Asbid PKK Ii Acc [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN II DI PMB SRI RAHAYU TAHUN 2021 Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan II Pembimbing Januarsih, S.Si.T., M.Keb Megawati, S.Si.T., M.Keb



Disusun Oleh: Sabrina Eka Sari P07124119084



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA 2021



LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS



Persetujuan pengambilan kasus untuk Laporan Praktik Klinik Kebidanan II (PKK II) yang berisi Dokumentasi Asuhan Kebidanan di PMB Sri Rahayu Tahun 2021. Demikian lembar persetujuan ini dibuat untuk memenuhi tugas pendidikan, oleh : Nama



: Sabrina Eka Sari



NIM



: P07124119084



Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan Semester V



Banjarmasin, 25 September 2021



Mengetahui, Pembimbing Praktek



Mahasiswi



Sri Rahayu, Amd.Keb



Sabrina Eka Sari



NIP. 198408182017052001



NIM. P07124119084



i



LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS



DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN, BBL, DAN NIFAS



Oleh : Sabrina Eka Sari NIM : P07124119084



Telah dikonsultasikan dan diterima oleh pembimbing Asuhan Kebidanan untuk diajukan sebagai salah satu tugas Praktik Klinik Kebidanan II bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan Semester V.



Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing Praktik Klinik Kebidanan II



Banjarbaru, Oktober 2021



Mengetahui, Pembimbing Kasus



Mahasiswa



Januarsih, S.Si.T., M.Keb



Sabrina Eka Sari



NIP. 19780106200812 2001



NIM. P07124119084



ii



LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS



DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, KB, DAN KESPRO



Oleh : Sabrina Eka Sari NIM : P07124119084



Telah dikonsultasikan dan diterima oleh pembimbing Asuhan Kebidanan untuk diajukan sebagai salah satu tugas Praktik Klinik Kebidanan II bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan Semester V.



Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing Praktik Klinik Kebidanan II



Banjarbaru, Oktober 2021



Mengetahui, Pembimbing Kasus



Mahasiswa



Megawati, S.Si.T., M.Keb NIP. 198102262009122002



Sabrina Eka Sari NIM. P07124119084



iii



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Praktik Klinik Kebidanan II yang berjudul “Dokumentasi Asuhan Kebidanan Praktik Klinik Kebidanan II” guna memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan II. Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam pembuatan laporan ini, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing Praktik Klinik Kebidanan di lapangan Ibu Sri Rahayu Amd.Keb Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu mohon saran dan kritik guna kesempurnaan laporan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan dan Laporan PKK II ini dapat digunakan sebagai panduan pembuatan laporan.



Banjarbaru, 25 September 2021



Sabrina Eka Sari



iv



DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS ....................................................... i LEMBAR BIMBINGAN KASUS .........................................................................................ii KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iv DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1 B. Tujuan......................................................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL) 1. Konsep Dasar Persalinan ....................................................................................... 7 2. Konsep Dasar Asuhan Persalinan ....................................................................... 25 3. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir ........................................................................... 35 4. Konsep Dasar Asuhan BBL Normal .................................................................. 43 B. Nifas 1. Konsep Dasar Nifas ............................................................................................ 45 2. Konsep Dasar Asuhan Nifas ............................................................................... 55 C. Neonatus, Bayi dan Balita 1. Pengertian Neonatus ............................................................................................ 58 2. Pengertian Bayi ................................................................................................... 58 3. Pengertian Balita ................................................................................................. 58 D. Keluarga Berencana 1. Konsep Dasar Keluarga Berencana .................................................................... 59 2. Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana ....................................................... 67 E. Kesehatan Reproduksi 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi ....................................................................... 70 2. Pubertas ............................................................................................................... 71 3. Menstruasi ........................................................................................................... 71 4. Dismenorea .......................................................................................................... 72 F. Manajemen Kebidanan 1. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan ............................................................... 73 2. Konsep Dasar Dokumentasi Kebidanan ............................................................. 75



v



BAB III DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN A. Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL .................................................................. 77 B. Asuhan Kebidanan Nifas.......................................................................................... 87 C. Asuhan Kebidanan Neonatus ................................................................................... 93 D. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana .................................................................. 97 E. Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi ............................................................ 100 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................................. 103 B. Saran ....................................................................................................................... 109 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 111 LAMPIRAN



vi



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan



kebidanan



komprehensif



merupakan



asuhan



menyeluruh



manajemen kebidanan mulai dari ibu hamil, bersalin, sampai bayi baru lahir sehingga persalinan dapat berlangsung aman dan bayi yang dilahirkan selamat dan sehat sampai masa nifas (Lapau, 2015). Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian (Damayanti dkk, 2016). Asuhan Kebidanan Continuity of Care (COC) merupakan asuhan kebidanan berkesinambungan yang diberikan kepada ibu dan bayi dimulai pada saat kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana, dengan adanya asuhan COC maka perkembangan kondisi ibu setiap saat akan terpantau dengan baik, selain itu asuhan berkelanjutan yang dilakukan bidan dapat membuat ibu lebih percaya dan terbuka karena sudah mengenal pemberi asuhan. Asuhan kebidanan secara COC adalah salah satu upaya untuk menurunkan Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Diana, 2017). Angka Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan dan terjatuh (Dinkes Provinsi Sumsel, 2016). AKI merupakan salah satu indikator penting dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara (Kemenkes RI, 2014). World Health Organization (WHO) tahun 2016 menyatakan AKI di dunia pada tahun 2015 yaitu 216 per 100.000 kelahiran hidup (KH). Kematian ibu di dunia diperkirakan 303.000 jiwa, hampir semua kematian (99%) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan 64 % terjadi di wilayah Afrika (WHO, 2018). Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Perdarahan 1



dan infeksi tingkat kejadiannya cenderung menurun sedangkan HDK semakin meningkat, lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK (KemenKes RI, 2016). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau incidental di setiap 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019) Jumlah Kematian Ibu menurut provinsi tahun 2018-2019 dapat dilihat dimana penurunan dari 4.226 menjadi 4.221 kematian ibu di Indonesia berdasarkan laporan. Pada tahun 2019 kematian terbanyak ibu adalah perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus) rincian per provinsi. (Kemenkes RI, 2019). Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di negara miskin disebabkan oleh masalah kehamilan, persalinan, dan nifas. Pada tahun 2015, WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil meninggal saat hamil atau bersalin (Kemenkes RI, 2015). Menurut UNICEF mengawali tahun 2019 terdapat 395.000 persalinan terjadi diseluruh dunia. Hampir setengah kelahiran ini diestimasikan berasal dari 8 negara diseluruh dunia yaitu, India, China, Nigeria, Indonesia, Amerika Serikat dan Republik Kongo (WHO, 2019). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (3742), lahir spontan dengan presentase belakang kepala berlangsung dalam 1824 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun janin (Prawirohardjo, 2014). Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0–7 hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7–28 hari (Muslihatun, 2010). Dalam periode 5 tahun sebelum SDKI 2017, Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah 15 kematian per 1.000 kelahiran hidup, menyiratkan bahwa 1



2



dari 67 anak meninggal dalam bulan pertama kehidupannya. Berdasarkan hasil SDKI 2002–03 sampai SDKI 2017 untuk estimasi angka kematian neonatal, bayi dan balita pada periode 5 tahun sebelum survey, berikut rentang kepercayaan 95 persen. AKN menurun dari 20 per 1.000 kelahiran hidup hasil SDKI 2002–03 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup (penurunan 25 persen) (Kemenkes RI, 2017). Cakupan kunjungan Neonatal Pertama atau KN 1 merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6–48 jam. Setelah lahir yang meliputi antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (TBM) (Kemenkse RI, 2017). Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama (Prawirardjo,2018). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penyebab kematian ibu post partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan pendarahan pervaginam. Semua itu dapat terjadi, jika ibu post partum tidak mengetahui tanda bahaya selama masa nifas. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang masalah informasi yang diperoleh ibu nifas kurang. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program keluarga berncana ( KB ) sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. banyaknya anak-anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.



3



Alat kontrasepsi yang saat ini sudah tersedia bermacam-macam. Selain adanya alat kontrasepsi untuk wanita,juga tersedia alat kontrasepsi untuk pria. Hanya saja yang menjadi masalah saat ini, kurangnya pengetahuan akan metode memilih kontrasepsi,keuntungan,kerugian, serta efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Dan alat kontrasepsi yang sangat mudah di dapatkan seperti di minimarket. Tugas kita sebagai tenaga medis yaitu berusaha membantu masyarakat agar mereka mau menggunakan alat kontrasepsi untuk mewujudkan program pemerintah yaitu setiap keluarga memiliki anak 2 orang. Bidan juga memiliki peran untuk masalah gangguan reproduksi, salah satunya nyeri saat haid atau yang disebut dismenorea. Bidan memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, penanganan, dan promosi kesehatan misalnya adanya penyuluhan mengenai menstruasi pada remaja dan nyeri yang timbul saat menstruasi.



B. Tujuan 1. Tujuan umum a. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan persalinan. b. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi Ny. S c. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan post partum. d. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny. F dengan akseptor KB suntik 1 bulan e. Mampu



memberikan



asuhan



kebidanan



pada



Nn.A



dengan



Dismenorea



2. Tujuan khusus a. Persalinan dan bbl 1) Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan persalinan 2) Mengidentifikasi diangnosa kebidanan pada Ny. S dengan persalinan 3) Menyusun intervensi kebidanan pada Ny. S dengan persalinan



4



4) Melaksanakan implementasi kebidanan pada Ny. S dengan persalinan 5) Melaksanakan evaluasi pada Ny. S dengan persalinan 6) Melakukan pengkajian pada bayi Ny. S 7) Mengidentifikasi diangnosa kebidanan pada bayi Ny. S 8) Menyusun intervensi kebidanan pada bayi Ny. S 9) Melaksanakan implementasi kebidanan pada bayi Ny. S 10) Melaksanakan evaluasi pada bayi Ny. S



b. Nifas 1) Melakukan pengkajian pada Ny. S dengan post partum 2) Mengidentifikasi diangnosa kebidanan pada Ny. S dengan post partum 3) Menyusun intervensi kebidanan pada Ny. S dengan post partum 4) Melaksanakan implementasi kebidanan pada Ny. S dengan post partum 5) Melaksanakan evaluasi pada Ny. S dengan post partum



c. Neonatus 1) Melakukan pengkajian pada bayi Ny. S 2) Mengidentifikasi diangnosa kebidanan pada bayi Ny. S 3) Menyusun intervensi kebidanan pada bayi Ny. S 4) Melaksanakan implementasi kebidanan pada bayi Ny. S 5) Melakukan evaluasi pada By. Ny. S



d. Keluarga Berencana 1) Melakukan pengkajian pada Ny. F dengan akseptor KB suntik 1 bulan 2) Mengidentifikasi diangnosa kebidanan pada Ny. F dengan akseptor KB suntik 1 bulan 3) Menyusun intervensi kebidanan pada Ny. F dengan akseptor KB suntik 1 bulan



5



4) Melaksanakan implementasi kebidanan pada Ny. F dengan akseptor KB suntik 1 bulan 5) Melaksanakan evaluasi pada Ny. F dengan akseptor KB suntik 1 bulan



e. Kesehatan Reproduksi 1) Melakukan pengkajian pada Nn. A dengan keluhan Dismenorea 2) Mengidentifikasi



diangnosa



kebidanan



pada



Nn.A



dengan



Dismenorea 3) Menyusun intervensi kebidanan pada Nn.A dengan Dismenorea 4) Melaksanakan implementasi kebidanan pada Nn.A dengan Dismenorea 5) Melaksanakan evaluasi pada Nn.A dengan Dismenorea



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL) 1.



Konsep Dasar Persalinan a. Pengertian Dalam



pengertian



sehari-hari



persalinan



sering



diartikan



serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Kurniarum 2016 hal 3). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (JNPK-KR, 2016, hal. 37).



b. Sebab Terjadinya Persalinan Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his sehingga menjadi awal mula terjadinya proses persalinan. Sebab terjadinya persalinan antara lain : 1) Teori Penurunan Kadar Progesterone Kadar hormone progesterone akan mulai menurun pada kira- kira 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat beberapa kemungkinan, yaitu



7



hipoksia pada myometrium yang sedang berkontraksi, adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah otot-otot yang saling bertautan. Penegangan servik pada saat dilatasi atau pendataran serviks, yaitu pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hamper setipis kertas (Sondakh J, 2013) 2) Teori Oksitosin Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya



perubahan



keseimbangan



antara



estrogen



dan



progesterone dapat mengubah tingkat sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progerteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat (Sondakh J, 2013, hal. 2). 3) Peregangan Otot-otot Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter (Marmi, 2012, hal. 6). 4) Teori Fetal Cortisol Dalam teori ini diajukan sebagai “pemberi tanda" untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi



plasenta



sehingga



produksi



progesteron



berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin, yang menyebabkan iritability miometrium meningkat. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin dan



tidak



adanya



kelenjar



hipofisis



pada



janin



akan



menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan (Marmi, 2012, hal. 6).



8



5) Teori prostaglandin Prostaglandin bekerja di rahim untuk merangsang kontraksi selama kelahiran. Prostaglandin yang dikeluarkan oleh decidua konsentrasinya meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu (Marmi, 2012, hal. 6).



c. Tanda - Tanda Persalinan Menurut Kurniarum (2016, hal 5) tanda dan gejala persalinan yaitu: 1) Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut : a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan. b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin besar d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix. e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks. 2) Penipisan dan pembukaan serviks Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula. 3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.



9



4) Premature Rupture of Membrane Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.



d. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Menurut Kurniarum dkk (2016, hal.56-65) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan, yaitu : 1) Power (tenaga/kekuatan) Kontraksi Uterus Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. a) Pengkajian his (1) Frekuensi: jumlah his dalam waktu tertentu (2) Durasi : lamanya kontraksi berlangsung dalam satu kontraksi (3) Intensitas: kekuatan kontraksi diukur dalam satuan mmhg dibedakan menjadi: kuat, sedang dan lemah (4) Interval: masa relaksasi (diantara dua kontraksi) (5) Datangnya kontraksi: dibedakan menjadi; kadangkadang, sering, teratur. b) Pengaruh his (1) Cerviks menipis (effacement) (2) Cerviks berdilatasi sehingga mengakibatkan janin turun.



10



c) Tenaga mengejan (1) Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. (2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi. (3) Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup glotisnya mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya kebawah. (4) Tenaga mengejan ini hanyax



dapat berhasil, bila



pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his. (5) Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps (6) Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim. 2) Passage (jalan lahir) Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas: a) Bagian keras: tulang tulang panggul (rangka panggul) Panggul dibentuk oleh empat buah tulang yaitu: 2 tulang pangkal paha (os coxae), terdiri dari os illium, os ischium dan os pubis, 1 tulang kelangkang (os sacrum), dan 1 tulang tungging (os cocygis). Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian: (1) Panggul palsu/false pelvis (pelvis mayor) Yaitu bagian pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan. Pntu Atas Panggul (PAP) adalah bagian anterior pintu atas panggul, yaitu batas atas



11



panggul sejati dibentuk oleh tepi atas tulang pubis. Bagian lateral dibentuk oleh linea iliopektenia, yaitu sepanjang tulang inominata. Bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan promontorium sacrum. (2) Panggul sejati/ true pelvis (pelvis minor) Bentuk



pelvis



menyerupai



saluran



yang



menyerupai sumbu melengkung ke depan. Pelvis minor terdiri atas: pintu atas panggul (PAP) disebut pelvic inlet. Bidang tengah panggul terdiri dari bidang luas dan bidang sempit panggul. (a) Rongga panggul Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior (depan) pendek dan dinding posterior jauh lebih cembung dan panjang. Rongga panggul melekat pada bagian posterior simpisis pubis, ischium, sebagian ilium, sacrum dan koksigeum. (b) Pintu Bawah Panggul Yaitu batas bawah panggul sejati. Struktur ini berbentuk lonjong agak menyerupai intan, di bagian anterior dibatasi oleh lengkung pubis, dibagian lateral oleh tuberosisitas iskium, dan bagian posterior (belakang) oleh ujung koksigeum (c) Bidang Hodge Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher (VT).



12



Adapun bidang hodge sebagai berikut: i. Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul



(PAP)



yang



dibentuk



oleh



promontorium, artikulasio sakro iliaca, sayap sacrum, linia inominata, ramus superior os pubis, dan tepi atas symfisis pubis. ii. Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis berhimpit dengan PAP (Hodge I). iii. Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP (Hodge I) iv. Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis berhimpit dengan PAP (Hodge I). b) Bagian lunak: otot-otot, jaringan- jaringan dan ligamentligament Tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul. 3) Passenger Passenger terdiri atas : janin, plasenta dan air ketuban 4) Psikis Kelahiran



bayi



merupakan



peristiwa



penting



bagi



kehidupan seorang ibu dan keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis



(kecemasan,



keadaan



emosional



wanita)



dalam



menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang akan menolong persalinan. 5) Penolong persalinan Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.



13



e. Mekanisme Persalinan Prawihardjo (2014, hal. 310), menyatakan bahwa mekanisme persalinan yaitu : Hampir 96 % janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala pada presentasi kepala ini ditemukan + 58 % ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, + 23 % di kanan depan, 11 % di kanan belakang, dan ±8 % di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rectum. Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 faktor penting yang memegang peranan pada persalinan ialah: 1) Kekuatan-kckuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengejan 2) Keadaan jalan lahir 3)



Janinnya sendiri. His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan



serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman ialah apabila keadaan adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior. Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih luas jika dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior.



14



Akibat sumbu kepala janin simetris, dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul menurut hukum Koppel: a kali b = c kali d. Pergeseran di titik B lebih besar daripada di titik A. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran



yang



paling



kecil,



yakni



dengan



diameter



suboksipitebregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm) sampai di dasar panggul kepala janin keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil di bawah simfisis, dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturutturut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera me-rendakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar, Putaran paksi luar ialah gerakan kembali ke posisi sebelum



putaran



paksi



dalam



terjadi,



untuk



menyesuaikan



kedudukan kepala dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan balu depan terlebih dahulu, baru kemudian



15



bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya. Bila mekanisme partus yang fisiologis ini dipahami dengan sungguh-sungguh, maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera diakukan koreksi secara manual jika mungkin, sehingga tindakan-tindakan kooperatif tidak perlu dikerjakan. Apabila bayi telah lahir, lakukan pemotongan tali pusat dengan melakukan penjepitan pertama 2-3 cm dari pangkal, kemudian melakukan penjepitan kedua menggunakan klem 2 cm dari klem pertama. Memotong tali pusat diatara kedua klem. Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi segera akan menarik napas dan menangis. Bila bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala III (kala uri). Walaupun bayi telah lahir, kala uri tidak kalah pentingnya daripada kala I dan II. Kematian ibu karena perdarahan pada kala uri tidak jarang terjadi apabila pimpinan kala III (Kala Uri) kurang cermat dikerjakan. Seperti telah dikemukakan, segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitudo yang kira-kira sama tingginya, hanya frekuensinya berkurang, Akibat his ini uterus akan mengecil sehingga perlekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas, Melepasnya plasenta dari dinding uterus ini dapat dimulai dari tengah (sentral menurut Schultze), pinggir (marginal Mathew – Duncan, kombinasi 1 dan 2). Yang terbaiak ialah yang menurut Schultze. Umumnya kala llI berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.



16



f. Tahapan Persalinan Menurut Kurniarum (2016, hal. 11) proses persalinan terdiri dari 4 kala diantaranya adalah : 1) Kala I Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. a) Fase laten persalinan (1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap (2) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm (3) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam b) Fase aktif persalinan Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi (1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih (2) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm) (3) Terjadi penurunan bagian terendah janin 2) Kala II Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Tandatanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah: a)



Ibu ingin meneran



b) Perineum menonjol c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka



17



d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali. f)



Pembukaan lengkap (10 cm )



3) Kala III Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban a) Berlangsung tidak lebih dari 30 menit b) Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta c) Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan Tanda-tanda pelepasan plasenta : a) Perubahan ukuran dan bentuk uterus b) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim c) Tali pusat memanjang d) Semburan darah tiba tiba 4) Kala IV Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu a) Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung b) Masa 1 jam setelah plasenta lahir c) Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering d) Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini. Observasi yang dilakukan : (1) Tingkat kesadaran penderita. (2) Pemeriksaan tanda vital. (3) Kontraksi uterus. (4) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400- 500cc.



18



g. Partograf Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta



membantu



mencegah



terjadinya



penyulit



yang



dapat



mengancam keselamatan jiwa mereka. (JNPK-KR,2016). 1) Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan Selama fase laten, semua asuahan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalianan maupun di buku KIA dan KMS ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatatkan. a) Denyut jantung janin: setiap ½ jam b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam c) Nadi: setiap ½ jam d) Pembukaan serviks: setiap 4 jam e) Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam f) Tekanan darah dan temperature tubuh: setiap 4 jam g) Produk urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam. 2) Pencatatan selama Fase Aktif Persalinan Partograf Halaman



depan



partograf



mengintruksikan



observasi



dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif, persalinan, yaitu: a) Informasi tentang ibu: (1) Nama, umur; (2) Gravida, para, abortus (keguguran) (3) Nomor catatan rekam medik/nomor puskesmas;



19



(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu); (5) Waktu pecahnya selaput ketuban. b) Kondisi janin: (1) DJJ; (2) Warna dan adanya air ketuban; (3) Penyusupan (molase) tulang cranium janin. c) Kemajuan persalinan: (1) Pembukaan serviks; (2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin; (3) Garis waspada dan garis bertindak. d) Jam dan waktu: (1) Waktu mulainya fase aktif persalinan; (2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian. e) Kontaksi uterus: (1) Frekuensi kontaksi dalam waktu 10 menit; (2) Lama kontraksi (dalam detik) f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan: (1) Oksitosin; (2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan. g) Kondisi ibu: (1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh; (2) Urine (volume, aseton, protein). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan. 3) Mencatat Temuan pada Partograf a) Informasi tentang ibu Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai „jam atau pukul‟ pada partograf) dan perhatikan



20



kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban. b) Kondisi janin (1) Denyut Jantung Janin Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160. (2) Warna dan adanya air ketuban Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini: (a)



U



:



Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)



(b)



J



:



Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.



(c)



M :



Air ketuban bercampur mekonium.



(d)



D



:



Air ketuban bercampur darah.



(e)



K



:



Air ketuban tidak mengalir lagi (kering)



Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin ( denyut jantung janin 180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk. Jika mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang



memiliki



kemampuan



penatalaksanaan



kegawatdaruratan obsetri dan bayu baru lahir.



21



(3) Penyusupan (molase) Tulang Kepala Janin Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang brikut ini: (a)



0



:



tulang-tulang



kepala



janin



terpisah,



sutura dengan mudah dapat dipalpasi. (b)



1



:



tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.



(c)



2



:



tulang-tulang tumpang



kepala



tindih



tetapi



janin



saling



masih



dapat



janin



saling



dipisahkan. (d)



3



:



tulang-tulang tumpang



kepala



tindih



dan



tidak



dapat



dipisahkan. 4) Kemajuan Persalinan Kolom dan jalur kedua partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. a) Pembukaan serviks Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam sekali. Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus ditulis digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan dari pemriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan digaris wapada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan. b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (4 jam), atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi jain. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya



22



diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.



Namun



kadang



kala,



turunnya



bagian



terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks 7 cm. Penurunan kepala janin diukur seberapa tepi simfisis pubis. c) Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai digaris waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan puka adanya tindakan invertasi yang diperlukan, misalnya amniotomi, infus oksitosin atau persiapan-persiapan puskesmas)



yan



rujukan mampu



(kerumah menengani



sakit



atau



penyulit



kegawatdaruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. 5) Jam dan waktu a) Waktu mulainya fase aktif persalinan Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan Di bawah lajur kotak untuk mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu actual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak



23



diatasnya atau lajur kontaksi dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. c) Kontraksi uterus Dibawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan dalam 10 menit dan lamanya kontaksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontaksi yang terjadi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. d) Obat-obatan dan cairan yang diberikan Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV. e) Oksitosin Jika



tetesan



(drip)



oksitosin



sudah



dimulai,



dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume caiaran IV dan dalam satuan tetesan per menit. f) Obat-obatan lain dan cairan IV Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya. 6) Kesehatan dan Kenyamanan Ibu Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu. a) Nadi, tekanan darah dan temperatu tubuh Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. (1) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif kala persalinan. Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai (●)



24



(2) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai (↕) (3) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai. b) Volume urine, protein dan eseton Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam. Jika memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.



2.



Konsep Dasar Asuhan Persalinan a. Pengertian Asuhan Persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi baru lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. sementara itu fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma



dari sikap menunggu



menjadi



mencegah



komplikasi



dan



menangani komplikasi



yang



mungkin



terjadi



(Prawirohardjo.S, 2014, hal.334).



b. Tujuan Asuhan Persalinan Tujuan



asuhan



persalinan



normal



adalah



mengupayakan



kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Prawirohardjo.S, 2014, hal.335).



c. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah , yang paling penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan



25



aman. berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. (JNPKR, 2016, hal 7) Lima Benang Merah tersebut adalah : 1) Membuat Keputusan Klinis Membuat keputusan klinis merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan. Tujuan langkah dalam membuat keputusan klinik : a) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan. b) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah. c) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi / dihadapi. d) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah. e) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah. f) Melaksanakan asuhan / intervensi terpilih. g) Memantau



dan



mengevaluasi



efektifitas



asuhan



atau



intervensi. 2) Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi Menurut Walyani (2016 hal 65) Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan : a) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan



dukungan



emosional



dan



fisik



secara



berkesinambungan. 2) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.



26



3) Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan. 4) Memberi



asuhan



yang



peka



dan



responsif



dengan



kepercayaan, nilai dan adat istiadat. 5) Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu. 6) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan. 7) Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intravena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik. 8) Mengajarkan



pada



pemberi



asuhan



dalam



metode



meringankan rasa nyeri dengan/tanpa obat-obatan. 9) Mendorong semua ibu memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri. 10) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan kewajiban agama. 11) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik. 3) Pencegahan Infeksi Menurut Kurniarum (2016, hal. 91) Upaya pencegahan infeksi berupa Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan menggunakan sabun dan air mengalir dapat mengurangi risiko penularan infeksi pada ibu maupun bayi, dilanjutkan dengan penggunaan APD (alat perlindungan diri) yang telah disepakati, tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai standar, dilengkapi dengan alat dan bahan yang telah direkomendasikan Kemenkes dan IBI.



27



4) Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan Aspek-aspek penting dalam pencatatan termasuk : a) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan. b) Identifikasi penolong persalinan. c) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan. d) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas, dan dapat dibaca. e) Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia. f) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis. 5) Rujukan Sari & Rimandini (2014, hal. 27) menyatakan hal-hal penting dalam persiapan rujukan untuk ibu dan bayi atau sering disingkat BAKSOKUDA yaitu: a) B (Bidan) Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong



persalinan



yang



kompeten



untuk



menatalaksanankan gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan. b) A (Alat) Bawa



perlengkapan



dan



bahan-bahan



untuk



asuhan



persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan. c) K (Keluarga) Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan BBL hingga ke fasilitas rujukan.



28



d) S (Surat) Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan bayi baru lahir. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat



keputusan



klinik. e) O (Obat) Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan. Obet-obetan tersebut mungkin diperlukan selama di perjalanan. f) K (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat. g) U (Uang) Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan. h) Da (Donor dan Doa) Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun kerabat sebagai persiapan jika terjadi perdarahan, dan doa sebagai kakuatan spiritual dan harapan yang dapat membantu proses persalinan.



29



d. Standar Pertolongan Persalinan Menurut Septiana (2020, hal.52) standar asuhan persalinan terdiri dari 1) Standar 9 : Asuhan persalinan kala I Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai. Kemudian memberikanasuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien selama proses persalinan berlangsung. 2) Standar 10 : Persalinan yang aman Mengurangi



kejadian



pendarahan



pascapersalinan,



memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuba secara lengkap. 3) Standar 11 : Pelaksaan aktif persalinan kala III Bidan melakukan peregangan tali pusat dengan benar dan membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap. 4) Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perenium.



e. Asuhan Persalinan Normal JNPK-KR (2016, hal. 73) menyatakan 60 langkah Persalinan Normal, yaitu: 1) Melihat tanda dan gejala kala II. 2) Memastikan kelengkapan persalinan, bahan, dan obat-obatan esensial



untuk



menolong persalinan



dan



penatalaksanaan



komplikasi ibu dan bayi baru lahir. 3) Memakai celemek plastik. 4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk pribadi bersih dan kering.



30



5) Memakai sarung tangan Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT) pada yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6) Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik danletakkan di partus set/wadah DTT. 7) Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT. 8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. 9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, kemudian melepaskan dan merendam dalam keadaan terbalik kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. 10) Memastikan Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi. 11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. 12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. 13) Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran. 14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15) Meletakkan handuk bersih di bawah perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 16) Meletakkan kain 1/3 bagian sebagai alas bokong. 17) Membuka tutup partus dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan. 18) Memakai sarung tangan DTT / steril pada kedua tangan. 19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka



31



vulva maka lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi untuk membantu lahirnya kepala. Menganjurkan Ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal. 20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, segera lajutkan proses kelahiran bayi. 21) Setelah kepala bayi lahir, menunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan. 22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, penegangan secara bipariental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut, gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23) Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan bawah kearah perenium Ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang peranan dan siku sebelah atas. 24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas berlanjut ke punggung bokong, bokong, tungkai dan kaki. Memegang kedua mata kaki telunjuk diantara kaki dan pegang masingmasing mata kaki Ibu jari dan jari-jarinya. 25) Melakukan penilaian (sepintas) : a) Apakah bayi cukup bulan ? b) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan ? c) Apakah bayi bergerak aktif ? 26) Mengeringkan tubuh bayi, bungkus kepala bayi, kecuali bagian tali pusat. 27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir. 28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus



32



berkontraksi dengan baik. 29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10 unit dalam di 1/3 distal lateral paha. 30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir, memegang tali pusat dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusat bayi, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser3 cm proksimal dari pusat bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat kearah Ibu dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama. 31) Memotong dan mengikatan tali pusat. 32) Meletakkan bayi tengkurap di dada Ibu untuk kontraksi kulit dan bayi melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). 33) Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. 34) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah Ibu untuk mendeteksi kontraksi. 35) Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas secara hati-hati. 36) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial, hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dari arah sejajar lantai kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir. 37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan kedua tangan. 38) Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir, melakukan massage uterus hingga uterus berkontraksi. 39) Memeriksa kedua sisi plasenta, pastikan plasenta lahir lengkap, masukkan plasenta pada tempatnya. 40) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perenium. Melakukan penjahitan bila terjadi laserasi dan menimbulkan perdarahan.



33



41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 42) Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam klorin 0,5% selama 10 menit. 43) Memastikan uteus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong. 44) Massase uterus dan menilai kontraksi. 45) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik. 47) Memantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit). 48) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), kemudian cuci dan bilas. 49) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai. 50) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh ibu dengan air DTT, membersihkan daerah tempat bersalin, membantu ibu memakai pakaian yang kering dan bersih. 51) Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu memberikan air susu ibu (ASI). Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan dan minuman. 52) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. 53) Mencelupkan dan melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 55) Memakai



sarung



tangan



bersih/DTT



untuk



melakukan



pemeriksaan fisik bayi. 56) Dalam 1 jam pemberian salep mata, Vitamin K 1 mg IM di paha kiri bawah lateral.



34



57) Setelah 1 jam pemberian Vitamin K, memberikan suntikan Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. 58) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 60) Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV.



3.



Konsep Dasar Bayi Baru Lahir a.



Pengertian Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 -4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Siti Nurhasiyah, 2017) Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa Maternity (2018, hal.2) menyatakan bahwa bayi baru lahir disebut juga neonatus terbagi menjadi 2 tahapan, yaitu : 1) Umur 0-7 hari disebut neonatal dini. 2) Umur 8-28 hari disebut neonatal lanjut.



b. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal Bayi baru lahir dikatakan normal jika : 1) Usia kehamilan aterm antara 37-42 minggu 2) BB 2500 gram –4000 gram 3) Panjang badan 48-52 cm 4) Lingkar dada 30-38 cm



35



5) Lingkar kepala 33-35 cm 6) Lingkar lengan 11-12 cm 7) Frekuensi DJJ 120-160 x permenit 8) Pernafasan ± 40-60 x permenit 9) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang



cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas 10) Nilai APGAR > 7, gerakanaktif, bayi langsung menangis kuat



Tabel 2.3 Sistem Penilaian BBL dengan APGAR Skor Aspek pengamatan bayi baru lahir Appearance/ warna kulit Pulse/ nadi Grimance/ respon reflek Activity/tonus otot Respiratory/ Pernafasan



Skor 0



1



Seluruh tubuh Tubuh merah, kebiruan/ pucat ekstremitas biru Tidak ada 100 Gerakan aktif Gerakan spontan, langsung menangis Menangis kuat



Sumber : Siti Nurhasiyah, 2017 Interpretasi: a) Nilai 1-3 asfiksia berat b) Nilai 4-6 asfiksia sedang c) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal) 11) Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping (menggenggam) sudah baik.



36



12) Genetalia sudah terbentuk sempurna , pada laki-laki testis sudah turun ke skrotum dan penis berlubang, pada perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia mayora sudah menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24 jam pertama, berwarna hitam kecoklatan (Siti Nurhasiyah, 2017).



c.



Penanganan Segera Bayi Baru Lahir Menurut JNPK-KR/POGI, APN, asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir ialah : 1) Pencegahan Infeksi a) Cuci



tangan dengan seksama sebelum dan setelah



bersentuhan dengan bayi. b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang



belum dimandikan c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan,



terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang



digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin



pula



dengan



timbangan,



pita



pengukur,



termometer, stetoskop. 2) Melakukan penilaian a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa



kesulitan b) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemasJika bayi



tidak bernapas atau bernapas megap –megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.



37



3) Pencegahan Kehilangan Panas



Mekanisme kehilangan panas a) Evaporasi



Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. b) Konduksi



Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda –benda tersebut c) Konveksi



Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan. d)



Radiasi Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda –benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda –benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).



Mencegah kehilangan panas Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut: a) Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya. b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat. Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)



38



c) Selimuti bagian kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. d) Anjurkan



ibu



untuk



memeluk



dan



menyusui



bayinyaPelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam (6) jam setelah lahir. Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah: (1) Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi (2) Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara 36,5º C –37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu –bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam. (3) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan



39



(4) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering



untuk



menyelimuti



tubuh



bayi



setelah



dimandikan. (5) Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat (6) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering (7) Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik (8) Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik (9) Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya 4) Membebaskan Jalan Nafas nafas



Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut : a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat. b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang. c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril. d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.



40



e) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat f) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung g) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score) h) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan 5) Merawat Tali Pusat a) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat. b) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya. c) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi d) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering. e) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat 20tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu. f) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan. g) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5% h) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik



41



6) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadaidan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia. Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan : a) Keringkan bayi secara seksama b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat c) Tutup bagian kepala bayi d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya e) Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. 7) Pencegahan Infeksi a) Memberikan vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 –1 mg IM.



42



b) Memberikan obat tetes atau salep mata Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata gentamycin 0,3%, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini : (1) Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi (2) Pakai sarung tangan bersih padasaat menangani bayi yang belum dimandikan. (3) Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. (4) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih. (5) Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop



dan



benda-benda



bersentuhan dengan bayi



lainnya



yang



akan



dalam keadaan bersih



(dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan) (Lusiana El, 2019)



4.



Konsep Dasar Asuhan BBL Normal a.



Pengertian Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan (Sari & Rimandini 2014, hal. 239).



43



b. Tujuan Sari & Rimandini (2014, hal. 240) menyatakan tujuan asuhan bayi baru lahir antara lain: 1) Mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. 2) Menghindari resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. 3) Mengetahui aktivitas bayi normal/ tidak dan identifikasi masalah kesehatan BBL yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.



c. Standar Pelayanan Bayi Baru Lahir Pudiastuti (2011, hal. 65) menyatakan pelayanan untuk bayi baru lahir terdapat pada standar 13, yaitu : 1) Standar 13: Perawatan bayi baru lahir Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernapasan secara spontan, mencegah hipoksia sekunder, menentukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.



d. Manajemen Bayi Baru Lahir Normal PENILAIAN Bayi cukup bulan Bayi menangis atau bernafas/ tidak megap-megap Tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif



ASUHAN BAYI BARULAHIR



Jaga kehangatan Bersihkan jalan napas (jika perlu) Keringkan Pemantauan tanda bahaya Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir Lakukan inisiasi menyusui dini Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuscular, dipaha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusui dini Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata 44 Pemeriksaan fisik Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ML intramuscular, di paha kanan anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1



B. NIFAS 1. Konsep Dasar Nifas a. Pengertian Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta



sampai



dengan



6



minggu



(42



hari)



setelah



itu.



(Prawirohardjo, 2014 hal.356). Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Widyasih, dkk 2013, hal.1).



b. Tahapan Masa Nifas Masa nifas menurut Kemenkes RI (2015) terbagi menjadi tiga periode yaitu: 1) Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam. Masa 2 jam setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus dengan teratur melakukan pemerikasan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu. 2) Periode pasca salin awal (earlypost partum) 24 jam –1 minggu. Pada periode ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik. 3) Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1 – 6 minggu. Pada periode ini waktu pemulihan dan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaaan sehari-hari serta konseling KB.



45



c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Uterus Involusi uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic(layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasiuntuk meraba dimana tinggi fundus uteri (TFU). Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat dengan berat 1000 gram. Pada akhir kala III,TFU teraba 2 jari dibawah pusat. Pada 1 minggu postpartum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram. Pada 2 minggu postpartum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350 gram. Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram. Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan miometrium yang bersifat proteolisis. (Sulistyawati, 2015) b) Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengadung darah dan sisa jaringan desiduayang necrotic dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:



46



(a) Lokhea rubra/merah Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa nifas. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium. (b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 masa nifas. (c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14masa nifas. (d) Lokhea alba/putih Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama minggu ke 2-6masa nifas. Lokhea yang menetap pada awal periode masa nifas menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan lokhea purulenta. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut dengan lokhea statis. (Sulistyawati, 2015) c) Perubahan Serviks dan Segmen Bawah Uterus Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai,



dan



berbentuk



seperti



corong.



Hal



ini



disebabkankorpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus uteri dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Setelah



47



minggu pertama serviks mendapatkan kembali tonusnya. Hiperplasi dan retraksi serviks menyebabkanrobekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium uteri eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium uteri eksternum lebih besar, tetapi ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yangsangat menipis berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Dalam perjalanan beberapa minggu, segmen bawah diubah dari struktur yang jelas-jelas cukup besar untuk memuat kebanyakan kepala janin cukup bulan menjadi isthmus uteri hampir tidak dapat dilihat yang terletak diantara



korpus



diatas



dan



ostiuminterna



serviks



dibawah.(Rukiyah, 2011) 2) Perubahan Sistem Pencernaan Menyatakan bahwa ada beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain : a) Nafsu Makan Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari. b) Motilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cuma menetap salama waktu yang singkat setelah bayi lahir.



Kelebihan



analgesik



bisa



memperlambat



pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.



48



c) Pengosongan Usus Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi, hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal. 3) Perubahan Sistem Perkemihan Rukiyah, dkk (2011, hal. 65) menyatakan bahwa pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca



melahirkan



kadar



steroid



menurun



sehingga



menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. 4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal Pada saat post partum sistem musculoskeletal akan berangsurangsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri. 5) Perubahan Sistem Endokrin Nugroho, dkk (2014, hal. 109) menyatakan bahwa selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut antara lain : a) Hormon Plasenta b) Homon Pituitary c) Hipotalamik Pituitary Ovarium d) Hormon Oksitosin e) Hormon Estrogen dan Progesteron



49



6) Tanda-tanda Vital Rukiyah, dkk (2011, hal. 68) menyatakan bahwa perubahan tanda vital selama masa nifas yaitu : a) Suhu Badan Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal. akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan. b) Nadi Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali kefrekuensi sebelum hamil. Setiap denyut nadi di atas 100 x/menit



selama



masa



nifa



sadalah



abnormal



dan



mengindikasikan pada infeksi atau haemoragic post partum. c) Tekanan Darah Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada masa nifas merupakan tanda terjadinya pre eklamsia. d) Pernafasan Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila pernafasan pada masa menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. 7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon esterogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar esterogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma



50



darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersamasama dengan trauma selama persalinan. Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300-400 cc. Pada persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik. Hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu (Nugroho, dkk, 2014, hal. 113). 8) Perubahan Sistem Hematologi Pada awal post partum, jumlah hemohlobin, hematocrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari wanita tersebut (Rukiyah, dkk, 2011, hal. 72)



d. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas Widyasih dkk (2013, hal. 101),menyatakan bahwa kebutuhan dasar nifas yaitu: 1) Nutrisi dan Cairan a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. b) Makan dengan diet berimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.



51



2) Ambulasi Dini Keuntungan ambulasi dini adalah sebagai berikut a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan ambulasi dini. b) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru, dan perkemihan lebih baik. c) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu. d) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai. e) Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial-ekonomis). Menurut, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapses. 3) Eliminasi a) BAK Buang air kecil sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan. Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih. b) BAB Ibu diharapkan dapat buang air besar (defekasi) sekitar 3-4 hari



post



partum.



Apabila



mengalami



kesulitan



BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan;konsumsi makanan berserat;olahraga; berikan obat rangsangan per oral/per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu. 4) Kebersihan Diri dan Perineum Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan



rasa



nyaman.



kebersihan



diri



meliputi



kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam



52



menjaga kebersihan diri adalah sebagai berikut: a) Mandi teratur minimal 2 kali sehari b) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur c) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal d) Melakukan perawatan perineum e) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari f) Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia. 5) Istirahat dan Tidur Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain : a) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan. c) Tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. Kurang



istirahat



berkurang;



dapat



menyebabkan,



Memperlambat



menyebablkan



depresi



dan



proses



jumlah



ASI



involusi



uteri;



ketidakmampuan



dalam



merawat bayi sendiri. 6) Aktivitas Seksual Hubungan seksual dilakukan begitu darah berhenti. Namun demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.



53



7) Perawatan payudara a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering b) Menggunakan BH yang menyokong payudara c) Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali menyusui d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.



ASI



dikeluarkan



dan



diminumkan



dengan



menggunakan sendok e) Untuk mengilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam. f) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI lakukan pengompresan payudara dengan air hangat selama 5 menit,urut payudara menggunakan sisir membentuk huruf “Z” menuju putting. Keluarkan sebagian ASI, susukan bayi setiap 2-3 jam sekali, letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui dan keringkan payudara. 8) Keluarga berencana a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Petugas kesehatan dapat membantu merencanakannya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan b) Biasanya wanita tidak menghasilkan sel terlur sebelum ia mendapatkan haidnya kembali. Oleh karena itu, metode macron laktasi dapat dipakai sebelum haid untuk yang pertama kalinya tetap lebih aman terutama apabila ibu sudah haid lagi. c) Sebelum menggunakan metode KB, sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu tentang: jika ibu telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk melakukan junjungan ulang 2 minggu kemudian untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.



54



e. Tanda Bahaya Masa Nifas Rukiyah, dkk (2011, hal.154) menyatakan bahwa tanda bahaya masa nifas sebagai berikut : 1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam). 2) Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras. 3) Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung. 4) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, atau masalah penglihatan. 5) Pembengkakan pada wajah dan tangan. 6) Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan. 7) Payudara yang memerah, panas, dan/atau sakit. 8) Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepajangan. 9) Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki. 10) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi. 11) Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.



2. Konsep Dasar Asuhan Nifas a. Pengertian Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013 hal. 4).



b. Tujuan Asuhan Nifas Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas menurut Asih (2016) bertujuan untuk:



55



1) Memulihkan kesehatan klien. Memberikan KIE pada klien untuk menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan berdasarkan anjuran bidan, mengatasi anemia, mencegah infeksipada alat-alat kandungan dengan memperhatikan kebersihan diri, mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot (senam nifas) untuk memperlancar peredaran darah. 2) Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis. 3) Mencegah infeksi dan komplikasi. 4) Memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). 5) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. 6) Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada ibu dan keluarganya melalui KIE. 7) Memberikan pelayanan Keluarga Berencana.



c. Standar Pelayanan Asuhan Masa Nifas Pudiastuti (2011, hal. 65) menyatakan bahwa standar pelayanan nifas yaitu: 1) Standar 14: Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberi penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pemulihan kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. 2) Standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas Bidan memberi pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini,



56



penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberi penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.



d. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas Tabel 2.7 Standar Minimal Kunjungan Masa Nifas



Kunjungan 1



Waktu 6-8 jam setelah persalinan



Kunjungan



Waktu



2



3



4



Tujuan a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri d. Pemberian ASI awal e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.



Tujuan



6 hari setelah a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus persalinan berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal , tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan , cairan dan istirahat d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan tanda-tanda penyulit Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 2 minggu Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan setelah meraba bagian rahim. persalinan 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia setelah atau bayi alami persalinan b. Memberikan konseling untuk KB secara dini dan pemberian kontrasepsi.



Sumber: Dewi,dkk 2014, hal. 4



57



C. Neonatus, Bayi, dan Balita 1. Pengertian Neonatus Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang mengalami proses kelahiran berusia 0 sampai 28 hari bayi baru lahir memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin ) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik. Marmi (2012, hal 1). Maternity (2018, hal.2) menyatakan bahwa bayi baru lahir disebut juga neonatus terbagi menjadi 2 tahapan, yaitu : a. Umur 0-7 hari disebut neonatal dini b. Umur 8-28 hari disebut neonatal lanjut



2. Pengertian Bayi Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa (Marni dan Rahardjo, 2015).



3. Pengertian Balita Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2017).



58



D. Keluarga Berencana 1. Konsep Dasar Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana Menurut Depkes RI (1999) dalam Prijatni dkk (2016 hal 114) KB adalah merupakan suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. Menurur Hartanto (2004) dalam Prijatni dkk (2016 hal 114) KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang



diinginkan,



mengatur interval diantara kelahiran.



b. Kontrasepsi Menurut Prijatni (2016 hal 116) Istilah kontrasepsi berasal dari kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sprema yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.



c. Tujuan Program KB Menurut Yulizawati (2019 hal 33) tujuan program KB yaitu : 1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendaliain kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. 2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.



59



d. Kontrasepsi Pasca Salin Affandi (2014, hal. MK1) menyatakan metode kontrasepsi pascapersalinan adalah sebagai berikut: 1) Metode Amenore Laktasi a) Profil Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. b) Waktu Mulai Pemakaian MAL Metode Amenore Laktasi (MAL) dapat digunakan sebagai kontrasepsi bila: menyusui secara penuh (Full Breast Feeding) dan efektif bila pemberian ≥ 8 x/hari, belum mendapat haid, umur bayi < 6 bulan, dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. c) Cara Kerja Metode kontrasepsi ini bekerja dengan menghambat ovulasi jika semua kriteria terpenuhi yaitu menyusui penuh (full breast feeding); pemberian ≥ 8 kali sehari, belum menstruas dan umur bayi kurang dari 6 bulan (Yuhedi & Kurniawati, 2013 hal.48) 2) Kontrasepsi Progestin a) Mini Pil Progestin (1) Profil Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB, sangat efektif pada masa laktasi, dosis rendah, tidak menurunkan produksi ASI, efek samping utama adalah gangguan perdarahan, perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur, dan dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.



60



(2) Waktu Mulai Pemakaian Mini Pil Progestin Mulai hari pertama sampai hari ke- 5 siklus haid, dapat digunakan setiap saat, asal tidak terjadi kehamilan. Bila



menyusui



antara



6



minggu



dan



6



bulan



pascapersalinan dan tidak haid, mini pil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan. Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dank lien telah mendapat haid, mini pil dapat dimulai pada hari ke 1-5 siklus haid. (3) Cara Kerja Mekanisme kerja mini pil yaitu menghambat sekresi gonadrotopin dan sintesis steroin seks di ovarium, mempersulit



proses



implantasi,



mengaggu



proses



penetrasi sperma karena lebih kentalnya lender serviks, dan mempengaruhi miilitas



tuba, fertilisasi



serta



transportasi sperma ( Meilani, 2012 hal. 99). b) Suntikan Progestine (1) Profil Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI. Jenis suntikan progestin adalah Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera) mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 1 bulan dengan cara intramuscular, dan Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretdron Enantat,



diberikan



setiap



2



bulan



sekali



secara



intramuscular. (2) Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Progestin Dapat digunakan setiap saat selama siklus haid asal ibu tersebut tidak hamil, jika ibu ingin menggunakan AKDR dengan kontrasepsi hormonal suntikan pertama dapat diberikan pada hari ke-7 siklus haid saja dengan keyakinan ibu tersebut tidak hamil. Hormon tersebut



61



mencegah wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi. (3) Cara Kerja Cara kerja suntik progestin ialah mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lender tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba (Sulistyawati, 2014 hal. 75) 3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) a) Profil Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun : CuT 380A). Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia usia reproduksi, dan tidak boleh dipakai perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS). b) Waktu Mulai Pemakaian AKDR Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut dipastikan tidak hamil. Sesudah melahirkan dalam waktu 48 jam pertama pasca persalinan, 6-8 minggu, ataupun sesudah melahirkan. c) Cara Kerja AKDR



mencegah



kehamilan



dengan



merusak



kemampuan hidup sperma dan ovum karena adanya perubahan tuba dan cairan uterus. Hal ini dikarenakan adanya AKDR yang dianggap sebagai benda asing sehingga menyebabkan peningkatan leukosit. Tembaga pada AKDR bersifat toksik terhadap sperma dan ovum. Selain itu, AKDR mengandung hormone progesterone yang menyebabkan lender serviks megental dan menyebabkan sperma sulit melewati serviks. AKDR juga mencegah implantasi.



62



4) Kontrasepsi Implan a) Profil Efektif 5 tahun untuk implant jenis norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant atau Implanon, pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan, kesuburan segera kembali setelah implant dicabut, dan aman dipakai pada masa laktasi. b) Waktu Mulai Implan Dapat digunakan setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 asalkan klien diyakinkan tidak hamil dan tidak



diperlukan



metode



kontrasepsi



tambahan.



Bila



menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat, bila menyusui penuh klien tidak perlu memakai metode kontasepsi lain. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakanmetode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. c) Cara Kerja Cara kerja implant ialah menjadikan lender serviks menjadi



kental,



menggangu



proses



pembentukan



endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma dan menekan ovulasi (Sulistyawati, 2014 hal 81). Tabel. 2.8 Metode Kontrasepsi Pascapersalinan Metode kontrasepsi MAL



Waktu pascapersalinan -



Ciri-ciri khusus



Mulai segera - Manfaat pascapersalinan kesehatan bagi Efektivitas tinggi ibu dan bayi. sampai 6 bulan - Memberikan pascapersalinan dan waktu untuk belum haid. memilih kontasepsi lain



Catatan Harus benar-benar ASI ekslusif. - Efektivitas mulai berkurang jika mulai suplementsi. -



63



Kontrasepsi progestin



-



-



-



-



Diagfragma



-



Sebelum 6 minggu - Tidak ada pascapersalinan, pengaruh terhaap klien menyusui ASI. dapat menggunakan kontrasepsi Progestin, bila kontrasepsi lain tidak tersedia tau ditolak. Jika menggunakan MAL, kontrasepsi progestin dapat ditunda sampai 6 bulan. Jika tidak menyusui dapat segera dimulai. Jika tidak menyusui lebih dari 6 minggu pascasalin, atau sudah dapat haaid, kontasepsi progestin dapat dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan. Sebaiknya tunggu - Tidak ada sampai 6 minggu pengaruh pascapersalinan terhadap laktasi



-



Perdarahan ireguler dapat terjadi



-



Perlu pemeriksaan dalam oleh petugas Penggunaan spermisida membantu mengatasi keringnya vagina Insersi pascaplasenta memerlukan pertugas terlatih khusus. Konseling perlu dilakukan sewaktu asuhan antenatal Angka pencabutan AKDR tahun pertama lebih tinggi pada klien menyusui. Ekspulsi spontan lebih tinggi (6-10%) pada pemasangan pascaplasenta Sesudah 4-6 minggu pascapersalinan teknik sama dengan pemasangan waktu interval



-



-



AKDR



Dapat dipasang langsung pascaplasenta, sewaktu seksio sesarea, atau pascapersalinan, sebelum klien pulang kerumah. - Jika tidak, insersi ditunda sampai 4-6 minggu pascapersalinan - Jika laktasi atau haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan. -



Tidak ada pengaruh terhadap ASI Efek samping lebih sedikit pada klien yang menyusui



-



-



-



-



-



64



Kondom/ spermisida



-



Dapat digunakan setiap saat pascapersalinan



KB alamiah



-



Tidak dianjurkan sampai siklus haid kembali



Koitus Interuptus atau abstinensia



-



Kontrasepsi mantap: Tubektomi



-



Vasektomi



-



-



Tidak ada pengaruh terhadap laktasi - Sebagai cara sementara sambil memilih metode lain - Tidak ada pegaruh terhadap laktasi -



-



Sebaiknya pakai kondom yang diberi pelicin



Lendir serviks tidak keluar seperti haid regular lagi - Suhu basal tubuh kurang akurat jika klien sering terbangun waktu malam hari untuk menyusui Dapat digunakan - Tidak ada - Beberapa pasangan tidak setiap waktu pegaruh terhadap sanggup untuk abstinensi. laktasi - Perlu konseling - Abstinesi 100% efektif Dapat dilakukan dalam - Tidak ada - Perlu anestesi local 48 jam pascapersalinan pengaruh - Konseling sudah harus JIka tidak, tunggu terhadap laktasi dilakukan sewaktu asuhan sampai 6 minggu atau tumbuh antenatal pascapersalinan kembang bayi - Minilparatomi Pascapersalinan paling mudah dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan Tidak segera Dapat dilakukan setiap - Merupakan salah satu efektif karena saat cara KB untuk pria. -



perlu waktu paling sedikit 20 ejakulasi (± 1 bulan) sampai benar-benar steril



Sumber : Affandi, (2014, hal. U-52)



e. Metode Kontrasepsi Rasional Handajani (2012, hal.92) menyatakan KB rasional dibuat untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat ibu melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat, dan ibu melahirkan pada usia tua, perlu dibuat perencanaan keluarga menuju keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera yang sifat-sifatnya sesuai dengan ciri-ciri setiap periode



65



perencanan keluarga tersebut yaitu sebagai berikut : 1) Masa Menunda Kehamilan Pasangan usia subur dengan isteri berusia kurang dari 20 tahun kembalinya kesuburan lebih tinggi. Artinya kembalinya kesuburan dapat dijamin 100% . Hal ini penting karena dalam periode ini, akseptor belum mempunyai anak. Efektifitas tinggi. 2) Masa Mengatur Kesuburan Menjarangkan kehamilan, usia isteri antara 20-30 tahun merupakan periode yang paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak dua orang dan jarak kelahiran anak ke-1 dan ke-2 sesuai dengan jarak kelahiran yang aman untuk kesehatan ibu dan anak. Tidak menghambat produksi ASI dimana penggunaan ASI mempengaruhi angka kematian bayi dan kesakitan bayi. Kontrasepsi yang disarankan : AKDR, suntikan, pil, implant, cara sederhana, kontap (bila umur sekitar 30 tahun). 3) Masa Mengakhiri Kesuburan (tidak hamil lagi) Pasangan usia subur dengan periode usia isteri lebih dari 30 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai anak. Efektivitas sangat tinggi, kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi. Selain itu akseptor sudah tidak ingin mempunyai anak lagi, dapat dipakai untuk jangka panjang serta tidak menimbulkan munculnya penyakit lain. Kontrasepsi yang disarankan : Kontrasepsi mantap (kontap), implant, AKDR, pil, suntikan, cara sederhana.



Tabel 2.9 Penggunaan Kontrasepsi Rasional Umur 20 tahun Jumlah Anak



0



20-24 tahun



- Pil - Pil - AKDR - AKDR - Cara - Cara sederhana sederhana



25-29 tahun



30-34 tahun



- Tanpa kontrasep si



- Tanpa kontrasep si



35 tahun Resiko tinggi, perlu bimbingan bantuan dan pengawasan ahli



66



1



2



3 atau lebih



- AKDR - Pil - Suntik - Cara sederhana



- AKDR - Pil - Suntik - Cara sederhana



- AKDR - Suntik - Implan - Pil - Cara sederhana



- AKDR - Suntik - Implan - Pil - Cara sederhana



Resiko tinggi, perlu bimbingan bantuan dan pengawasan ahli



- AKDR - Suntik - Implan - Pil - Cara sederhana - Kontap - Implan - Suntik - Pil - Cara sederhana



- AKDR - Suntik - Implan - Pil - Cara sederhana - Kontap - Implan - Suntik - Pil - Cara sederhana



- Kontap - Implan - AKDR - Suntik - Pil



- Kontap - Implan - AKDR - Suntik - Pil



Kontap AKDR Implan Cara sederhana



-



- Kontap - AKDR - Implan - Suntik - Cara sederhana - Pil



Kontap AKDR Implan Suntik Cara sederhana Pil



Kontap AKDR Implan Suntik Cara sederhana - Pil



Sumber : Sulistyawati, (2012, hal. 138) 2. Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana a. Pengertian Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana adalah asuhan yang diberikan pada ibu, berkaitan dengan pemaaman tentang jenis-jenis metode KB, baik KB kalender (pantang berkala), kondom, hormonal dan non-hormonal (Prijatni, 2016 hal 164). Menurut Prijatni (2016 hal 128) konseling Kb bertujuan membantu klien dalam hal: 1) Menyampaikan informasi dari pilihan pola reduksi. 2) Memilih metode KB yang diyakini. 3) Menggunakan metode KB yang dipiliah secara aman dan efektif. 4) Memulai dan melanjutkan KB. 5) Mempelajari tujuan, ketidak jelasan informasi tentang metode KB yang tersedia. 6) Memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam pengambilan keputusan secara tepat.



67



7) Membantu pemenuhan kebutuhan klien meliputi menghilangkan perasaan yang menekan/menganggu dan mencapai kesehatan mental yang positif. 8) Mengubah sikap dan tingkah laku ynag negative menjadi positif dan yang merugikan klien menjadi menguntungkan klien. 9) Meningkan penerimaan . 10) Menjamin pilihan yang cocok. 11) Menjamin penggunaan cara yang efektif. 12) Menjamin kelangsungan yang lama..



b. Langkah-langkah Asuhan Keluarga Berencana Menurut Yulizawati (2019 hal 104) Langkah-langkah dalam konseling KB adalah “SATUTUJU”: SA : Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada klien dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya dirinya. Tanyakan pada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya. T



: Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalamannya ber KB, tujuan, kepentingan,



serta



harapannya



kedepan.



Tanyakan



juga



kontrasepsi apa yang diinginkan klien. Perlihatkan sikap bahwan bidan memahami klien. U



:Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan kotrasepsi yang paling mungkin. Bantulah klien kepada jenis kontrasepsi yang paling diingankannya, serta jelaskan pula alternatifnya.



TU : Bantulah klien menentukan pilihanya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Dorong klien untuk menungkukan keinginannya dan mengajukan pertanyaan, serta tanggapi dengan terbuka.



68



Konselor akan membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap suatu jenis kontrasepsi. Tanyakan juga dukungan



pasangan



klien



terhadap



penggunaan



metode



kontrasepsi yang dipilihnya. Dan yakinkan bahwa klien telah memutuskan keputusan yang tepat. J



: Jelaskan secara lengkap bagaimana memilih kontrasepsi yang dipilih oleh klien. Jika perlu, perlihatkan jenis kotrasepsinya. Jelaskan bagaiaman acara menggunakan obat/alat kontasepsi yang dipilih oleh klien. Beitahu juga manfaat ganda darai kontrasepsi bila ada.



U



: Jika diperlukan kunjungan ulang, bicarakan dengan klien dan buat perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan kunjungan ulang. Diingiatkan juga klien untuk datang bila ada masalah atau keluhan.



c. Standar Pelayanan Keluarga Berencana Septiana (2020 hal. 56) menyatakan standar pelayanan BBL seperti berikut : 1) Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat dengan benar, penemuan dini, penanganan dan rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan



secara



umum,



kebersihan



perorangan,



makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. 2) Pelayanan keluarga berencana selama pandemi Covid-19 Menurut Kemenkes RI (2020, hal. 61) menyatakan bahwa pelayanan Keluarga Berencana sebagai berikut :



69



a) Pelayanan KB pasca persalinan diutamakan menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dilakukan dengan janji temu dan menerapkan protokol kesehatan serta menggunakan APD yang sesuai dengan jenis pelayanan. b) KB pasca persalinan : pada ibu suspek, probable, atau terkonfirmasi COVID-19, pelayanan KB selain AKDR pascaplasenta atau sterilisasi bersamaan dengan seksio sesaria, dilakukan setelah pasien dinyatakan sembuh.



E. Kesehatan Reproduksi 1. Pengertian Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir sampai mati. Dalam pendekatan siklus hidup dikenal lima tahap, beberapa pelayanan kesehatan reproduksi dapat diberikan pada lima tahap yaitu, konsepsi, bayi dan anak, remaja, usia subur, usia lanjut. Peran bidan dalam memberikan asuhan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi yaitu, mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan mengenai faktor yang menyebabkan amenorea tersebut. Menyusun rencana, mengevaluasi, membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan mengenai dismenorea



2. Pubertas Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi sedangkan istilah adolescence lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas. 70



Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut : a. Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa yang khusus dan penting karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. b. Masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologis) secaracepat yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu perlu pengertian, bimbingan, dan dukungan lingkungan di sekitarnya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa yang sehat, baik jasmani, sosial, maupun psikososial. c. Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita. Bagi laki-laki, masa remaja dulu gadis mulai dipingit ketika merka mulai mengalami menstruasi. d. Walaupun dewasa ini praktik seperti itu telah jarang dilakukan, namun perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki merupakan saat diperolehnya kebebasan, sedangkan untuk wanita merupakan saat dimulainya segala bentuk pembatasan (pada zaman remaja laki-laki dan wanita ini dapat menempatkan remaja wanita dalam posisi dirugikan).



3. Menstruasi Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai haid yang klasik ialah 28 hari. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia



71



55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai.Dari pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari dan tidak teratur, biasanya siklus tidak berovulasi (anavulatoar). Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, danada yang sampai 7-8 hari. Gangguan haid dan siiklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid: 1) Hipermenorea atau menoragia 2) Hipomenorea b. Kelainan siklus 1) Polimenorea 2) Oligomenorea 3) Amenorea c. Perdarahan dluar haid Metroragia d. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid 1) Premenstrual tension (ketegangan prahaid) 2) Mastodinia 3) Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) 4) Dismenorea.



4. Dismenorea Dismenore adalah istilah medis untuk mendeskripsikan nyeri haid. Kondisi ini ditandai dengan adanya kram di perut bagian bawah yang biasanya muncul sebelum atau saat menstruasi. Bagi beberapa wanita, dismenore yang mereka alami mungkin bersifat ringan dan tidak mengganggu rutinitas. Namun, bagi beberapa wanita lainnya, nyeri haid ini sering kali menyebabkan rasa tidak nyaman.



72



Bahkan, kadang-kadang sampai mengganggu aktivitas



sehari-hari



penderitanya. Secara umum, terdapat dua jenis dimenore, yaitu: a. Disminore Primer Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjad akibat otot rahim berkontraksi dengan kuat. Rasa nyeri ini muncul di perut bagian bawah dan terkadang menjalar hingga ke punggung bagian bawah dan paha. Biasanya, nyeri bisa muncul 1 -2 hari sebelum menstruasi datang, juga saat sedang mengalami menstruasi. Selama mengalami kondisi ini, Wanita mungkin juga akan mengalami beberapa gejala lain, seperti mual, muntah, lemah, lesu, tidak bertanaga, dan bahkan diare.



b. Disminore Sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri yang disebabkan karena adanya masalah pada organ reproduksi wanita. Pada dismenore sekunder, nyeri biasanya dimulai pada awal siklus menstruasi dan bertahan lebih lama dari kram menstruasi pada umumnya. Nyeri karena dismenore sekunder juga biasanya tidak disertai dengan mual, muntah, badan terasa lemas, dan diare



F. Manajemen Kebidanan 1. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan a. Pengertian Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh bidan berupa proses pendekatan pemecahan masalah yang sistematis, dimulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam praktiknya, bidan harus berfikir kritis, etis, tidak pragmatis untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil asuhan (Saminem, 2010, hal. 1).



73



b. Langkah dalam Manajemen Kebidanan Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney didalam Sudarti dan Fauziah (2010, hal. 33). Ialah sebagai berikut: 1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar) Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian meliputi pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap serta riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data laboratorium dan membandingkan dengan hasil study, semua data dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien. 2) Langkah II (Interpretasi Data Dasar) Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah terpikirkan perencanaan yang dibutuhkaan terhadap masalah. 3) Langkah III (Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial Antisipasi Penanganannya) Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah didentifikasi.



Langkah



ini



membutuhkan



antisipasi,



bila



memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/ masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. 4) Langkah IV (Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera) Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan.Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan.



74



5) Langkah V (Menyusun Asuhan secara Menyeluruh) Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil. 6) Langkah VI (Pelaksanaan Perencanaan) Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. 7) Langkah VII (Evaluasi) Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.



2. Konsep Dasar Dokumentasi Kebidanan a. Pengertian Menurut Sudarti dan Fauziah (2010, hal 3) dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan. b. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan Teknik SOAP Handayani (2017, hal. 171) berdasakan Kemenkes RI menyatakan pendokumentasian



atau



catatan



manajemen



kebidanan



dapat



diterapkan dengan metode SOAP. Uraian dari metode SOAP adalah: S : Data Subjektif Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan



75



keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. O : Data Objektif Data yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan



fisik



pasien,



pemeriksaan



laboratorium



atau



pemeriksaan diagnostik lain. A : Analisa Keadaan pasien setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien sehingga dapat diambil keputusan atau tindakan yang cepat. P : Penatalaksanaan Pendokumentasian P dan SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Dalam planning ini juga harus mencantumkan evalusi. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan hasil tindakan/asuhan. Metode yang digunakan dalam Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ny. L berorientasi pada Langkah-langkah Asuhan Kebidanan menurut Varney dalam bentuk SOAP.



76



BAB III TINJAUAN KASUS



DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL PADA NY. S DAN BY. NY. S DI PMB SRI RAHAYU TAHUN 2021



A. Pengkajian Hari/Tanggal



: Sabtu, 25 September 2021



Pukul



: 11.45 WITA



1. Identitas Responden Nama Umur Agama Suku/Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat



Ibu Suami Ny. S Tn. F 29 Tahun 33 Tahun Islam Islam Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia Akademi Perguruan Tinggi TKS Honor Jl. Tambak Danau Rt.04, Astambul.



2. Prolog Ny. S G4P1A2 hamil 40 minggu datang ke PMB Sri Rahayu tanggal 25 – 09 – 2021 pukul 11.45 WITA. Ibu datang dengan keluhan keluar lendir campur darah serta mules sejak tanggal 24 – 09 – 2021 jam 11.00 WITA. Ini merupakan kehamilan ibu yang ke empat dengan riwayat abortus pada tahun 2017 dan 2018. Persalinan pertama terjadi tahun 2020 secara normal di rumah sakit dengan berat lahir 2900 gram. Ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi pasca melahirkan. HPHT : 15 – 12 – 2020, HPL : 20 – 09 – 2021. Pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 06 – 08 – 2021 dengan hasil Hb ; 11,8 grdL. B. Data Subjektif Ibu mengeluh keluar lendir campur darah disertai mules yang terasa semakin sering.



C. Data Objektif Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tekanan darah 127/77 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,5°C. 77



Payudara simetris dan tidak ada benjolan, puting susu menonjol. TFU 2 jari dibawah prosessus xipoid ( 24 cm), bagian fundus teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong), punggung kanan, presentasi kepala, bagian terendah janin sudah masuk PAP 3/5 bagian, DJJ (+) terdengar jelas dan teratur pada kuadran bawah sebelah kanan perut ibu 132 x/menit, TBJ 1860 gram, his 4x/10‟/35”, pada saat pemeriksaan dalam/VT didapatkan hasil pembukaan 5 cm, portio tipis lunak, ketuban (+), pres-kep, penurunan kepala di Hodge II, tidak ada penyusupan, teraba ubun-ubun kecil kanan depan, handscoon terdapat lendir campur darah.



D. Analisa G4 P1A2 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif janin tunggal hidup



E. Penatalaksanaan 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik saat dilakukan dalam hasilnya pembukaan 5 cm serta memberi tahu ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu karena pembukaan belum lengkap. Ibu mengerti 2. Memberikan KIE : a. Memberitahukan ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan saat kontraksi datang dan membantu ibu untuk memijat bagian pinggang ibu untuk mengurangi nyeri ibu. Ibu mengerti dan bersedia b. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan jika ibu masih sanggup, bila ibu tidak tahan lagi ibu bisa berbaring ke arah kiri. Ibu mengerti c. Menganjurkan ibu untuk bermain bola atau birth ball yang bertujuan untuk mempercepat penurunan kepala pada bayi dan pembukaan serviks. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya d. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi. Ibu makan buah kurma dan konsumsi air mineral. 3. Memberitahu keluarga untuk mendampingi ibu. Ibu didampingi oleh suami. 4. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan menggunakan lembar partograf. Hasil terlampir di patograf



78



Catatan perkembangan persalinan dan bayi baru lahir No Hari/Tanggal Keterangan 1. Sabtu, 25 Data Subjektif September Ibu merasa mules diperutnya semakin lama dan sering 2021 serta menjalar ke pinggang. Pukul 13:00 WITA Data Objektif Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, ibu tampak kesakitan, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/ menit, respirasi 24x/menit, suhu 36,3°C, punggung kanan, presentasi kepala, penurunan kepala 2/5, his 5x/10'/45", DJJ (+) 140x/menit, pemeriksaan dalam didapati hasil pembukaan 8 cm, portio teraba lunak tipis, kepala di Hodge III+, tidak ada penyusupan, teraba ubunubun kecil kanan depan, handscoon terdapat lendir campur darah. Analisa G4P1A2 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif Penatalaksanaan 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik saat dilakukan dalam hasilnya pembukaan 5 cm serta memberi tahu ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu karena pembukaan belum lengkap. Ibu mengerti 2. Memberikan KIE : a. Memberitahukan ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan



saat



kontraksi



datang



dan



membantu ibu untuk memijat bagian pinggang ibu untuk mengurangi nyeri ibu. Ibu mengerti dan bersedia b. Menganjurkan ibu miring kiri yang bertujuan untuk mempercepat penurunan kepala pada bayi dan pembukaan serviks. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya 3. Tidak menganjurkan ibu untuk meneran. Ibu mengerti dan tidak meneran.



79



4. Memberitahu keluarga untuk mendampingi ibu. Ibu didampingi oleh suami. 5. Melakukan



pemantauan



kemajuan



persalinan



menggunakan lembar partograf. Hasil terlampir di patograf 2. Sabtu, 25 September 2021 Pukul 14:00 WITA



Data Subjektif Ibu mengatakan ada dorongan ingin meneran dan seperti ingin BAB Data objektif Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, ibu tampak kesakitan, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/ menit, respirasi 22x/menit, suhu 36,3°C, punggung kanan, presentasi kepala, penurunan kepala 0/5, his 5x/10'/45", DJJ (+) 146x/menit, perenium tampak menonjol, vulva dan anus membuka, keluar lendir bercampur darah lebih banyak dari sebelumnya. Pemeriksaan dalam didapati hasil pembukaan 10 cm, portio tidak teraba ketuban pecah dengan sendirinya berwarna jernih pukul 14:05 WITA, kepala di Hodge IV, teraba ubun-ubun kecil kanan didepan. Analisa G4P1A2 hamil 40 minggu inpartu kala II Penatalaksanaan 1. Mencuci tangan dan memasang APD. APD sudah terpasang dengan baik 2. Mendekatkan peralatan dan memeriksa kembali kelengkapan alat-alat persalinan. Alat partus lengkap 3. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik dan ibu telah memasuki proses persalinan dengan pembukaan lengkap (10 cm). Ibu mengerti 3. Memfasilitasi pendamping persalinan untuk keluarga agar dapat memberikan dukungan kepada ibu. Ibu didampingi oleh ibunya selama proses persalinan. 4. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu telah memasuki tahap pengeluaran janin, apabila ada kencangkencang dan adanya dorongan ingin meneran, silakan ibu mengedan. Ibu mengerti 5. Menganjurkan ibu untuk mengubah posisi dorsal recumbent. Ibu sudah berada dalam posisi dorsal recumbent. 6. Memastikan kandung kemih kosong. Kandung kemih ibu sudah kosong



80



7. Memasang perlak dan underpad, meletakkan kain bersih dan handuk di atas perut ibu. Kegiatan telah dilakukan 8. Memimpin ibu mengedan dengan cara yang benar yaitu menutup mulut, tidak mengeluarkan suara agar tidak kelelahan, mata tetap terbuka, meletakkan tangan ibu pada paha bagian bawah ibu untuk mengangkat bokong saat meneran. Ibu melakukannya dengan baik 9. Saat kepala bayi sudah berada di depan vulva ibu 5-6 cm, letakkan underpad di bawah bokong ibu. Tangan kiri diletakkan di atas simfisis pubis sementara jarijari tangan kanan menahan pundak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat. kemudian lahir berturut-turut ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu baik titik kepala bayi telah lahir. 10. Memeriksa lilitan tali pusat pada saat leher bayi. Tidak ada lilitan tali pusat 11. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah areus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas distal untuk melahirkan bahu belakang. 12. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu. Geser tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. 13. Setelah tubuh dan tangan lahir, penelusuran tangan berlanjut ke punggung, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (memasukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk. 14. Bayi lahir spontan belakang kepala, segera meletakkan bayi diatas perut ibu. Pada pukul 14:14 WITA, segera menangis, kulit kemerahan, dan bergerak aktif, jenis kelamin laki-laki. 15. Dikeringkan dan diselimuti dengan kain bersih. Bayi sudah diberi selimut 16. Menjepit tali pusat pada jarak 3 cm dari pangkal kemudian urut tali pusat ke arah ibu dan klem 2 cm dari klem pertama kemudian memotong tali pusat dengan perlindungan tangan kiri. Tali pusat terpotong. 17. Melakukan inisiasi menyusui dini dengan meletakkan bayi di antara payudara ibu. Inisiasi menyusui dini berhasil dilakukan di menit ke-30. 81



18. Apgar score : 8,9,10 19. Melakukan pemeriksaan antropometri pada BBL yaitu berat badan 2560 gram, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, dan panjang badan 50 cm. Pemeriksaan telah dilakukan Data Subjektif 25 Ibu mengatakan masih merasa mules pada bagian perut



3. Sabtu, September 2021 Data Objektif Pukul 14:14 Ibu tampak kelelahan, fundus teraba keras, tinggi fundus WITA sepusat, kontraksi baik, tali pusat memanjang, ada keluar darah dari jalan lahir, uterus membundar, kandung kemih kosong. Analisa P2A2 kala III Penatalaksanaan 1. Memberitahukan kepada Ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan ibu memasuki tahap pengeluaran plasenta. 2. Memeriksa fundus uteri ibu untuk memastikan tidak ada janin kedua. Hasil pemeriksaan tidak ada janin kedua. 3. Memberitahukan kepada ibu bahwa akan di suntikan oksitosin agar uterus ibu berkontraksi dengan baik. Ibu bersedia 4. Penyuntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian atas atau distal lateral. Suntikan sudah diberikan 5. Mengecek pelepasan plasenta dengan perasat kustner dengan cara yaitu tangan menekan di bagian atas simpisis ke arah dorsokranial, jika tali pusat masuk kembali berarti plasenta belum lepas titik tali pusat memanjang (plasenta sudah lepas) 6. Pada saat plasenta lepas, melahirkan plasenta sesuai sumbu jalan lahir dari bawah ke atas. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta muncul di introitus vagina, memegang dan memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian meletakkan plasenta di tempat yang datar. Plasenta lahir pukul 14:19 WITA 7. Melakukan masase uterus selama 15 detik dengan gerakan melingkar hingga uterus berkontraksi. Masase setelah dilakukan dan kontraksi uterus baik 8. Memeriksa kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap (20 kotiledon), tali pusat, beserta selaput ketuban.



82



4. Minggu, 25 September 2021 Pukul 14:29 WITA



Data Subjektif Ibu merasa perutnya masih mules dan merasa lelah tetapi ibu merasa senang dan lega karena sudah melahirkan dengan selamat. Data Objektif Keadaan umum baik, TD 120/70 mmHg, N 84 x/menit, R 24 x/menit, S 36,7°C, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, luka jahitan derajat 2, pendarahan normal, kandung kemih kosong. Analisa P2A2 Kala IV Penatalaksanaan 1. Melakukan penjahitan pada laserasi : a. Penyuntikan anestesi lidokain 1% sebelum dilakukan penjahitan. Lidokain telah diberikan menunggu selama 2 menit setelah anestesi b. Melakukan penjahitan laserasi jalan lahir dengan teknik jelujur. Penjahitan selesai 2. Melakukan asuhan dan pemantauan kala IV a. Melakukan masase uterus hingga uterus berkontraksi dengan adekuat dan efektif. Uterus berkontraksi baik b. Mengukur tinggi fundus uteri dengan cara meletakkan telunjuk sejajar tepi atas fundus. Hasil pengukuran TFU 2 jari bawah pusat. c. Melakukan pemeriksaan kehilangan darah. Pendarahan normal ±150 cc. d. Mengevaluasi keadaan umum ibu. Keadaan umum ibu baik e. Mendokumentasikan semua asuhan selama persalinan kala IV di halaman 2 patograf. 3. Melakukan pencegahan infeksi kala IV a. Melakukan dekontaminasi alat menggunakan larutan klorin 0,5% kemudian mencuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih.



4.



b. Menyemprotkan desinfektan pada alas plastik, tempat tidur, matras, dan linen. Melakukan pemantauan 2 jam pertama pasca salin a. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital, kandung kemih, kontraksi uterus dan penilaian pendarahan. Hasil pemeriksaan tekanan darah 110/80 mmhg, nadi 84 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,7°c, kandung kemih kosong, darah yang keluar dari jalan lahir normal + 150 cc. b. Memantau temperatur suhu ibu setiap 2 jam. 83



c. Menilai jumlah darah yang keluar setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit di satu jam kedua.



5. Minggu, 25 Data Subjektif September Ibu mengatakan bayi sudah IMD selama 50 menit dan 2021 ASI belum lancar keluar Pukul 15:14 Data Objektif WITA Keadaan umum baik, warna kulit kemerahan, N: 120 x/menit, S 36,8°C, BB 2560 gram, PB 50 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, anus positif. Apgar Score 8-9-10, kulit bersih kemerahan, gerakan aktif, tidak ada kelainan kongenital seperti bibir sumbing, dan spina bifida, tidak ada caput succedenum dan cephal hematoma, sklera tidak ikterik, tidak ada pernapasan cuping hidung, daun telinga simetris dan hidung simetris, dada simetris, tidak terdengar bunyi wheezing, pernafasan dan bunyi jantung teratur, tali pusat tidak ada pendarahan, testis berada pada skrotum, tangan dan kaki simetris, jumlah jari lengkap, refleks rooting positif, refleks sucking positif, refleks Moro positif, refleks grapsing positif. Analisa Bayi baru lahir 1 jam pertama Penatalaksanaan 1. Memberitahu ibu bahwa bayi berhasil IMD selama 1 jam dan hasil pemeriksaan pada bayi dalam keadaan sehat. Ibu merasa senang. 2. Meletakkan bayi di tempat yang hangat, di atas tempat tidur bayi dengan pemberian sinar lampu yang terang dan cukup hangat untuk bayi. Keadaan bayi baik. 3. Melakukan informed consent pada ibu bahwa bayinya akan disuntik vitamin K dan akan diberi salep mata. Ibu mengerti dan bersedia 4. Memberikan injeksi vitamin K dengan dosis 1 mg secara IM pada 1/3 paha kiri atas bagian luar. Injeksi vitamin K sudah diberikan. 5. Memberikan salep mata. Salep mata sudah diberikan 6. Setelah satu jam pemberian vitamin K memberikan informasi kepada ibu bahwa bayi akan diberikan imunisasi Hb 0. Ibu bersedia 84



7.



8.



6. Senin, 26 September 2021 09.00 WITA



Memberikan imunisasi Hb 0 dosis 0,5 cc secara IM pada 1/3 paha kanan atas bagian luar. Imunisasi Hb 0 sudah diberikan. Menjaga kehangatan bayi dengan cara membedong dan memberikan topi bayi.



Subjektif Ibu mengatakan sangat senang anak lahir tanggal 25 September 2021 jam 14.14 WITA dengan jenis kelamin laki-laki, anaknya menangis kencang dan telah dilakukan IMD, ibu mengatakan bayinya telah BAB dan BAK. Objektif Keadaan umum baik, warna kulit kemerahan, N: 128 x/menit, S 37°C, BB 2560 gram, PB 50 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, anus positif. kulit bersih kemerahan, gerakan aktif, tidak ada kelainan kongenital seperti bibir sumbing, dan spina bifida, tidak ada caput succedenum dan cephal hematoma, sklera tidak ikterik, tidak ada pernapasan cuping hidung, daun telinga simetris dan hidung simetris, dada simetris, tidak terdengar bunyi wheezing, pernafasan dan bunyi jantung teratur, tali pusat masih basah, testis berada pada skrotum, tangan dan kaki simetris, jumlah jari lengkap, refleks rooting positif, refleks sucking positif, refleks Moro positif, refleks grapsing positif. Analisa By. Ny. S umur 17 jam dengan neonatus fisiologis Penatalaksanaan 1. Memberitahu ibu bahwa keadaan anaknya normal. Ibu mengerti 2. Memberitahu ibu untuk cuci tangan sebelum atau sesudah memegang anakanya agar anaknya tidak terkena kuman atau bakteri. Ibu mengerti dan selalu memastikan tangan dalam keadaan bersih sebelum memegang bayi. 3. Memberitahu ibu untuk selalu menyusui anaknya minimal 2 jam sekali. Ibu mengerti 4. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan anaknya dengan cara memakaikan topi pada bagian kepala, memakaikan sarung tangan dan sarung kaki, selalu mengganti popok apabila basah agar bayi tidak kedinginan. Ibu mengerti 5. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering agar tidak terjadi infeksi pada bagian tali pusat. Ibu mengerti 85



6. Memberitahu untuk menjemur anakanya setiap pagi sebelum jam 9 pagi agar bayi tidak kuning dan bayi mendapatkan vitamin D. Ibu mengerti dan akan mengajak anaknya berjemur jika cuaca cerah. 7. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI secara ekslusif sampai 6 bulan dan tidak memberikan makanan tambahan apapun. Ibu mengerti dan hanya akan memberikan ASI Eksklusif. 8. Mengingatkan kembali pada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir dan meminta ibu untuk segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan apabila terdapat salah satu tanda bahaya. Ibu mengerti.



86



DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DI PMB SRI RAHAYU TAHUN 2021



A. Pengkajian Hari/Tanggal



: Sabtu, 25 September 2021



Pukul



: 20.00 WITA



1. Identitas Responden Nama Umur Agama Suku/Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat



Ibu Suami Ny. S Tn. F 29 Tahun 33 Tahun Islam Islam Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia Akademi Perguruan Tinggi TKS Honor Jl. Tambak Danau Rt.04, Astambul.



2. Prolog Ibu melahirkan seorang anak laki-laki pada pukul 14:14 WITA dengan spontan belakang kepala, kulit kemerahan, bernafas spontan, dan bergerak aktif. APGAR Score 8,9,10. Kala III berlangsung selama + 5 menit dan Kala IV dengan perdarahan normal. Ibu berhasil buang air kecil dan berjalan sendi



B. Data Subjektif Ibu mengeluh masih sedikit lelah dan mules mules.Ibu mengatakan darah yang keluar dari jalan lahir normal dan tidak berlebihan. Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya, namun ASI belum lancar. Ibu mengatakan sudah bisa duduk dan sudah berjalan saat buang air kecil ke kamar mandi..



C. Data Objektif Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD 120/70 mmHg, N 83 x/menit, R 22 x/menit, S 36,7°C, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak ada benjolan abnormal pada payudara, puting susu menonjol, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras, kandung kemih kosong, lochea rubra 87



berwarna merah, luka jahitan perineum masih basah, tidak ada infeksi, BAK (+), BAB (-), tidak ada pembengkakan dan varises pada ekstremitas atas dan bawah.



D. Analisa P2A2 post partum 6 jam



E. Penatalaksanaan 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu baik, perdarahan normal, serta kontraksi uterus baik. Ibu mengerti 2. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mules pada perut sesudah melahirkan adalah hal yang wajar jadi ibu jangan khawatir, hal tersebut akibat kontraksi rahim menutup pembuluh darah yang terbuka agar tidak terjadi pendarahan. Ibu dapat mengurangi rasa mules tersebut dengan teknik relaksasi yaitu menarik nafas panjang dari hidung dan mengeluarkan dari mulut. Ibu mengerti 3. Menjelaskan kepada ibu bahwa pada awal-awal melahirkan produksi ASI masih sedikit adalah hal yang wajar untuk itu ibu dianjurkan untuk terus menyusukan bayi sesering mungkin yaitu minimal setiap 2 jam sekali agar merangsang produksi ASI dari isapan mulut bayi. Ibu mengerti 4. Menjelaskan kepada ibu bahwa untuk memulihkan kesehatan ibu harus memenuhi kebutuhan sehari-hari masa nifas yaitu: a. Nutrisi dan cairan 1) Menganjurkan ibu untuk tidak berpantangan dalam makan dan makanmakanan yang bergizi seperti telur untuk protein, tahu untuk protein dan kalsium, sayuran hijau dan buah-buahan. 2) Menganjurkan ibu untuk minum delapan gelas per hari. b. Mendampingi bidan untuk pemberian: 1) Tablet zat besi 1x1 sehari selama 40 hari. 2) Licostan atau anti nyeri 3x1 3) Yusimox (antibiotik) 3x1 4) Herbatia sari ASI 2x1



88



5) Vitamin A 200.000 IU 2 kapsul. c. Kebersihan diri Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi minimal dua kali sehari mengganti pakaian dan alas tempat tidur, melakukan perawatan perineum, mengganti pembalut minimal 2 kali sehari. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan genetalia dengan cara cebok setelah BAK/BAB, mengganti pembalut jika dirasa pembalut penuh. d. Istirahat Menjelaskan kepada ibu selama masa nifas perlu beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan untuk kembali ke kegiatan rumah tangga seperti biasa secara perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. 5. Mengajari ibu perawatan payudara yaitu: a. Menempakan telapak tangan diantara kedua payudara, kemudian mengurutnya kearah atas terus ke samping, ke bawah dan melintang sehingga tangan menyangga payudara kemudian lepaskan tangan dari payudara. Melakukannya sebanyak 30x/5 menit. b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari jari tangan kanan saling dirapatkan kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara kiri dan pangkal kearah puting demikian jga untuk payudara kanan. Melakukannya sebanyak 30x/5 menit. c. Telapak tangan menopang payudara kiri kemudian jari-jari tangan kanan dikepalkan, kemudain buku-buku jari tangan mengurut payudara dari pangkal



kerah



putting



demikian



jua



untuk



payudara



kanan.



Melakukannya sebanyak 30x/5 menit. d. Merangsang payudara dengan menggunakan air hangat dan air dingin dengan cara di siram atau di kompres berganti-ganti 5x untuk setiap payudara. Ibu mengerti cara merawat payudara 6. Mengajari ibu cara menyusui yang benar yaitu: a. Memeluk kepala dan tubuh bayi lurus dan mengarahkan muka bayi ke puting ibu.



89



b. Menyentuhkan puting payudara ke bibir bawah bayi kemudain tunggu sampai bayi membuka lebar mulutnya, jika sudah membuka lebar segera arahkan putting ke dalam mulut bayi. Ibu mengerti cara menyusui yang baik dan benar. 7. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI selama 6 bulan tanpa tambahan apapun. Ibu mengerti dan akan memberikan ASI Eksklusif. 8. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas, yaitu perdarahan pervaginam, infeksi nifas, sakit kepala parah, demam disertai muntah, sakit saat BAB, pembengkakan diwajah atau ektrimitas, payudara berdarah, merasa sedih atau merasa tak sanggup merawat bayi, kehilangan nafsu makan. Ibu mengerti tanda bahaya nifas. 9. Memberitahu ibu agar kembali periksa apabila mengalami salah satu tanda bahaya nifas. Ibu mengerti dan setuju untuk periksa jika ada keluhan. 10. Mendokumentasikan hasil asuhan pada buku register.



Catatan perkembangan kunjungan Nifas No 1.



Hari/Tanggal Keterangan Selasa, 12 Data Subjektif Oktober 2021 Ibu mengatakan keadannya sehat dan tidak ada Pukul WITA



14:30 keluhan,



pengeluaran



lendir



berwarna



merah



kecoklatan terakhir dua hari yang lalu. Warna lendir saat ini putih dan tidak berbau. Ibu mengonsumsi tablet Fe secara teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi serta meningkatkan produksi ASI. Pengeluaran ASI masih sedikit sehingga bayi diberikan ASI dan diselingi dengan susu formula. Data Objektif Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD:120/80



mmHg,



N:80x/menit,



R:22x/menit,



Konjungtiva merah muda, sklera putih, payudara tidak ada nyeri tekan, puting menonjol, ASI (+),



90



tidakada luka bekas operasi di bagian abdomen, terdapat linea nigra, TFU tidak teraba, tidak ada pembengkakakn di wajah atau ektrimitas atas dan bawah, genetalia tidak berbau, lokhea alba (+), penyatuan jaringan luka laserasi baik. Analisa Ny. S P2A2 Post Partum hari ke 17 dengan nifas normal Penatalaksanaan 1. Memberitahu ibu bahwa keadaan normal dan penyatuan jalan lahir baik. Ibu mengerti. 2. Memberitahu ibu pengeluaran lendir putih dari jalan lahirnya itu normal karena itu adalah proses perbaikan pada masa nifas lendir lama kelamaan akan berubah menjadi bening. Ibu mengerti. 3. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan genetalia agar tidak infeksi pada luka jalan lahirnya. Ibu mengerti dan selalu mengganti celana dalam apabila dirasa lembab. 4. Memberitahu ibu untuk cukup istirahat dan memenuhi nutrisi ibu agar produksi ASI meningkat dengan mengkonsumsi buah, sayur, karbohidrat, lemak, dan protein tanpa pantangan. Ibu mengerti dan akan beristirahat bila bayi juga istirahat. Ibu juga akan mengkonsumsi makanan bergizi tanpa pantangan. 5. Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara agar produksi ASI tetap banyak dan mengajari cara menyusui bayi yang baik dan benar yaitu dengan memasukkan seluruh bagian areola kedalam mulut bayi. Ibu memahami cara melakukan perawatan payudara dan cara menyusui yang benar. 6. Memberikan KIE tentang KB. Menjelaskan KB yang tidak mengganggu produksi ASI yaitu pil laktasi, suntik 3 bulan, Implan, IUD, dan konsom. Ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.



91



7. Menjelaskan KB suntik 3 bulan yaitu KB yang disuntikkan di bagian bokong setiap 3 bulan sekali. KB tersebut mengandung progesterone yang sangat aman untuk ibu menyusui dan tidak mengakibatkan penurunan produksi ASI, selain itu KB suntik 3 bulan tidak mengganggu hubungan seksual. Ibu mengerti keuntungan penggunaan KB suntik 3 bulan. 8. Menjelaskan efek samping KB suntik 3 bulan seperti berat badan meningkat, perubahan pola menstruasi menjadi tidak lancar dan jika ingin berhenti menggunakan kb suntik 3 bulan masa suburnya bisa 4 bulan kemudian. Ibu mengerti tentang efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan dan akan mempertimbangkn kembali dengan suami. 9. Kembali mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya nifas dan meminta ibu segera memeriksakan diri saat mengalami salah satu dari tanda bahaya nifas. Ibu mengerti.



92



ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS FISIOLOGIS DI PMB SRI RAHAYU TAHUN 2021



A. Pengkajian Hari/Tanggal



: Selasa, 12 Oktober 2021



Pukul



: 15:00 WITA



1. Identitas a. Anak Nama



: By. Ny. S



Tanggal Lahir



: 25 September 2021



Berat Lahir



: 2560 gram



Jenis Kelamin



: Laki-laki



b. Orang Tua Nama Umur Agama Suku/Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat



Ibu Suami Ny. S Tn. F 29 Tahun 33 Tahun Islam Islam Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia Akademi Perguruan Tinggi TKS Honor Jl. Tambak Danau Rt.04, Astambul.



2. Prolog Ny. S G4P1A2 datang ke PMB Sri Rahayu dengan usia kehamilan 40 minggu, selama kehamilan ibu tidak ada masalah dan komplikasi. Pada proses persalinan air ketuban jernih, tidak ada lilitan tali pusat pada leher bayi. Pada pukul 14:14 WITA lahir bayi spontan belakang kepala, berjenis kelamin laki-laki, keadaan umum baik, warna kulit kemerahan, gerakan aktif, N 122 x/menit, R 55 x/menit, S 36,8°C, BB 2560 gram, PB 50 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, anus positif. Apgar Score 8‟9‟10, kulit bersih, tali pusat tidak ada pendarahan, gerakan aktif, tidak ada kelainan kongenital dilakukan penilaian sepintas bayi segera menangis, bergerak aktif dan warna kulit kemerah-merahan. Bayi sudah dilakukan IMD dan berhasil dalam waktu 50 menit, ASI masih belum keluar dan bayi sudah dilakukan penyuntikan vit.K secara IM di 1/3 paha kiri bagian luar 93



dengan dosis 1mg serta sudah dilakukan penyuntikan Hb 0 secara IM di 1/3 paha kanan bagian luar dengan dosis 0,5 ml..



B. Data Subjektif Ibu mengatakan bayinya pada bagian mata belekan. Bayi tidak pernah rewel pada saat siang dan malam hari, tali pusat sudah putus sejak tanggal 6 Oktober 2021.



C. Data Objektif Keadaan umum baik, Detak jantung 135x/menit, pernafasan 45x/menit, suhu 36,3°C, Berat Badan 2750 gram, Panjang Badan 50cm, Lingkar Kepala 31cm, Lingkar Dada 31cm, Lingkar lengan 12cm. Sklera putih, tidak ada tanda infeksi, konjungtiva merah muda, reflek cahaya (+), tidak ada sumbatan jalan nafas di hidung, tidak ada infeksi pada mulut, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid di leher, kulit kemerahan, puting menonjol, tidak ada retraksi dinding dada, tidak terdengar bunyi wheezing, pernapasan dan jantung teratur, tali pusat sudah putus, tidak ada tanda infeksi, testis berada pada skrotum, tangan dan kaki simetris, jumlah jari lengkap, gerakan aktif, BAB (+)/BAK (+) dalam batas normal, reflek rooting (+), reflek sucking (+), reflek moro (+), reflek walking (+), reflek swallowing (+),refleks grapsing (+), tonic neck reflek (+).



D. Analisa Neonatus 17 hari fisiologis



E. Penatalaksanaan 1. Memberitahukan ibu keadaan anaknya. Detak jantung 135x/menit, pernafasan 45x/menit, suhu 36,3°C, BB meningkat menjadi 2750gr. Berat bayi hanya bertambah 100gr selama 3 minggu sehingga ibu harus mengejar ketertinggalan dalam peningkatan berat badan sebanyak 200gr. Ibu mengerti dan akan sering menyusui anaknya.



94



2. Memberitahu ibu keadaan anaknya normal. Mata anaknya hanya mengeluarkan sedikit kotoran sehingga ibu bisa membersihkannya menggunakan kain dan air hangat untuk mengusapnya setelah mandi. Ibu mengerti dan tidak lagi khawatir. 3. Menjelaskan kepada ibu bahwa produksi ASI masih sedikit adalah hal yang wajar untuk itu ibu dianjurkan untuk terus menyusui bayi sesering mungkin yaitu minimal setiap 2 jam sekali agar merangsang produksi ASI dari isapan mulut bayi. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya. 4. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu: a. Sebelum menyusui bayi terlebih dahulu ibu mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun di bawah air mengalir. b. Sebelum menyusui bayinya kedua puting susu dibersihkan dengan kapas yang sudah direndam dengan air hangat. c. Posisi yang paling baik ketika menyusui adalah posisi setengah duduk. d. Posisikan bayi dengan menggendongnya di depan tubuh ibu posisi perut menghadap ibu punggung dan leher bayi sejajar, angkat punggung bayi dengan tangan kiri. Gunakan bantal untuk meringankan beban tangan ibu yang menopang tubuh bayi. Ibu mengerti e. Bayi disusui secara bergantian dari payudara kanan setelah itu payudara kiri sampai bayi kenyang. f. Areola ibu harus masuk ke mulut bayi seluruhnya. g. Setelah menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayinya dibersihkan. h. Sebelum ditidurkan bayi disendawakan terlebih dahulu. 5. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI sampai 6 bulan dan tidak memberikan makanan tambahan. Ibu mengerti. 6. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan anaknya dengan cara memakaikan topi pada bagian kepala, selalu mengganti popok apabila basah agar tidak kedinginan dan terjadi ruam popok. Ibu mengerti. 7. Memberitahu ibu untuk menjemur anaknya setiap pagi sebelum jam 9 pagi agar bayi mendapat vitamin D. Ibu mengerti dan selalu menjemur anaknya apabila cuaca cerah.



95



8. Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya bayi baru lahir seperti bayi tidak mau menyusu, lemas, sesak nafas, demam atau terasa dingin. Memberitahu ibu untuk sesegera mungkin menghubungi petugas kesehatan atau pelayanan-pelayanan terdekat jika menemui tanda-tanda bahaya tersebut. 9. Memberitahu ibu agar mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan saat bayi berusia satu bulan untuk mendapatkan imunisasi BCG dan Polio 1. Ibu mengerti dan akan mengimunisasi anaknya saat berusia 1 bulan.



96



ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB DI PMB SRI RAHAYU TAHUN 2021



A. Pengkajian Hari/Tanggal



: Rabu, 29 September 2021



Pukul



: 16:30 WITA



1. Identitas Nama Umur Agama Suku/Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat



Ibu Suami Ny. F Tn. R 29 Tahun 30 Tahun Islam Islam Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia SMA SMA IRT Swasta Tanjung Rema



2. Prolog Ibu mengatakan mempunyai 2 orang anak, sebelum hamil anak pertama ibu tidak menggunakan kontrasepsi apapun, sesudah anak pertama lahir ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan selama menyusui dan setelah anaknya usia 2 tahun menggantinya dengan suntik 1 bulan, setelah lahir anak kedua ibu menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan selama ± 1 tahun. BB ibu sebelum menggunakan KB adalah 55 kg. 3. Riwayat Menstruasi a. Menarche



: 12 tahun



b. Siklus



: ± 28 hari



c. Disminorhea



: tidak ada



d. Banyaknya



: ±1-2 kali ganti pembalut /hari



e. HPHT



: 22 September 2021



4. Riwayat perkawinan



: kawin 1 kali, kawin pertama umur 18 tahun



5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan : suntik KB 1 bulan dan 3 bulan, ibu mengatakan pertama kali menggunakan kontrasepsi suntik KB 3 bulan saat anak pertama lahir. Ibu lalu menggunakan Suntik 1 bulan agar haid dan kembali menggunakan suntik 1 bulan setelah anak kedua lahir.



97



B. Data Subjektif Ibu mengatakan ingin suntik 1 bulan sesuai tanggal suntikan kembali yaitu tanggal 29– 09 – 2021, ini merupakan suntikan ke-04. Ibu mengatakan baru selesai haid kemarin.



C. Data Objektif Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tekanan darah 114/67 mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36,4°C, BB : 56kg, tidak ada pembengkakan payudara, payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada benjolan pada abdomen, abdomen tidak ada bekas luka operasi, ekstremitas tidak ada oedema dan varises.



D. Analisa P2A0 akseptor KB suntik 1 bulan ulangan.



E. Penatalaksanaan 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu sehat dan dapat menggunakan KB suntik 1 bulan dengan hasil pemeriksaan : a. TD : 114/67 mmHg b. N : 88 x/menit c. R : 22x/m d. T : 36,4°C e. BB : 56 kg Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dan ibu mengerti. 2. Menanyakan keluhan yang ibu rasakan selama menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan. Ibu tidak memiliki keluhan dalam pemakaian alat kontrasepsi. 3. Menyiapkan alat dan bahan :Obat kontrasepsi 1 bulan, spuit 3 cc, kapas alcohol, serta sarung tangan. Bahan dan alat telah di siapkan. 3. Menganjurkan ibu untuk memposisikan badan dengan senyaman mungkin. Ibu dalam posisi tengkurap .



98



4. Melakukan tindakan yaitu menentukan daerah penyuntikan. 1/3 sias-os coccygeus, melakukan desinfektan dengan kapas alcohol, menyuntikkan obat kontrasepsi 1 bulan. Tindakan penyuntikkan telah dilakukan. 5. Menginformasikan pada ibu tentang efek samping yang mungkin terjadi setelah penyuntikan yaitu abses atau perdarahan. Ibu mengerti. 6. Memberitahukan pada ibu untuk melakukan suntikan ulang 1 bulan mendatang yaitu pada tanggal 26 Oktober 2021. Ibu bersedia kembali di tanggal yang telah ditentukan.



99



ASUHAN KEBIDANAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI PMB SRI RAHAYU TAHUN 2021



A. Pengkajian Hari/Tanggal



: Kamis, 23 September 2021



Pukul



: 16:30 WITA



1. Identitas Nama Umur Agama Suku/Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat



Nn. A 20 thn Islam Jawa/Indonesia SMA Pelajar Jl. Mentri 4



2. Prolog Nn. A mengalami haid pertama saat berusia 12 tahun. Haid berlangsung +7 hari dengan keluhan setiap menstruasi Nn. A merasakan nyeri pada peru bagian bawah tetapi tidak mengganggu aktifitasnya dan akan mereda apabila diberikan kompres air hangat dan istirahat.



3. Riwayat Menstruasi a. Menarche



: 12 tahun



b. Siklus



: ± 28 hari



c. Banyaknya



: ±1-2 kali ganti pembalut /hari



d. HPHT



: 22 September 2021



4. Riwayat perkawinan



: Belum menikah



B. Data Subjektif Pasien mengatakan saat ini sedang menstruasi hari kedua dan merasakan nyeri hebat pada perut bagian bawah.



100



C. Data Objektif Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 80x/m, R : 25x/m, T : 36,3°C. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ditemukan pembengkakan pada vena jugularis maupun kelenjar tiroid, tidak terdapat bekas luka pada perut, terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, tidak terdapat oedem di ekstrimitas, tidak ada varises, reflek patella (+), kuku pendek dan bersih.



D. Analisa Nulipara dengan dismenorea primer.



E. Penatalaksanaan 1. Memberitahu pasien bahwa pasien dalam keadaan baik dengan TD : 120/80 mmHg, N : 80x/m, R : 25x/m, T : 36,3°C. Pasien mengalami dismenorea primer. Pasien mengerti namun masih merasa cemas dengan keadaannya. 2. Menjelaskan kepada pasien tentang nyeri yang dirasakan yaitu pasien mengalami nyeri menstruasi yang disebut dismenorea primer. Akan tetapi hal ini normal karena nyeri menstruasi primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Pasien mengerti dan senang bahwa nyeri yang dirasakannya merupakan hal yang normal. 3. Menjelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri menstruasi atau dismenorea primer yang berlebihan yaitu faktor psikis dan fisik seperti stress, shock, kelelahan, dan kecemasan. Pasien mengerti dan akan menghindari hal-hal yang menimbulkan nyeri berlebih. 4. Menjelaskan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan



nyeri



menstruasi



yaitu



menghindari



stress



yang



menimbulkan kecemasan, memiliki pola makan yang teratur, istirahat cukup, olahraga teratur, meningkatkan



konsumsi



makanan



yang



mengandung vitamin B6, mengurangi konsumsi pada makanan dan minuman yang mengandung kafein, menghindari pola hidup tidak sehat



101



(merokok, minum minuman keras). Pasien mengerti dan akan menerapkan pola hidup lebih sehat. 5. Menganjurkan pasien untuk mengompres perut dengan air hangat untuk membantu melancarkan peredaran darah dan mengurangi rasa nyeri menstruasi. Metode ini bias dilakukan dengan cara memasukkan air hangat kedalam botol, lalu menggulung botol dengan kain tipis dan diletakkan di bagian perut yang terasa nyeri. 6. Memberikan terapi obatperoral guna mengurangi rasa nyeri menstruasi. Memberikan asam mefenamat 500mg 3x1, Vitamin C 2x1, Fe 2x1 selama menstruasi berlangsung. 7. Menganjurkan pasien datang jika ada keluhan. Pasien mengerti.



102



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Persalinan dan BBL Setelah dilakukan asuhan kebidanan terhadap Ny. S dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian secara SOAP maka dapat disimpulkan sebagai beriku: a. Telah dilakukan pengkajian pada tanggal 25 September 2021 pada pukul 11.45 WITA, di peroleh data Ibu G4P1A2 datang PMB Sri Rahayau Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tekanan darah 127/77 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,5°C. Payudara simetris dan tidak ada benjolan, puting susu menonjol. TFU 2 jari dibawah prosessus xipoid ( 24 cm), bagian fundus teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong), punggung kanan, presentasi kepala, bagian terendah janin sudah masuk PAP 3/5 bagian, DJJ (+) terdengar jelas dan teratur pada kuadran bawah sebelah kanan perut ibu 132 x/menit, TBJ 1860 gram, his 4x/10‟/35”, pada saat pemeriksaan dalam/VT didapatkan hasil pembukaan 5 cm, portio tipis lunak, ketuban (+), pres-kep, penurunan kepala di Hodge II, tidak ada penyusupan, teraba ubun-ubun kecil kanan depan, handscoon terdapat lendir campur darah. b. Telah ditetapkan diagnose kebidanan yaitu Ibu G4P1A2 hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase aktif fisiologis. c. Telah dilakukan Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL terhadap Ny. S dengan kala 1 berlangsung selama 2 jam dan berjalan dengan baik, kala II berlangsung selama 10 menit, bayi lahir spontan belakang kepala berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 2560 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 31 cm dan lingkar dada 31 cm, kala III berlangsung selama 5 menit plasenta lahir lengkap, dan kala IV pemantauan 2 jam pasca salin di dapat hasil TFU 2 jari di bawah pusat,



103



kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan normal ±150 ml, TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,7ºC. d. Telah dilakukan tindakan pertolongan persalinan dan BBL yaitu memimpin ibu mengedan dengan cara yang benar kemudian Saat kepala bayi sudah berada di depan vulva ibu 5-6 cm, letakkan underpad di bawah bokong ibu. Tangan kiri diletakkan di atas simfisis pubis sementara jari-jari tangan kanan menahan pundak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat. kemudian lahir berturut-turut ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu baik titik kepala bayi telah lahir, Memeriksa lilitan tali pusat pada saat leher bayi. Tidak ada lilitan tali pusat, Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah areus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas distal untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu, geser tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas, setelah tubuh dan tangan lahir, penelusuran tangan berlanjut ke punggung, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (memasukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk. Bayi lahir spontan belakang kepala, segera meletakkan bayi diatas perut ibu. Pada pukul 14.14 WITA, segera menangis, kulit kemerahan, dan bergerak aktif, jenis kelamin laki-laki. Bayi dikeringkan dan diselimuti dengan kain bersih. Bayi sudah diberi selimut. Menjepit tali pusat pada jarak 3 cm dari pangkal kemudian urut tali pusat ke arah ibu dan klem 2 cm dari klem pertama kemudian memotong tali pusat dengan perlindungan tangan kiri. Tali pusat terpotong. Melakukan inisiasi menyusui dini dengan meletakkan bayi di antara payudara ibu. Inisiasi menyusui dini berhasil dilakukan di menit ke-30. Melakukan MAK III hingga plasenta lahir lengkap dan tidak ditemukan adanya laserasi.



104



e. Telah dilakukan



evaluasi



didapat



hasil



KU Baik,



kesadaran



coposmentis, TD: 110/70 mmHg, N: 85 x/menit, R: 24 x/menit, S: 36,8ºC, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan normal ±100 ml.



2. Nifas Setelah dilakukan asuhan kebidanan terhadap Ny. S dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian secara SOAP maka dapat disimpulkan sebagai beriku: a. Telah dilakukan pengkajian pada tanggal 25 September 2021 pukul 20.00 WITA di dapat hasil Ibu P2A2 telah melahirkan anak kedua 6 jam yang lalu di PMB Sri Rahayu. Melahirkan secara normal spontan belakang kepala, kala I fase aktif, kala II selama 10 menit bayi lahir spontan, kala III selama 5 menit plasenta lahir lengkap, dan kala IV berlangsung normal dengan luka laserasi derajat 2. Ibu tidak memiliki riwayat penyulit dalam kehamilan. Kontraksi baik, darah yang keluar berupa merah segar (lochea rubra) 2 jam setelah melahirkan ibu sudah bisa miring kanan dan miring kiri. Terpasang infus Ranger Laktat 20tetes/menit dilengan sebelah kanan ibu. b. Telah ditetapkan diagnose kebidanan yaitu ibu P1A0 hamil 38 minggu nifas 6 jam pertama fisiologis c. Telah dilakukan Asuhan Kebidanan Nifas 6 Jam Pertama terhadap Ny. S berikut hasil observasi Asuhan Kebidanan yaitu Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD 120/70 mmHg, N 83 x/menit, R 22 x/menit, S 36,7°C, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak ada benjolan abnormal pada payudara, puting susu menonjol, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras, kandung kemih kosong, lochea rubra berwarna merah, luka jahitan perineum masih basah, tidak ada infeksi, BAK (+), BAB (-), tidak ada pembengkakan dan varises pada ekstremitas atas dan bawah..



105



d. Telah dilakukan tindakan sebagai wujud nyata Asuhan Kebidanan Nifas yaitu memberikan KIE tentang makanan bergizi, isirahat yang cukup, menjelaskan tanda bahaya masa nifas dan meminta Ny. S segera ke fasilitas kesehatan apabila ada mengalami tanda-tanda bahaya. Mengajarkan Ny. S cara menyusui yang benar dan perawatan payudara serta menyarankan untuk menyusui bayinya 6 bulan hanya dengan ASI atau biasa disebut ASI Eksklusif. e. Sudah dilkukan evaluasi sebelum Ny. S diizinkan pulang di dapat hasil ibu tidak pusing, badannya terasa segar, perdarahan normal, ibu sudah bisa berjalan sendiri ke wc untuk BAK, Infus sudah dilepas dan ibu tidak pusing, TD : 120/80 mmHg, N: 83 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,5ºC. Ibu diizinkan pulang.



3. Neonatus a. Setelah dilakukan asuhan kebidanan terhadap By. Ny. S dengan menggunakan



pendekatan



manajemen



kebidanan



dan



pendokumentasian secara SOAP maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Telah dilakukan pengkajian pada tanggal Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 15.00 WITA, di dapat data identitas bayi dan orang tua. By. Ny. S Pada tanggal 25 September pukul 14.14 WITA lahir spontan belakang kepala, berjenis kelamin perempuan, keadaan umum baik, warna kulit kemerahan, N 120 x/menit, P 47 x/menit, S 36,8°C, BB 2750 gram, PB 50 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, anus positif. Lingkar lengan 12cm. Sklera putih, tidak ada tanda infeksi, konjungtiva merah muda, reflek cahaya (+), tidak ada sumbatan jalan nafas di hidung, tidak ada infeksi pada mulut, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid di leher, kulit kemerahan, puting menonjol, tidak ada retraksi dinding dada, tidak terdengar bunyi wheezing, pernapasan dan jantung teratur, tali pusat sudah putus, tidak ada tanda infeksi, testis berada pada skrotum, tangan dan kaki simetris, jumlah jari lengkap, gerakan aktif, reflek rooting (+),



106



reflek sucking (+), reflek moro (+), reflek walking (+), reflek swallowing (+),refleks grapsing (+), tonic neck reflek (+). b. Telah ditetapkan diagnose kebidanan yaitu Neonatus 17 hari fisiologis c. Telah dilakukan Asuhan Kebidanan Neonatus terhadap BY. Ny. S didapat hasil yaitu Keadaan umum baik berat badan 27500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm. Kepala : tidak ada caput suksedenum dan cepal hematoma, wajah tidak ada oedema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada pernapasan cuping hidung, bibir tidak ada sianosis, mulut tidak ada labioskizis dan palatoskizis, telinga bersih dan simetris, tidak ada pembengkakan di leher, dada simetris, tali pusat tampak segar, tidak ada pendarahan pada tali pusat, tidak ada spina bifida di punggung, jarijari tangan dan kaki lengkap, anus lubang, tidak ada kelainan kongenatal. refleks rooting positif, refleks sucking positif, refleks Moro positif, refleks grapsing positif, tonic neck positif d. Telah dilakukan tindakan Asuhan Kebidanan Pada Neonatus yaitu mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar yaitu kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus, bayi menghadap ke payudara ibu dengan hidung menempel pada puting payudara, mulut bayi terbuka leher dengan dagu menyentuh payudara ibu, tubuh bayi dan ibu menempel seperti mendekat bayi. Ibu mencoba menyusui bayinya. Tetap menjaga kehangatan bayi yaitu dengan menganggi pakaian bayi apabila basah, entah itu karena BAK atau BAB maupun hanya keringatnya dan mengobservasi kembali keadaan bayi dengan mengamati apakah ada tanda-tanda bahaya pada bayi. e. Telah dilakukan evaluasi terhadap By. Ny. S di dapat hasil keadaan umum baik, suhu 36,5°c, nadi 134 x/menit, pernapasan 46 x/menit, tali pusat segar tidak ada pendarahan, refleks hisap baik, bayi sudah BAB dan BAK.



107



4. Keluarga Berencana Setelah dilakukan asuhan kebidanan terhadap Ny. F dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian secara SOAP maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Telah dilakukan pengkajian pada tanggal 29 September 2021 pada pukul 16.30 WITA, diperoleh data keadaan umum baik, kesadaran composmentis, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tekanan darah 114/67 mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36,4°C, BB : 56kg, tidak ada pembengkakan payudara, payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada benjolan pada abdomen, abdomen tidak ada bekas luka operasi, ekstremitas tidak ada oedema dan varises. b. Telah ditetapkan diagnosa kebidanan yaitu Ny. F P2A0 akseptor KB Suntik 1 bulan. c. Telah dilakukan asuhan kebidanan KB suntik 1 bulan, yaitu dengan menggunakan metode kontrasepsi yang diberikan secara injeksi intamuskular setiap satu bulan sekali. d. Telah dilaksanakan tindakan pemberian KB suntik 1 bulan di PMB Sri Rahayu secara injeksi intramuskular pada 1/3 bokong ibu. Menyiapkan obat KB suntik 1 bulan dengan memasukkan obat ke spuit 3 cc, menyiapkan posisi ibu dengan meminta untuk bebaring tengkurap, kemudian melakukan desinfektan, lalu melakukan penyuntikan secara intra muscular dengan sudut 90º, setelah itu melakukan aspirasi jika tidak ada darah melanjutkan penyuntikan secara perlahan setelah itu mencabut



jarum



suntik



dengan



menekan



tempat



penyuntikan



menggunakan kapas alcohol. Memberitahukan kepada ibu untuk suntik ulang berikutnya pada tanggal 26 Oktober 2021 atau jika ada keluhan. Ibu mengerti dan menyetujui datang pada tanggal yang sudah di sepakati. e. Telah dilakukan pendokumentasian metode SOAP pada akseptor KB Suntik 1 bulan di PMB Sri Rahayu Tahun 2021.



108



5. Kesehatan Reproduksi Setelah dilakukan asuhan kebidanan terhadap Nn. A dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian secara SOAP maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Telah dilakukan pengkajian pada tanggal 23 September 2021 pada pukul 16.30 WITA, diperoleh data keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 80x/m, R : 25x/m, T : 36,3°C. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ditemukan pembengkakan pada vena jugularis maupun kelenjar tiroid, tidak terdapat bekas luka pada perut, terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, tidak terdapat oedem di ekstrimitas, tidak ada varises, reflek patella (+), kuku pendek dan bersih. b. Telah di tetapkan diagnose yaitu Ny. S Umur 29 Tahun P3A0 Akseptor KB suntik3 bulan (depo progestin) dengan spotting c. Telah dilakukan asuhan kebidanan tentang penyebab, cara menghindari, serta cara mengatasi dismenorea. d. Telah dilakukan terapi obat peroral guna mengurangi rasa nyeri menstruasi. Memberikan asam mefenamat 500mg 3x1, Vitamin C 2x1, Fe 2x1 selama menstruasi berlangsung. e. Telah dilakukan pendokumentasian metode SOAP pada Nn. A dengan dismenorea di PMB Sri Rahayu Tahun 2021.



B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir, nifas, neonatus, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi ini dapat menjadi masukan untuk pelaksanaan asuhan kebidanan dan referensi pustaka dalam pendokumentasian asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. 2. Bagi Penulis Diharapkan dengan adanya asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir, nifas, neonatus, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi



109



ini, penulis dapat lebih mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya serta lebih teliti lagi dalam memberikan asuhan. 3. Bagi Klien Diharapkan ibu dapat merawat bayi dengan baik dan dapat memberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan dan rutin. Diharapkan ibu dapat menjaga kebersihan diri selama nifas dan ibu diharapkan dapat memberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan. Diharapkan ibu dapat memberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan dan rutin serta ibu dapat membawa membawa bayinya ke posyandu rutin setiap bulan. Diharapkan agar pasien dapat mengendalikan stress serta menghindari hal-hal yang menjadi penyebab dismenorea dan segera memeriksakan kondisinya jika nyeri yang diraasakan semakin parah



110



DAFTAR PUSTAKA



Abraham,M. Rudolph, 2015. Buku Ajar Neonatus volume 2. Jakarta : EGC Affandi, B. (2011). Keluarga Berencana Edisi 3 .Pustaka Rihama: Yogyakarta Affandi, (2014) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kotrasepsi Edisi 3. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroha Ayu Mandriawati Gusti, Ni Wayan Ariani. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan Berbasis Kompetensi Edisi 3,Jakarta : EGC. Cholifah dan Hadikasari. 2015. Hubungan antara Anemia, Status Gizi, Olahraga, Pengetahuan dengan Dismenore. Jurnal midwiferia, Fauziah. (2020). Praktik Asuhan Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Pena Persada : Semarang JNPK-KR. (2016). Buku Acuan Persalinan Normal (APN).Penerbit Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR): Jakarta Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Kementerian Kesehatan RI : Jakarta Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. BPPSDMK:



Jakarta



Selatan.



Tersedia



dalam



netLibrary



http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/modul-bahan-ajar-tenagakesehatan/ [Diakses 15 Januari 2021] Kusmiran, E. 2016. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika: Jakarta. Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohodjo: Jakarta Prijatni, I & Rahayu, S. (2016). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. BPPSDMK:



Jakarta



Selatan.



Tersedia



dalam



netLibrary



http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/modul-bahan-ajar-tenagakesehatan



111



Sadiman. 2017. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dismenorhea. Jurnal Kesehatan, Wahyuningsih H.P. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I. Yunita, E.P. (2019). Penggunaan Kontrasepsi Dalam Praktik Klinik Dan Komunitas. UB Press : Malang. Yulizawati, dkk. (2019). Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana. Indomedia Pustaka: Sidoarjo



112



113



KEMENTERIAN KESEHATAN RI



POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714 Telp. (0511) 4773267 – 4780516 -4781619 Fax (0511) 4772288 e-mail : [email protected], [email protected] Jurusan Kesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018; Gizi (0511) 436821 ; Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718



LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN Mata Kuliah



: Praktik Klinik Kebidanan II (PKK II)



Judul Asbid



: Dokumentasi Asuhan Kebidanan INC dan BBL, PNC, Neonatus, KB dan Kespro



Lokasi Praktik



No.



: PMB Sri Rahayu



Hari/Tanggal



Materi



Saran



Konsultasi



Pembimbing



Tanda Tangan Pembimbing



Mahasiswa



Mengetahui,



Pembimbing Lahan



Sri Rahayu, AM.Keb cxiv Nip. 198408182017052001



KEMENTERIAN KESEHATAN RI



POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714 Telp. (0511) 4773267 – 4780516 -4781619 Fax (0511) 4772288 e-mail : [email protected], [email protected] Jurusan Kesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018; Gizi (0511) 436821 ; Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718



LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN Mata Kuliah



: Praktik Klinik Kebidanan II



Dosen Pembimbing



: Januarsih, S.Si.T., M.Keb



Judul



: Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dan BBL Fisiologis di PMB Sri Rahayu



No.



Hari/Tanggal



Materi



Saran



Konsultasi



Pembimbing



Tanda Tangan Pembimbing



Mahasiswa



Mengetahui,



Dosen Pembimbing



Januarsih, S.Si.T., cxvM.Keb NIP. 19780106200812 2001



KEMENTERIAN KESEHATAN RI



POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714 Telp. (0511) 4773267 – 4780516 -4781619 Fax (0511) 4772288 e-mail : [email protected], [email protected] Jurusan Kesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018; Gizi (0511) 436821 ; Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718



LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN Mata Kuliah



: Praktik Klinik Kebidanan II



Dosen Pembimbing



: Januarsih, S.Si.T., M.Keb



Judul



: Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dan Menyusui Fisiologis di PMB Sri Rahayu



No.



Hari/Tanggal



Materi



Saran



Konsultasi



Pembimbing



Tanda Tangan Pembimbing



Mahasiswa



Mengetahui, Dosen Pembimbing



cxvi M.Keb Januarsih, S.Si.T., NIP. 19780106200812 2001



KEMENTERIAN KESEHATAN RI



POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714 Telp. (0511) 4773267 – 4780516 -4781619 Fax (0511) 4772288 e-mail : [email protected], [email protected] Jurusan Kesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018; Gizi (0511) 436821 ; Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718



LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN Mata Kuliah



: Praktik Klinik Kebidanan II



Dosen Pembimbing



: Megawati, S.Si.T., M.Keb



Judul



: Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus Fisiologis di PMB Sri Rahayu



No.



Hari/Tanggal



Materi



Saran



Konsultasi



Pembimbing



Tanda Tangan Pembimbing



Mahasiswa



Mengetahui,



Dosen Pembimbing



Megawati, S.Si.T., M.Keb cxvii NIP. 198102262009122002



Dosen



KEMENTERIAN KESEHATAN RI



POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714 Telp. (0511) 4773267 – 4780516 -4781619 Fax (0511) 4772288 e-mail : [email protected], [email protected] Jurusan Kesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018; Gizi (0511) 436821 ; Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718



LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN Mata Kuliah



: Praktik Klinik Kebidanan II



Dosen Pembimbing



: Megawati, S.Si.T., M.Keb



Judul



: Dokumentasi Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana di PMB Sri Rahayu



No.



Hari/Tanggal



Materi



Saran



Konsultasi



Pembimbing



Tanda Tangan Pembimbing



Mahasiswa



Mengetahui, Dosen Pembimbing



cxviii Megawati, S.Si.T., M.Keb NIP. 198102262009122002



KEMENTERIAN KESEHATAN RI



POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714 Telp. (0511) 4773267 – 4780516 -4781619 Fax (0511) 4772288 e-mail : [email protected], [email protected] Jurusan Kesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018; Gizi (0511) 436821 ; Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718



LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN Mata Kuliah



: Praktik Klinik Kebidanan II



Dosen Pembimbing



: Megawati, S.Si.T., M.Keb



Judul



: Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi di PMB Sri Rahayu AM., Keb



No.



Hari/Tanggal



Materi



Saran



Konsultasi



Pembimbing



Tanda Tangan Pembimbing



Mahasiswa



Mengetahui, Dosen Pembimbing



cxix M.Keb Megawati, S.Si.T., NIP. 198102262009122002