Artikel Skripsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LATAR, ALUR, TOKOH, TEMA, DAN AMANAT DALAM KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2013 DIANA DAUL 12413004 [email protected] Universitas Katolik Widya Mandala Madiun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia- FKIP ABSTRACT Research there eight short story in the short story of Compass selection 2013 aims to describe the background, plot of characters, themes, and mandates descriptively qualitative research results. research result (1) the setting of the three aspects of a place setting, time setting, social setting. Background occurs in the morning, afternoon, afternoon, and evening. While the social setting occurs in the middle class and upper middle class society. (2) there are six short stories with progressive grooves and two regressive short stories. (3) figures are parents, teens, and children are described dramatically and expositoryly. (4) there are major themes and minor themes, and (5) the message teaches us to always do good, think positive, and be grateful for what we have.



Keywords: Short story, Background, Groove, People, Theme, and the Message.



1



2



ABSTRAK



Penelitian terdapat delapan cerpen dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013 bertujuan untuk mendeskripsikan latar, alur, tokoh, tema dan amanat. Secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian (1) latar tempat tiga aspek yaitu latar tempat, latar waktu, latar sosial. Latar tempat terjadi lingkungan sekolah, kampus, rumah, dan tempat umum lainnya. Latar terjadi pada waktu pagi, siang, sore, dan malam hari. Sedangkan latar sosial terjadi di kalangan masyarakat kelas menengah dan masyarakat kelas menengah atas. (2) terdapat 6 cerpen dengan alur progresif dan 2 cerpen regresif. (3) tokoh adalah orang tua, remaja, dan anak-anak digambarkan secara dramatik dan ekspositori. (4) terdapat tema mayor dan tema minor, dan (5) amanat mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik, berpikir positif, dan mensyukuri apa yang kita miliki.



Kata kunci: Cerpen, Latar, Alur, Tokoh, Tema, dan Amanat.



3



A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Mulyasa (2010: 34) menyatakan tujuan pengajaran sastra dalam kurikulum SMA (KTSP) adalah siswa dapat keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.



2. Pembatasan Masalah Cerpen sebagai karya yang utuh dibangun dari dua unsur utama yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Peneliti memusatkan unsur intrinsik meliputi: latar, alur, tokoh, tema, dan amanat. selanjutnya yang termasuk unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang ada di luar seperti situasi politik yang berpengaruh dalam proses penciptaan. 3. Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.



Bagaimana cerpen Alesia karya Sungging Raga tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013?



2.



Bagaimana cerpen Serigala di Kelas Almira karya Triyanto Triwikromo tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013?



3.



Bagaimana cerpen Malam Hujan Bulan Desember karya Guntur Alam tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013?



4.



Bagaimana cerpen Trilogi karya A Muttaqin tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013?



5.



Bagaimana cerpen Pengacara Pikun karya Gerson Poyk tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013?



4



6.



Bagaimana cerpen Aku Pembunuh Munir karya Seno Gumira Ajidrma tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat Cerpen Pilihan Kompas 2013?



7.



Bagaimana cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang karya Intan Paramaditha tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat Cerpen Pilihan Komps 2013?



8.



Bagaimana cerpen Lelaki Ragi dan Perempuan Santan karya Damhuri Muhammad tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013?



4.



Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:



1.



Mengetahui dan mendeskripsikan cerpen Alesia karya Sungging Raga tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013.



2.



Mengetahui dan mendeskripsikan cerpen Serigala di Kelas Almira karya Triyanto Triwikromo tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013.



3.



Mengetahui dan mendeskripsikan cerpen Malam Hujan Bulan Desember karya Guntur Alam Tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013.



4.



Mengetahui dan mendeskripsikan cerpen Trilogi karya A Muttaqin tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013.



5.



Mengetahui dan mendeskripsikan cerpen Pengacara Pikun karya Gerson Poyk tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013.



6.



Mengetahui dan mendeskripsikan Aku, Pembunuh Munir karya Seno Gumira Ajidarma tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013.



7.



Mengetahui dan mendeskripsikan Klub Solidaritas Suami Hilang karya Intan Paramaditha tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013.



5



8.



Mengetahui dan mendeskripsikan Lelaki Ragi dan Perempuan Santan karya Damhuri Muhammad tentang latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013.



B. Kajian Pustaka A. Pengertian Cerpen 1.



Pengertian Cerpen Dalam kajian pustaka ini, dibahas beberapa teori yang relevan dengan



penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut meliputi (1) pengertian dan macam cerpen, (2) ciri-ciri cerita pendek, (3) unsur-unsur pembangun cerita pendek, terutama unsur yang menjadi sasaran peneliti, yakni: (a) latar, (b) alur, (c) tokoh, (d) tema, (e) amanat. Banyak ahli sastra di Indonesia merumuskan cerita pendek. Mereka berpendapat dengan argumentasinya masing-masing. Berikut ini dikemukakan kutipan mengenai pengertian cerita pendek yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Jassin (1961: 64) memberikan batasan bahwa cerita pendek adalah: Cerita yang pendek. Untuk menentukan panjang pendeknya suatu cerita yang pendek, H.B Jassin tidak memberikan batasan secara pasti tetapi ia memberikan suatu gambaran bahwa cerita yang panjang sepuluh atau dua puluh halaman masih dapat dikatakan cerita pendek, tetapi ada juga cerita pendek yang panjangnya hanya satu halaman.



2. Macam Cerita Pendek Menurut Lubis (1960: -15) cerpen dapat dibedakan menjadi dua yaitu quality stories dan commercial stories. Cerpen yang tergolong quality storie adalah cerpen yang mempunyai nilai kesusasteraan



karena



dikerjakan



secara



sungguh-sungguh



tanpa



mempertimbangkan cerpennya itu dibayar atau tidak. cerpen yang tergolong commercial stories adalah cerpennya yang digarap untuk tujuan komersial, misalnya cerpen-cerpen yang dimuat dalam majalah-majalah populer.



6



B. Ciri-ciri Cerita Pendek Menurut pendapat Sumardjo dan Saini, K. M. (1986: 36) ciri-ciri cerpen adalah ceritanya pendek, bersifat rekaan (fiction), bersifat naratif, memiliki kesan tunggal.



Menurut



Mochtar



Lubis



(1960:



46-47)



dalam



cerpen



harus



menggandung: 1) Interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2) Menimbulkan satu effect dalam pikiran pembaca. 3) Menimbulkan perasaan pada pembaca, bahwa pembaca merasa terbawa oleh jalan cerita dan cerita pendek pertama-tama menarik perasaan, dan baru kemudian menarik pikiran. 4) Detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca. C. Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek Sebagai karya sastra cerita pendek dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Menurut Nurgiyantoro (1998: 23) bahwa: Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra seperti peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.



Berikut ini secara khusus diuraikan unsur intrinsik yang membangun karya sastra (cerita pendek) sesuai dengan masalah dalam peneliti. Unsur tersebut meliputi latar, alur, tokoh, tema, dan amanat.



7



1. Latar a. Pengertian latar Aminuddin (1987: 67) mengatakan bahwa (setting) adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. a. Unsur latar Nurgiyantoro (1998: 227) mengatakan bahwa terdapat tiga unsur dalam latar, yaitu tempat, waktu, dan sosial. 1) Latar Tempat Latar tempat mengacu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan berupa tempattempat dengan nama tertentu, inisial, dan mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar tempat nama jelas, biasanya hanya penyebutan jenis dari sifat umum tempat-tempat tertentu, misalnya desa, sungai, jalan, hutan, kota, kecamatan, dan sebagainya.



2) Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.



3) Latar Sosial latar sosial cenderung berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkungan yang cukup kompleks seperti kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.



8



2. Alur a. Pengertian Semi (1988: 43) mengungkapkan bahwa alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. b. Jenis-Jenis Alur Menurut Nurgiyantoro (1998: 153) alur dapat dibedakan menjadi tiga kriteria, yaitu alur berdasarkan urutan waktu, berdasarkan jumlah alur, dan berdasarkan kepadatan alur. Berdasarkan kriteria alur dibedakan menjadi dua alur kronologis dan tak kronologis. Alur kronologis (lurus/maju) yaitu alur yang peristiwapristiwanya disusun secara urut, misalnya alur awal, alur tengah, dan alur akhir, sedangkan alur tak kronologis disebut alur sorot-balik, mundur, atau flash-back adalah urutan cerita tidak di mulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Alur campuran terjadi karena dalam karya sastra (cerpen dan novel) tidak ada yang mutlak beralur lurus-kronologis atau sebaliknya sorot baik. Secara garis besar alur cerpen atau novel mungkin progresif, tetapi di dalamnya betapun kadar kejadiannya terdapat adengan-adengan sorot balik. Demikian pula sebaliknya. Cerita yang langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik, padahal pembaca belum dibawa masuk-mengetahui situasi dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik baru kemudian peristiwa-peristiwa yang secara kronologis diceritakan sesudahnya. c.



Pembagian Alur



Semi (1988: 44) mengatakan bahwa pada umumnya alur terbagi menjadi empat bagian, yaitu alur buka, alur tengah, alur puncak, dan alur tutup. Keempat bagian alur tersebut akan diuraikan sebagai berikut.



9



1) Alur buka, yaitu situasi mulai terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya. 2) Alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak kearah kondisi yang memuncak 3) Alur puncak, yaitu kondisi mencapai titik sebagai klimaks peristiwa. 4) Alur tutup, yaitu kondisi memuncak sebelum mulai menampakkan pemecahan atau penyelesaian. 3. Tokoh a. Pengertian Karya fiksi merupakan ciptaan pengarang



meskipun dapat juga



merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata. Wiyatmi (2006: 30) mengatakan bahwa tokoh adalah tokoh-tokoh itu memiliki “kehidupan” atau berciri “hidup”, atau memiliki derajat lifelikeness (kesepertian kehidupan). Sementara Aminuddin (1987: 79) mengatakan tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.



b. Jenis-jenis Tokoh Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Selanjutnya tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Seperti yang di kemukakan oleh Nurgiyantoro bahwa peranan tokoh dibedakan menjadi dua tokoh utama dan tokoh tambahan (1998: 176).



c. Teknik Pelukisan Tokoh Banyak cara atau teknik yang digunakan pengarang untuk melukiskan tokoh dalam cerita. Nurgyantoro (1998: 194) mengemukakan teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra dapat dibedakan dalam dua cara yaitu:



10



Teknik ekspositori dan teknik dramatik. Teknik ekspositori yaitu memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita dihadirkan pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. Teknik dramatik yaitu penampilan tokoh dalam teknik dramatik dilakukan secara eksplisit sifat dan sikap tingkah laku tokoh melainkan dengan dialog atau percakapan setiap tokoh. Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik, yaitu dengan (a) teknik cakapan, (b) teknik tingkah laku, (c) teknik pikiran dan perasaan, (d) teknik arus kesadaran, (e) teknik reaksi tokoh, (f) teknik reaksi tokoh lain, (g) teknik pelukisan latar, (h) teknik pelukisan fisik (Nurgiyantoro, 1998: 201-210). 4. Tema a. Pengertian Tema Harymawan dalam (Wiyatmi, 2006: 49) tema merupakan rumusan intisari cerita sebagai ladasan idiil dalam menentukan arah tujuan cerita . Selanjutnya Sumardjo dan Saini K.M (1986: 56) dalam bukunya Apresiasi kesusastran, mengemukakan tema adalah ide yang ada pada sebuah cerita. Nurgiyantoro dalam bukunya Teori Pengkajian Fiksi mengemukakan tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. “Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran



atau



ketidakhadiran



peristiwa-konflik-situasi



tertentu,



termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak”.



11



b. Macam-macam Tema Nurgiyantoro (1998: 77) menyebut pengkategorian berdasarkan tiga sudut pandang yaitu pengolongan dikhotomis yang bersifat tema tradisional dan tema nontradisional dan penggolongan dari tingkat keutamaannya yaitu tema mayor dan minor. 1) Penggolongan dikhotomis bersifat tema tradisional dan tema nontradisional a. Tema Tradisional Tema tradisional adalah tema yang menunjuk pada tema yang hanya ”itu-itu” saja, dalam arti ia telah lama dipergunakan dan dapat digunakan dalam berbagai cerita, termasuk cerita lama. b. Tema Nontradisional Tema nontradisional adalah tema yang mungkin tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan bahkan mengesalkan, mengecewakan, atau berbagai reaksi afektif yang lain. 2) Berdasarkan Tingkat Keutaman Tema a. Tema Mayor Tema mayor adalah makna pokok sebuah cerita atau gagasan dasar umum karya sastra (novel dan cerpen). b. Tema Minor Tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada bagianbagian tertentu cerita dapat diidentifikasikan sebagai makna bagian atau makna tambahan dalam sebuah cerita. 5. Amanat a. Pengertian Menurut Sudjiman (1984: 5) amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Wiyatmi (2006: 49) amanat adalah pada dasarnya merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton.



12



a. Jenis Amanat Karya sastra yang bentuk seperti cerpen, novel, dan roman tentunya ada amanat atau pesan yang disampaikan pengarang tidak terlepas dari persoalan hidup manusia. Nurgiyantoro (1998: 323) mengemukakan jenis pesan moral yaitu: Dapat mencakup masalah hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Persoalan manusia dengan diri sendiri dapat berwujud eksistensi diri, harga diri, rasa percaya, takut, maut, rindu, dendam, kesepian, keterombang-ambing antara beberapa pilihan, dan lain-lain yang lebih bersifat melibat ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu. Persoalan manusia dengan manusia lain dapat berwujud persahabatan yang kokoh ataupun rapuh, kesetiaan, penghianatan, kekeluargaan dan yang berkaitan dengan hubungan sosial. Persoalan manusia dengan Tuhannya dapat berwujud keyakinan, manusiawi, dan keagamaan.



b. Bentuk Penyampaian Amanat Nurgiyantoro (1998: 335) Secara umum dapat mengatakan bahwa bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi mungkin bersifat langsung, atau sebaliknya tak langsung. Kedua bentuk penyampaian amanat atau pesan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.



1) Bentuk Penyampaian Langsung



Bentuk penyampaian yang bersifat langsung, boleh dikatakan identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, atau penjelasan, expository. Jika dalam teknik uraian pengarang secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokoh(-tokoh) cerita yang bersifat “memberi tahu” atau memudahkan pembaca untuk memahaminya, hal yang demikian



13



juga terjadi dalam penyampaian pesan moral. Artinya, moral yang ingin disampaikan, atau diajarkan, kepada pembaca itu dilakukan secara langsung dan ekspilisit. Pengarang, dalam hal ini, tampak bersifat menggurui pembaca, secara langsung memberikan nasihat dan petuahnya. Dilihat dari segi kebutuhan pengarang yang ingin menyampaikan sesuatu kepada pembaca, teknik penyampaikan sesuatu kepada pembaca, teknik penyampaian langsung tersebut komunikatif. Artinya, pembaca memang secara mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan. Pembaca tidak usah sulit-sulit menafsirkan sendiri dengan jaminan belum tentu pas. Namun, perlu ditegaskan bahwa hanya pembaca yang kurang berkualitas, atau lebih ekstrem: pembaca yang bodoh, saja yang mau digurui secara demikian lewat bacaan “sastra”. pembaca yang kritis akan menolak cara itu. Pengarang bukanlah “guru” bagi pembaca, di samping karya sastra bukan merupakan buku pelajaran tentang etika yang memungkinkan pengarang dapat leluasa menyampaikan ajarannya. Adanya pesan moral yang bersifat langsung dalam sebuah karya sebenarnya justru dapat dipandang sebagai membodohkan pembaca.



2) Bentuk Penyampaian Tidak Langsung Jika dibandingkan dengan sebelumnya, bentuk penyampaian pesan moral di sini bersifat tidak langsung. Pesan itu hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara keherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain. walau betul pengarang



ingin



menawarkan



dan



menyampaikan



sesuatu,



ia



tidak



melakukannya secara serta-merta dan vulgar karena ia sadar telah memilih jalur cerita. Karya yang berbentuk carita bagaimanapun hadir kepada pembaca pertama-tama haruslah sebagai cerita, sebagai sarana hiburan untuk memperoleh berbagai kenikmatan. Kalaupun ada yang ingin dipesankan dan yang sebenarnya justru hal inilah yang mendorong ditulisnya cerita itu hal itu hanyalah lewat siratan aja dan terserah kepada penafsiran pembaca. Bukankah cara



penyampaian



yang



demikian



justru



memaksa



pembaca



untuk



merenungkannya, menghayatinya secara lebih intensif? Jika dibandingkan dengan teknik pelukisan watak tokoh, cara ini sejalan dengan teknik ragaan,



14



showing. Yang ditampilkan dalam cerita adalah peristiwa-peristiwa, konflik itu, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal, fisik, maupun yang hanya terjadi dalam pikiran dan perasaannya. Melalui berbagai hal tersebut, massages, pesan moral di salurkan. Sebaliknya, dilihat dari pembaca, jika ingin memahami dan atau menafsirkan pesan itu, haruslah ia melakukannya berdasarkan cerita, sikap dan tingkah laku para tokoh tersebut.



C. Metode Penelitian 1. Bentuk Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan masalah. Salah satu unsur yang penting dalam penelitian adalah penggunaan metode. Sudjana (1988: 52) menyatakan bahawa metode adalah lebih menekankan kepada strategi, proses, pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik, serta dimensi ruang dan waktu dari data yang diperlukan. Penelitian ini merupakan penelitian yang secara khusus bertujuan menemukan latar, alur, tokoh, tema, dan amanat dalam kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2013. Jenis penelitian yang sesuai dengan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Artinya data yang dianalisis dan dihasilkan berbentuk deskripsi fenomena; dan data yang terkumpul berupa kutipan paragraf bukan angka-angka atau koefisien tentang hubungan antarvariabel. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan sehingga tidak memerlukan tempat penelitian khusus. Penelitian dapat dilakukan di rumah dan perpustakaan Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Waktu penelitian ini tidak memerlukan waktu khusus. Penelitian ini dapat dilakukan sewaktusewaktu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.



15



3. Data dan Sumber Data Penelitian a. Data Penelitian Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk keperluaan (Arikunto, 1983: 91-92). Data dalam penelitian ini berupa kutipan paragraf yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2013 yang mendukung tujuan penelitian. b. Sumber Data Arikunto (1983: 102) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sumber data ialah subjek dari mana data itu diperoleh. Sudjana (1988: 71) sumber data adalah Proses menarik sebagaian subjek, gejala, atau objek yang ada pada populasi disebut sampel. Dengan demikian, penelitian dilakukan terhadap sampel, tetapi hasilnya dapat menaksir populasi sifat-sifat dan karakteristiknya. Mengingat luasnya populasi, peneliti bisa membatasi populasi sehingga mudah dalam menarik sampel. 4. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 1983: 121). Seperti yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, maka instrumen kunci utama adalah peneliti sendiri. Hal itu seperti dikatakan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2013 : 306) yang mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai intrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.



5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini langkah-langkah peneliti dalam pengumpulan data membaca dengan cermat dan teliti cerita Cerpen-cerpen Pilihan Kompas 2013, mengumpulkan kutipan paragraf yang mengandung latar, alur, tokoh, tema, dan amanat data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:



16



a) Peneliti mengumpulkan paragraf yang mengandung latar dalam Kumpulan Cerpen-cerpen Pilihan Kompas 2013 antara lain yaitu (1) cerpen Alesia, (2) cerpen Serigala di Kelas Almira, , (3) cerpen Malam Hujan Bulan Desember, (4) cerpen Trilogi, (5) cerpen Pengacara Pikun (6) cerpen Aku, Pembunuh Munir, (7) cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang (8) cerpen



Lelaki Ragi dan Perempuan Santan berdasarkan dengan latar



tempat, latar waktu, latar sosial. b) Peneliti mengumpulkan paragraf yang mengandung alur dalam Kumpulan Cerpen-cerpen Pilihan Kompas 2013 antara lain yaitu. (1) cerpen Alesia, (2) cerpen Serigala di Kelas Almira, , (3) cerpen Malam Hujan Bulan Desember, (4) cerpen Trilogi, (5) cerpen Pengacara Pikun (6) cerpen Aku, Pembunuh Munir, (7) cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang, (8) cerpen



Lelaki Ragi dan Perempuan Santan berdasarkan dengan



menggunakan Alur Kronologis (lurus/maju) dan alur tak kronologis (sorotbalik, mundur atau Flash-back). c) Peneliti mengumpulkan paragraf yang mengandung tokoh dalam Kumpulan Cerpen-cerpen Pilihan Kompas 2013 antara lain yaitu. (1) cerpen Alesia, (2) cerpen Serigala di Kelas Almira, (3) cerpen Malam Hujan Bulan Desember, (4) cerpen Trilogi, (5) cerpen Pengacara Pikun (6) cerpen Aku, Pembunuh Munir (7) cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang, (8) cerpen



Lelaki Ragi dan Perempuan Santan dengan



menggunakan teknik ekspositori dan teknik dramatik. d) Peneliti mengumpulkan paragraf yang mengandung tema dalam Kumpulan Cerpen-cerpen Pilihan Kompas 2013 antara lain yaitu. (1) cerpen Alesia, (2) cerpen Serigala di Kelas Almira, (3) cerpen Malam Hujan Bulan Desember, (4) cerpen Trilogi, (5) cerpen Pengacara Pikun (6) cerpen Aku, Pembunuh Munir (7) cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang (8) cerpen Lelaki Ragi dan Perempuan Santan berdasarkan tema mayor dan tema minor. e) Peneliti mengumpulkan paragraf yang mengandung amanat dalam Kumpulan Cerpen-cerpen Pilihan Kompas 2013 antara lain yaitu (1)



17



cerpen Alesia, (2) cerpen Serigala di Kelas Almira, (3) cerpen Malam Hujan Bulan Desember, (4) cerpen Trilogi, (5) cerpen Pengacara Pikun (6) cerpen Aku, Pembunuh Munir (7) cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang (8) cerpen Lelaki Ragi dan Perempuan Santan. f) Peneliti menyimpulkan hasil analisis. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Latar Tenpat Latar menyangkut tiga aspek, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat terjadi lingkungan sekolah, kampus, rumah, dan tempat umum lainya, latar terjadi pada waktu pagi, siang, sore, dan malam hari. Sedangkan latar sosial terjadi di kalangan masyarakat kelas menengah dan masyarakat kelas menengah ke atas.



2. Alur Dari delapan cerpen, enam cerpen menggunakan alur progresif yaitu cerpen “Alesia”, “Serigala di Kelas Almira”, “Pengacara Pikun”, “Ttrilogi”, “Aku Pembunuh Munir”, “Lelaki Ragi dan Perempuan Santan”. Sedangkan dua cerpen menggunakan alur regresif yaitu cerpen “Malam Hujan Bulan Desember”, dan cerpen “Klub Solidaritas Suami Hilang”. 3. Tokoh Tokoh-tokoh dalam kumpulan cerpen tersebut adalah orang tua, remaja, dan anak-anak. Dalam menggambarkan tokoh dan watak tokohnya, pengarang menggunakan teknik dramatik melalui kata-kata dan tindakan tokoh, dan teknik ekspositori melalui uraian secara langsung berupa ciri fisik tokoh.



18



4. Tema Secara keseluruhan cerita-cerita dalam kumpulan cerpen tersebut menggunakan tema mayor cerpen Alesia dan cerpen Serigala di Kelas Almira



“Pengorbanan”, cerpen Malam Hujan Bulan Desember



“Kehidupan memperjuangkan janinnya”, cerpen Trilogi “Kehidupan sosial”, cerpen Pengacara Pikun “Pendidikan tingkat sarjana”, cerpen Aku Pembunuh Munir “Politik kejam”, cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang “Kehilangan suami”, cerpen Lelaki Ragi dan Perempuan Santan “Percintaan yang tidak bisa dipisahkan”. Tema minor cerpen Alesia “Kesabaran merawat Ibu yang sedang sakit”, cerpen Serigala di Kelas Almira “Kesabaran menghadapi anak berkebutuhan khusus”, cerpen Malam Hujan Bulan



5. Amanat Amanat cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik, berpikir positif, dan mensyukuri apa yang kita miliki. Disimpulkan bahwa secara keseluruhan cerpen-cerpen tersebut latar tempat terjadi di rumah, dan tempat umum lainnya. Latar waktu di pagi hari dan malam hari, latar sosial masyarakat kelas menengah ke atas. Alur lebih banyak menggunakan alur progresif, penggambaran watak lebih banyak ekspositori dari pada dramatik. Amanat cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik berpikir positif, dan menyukuri apa yang kita miliki.



19



A. Saran Pada akhir penelitian ini, peneliti memberikan saran bagi pembaca, pengajaran sastra dan peneliti selanjutnya, adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut. 1. Bagi pembaca Dengan hasil penelitian ini, disarankan kepada pembaca untuk membaca buku kumpulan cerpen tersebut dan dapat menikmati, menghargai, dan mengapresiasi karya sastra khususnya cerpen, serta dapat menumbuhkan rasa ingin tahu tentang unsur-unsur intrinsik karya sastra, khususnya cerpen.



2. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan mengadakan penelitian tidak hanya terbatas pada analisis latar, alur, tokoh, tema, dan amanat masih ada unsur-unsur pembangun cerpen yang lain, seperti nilai budaya, psikologis, dan unsur-unsur yang lainya. 3. Bagi pengajaran sastra hasil penelitin ini disarankan dapat menjadi inpirasi bagi guru bahwa cerpen-cerpen dalam



Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2013 ini



dapat di jadikan alternatif ajar di sekolah tentang apresiasi karya sastra.



20



E. Daftar Pustaka



Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi karya sastra. Bandung: C.V. Sinar Baru. Arikunto, Suharsimi. 1983. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara. Jassin, H B. 1961. Analisa Sorotan atas Cerita Pendek. Jakarta: Gunung Agung. Kompas. 2014. Cerpen Pilihan Kompas 2013. Jakarta. Lubis, Mochtar. 1981. Teknik Mengarang. Jakarta: Kurnia Esau. Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University press. Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Sudjana, Nana. 1988. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah: Sinar Baru Bandung. Sugiyono. 2013. Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif R &D. Bandung: Alfabeta. Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.