengue tidak dapat membedakan infeksi dengue primer dari infeksi dengue sekunder (Om Prakash. 2015).



II.



ALAT DAN BAHAN a. Alat:  Pipet tetes atau mikropipet 5 μl  Yellow tip



 Timer b. Bahan:  Device test Dengue IgG dan IgM test (merek: SD BIOLINE)  Diluent  Tissue c. Sampel  Serum atau Plasma (EDTA, heparin/citrate) (Bila tidak segera diperiksa maka serum dapat disimpan pada suhu 2-80C sampai 48 jam atau suhu -200C. Sampel tidak dapat digunakan jika hemolisis, lipemik dan kontaminasi bakteri). III.



CARA KERJA 1. Bahan dan sampel diletakkan di suhu ruang sebelum digunakan 2. Test device dibuka dan diletakkan di tempat yang datar serta kering 3. Serum/plasma dipipet 5μl, dimasukkan pada sampel well bertanda “S” 4. Diluent well ditambahkan 3 – 4 tetes diluent 5. Hasil dibaca pada 15 – 20 menit Catatan: tidak direkomendasikan test dibaca lebih dari 20 menit. Pembacaan hasil terlalu lama/lebih dari 20 menit dapat memberi hasil salah.



IV.



INTERPRETASI HASIL  Negative : Hanya terdapat garis pada control line saja  IgM Positive Terdapat garis pada Control line (C) dan IgM line (M). Ini berarti positif pada IgM antibodi virus dengue dan mengindikasikan 



infeksi primer dengue. IgG Positive Terdapat garis pada Control line (C) dan IgG line (G). Ini berarti positif pada IgG antibodi virus dengue dan mengindikasikan







infeksi sekunder dengue. IgG dan IgM Positive



Terdapat garis pada Control line (C) dan IgG line (G) dan IgM line (M). Ini berarti positif pada IgG dan IgM antibodi virus 



dengue dan mengindikasikan infeksi primer dan sekunder dengue. Invalid Tidak terdapat garis pada control atau hanya ada garis pada test line saja.



V.



HASIL PENGAMATAN Data Probandus : Nama (I) : Kede 401 Jenis kelamin :X Sampel : Serum Hasil Pemeriksaan : Positif (+) IgG dan IgM Nama (II) Jenis kelamin Umur Sampel Hasil



terdapat



garis pada line ‘C’, ‘G’ dan ‘M’ :Agnes Anggita Permata Sari : Perempuan : 19 tahun : Serum : Positif (+) IgG terdapat 2 garis pada line ‘C’ dan‘G’



Gambar :



Dilluent yang digunakan



3



Rapid test yang digunakan



Serum yang diperiksa (kode 401)



Serum yang diperiksa (Agnes Anggita)



*Kode sampel : 401



Didapatkan hasil positif (+) IgG dan IgM dimana terdapat 3 garis pada daerah Control, G Test Line dan M Test Line Tempat



(sumur)



untuk



memasukkan sampel *Kode sampel : Agnes Anggita



Didapatkan hasil positif (+) IgG dimana terdapat 2 garis pada daerah Control dan G Test Line



Tempat



(sumur)



untuk



memasukkan sampel



VI.



PEMBAHASAN Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam yang disertai perdarahan bawah kulit, selaput hidung dan lambung, yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh empat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae dengan daya infeksi tinggi pada manusia. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada



proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue. Setelah seseotang digigit nyamuk aedes terinfeksi, virus dengue bereplikasi cepat sebelum perkembangan tanda-tanda dan gejala. NS1 Ag beredar seragam di semua serotipe virus dengue dan beredar pada tingkat tinggi selama beberapa hari saat sakit. Ini merupakan alasan untuk tingkat deteksi tinggi NS1Ag di fase akut (pemeriksaan dini), setelah menurun secara bertahap akan terbentuk antibodi dan dapat dideteksi setelah 3-5 hari (Dharitri Mahapatra, 2014). Infeksi virus dengue menyebabkan timbulnya respon imun baik respon imun yang didapat (humoral dan seluler). Respon Imun bawaan melibatkan berbagai sel dalam sistem imun bawaan misalnya monosit, leukosit, polimorfonuklear, natular killer cell. Respon imun humoral diperankan oleh antibodi sedangkan respon imun seluler diperankan oleh MHC class II- restricted CD4 T cells dan MHC class I- restricted CD 8 T cells (Valéry Ridde. 2016). Dalam tubuh manusia virus dengue berkembang biak didalam sel retikuloendotelial, kemudian terjadi viraemia yang diikuti dengan respon imun terhadap virus dengue baik humoral maupun seluler. Virus bersirkulasi dalam darah perifer di dalam sel monosit, sel limfosit B dan sel limfosit T. Sebagi reaksi terhadap infeksi virus, tubuh akan membuat antibodi anti-dengue, baik berupa anti netralisasi, anti-hemaglutinasi dan anti komplemen. Diduga bahwa kebocoran vaskuler pada DBD disebabkan oleh pelepasan sitokin (IL-1β dan TNF-α) serta PAI oleh monosit dan pelepasan IL-2, IL-1β serta TNF-α oleh limfosit T yang terinfeksi oleh infeksi virus tersebut (Valéry Ridde. 2016). Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, untuk Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue sekitar tiga sampai lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam dalam satu sampai tiga minggu serta dapat dideteksi



sampai tiga bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua minggu sesudah infeksi. Titer IgG ini meningkat cepat, kemudian menurun secara lambat dalam waktu yang lama dan biasanya bertahan seumur hidup. Pada infeksi sekunder terjadi reaksi anamnestik dari pembentukan antibodi, khususnya dari kelas IgG dimana pada hari kedua saja, IgG ini sudah dapat meningkat tajam. Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik ini berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue. Kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi. Hasil negatif bisa saja muncul mungkin karena pemeriksaan dilakukan pada awal terjadinya infeksi. IgM akan tidak terdeteksi 30-90 hari setelah infeksi, sedangkan IgG dapat tetap terdeteksi seumur hidup. IgM yang positif memiliki nilai diagnostik bila disertai dengan gejala yang mendukung terjadinya demam berdarah. Pemeriksaan IgG dan IgM ini juga bisa digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer atau sekunder Dengue primer terjadi pada pasien tanpa riwayat terkena infeksi dengue sebelumnya. Pada pasien ini dapat dideteksi IgM muncul secara lambat dengan titer yang rendah. Sedangkan dengue sekunder terjadi pada pasien dengan riwayat paparan virus dengue sebelumnya dengan serotipe yang sama atau dengan serotipe yang berbeda. Kekebalan terhadap virus dengue yang sama atau homolog muncul seumur hidup. Setelah beberapa waktu bisa terjadi infeksi dengan virus dengue yang berbeda. Pada awalnya akan muncul antibodi IgG, sering pada masa demam, yang merupakan respon memori dari sel imun. Selain itu juga muncul respon antibodi IgM terhadap infeksi virus dengue yang baru. Sampel yang dipergunakan dapat berupa serum ataupun plasma dari antikoagulan EDTA, hepparin/sitrat, penggunaan plasma dalam pemeriksaan IgG/IgM ini diperbolehkan karena antikoagulan yang dipergunakan tidak mempengaruhi hasil dari pemeriksaan yang tidak akan menggangu proses pengamatan hasil. Namun sampel yang ikterik,



lipaemik dan lisis tidak dianjurkan untuk digunakan karena dapat menggangu proses atau hasil dari pemeriksaan ini. Pada praktikum pemeriksaan Antibodi Dengue IgG & IgM rapid test, terdapat 3 garis yaitu control line “C”, IgM test line “M”, dan IgG test line “G”. Dimana pada ketiga garis tersebut mengandung Gold Conjugates yaitu rekombinan dari virus dengue protein gold-colloin, pada garis “M” mengandung Mouse monoclonal anti-human IgM, pada garis “G” mengandung Mouse monoclonal anti-human IgG, sedangkan pada garis kontrol “C” mengandung Rabbit anti-Dengue IgG. Dan untuk diluent assay terdiri dari 5 mL buffer fosfat 100mM dan sodium azide 0,01 % (b/b). Terbentuknya garis warna terjadi karena antibodi IgG/IgM pada serum atau plasma, berikatan dengan rekombinan virus dengue sebagai antigen yang melekat pada membran strip. Sehingga antibodi dalam serum akan terkonjugasi gold colloid dan bergerak sepanjang membran pada kaset ke daerah test (G dan M) sehingga terjadi reaksi membentuk senyawa kompleks dan terbentuk garis warna. Sisa rekombinan virus dengue yang belum berikatan dengan antibodi IgG/IgM dan gold colloid akan menuju daerah kontrol (C). Sehingga pada daerah kontrol (C) akan terbentuk senyawa kompleks yang ditandai dengan terbentuknya garis warna. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan (IgG/IgM) : 1. Antikoagulan ( EDTA, Heparin, citrate) tidak mempengaruhi hasil test. 2. Gunakan pipet kapiler dan tip mikropipet yang berbeda untuk setiap sampel untuk menghindari kontaminasi silang. 3. Sampel yang ikterik, hemolsis, lipemik dan mengandung factor rheumatoid dapat memberikan hasil uji yang tidak sesuai. VII.



SIMPULAN Dari Praktikum pemeriksaan antibodi dengue IgG dan IgM pada sampel pasien dengan kode 401 didapatkan hasil positif (+) IgG dan



IgM dan pada sampel atas nama Agnes Anggita didapatkan hasil positif (+) IgG.



VIII. DAFTAR PUSTAKA Gupta, Nivedita. 2012. Dengue in India. [online]. Tersedia : http://icmr.nic.in/ijmr/2012/september/0905.pdf Diakses 27 Mei 2016 Mahapatra, Dharitri. 2014. NS1 Antigen Capture ELISA an Effective Method for Diagnosis of Early Dengue Infection - Report of an Outbreak at Angul District, Odisha, India. [online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4 190715/ Diakses 30 Mei 2016 Mallhi, Tauqeer Hussain. 2015. Clinico-laboratory spectrum of dengue viral infection and risk factors associated with dengue hemorrhagic fever: a retrospective study. [online]. tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4590689/ 03 Juni 2016 Om Prakash. 2015. Observation on dengue cases from a virus diagnostic laboratory of a tertiary care hospital in north India.



[online].



http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc



tersedia



:



/articles/PMC4795350/



03 Juni 2016 Ridde, Valéry. 2016. Presence of three dengue serotypes in Ouagadougou (Burkina Faso): research and public health implications. [online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC4820922/ Diakses 27 Mei 2016