Artropoda Penyebab Alergi Dan Reaksi Toksik (Lebah & Scorpion) [PDF]

  • Author / Uploaded
  • lia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ENTOMOLOGI “ARTHROPODA PENYEBAB ALERGI DAN REAKSI TOKSIK (LEBAH DAN KALAJENGKING)”



OLEH : EKA AGUSTIN SETIO LISWATI



(P27834114001)



DEVI DWI WULANDARI



(P27834114002)



RAMADHANITA ARIANTI



(P27834114003)



LUTVIANA DEWI



(P27834114004)



LIA MURDANINGRUM



(P27834114005)



D4 JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIN KESEHATAN SURABAYA 2016



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Antropoda Penyebab Infeksi dan Reaksi Toksik (Lebah dan Kalajengking) ”. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat rintangan dan hambatan. Akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak kami bisa menghadapi rintangan dan hambatan tersebut. Oleh karena itu tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi bantuan baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materi yang disampaikan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaan bagi kita semua.



Surabaya, 29 Mei 2016



Penyusun



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ....................................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LEBAH ...........................................................................................................3 2.1.1 DEFINISI LEBAH ................................................................................3 2.1.2 JENIS LEBAH ......................................................................................3 2.1.3 SIKLUS METAMORFOSIS LEBAH ..................................................5 2.1.4 DEFINISI SENGATAN LEBAH ........................................................5 2.1.5 CARA HIDUP LEBAH ........................................................................6 2.1.6 GEJALA ................................................................................................6 2.1.7 PENYEBAB ..........................................................................................7 2.1.8 RESIKO.................................................................................................8 2.1.9 TEST DAN DIAGNOSIS .....................................................................8 2.1.10 PERAWATAN DAN PENGOBATAN ..............................................9 2.1.11 PENGOBATAN ..................................................................................10



2.2 SCORPIO (KALAJENGKING) ......................................................................12 2.2.1 DEFINISI ..............................................................................................12 2.2.2 JENIS KALAJENGKING YANG BERBAHAYA ..............................13 2.2.3 SIKLUS HIDUP ....................................................................................14 2.2.4 PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS ...................................................14 2.2.5 PENGOBATAN ....................................................................................16 2.2.6 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN .....................................16 2.2.7 TIPS / CARA MENCEGAH KALAJENGKING .................................17



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



ii



BAB III KESIMPULAN.................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................iv



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



2



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



iii



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



iii



BAB I PENDAHULUAN



Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit. Arthropoda dalam dunia hewan merupakan filum yang terbesar di dunia. Jumlah spesiesnya yaitu sekitar 900.000 spesies dengan beragam variasi. Jumlah ini kira-kira 80% dari spesies hewan yang diketahui sekarang. Arthropoda dapat hidup di air tawar, laut, tanah, dan praktis semua permukaan bumi dipenuhi oleh spesies ini. Arthropoda mungkin satu-satunya yang dapat hidup di Antartika dan liang-liang batu terjal di pegunungan yang tinggi. Semua anggota filum ini mempunyai tubuh beruas-ruas dan kerangka luar yang tersusun dari kitin. Rongga tubuh utama disebut hemocoel. Hemocoel terdiri dari sejumlah ruangan kecil yang dipompa oleh jantung. Jantung terletak pada sisi dorsal dari tubuhnya. Sistim saraf anthropoda seperti pada annellida, terdapat bagian ventral tubuh berbentuk seperti tangga tali. Arthropoda memiliki lima kelas, diantaranya yaitu : kelas Chilopoda, kelas Diplopoda, kelas Crustacea, kelas Arachnida, dan kelas Insecta. Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam. Hewan arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi, tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami pengelupasan (Karmana,2007). Kutikula berfungsi melindungi tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada tubuh serangga dan dapat menjadi tempat melekatnya otot, terutama yang berhubungan dengan alat gerak. Otot serangga merupakan otot serat lintang yang susunannya sangat kompleks. Otot ini diperlukan untuk melakukan gerakan yang cepat.



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



1



Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala), toraks(dada), dan abdomen (perut) yang bersegmen-segmen. Pada laba-laba dan udang, kepala dan dadanya bersatu membentuk sefalotoraks, tetapi ada juga spesies yang sulit dibedakan antara kepala, toraks, dan abdomennya, seperti pada lipan. Pada tiap-tiap segmen tubuh ada yang dilengkapi alat gerak dan ada juga yang tidak dilengkapi alat gerak. Hewan arthropoda memiliki organ sensoris yang sudan berkembang, seperti mata, penciuman, serta antena yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Tingkat perkembangannya sesuai dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Sitem peredaran darah terdiri atas jantung di bagian dorsal. Sistem peredaran darahnya merupakan sistem peredaran darah terbuka yang tidak memiliki kapiler darah. Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. Hewan arthropoda yang hidup di air ada yang bernapas dengan menggunakan insang, sistem trakea, paru-paru buku, atau pada beberapa spesies melalui permukaan tubuh. Sistem ekskresi menggunakan saluran malpighi. Sistem saraf dinamakan sistem saraf tangga tali karena terdiri atas dua ganglion dorsal yang memiliki dua saraf tepi. Setiap saraf trepi dihubungkan oleh saraf melintang sehingga merupakan tangga tali. Sistem pencernaan dimulai dari mulut, usus, dan anus. Mulut ada yang berfungsi untuk menjilat seperti pada lalat, menusuk dan menghisap seperti pada nyamuk, serta menggigit seperti pada semut. Anggota filum arthropoda dapat dibedakan menjadi hewan jantan dan betina. Fertilisasi arthropoda terjadi secara internal. Telur banyak mengandung kuning telur yang tertutup oleh cangkang. Hewan arthropoda ada yang mengalami metemorfosis sempurna, metemorfosis



tidak



sempurna,



dan



ada



yang



tidak



bermetamorfosis.



Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan). Individu yang dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua). Hasil fertilisasi berupa telur. Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah. Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput (http://gurungeblog.wordpress.com). Filum arthropoda dibagi menjadi empat kelas, yaitu Crustcea, Arachnida, Insecta, dan Myriapoda (Chilopoda dan Diplopoda). POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



2



BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 LEBAH



2.1.1 DEFINISI LEBAH Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena suka hidup berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua lebah masuk dalam suku/familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Di dunia terdapat kira-kira 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap



benua,



kecuali



Antartika.



Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari malam yang terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari. 2.1.2 JENIS LEBAH 1. Jenis Apidae



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



3



Famili Apoidea merupakan jenis lebah penghasil madu sejati. Yang paling penting sebagai penghasil sebagai penghasil madu dan lilin adalah lebah madu dari genus Apis. Spesies yang paling penting untuk diternak atau dipanen hasil madunya adalah lebah madu Apis mellifera dari eropa, Apis adonsonii atauApis unicolor dari Afrika, Apis dorsata atau Apis indica dari Asia. 2. Jenis Bombidae



Famili Bombidae tak begitu penting sebagai penghasil madu karena terlalu sedikit madunya. Namun, serangga ini sangat penting sebagai penyerbuk tumbuhtumbuhan.



3. Jenis Vespidae



Familli Vespidae terdiri dari penyengat, tawon dan semut api. Alat penyengat lebah berada dibawah dari abdomen, terdiri kantung yang berisi bisa melekat pada duri penyengat. Jika terjadi sengatan makan kantung itu akan berkontraksi dan bisa dialirkan ke dalam tubuh korbannya.



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



4



2.1.3 SIKLUS METAMORFOSIS LEBAH



Lebah menjalani metamorfosis lengkap ("holometabola") sehingga terdapat empat tahap bentuk: 1. telur; 2. larva; 3. pupa (kepompong); 4. imago (lebah dewasa). Telur yang menetas akan menjadi larva. Pada tahapan ini, lebah pekerja akan memberi larva makanan berupa serbuk sari, nektar, serta madu. Sebagian nektar yang dikumpul oleh lebah pekerja disimpan sebagai madu. Setelah beberapa hari, larva berganti menjadi pupa dan seterusnya menjadi anak lebah.



2.1.4 DEFINISI SENGATAN LEBAH Umumnya, serangga seperti lebah tidak agresif dan hanya menyengat membela diri. Dalam kebanyakan kasus, hal ini mungkin hanya satu atau mungkin sedikit sengatan. Namun, dalam beberapa kasus seseorang yang mengganggu sarang atau kawanan lebah dan mendapatkan beberapa sengatan. Beberapa jenis lebah seperti lebah madu Africanized, lebih mungkin daripada kawanan lebah lain menyengat secara kelompok. Beberapa sengatan dapat menjadi suatu keadaan medis darurat pada anakanak, remaja dewasa, dan orang yang memiliki masalah jantung atau masalah pernapasan.



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



5



2.1.5 CARA HIDUP LEBAH



Serangga betina memiliki peran penting dalam kelompok serangga ini. Perilaku dari lebah sangat ditentukan oleh perilaku dari lebah betina. Beberapa lebah betina dari spesies tertentu hidup sendiri (soliter) dan sebagian lainnya dikenal memiliki perilaku sosial. Lebah soliter membangun sendiri sarangnya dan mencari makan untuk keturunnya tanpa bantuan lebah lain dan biasanya mati atau meninggalkan sarang pada saat keturunnya belum menjadi lebah dewasa. Kadang kala beberapa spesies lebah soliter memberi makan dan merawat anaknya tanpa memberikan cadangan makanan bagi anaknya, bentuk hubungan seperti ini dikenal dengan istilah subsosial. Sementara pada tahap lebih tinggi, lebah hidup berkelompok dan saling berbagi tugas sesuai dengan bentuk fisik masing-masing.



2.1.6



GEJALA Sengatan lebah dapat menghasilkan reaksi yang berbeda, mulai dari rasa sakit



sementara dan ketidaknyamanan untuk reaksi alergi yang parah. Memiliki satu jenis reaksi tidak berarti Anda selalu memiliki reaksi yang sama setiap kali Anda tersengat. Macam-macam gejala dengan berebagai reaksi, antara lain: A. REAKSI RINGAN Kebanyakan, gejala sengatan lebah kecil dan mencakup:  Secara instan, tajam pembakaran yang terasa sakit pada daerah gigitan  Bilur merah di daerah sengatan  Luka kecil, putih dimana sengatan menusuk kulit  Sedikit bengkak di sekitar daerah sengatan  Pada kebanyakan orang, pembengkakan dan sakit hilang dalam beberapa jam.



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



6



B. REAKSI MODERAT Beberapa orang yang disengat lebah atau serangga lainnya memiliki reaksi yang agak kuat, dengan tanda-tanda dan gejala seperti:  Kemerahan yang ekstrems.  Pembengkakan di daerah sengatan secara bertahap membesar selama beberapa hari berikutnya.  Reaksi moderat cenderung untuk hilang lebih dari lima hingga 10 hari. Memiliki reaksi moderat tidak berarti Anda akan memiliki reaksi alergi yang parah waktu berikutnya jika Anda tersengat. Tetapi beberapa orang mengembangkan reaksi moderat yang sama setiap kali mereka tersengat. Jika hal ini terjadi pada Anda, berbicaralah dengan dokter tentang pengobatan dan pencegahan, terutama jika reaksi menjadi lebih parah setipa waktu.



C. REAKSI ALERGI PARAH Reaksi alergi yang parah (anafilaksis) saat lebah menyengat berpotensi mengancam kehidupan dan memerlukan perawatan darurat. Persentase kecil dari orang-orang yang disengat oleh lebah atau serangga lain dengan cepat mengembangkan anafilaksis. Tanda dan gejala anafilaksis meliputi:  Reaksi kulit, termasuk gatal-gatal dan kulit gatal dan memerah atau pucat  Kesulitan bernapas  Pembengkakan pada tenggorokan dan lidah  Denyut nadi yang lemah dan cepat  Mual, muntah, atau diare  Pusing atau pingsan  Kehilangan kesadaran



2.1.7 PENYEBAB Racun lebah menyengat mengandung protein yang mempengaruhi sel-sel kulit dan sistem kekebalan tubuh, menyebabkan rasa sakit dan bengkak di sekitar daerah yang terkena sengatan. Pada orang dengan alergi sengatan lebah, racun lebah dapat memicu



reaksi



sistem



kekebalan



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



tubuh



yang



lebih



serius.



7



2.1.8



RESIKO



Resiko sengatan lebah jika:  Tinggal di daerah di mana lebah terutama aktif  Hobi atau pekerjaan terkait di luar ruangan. Anda mungkin memiliki reaksi alergi terhadap sengatan lebah di masa lalu, bahkan jika itu hanyalah sengatan kecil. Orang dewasa cenderung memiliki reaksi yang lebih parah daripada anak-anak dan lebih mungkin untuk mengalami anafilaksis mati daripada anak-anak. 2.1.9 TEST DAN DIAGNOSIS Jika Anda memiliki reaksi terhadap sengatan lebah yang menunjukkan Anda mungkin alergi terhadap racun lebah, dokter mungkin menyarankan salah satu atau kedua pengujian berikut:  Tes kulit. Selama pengujian kulit, sejumlah kecil ekstrak alergen (dalam kasus ini, racun lebah) disuntikkan ke dalam kulit lengan atau punggung atas. Tes ini aman dan tidak akan menyebabkan reaksi yang serius. Jika Anda alergi terhadap sengatan lebah, Anda akan mengembangkan benjolan yang besar pada kulit Anda di bagian pengujian.  Tes Alergi darah. Tes darah dapat mengukur respon sistem kekebalan tubuh Anda untuk racun lebah dengan mengukur jumlah penyebab alergi antibodi dalam aliran darah Anda. Sampel darah akan dikirim ke laboratorium, dimana dapat diuji untuk bukti kepekaan terhadap alergen yang tersedia.  Tes kulit dan tes alergi darah sering digunakan bersama-sama untuk mendiagnosa Alergi serangga. Dokter Anda mungkin juga ingin menguji Anda alergi untuk serangga yellow jacket, lebah dan tawon yang dapat menyebabkan reaksi alergi yang mirip dengan sengatan lebah.



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



8



2.1.10 PERAWATAN DAN PENGOBATAN Untuk sengatan lebah biasa yang tidak menyebabkan reaksi alergi, perawatan di rumah sudah cukup. Beberapa sengatan atau reaksi alergi, di sisi lain, dapat menjadi suatu keadaan darurat medis yang memerlukan pengobatan langsung. A. Pengobatan untuk reaksi ringan / reaksi kecil  Saat menyengat, alat penyegat yang berduri masuk ke dalam kulit. Menghilangkan sengat dan kantung racun dengan segera akan menyimpan lebih banyak racun dari yang dilepaskan.  Menghapus sengat secepat Anda bisa, yang dibutuhkan hanya beberapa detik bagi semua racun memasuki tubuh Anda. Mengangkat sengatan dengan cara apapun, seperti dengan sebuah penjepit atau kuku Anda.  Mencuci daerah yang disengat dengan sabun dan air.  Menerapkan kompres dingin atau es untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi pembengkakan.



B. Pengobatan untuk reaksi moderat Langkah-langkah berikut dapat membantu meringankan pembengkakan dan gatal-gatal yang sering dikaitkan dengan reaksi lokal besar:  Menghapus sengat sesegera mungkin.  Mencuci daerah sengatan dengan sabun dan air.  Menerapkan kompres dingin atau es.  Oleskan krim hidrokortison atau lotion kalamin untuk mengurangi kemerahan, gatal atau pembengkakan.  Jika gatal atau pembengkakan terasa mengganggu, ambil antihistamin oral yang berisi diphenhydramine (Benadryl) atau chlorpheniramine ( KlorTrimeton).  Hindari menggaruk daerah sengatan. Ini akan memperburuk gatal dan bengkak serta meningkatkan risiko infeksi.



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



9



C. Pengobatan untuk reaksi alergi parah / gawat darurat 1. Selama serangan anafilaksis, tim medis darurat dapat melakukan resusitasi kardiopulmoner (CPR) jika Anda berhenti bernapas atau



jantung berhenti



berdetak. Anda mungkin akan diberi obat-obatan yang termasuk: 



Epinefrin (adrenalin) untuk mengurangi respon Alergi tubuh Anda







Oksigen, untuk membantu Anda bernapas







Intravena (IV) antihistamin dan kortison untuk mengurangi peradangan bagian udara Anda dan meningkatkan pernapasan







Beta agonis (seperti albuterol) untuk meringankan gejala pernapasan



2. Imunoterapi (Tembakan Alergi) Lebah dan sengatan serangga lainnya adalah penyebab umum dari anafilaksis. Jika memiliki reaksi serius terhadap sengatan lebah, dokter mungkin akan mengarahkan untuk pengujian alergi dan pertimbangan tembakan Alergi (imunoterapi). Tembakan ini umumnya diberikan secara teratur untuk beberapa tahun, dapat mengurangi atau menghilangkan respons alergi terhadap racun lebah. 2.1.11 PENCEGAHAN 



Berhati-hati ketika minum minuman manis di luar. Membuka cangkir dengan lebar mungkin pilihan terbaik karena Anda dapat melihat apakah terdapat lebah didalamnya.







Memeriksa kaleng dan sedotan sebelum digunakan.







Menutup erat wadah makanan dan sampah.







Membersihkan sampah dan buah yang jatuh.







Memakai sepatu dengan ujung tertutup ketika sedang memanen madu.







Jangan memakai warna-warna cerah atau motif bunga, yang dapat menarik lebah.







Jangan memakai pakaian longgar, yang dapat menangkap lebah antara kain dan kulit.



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



10







Berhati-hatilah ketika memotong rumput atau berkebun, kegiatan yang bisa membangkitkan serangga di sarang-sarang lebah atau tawon.







Menghilangkan wabah gatal-gatal dan sarang lebah di dekat rumah dengan bantuan professional.



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



11



2.2 SCORPIONIDA (KALAJENGKING)



2.2.1 DEFINISI Kalajengking adalah Arachnioda darat yang memanjang bentuknya dengan pedipalpus besar yang berujungkan kuku yang kuat, suatu cepalotoraks yang tidak bersegment dengan 4 pasang kaki, dan suatu abdomen yang memanjang. Anggota badan belakang mempunyai suatu sengat yang berkait untuk pelepasan racun. Yang termasuk scorpionida mencangkup segala macam kala, antara lain kalajengking (Uroctonus mondax), kala buku (Scorpio), dan laba – laba (Tarantula). Pedipalpusnya berbentuk seperti capit besar , sedangkan kalisera –kalisera nya kecil. Segmen terakhir bagian posterior mempunyai alat penyengat yang berkait untuk melepaskan racun dan berfungsi untuk melumpuhkan mangsa. Bersifat buas, oleh karena itu disebut predator. Scorpionida kebanyakan hidup di daerah tropis, yaitu tinggal dibawah batu – batu atau liang dalam tanah. Kalajengking aktif di malam hari, berdiam di bawah batu, potongan kayu, atau tempat persembunyian lain yang terlindung. Hewan ini kadang-kadang masuk ke dalam tempat tinggal manusia terutama selama musin hujan didaerah tropis. Mereka menangkap mangsanya, biasanya laba-laba dan serangga, di dalam kukunya dan



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



12



dengan dorongan ke belakang dan kebawah dari abdomen yang menyerupai ekor memasukkan sengat dengan racunnya yang dapat membuat lumpuh. Kalajengking adalah vivipar, dan anak-anaknya dibawa untuk beberapa waktu dipunggung yang betina. Ada banyak sekali spesies kalajengking yang ditemukan di seluruh dunia. Spesies yang kecil walaupun tidak dapat masuk ke dalam kulit manusia tetapi dapat menyengat. Kaljengking beracun yang besar adalah spesies yang termasuk Buthus di Afrika Utara dan Eropa Selatan, dan Centruroides di Mexico dan Arizona. Manusia biasanya disengat apabila tangan atau kakinya yang tidak terlindung secara kebetulan menyentuh kalajengking yang tersembunyi di dalam pakaian, sepatu, atau tempat persembunyian lainnya. Telah dilaporkan kasus yang berat, dan bahkan vatal, dengan reaksi sistemik, terutama pada anak. Angka kematian pada anak dibawah usia lima tahun dilaporkan tinggi di Rusia dan Mesir. Racun kalajengking adalah suatu toksalbumin yang menimbulkan paralisis, gangguan saraf, kejang otot, dan kerusakan paru-paru. Gejala setemapat relatif adalah ringan, tetapi sakit sekali. Secar sistemik ada suatu perasaan panas yang menjalar, dan gejala para estesi umum, bergetarnya otot, dan gatal mulai dengan cepat, menyerupai keracunan, strikhnin dan gejala shock. Kasus fatal terdapat pada penderita yang keaadannya memperlihatkan pernafasan yang cepat dan sembab paru-paru. 2.2.2 JENIS KALAJENGKING YANG BERBAHAYA 1. Buthus Occitanus



Buthus occitnus pada umumnya disebut kalajengking Kuning dan merupakan spesies kalajengking di keluarga Buthidae. B. occitanus memiliki ciri - cirri yang panjangnya 60-80 mm , tubuhnya berwarna kuning atau kuning - coklat dan berbisa yang memproduksi racun BotIT6 , tetapi juga memiliki toksisitas yang bervariasi. Kalajengking ini sering



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



13



ditemukan di daerah yang di kering dan panas, biasanya bersembunyi di bawah batu dll pada siang hari . 2. Centruroides Suffunus



Centruroides adalah genus kalajengking



keluarga Buthidae. Banyak spesies



secara luas ditemukan di seluruh Amerika Serikat bagian selatan , Meksiko , Amerika Tengah , Antilles dan Amerika Utara Selatan. Beberapa dikenal karena pola menarik mereka atau ukuran besar ( antara Buthidae ) . Kebanyakan dari jenis kalajengking ini tidak semua berpendar kuat di bawah pencahayaan ultraviolet. Beberapa spesies sangat berbisa , dan dapat mengakibatkan kematian. Ciri - cirinya berwarna kuning, garis garis gelap memanjang pada sisi atas perut, penjepit (capit) ramping dang panjang, ekor ramping.



2.2.3 SIKLUS HIDUP Pertama kalajengking berltelur di perut ibunya lalu menetas disitu juga. lalu keluar anaknya dari perutnya lalu anaknya bertubuh besar dan mnjadi kalajengking dewasa.



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



14



2.2.4 PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS A. Patologi Sengatan kalajengking yang besar seperti Buthus dan Centruides berbahaya. Racun kalajengking berupa toksalbumin yang mengandung neurotoksin dan hemotoksin. Pada tempat sengatan terasa sangat nyeri dan pedih yang menjalar kebagian sekitarnya. Dapat timbul keracunan sistemik yang berakhir dengan kematian karena syok dan paralisis pernafasan. Hemotoksin dapat menimbulkan perdarahan dan nekrosis.



B. Gejala Tanda dan gejala ringan mungkin termasuk: 



Sakit, yang bisa meningkat.







Mati rasa dan kesemutan di daerah sekitar sengatan.







Terjadi pembengkakan di daerah sekitar sengatan.







Terasa nyeri di bagian tubuh yang di sengat.







Memerah pada bagian yang di sengat.







Sakit kepala.







Kejang-kejang. Tanda dan gejala yang lebih parah mungkin termasuk:







Berkeringat.







Muntah.







Tekanan darah tinggi (hipertensi) atau tekanan darah rendah (hipotensi).







Denyut jantung semakin cepat (takikardia) atau denyut jantung tidak teratur (aritmia).







Kegelisahan atau kecemasan atau menangis (pada anak-anak).



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



15



2.2.5 PENGOBATAN Tourniquet hendaknya dipergunakan segera, dan racunnya dikeluarkan dengan menghisap luka yang dibuat oleh sengat kalajengking yang besar. Sakitnya dapat dihilangkan dengan pemakaian kompres es setempat, semprotan etilklorida, amonia, obat yang menghilangkan sakit, atau suntikan novokain, atau epinefrin disekitar luka. Pengbatan sistemik bertujuan untuk mengatasi shock dan sembab paru – paru. Telah dilaporkan bahwa kortison berguna sekali. Pada penderita yang berat, antivenin, apabila tersedia harus diberikan.



2.2.6 PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN A. Pemberantasan Usaha untuk mengurangi populasi kalajengking belum terbukti memuaskan. Untuk rumah dan sekitarnya, penyemprotan dengan dieldrin 0,5% atau DDT 10%, Chlordane 2% dan piretrum 2,2% di dalam minyak yang encer telah dianjurkan. B. Pencegahan Kalajengking cenderung untuk menghindari kontak. Jika Anda tinggal di daerah di mana kalajengking umumnya berada, mencegah kesempatan pertemuan dengan melakukan hal berikut: 



Membersihkan sampah, batang kayu, papan, batu, batu bata dan benda-benda lain yang akan membuat tempat persembunyian yang bagus untuk kalajengking dari sekitar rumah Anda.







Selalu memangkas rumput dengan tepat, dan memangkas semak-semak dan cabang-cabang pohon menggantung, yang dapat memberikan jalan menuju atap rumah Anda.







Mendempol retak, menginstal lubang air di sekitar pintu dan jendela, dan memperbaiki dinding yang berlubang.







Jangan menyimpan kayu bakar di dalam rumah Anda.



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



16







Ketika hiking atau berkemah, mengenakan lengan panjang dan celana dan memeriksa kantong tidur Anda sebelum Anda menggunakannya. Memeriksa pakaian Anda dan kocok keluar sepatu Anda sebelum Anda memasangnya. Selalu memakai sepatu.







Ketika bepergian di negara-negara lain, terutama jika Anda sedang berkemah atau tinggal di akomodasikan, goncang pakaian, selimut, dan paket Anda dengan sering dan tidur di bawah jaring nyamuk. Jika Anda memiliki alergi untuk sengatan serangga, bawalah epinefrin injector, seperti EpiPen. Jika Anda menemukan kalajengking dekat rumah atau perkemahan Anda,



menggunakan penjepit untuk mengangkatnya.



2.2.7 TIPS/ CARA MENCEGAH KALAJENGKING 1. Bersihkan kelebihan air.



Kalajengking masuk ke dalam rumah untuk mencari air. Jagalah agar lantai, sudut-sudut ruang, lemari pakaian, dan area lain yang potensial untuk merayap, selalu dalam kondisi kering dan bebas dari kebocoran. Jangan biarkan air menggenang atau berada dalam wadah terbuka di luar rumah Anda.



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



17



2. Basmilah hewan-hewan kecil yang ada di rumah Anda.



Kalajengking memangsa serangga, sehingga jika di dalam rumah Anda masih terdapat kecoa, semut, atau serangga lain, Anda perlu mengatasinya lebih dahulu sebelum menyingkirkan kalajengking. Berikut ini adalah beberapa cara yang bagus untuk menurunkan populasi serangga di rumah Anda: o



Bersihkan sisa - sisa makanan dan cuci piring kotor secepatnya, agar serangga tidak memiliki sumber makanan.



o



Sebarkan boraks atau diatomaceous earth/DE (bubuk putih yang terbuat dari diatom, yaitu fosil tumbuhan air yang mengendap di dasar tanah) di sekitar dasar dinding dan juga di bawah wastafel atau bak cuci piring. Bahan alami tersebut bisa membunuh berbagai jenis serangga.



o



Pertimbangkan untuk menyemprotkan insektisida untuk membasmi serangga di sekitar rumah Anda. Untuk metode ini, lakukan riset dan pendekatan yang hati-hati, karena beberapa jenis insektisida beracun untuk manusia maupun hewan peliharaan.



o



Kurangi populasi kalajengking di luar rumah, karena kalajengking cenderung memilih tinggal di luar.



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



18



3. Singkirkan tempat persembunyian kalajengking.



Kalajengking suka bersembunyi di tempat gelap, terutama di siang hari. Singkirkan segala jenis tumpukan di dalam rumah yang berpotensi menjadi tempat persembunyian yang nyaman bagi kalajengking. Lakukan beberapa tindakan berikut untuk mengantisipasi kalajengking berkeliaran: o



Simpanlah kardus atau kotak karton di dalam lemari daripada meletakkannya di lantai.



o



Jangan biarkan rumah Anda berantakan, termasuk bagian bawah tempat tidur.



o



Jagalah kerapian lemari pakaian dan ruang tidur Anda. Kalajengking suka bersembunyi di dalam sepatu dan tumpukan baju yang ada di lantai.



o



Hal-hal yang harus dilakukan di luar rumah: pangkas semak dan dedaunan yang berpotensi menjadi tempat persembunyian kalajengking. Singkirkan tumpukan kayu dan batu, atau pangkas tanaman di halaman. Pangkaslah tanaman merambat atau titik-titik persembunyian lain yang potensial.



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



19



BAB III KESIMPULAN Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit. Dalam makalah ini kami membahas arthropoda penyebab infeksi dan reaksi toksik melalui sengatan. Arthropoda tersebut yaitu lebah dan kalajengking. Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena suka hidup berkelompok meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Jenis lebah, yaitu, Apidae, Bombidae, dan Vespidae. Kalajengking adalah Arachnioda darat yang memanjang bentuknya dengan pedipalpus besar yang berujungkan kuku yang kuat, suatu cepalotoraks yang tidak bersegment dengan 4 pasang kaki, dan suatu abdomen yang memanjang. Jenis kalajengking, yaitu Buthus Occitanus dan Centruroides Suffunus.



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



20



DAFTAR PUSTAKA



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



iv



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



21



POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA



iv