Artikel Limfoma Hodgkin Di Indonesia 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Limfoma Hodgkin Di Indonesia (Termasuk Penatalaksanaan Terapi) Oleh Olivia Mendrova Sitorus (20334719) ABSTRAK Limfoma Hodgkin (LH) adalah keganasan pada sistem limfoid tepatnya pada limfosit sel B yang disebabkan oleh mutasi gen. Penatalaksanaan limfoma Hodgkin (LH) berbeda-beda sesuai dengan tipe dan stadiumnya dengan modalitas penatalaksanaan yang terdiri atas radioterapi, kemoterapi dan terapi kombinasi.  PENDAHULUAN Limfoma Hodgkin merupakan salah satu jenis limfoma yang dibedakan berdasarkan keberadaan jenis sel kanker tertentu yang disebut sel Reed-Sternberg dengan tampilan yang secara histopatologis, ditambah dengan latar belakang sel radang pleomorfik (limfosit, eosinofil, sel plasma, dan histiosit). World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan limfoma Hodgkin ke dalam beberapa tipe, yaitu tipe klasik (subtipe nodular sclerosing, subtipe mixed cellularity, subtipe lymphocyte depleted, subtipe lymphocyte rich), dan tipe nodular lymphocyte predominant. Limfoma Hodgkin tipe klasik merupakan tipe limfoma Hodgkin yang paling sering dijumpai, yakni 95% dari keseluruhan limfoma Hodgkin. Berdasarkan data GLOBOCAN tahun 2018 tercatat 1047 limfoma Hodgkin kasus baru di Indonesia, dengan persentase kasus baru adalah 0,30% dan angka mortalitas adalah 0,28%. Insidensi Limfoma Hodgkin bervariasi berdasarkan usia, kasus tertinggi dijumpai pada kelompok usia 15-30 tahun dan usia di atas 50 tahun. Sebesar 60% diantarany terjadi pada pria. PEMBAHASAN Gejala limfoma Hodgkin yang paling mudah dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening, yaitu munculnya benjolan yang tidak terasa nyeri pada daerah leher, ketiak, atau selangkangan. Selain itu



bisa juga demam, lemas, gatal, berkeringat pada malam hari, berat badan menurun, pembesaran organ limfa, batuk, nyeri dada dan sesak nafas. Penentuan diagnosis berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang terdiri atas pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi seperti foto polos, Computerized Tomography (CT scan), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), Positron Emission Tomography (PET scan). Pemeriksaan biopsi untuk pemeriksaan histopatologis, dan pemeriksaan imunohistokimia. Sebagian besar Limfoma Hodgkin ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan salah satu penyulit dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal merupakan faktor penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis terapi, baik kemoterapi ataupun radioterapi. Penatalaksanaan Limfoma Hodgkin



Penatalaksanaan limfoma Hodgkin (LH) berbeda-beda sesuai dengan tipe dan stadiumnya dengan modalitas penatalaksanaan yang terdiri atas radioterapi, kemoterapi dan terapi kombinasi. European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) mengelompokkan penderita limfoma hodgkin klasik ke dalam 3 stage berdasarkan atas kriteria yang terdiri atas stadium LH dengan ada atau tidak adanya faktor risiko, yakni early stage favorable (Stadium I-IIA, tanpa faktor risiko), early-stage unfavorable (Stadium I-IIA, lebih dari 1 faktor risiko), advanced-stage disease (Stadium IIB, III, dan IV). 1. Early-Stage Favorable. Penatalaksanaan LH klasik early-stage favorable dilakukan dengan pemberian kemoterapi regimen ABVD (Adriamycin 25 mg/ m2, IV, hari ke-1 dan 15; Bleomycin 10 mg/ m2, IV, hari ke-1 dan 15; Vinblastine 6 mg/ m2, IV, hari ke-1 dan 15; Dacarbazine 375 mg/ m 2, IV, hari ke-1 dan 15) dalam 2 siklus dan diikuti dengan pembe- rian radioterapi sebesar 20 Gy. 2. Early-Stage Unfavorable



Penatalaksanaan LH klasik early-stage unfavorable dilakukan dengan pemberian kemoterapi regimen ABVD (Adriamycin 25 mg/ m 2, IV, hari ke-1 dan 15; Bleomycin 10 mg/ m 2, IV, hari ke-1 dan 15; Vinblastine 6 mg/ m2, IV, hari ke-1 dan 15; Dacarbazine 375 mg/ m 2, IV, hari ke-1 dan 15) dalam 4 siklus dan diikuti dengan pemberian radioterapi sebesar 30 Gy. Penatalaksanaan lainnya yang lebih intensif yaitu dengan pemberian kemoterapi regimen BEAC- OPP (Bleomycin 10 mg/ m 2, IV, hari ke-1 dan 8; Etoposide 200 mg/ m2, IV, hari ke-1 sampai 3; Adriamycin 35 mg/ m2, IV, hari ke-1; Cyclophosphamide 1.250 mg/ m2, IV, hari ke-1; Oncovin 1,4 mg/ m 2, IV, hari ke-1 dan 8; Procarbazine 100 mg/ m2, oral, hari ke-1 sampai 7; Prednisone 40 mg/ m 2, oral, hari ke-1 sampai 14) dengan dosis meningkat dalam 2 siklus serta diikuti dengan pemberian kemoterapi regimen ABVD dalam 2 siklus dan radioterapi sebesar 30 Gy. 3. Advanced-Stage Disease. Penatalaksanaan LH klasik advanced-stage disease dilaku- kan dengan pemberian kemoterapi regimen ABVD atau BEACOPP dalam 6 sampai 8 siklus dan diikuti dengan pemberian radioterapi jika ukuran limfoma > 1,5 cm setelah pemberian kemoterapi regimen ABVD atau > 2,5 cm setelah pemberian kemoterapi regimen BEACOPP. 4. LH tipe nodular lymphocyte predominant. Penatalaksanaan LH tipe nodular lymphocyte predominant berbeda dengan penatalaksanaan LH klasik oleh karena LH tipe ini memiliki karakteristik biologis yang berbeda dengan LH klasik oleh karena adanya CD20. Pada penderita dengan stadium IA tanpa ada- nya faktor resiko, dapat dilakukan pengangkatan kelenjar getah be- ning yang diikuti dengan watchful waiting atau pemberian radioterapi sedangkan pada penderita dengan stadium yang lebih lanjut, dapat dilakukan pemberian kemoterapi regimen ABVD yang dikombi- nasikan dengan Rituximab. Tata Laksana Limfoma Hodgkin Pada Populasi Khusus 1. Tatalaksana Limfoma Hodgkin Pada Penderita Dengan Penyakit Jantung Paru Penderita limfoma Hodgkin dengan penyakit jantung atau paru harus menjalani pemeriksaan menyeluruh terkait fungsi paru dan jantung. Regimen Bleomycin harus ditiadakan untuk mencegah menurunnya kapasitas paru. 2. Tatalaksana Limfoma Hodgkin Pada Ibu Hamil Penderita limfoma Hodgkin yang sedang hamil perlu tatalaksana khusus agar tidak membahayakan ibu dan janin. Ibu hamil tidak boleh menjani pemeriksaan radiologi yang berisiko menimbulkan paparan radiasi, namun sebatas pemeriksaan foto polos dada dan ultrasonografi (USG) masih diperbolehkan. Pada ibu hamil penderita limfoma Hodgkin yang asimtomatis sebaiknya tidak dikemoterapi apalagi pada triemester pertama. Pada ibu hamil yang bergejala dapat diberikan vinblastine setiap 2 sampai 4 minggu sekali untuk mengontrol penyakit. Pada ibu hamil yang resisten dengan vinblastine maka regimen yang dipilih adalah AVBD yang paling aman untuk kehamilan. 3. Tatalaksana Pada Penderita HIV Penderita limfoma Hodgkin stadium lanjut yang disertai dengan infeksi HIV merespon baik dengan regimen kemoterapi standar (ABVD atau BEACOPP) yang dikombinasikan dengan highly active antiretroviral therapy (HAART). Tatalaksana limfoma Hodgkin pada penderita HIV antara lain, dua nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs) dikombinasikan dengan inhibitor protease, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (non NRTI), atau viral fusion inhibitor. KESIMPULAN Limfoma Hodgkin (LH) merupakan salah satu penyakit yang memiliki tanda dan gejala yang tidak spesifik. Diagnosis LH dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaa histopatologis dengan ditemukannya sel reed stenberg yang merupakan sel ganas limfosit B. Penatalaksanaan limfoma Hodgkin (LH) berbeda-beda sesuai dengan tipe dan stadiumnya dengan modalitas penatalaksanaan yang terdiri atas radioterapi, kemoterapi dan terapi kombinasi.



DAFTAR PUSTAKA 1. Infodatin. Data dan kondisi penyakit limfoma di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. ISSN.2015;2445-8.



2. GLOBOCAN. World. International Agency for Research on Cancer. 2018. Available at https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/900-world-fact-sheets.pdf. 3. GLOBOCAN. Indonesia. International Agency for Research on Cancer. 2018. Available at https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf. 4.  Lash BD. Hodgkin Lymphoma. Emedicine.medscape.com. 2018. Available at https://emedicine.medscape.com/article/201886-overview#showall 5. Kaseb H, Babiker HM. Cancer, Hodgkin lymphoma. NCBI. 2019. Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499969/ 6. Hodgkin Lymphoma Guidelines: Diagnosis, Staging, Risk Stratification [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2016 [Tanggal akses: 20 Juli 2021]. Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/2500018-overview#showall 7. McDade L. Classical Hodgkin’s Lymphoma: Pathogenesis and Future Treatment Directions. Res Medica. 2015;23(1):47-57p 8. Hodgkin Lymphoma: Practice Essentials, Background, Pathophysiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2016 [Tanggal akses: 20 Juli 2021]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/201886-overview#showall 9. Ansell SM. Hodgkin Lymphoma: Diagnosis and Treatment. Mayo Clin Proc. 2015;90(11):1574-1583p 10. Maranatha D, Bestari B. Problema diagnostik dan respon kemoterapi pada seseorang ppenderita classical limfoma Hodgkin tipe mixed cellularity dengan temporary spontaneous regression. Jurnal Respirasi. 2017;3(1):1-5.



.