Askeb Gadar Neonatal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA BAYI Ny. “T” DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI PUSKESMAS PONCOL Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Stase GADAR



Disusun oleh : Sih Pujiati



NIM: 2282B1043



INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN PRODI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN TAHUN AKADEMIK 2022



LEMBAR PENGESAHAN



ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA BAYI Ny. “T” DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI PUSKESMAS PONCOL



Mahasiswa Sih Pujiati



(2282B1043)



Dan disetujui serta disahkan oleh: Pembimbing Pendidikan,



Pembimbing Klinik,



Bd. Tety Ripursari, SST., S.Keb., M.Keb



Bd. Endah Pujiati, SST., M.Kes



NIDN :



NIDN :



Mengetahui Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan IIK STRADA INDONESIA



Dr. Agusta Dian Ellina, S.Kep.Ns.,M.Kep (NIDN : 0720088503)



….



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa senantiasa selalu memberikan rahmat serta hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Bayi Ny. “T” Dengan Asfiksia Sedang Di Puskesmas Poncol” diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Stase GADAR. Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.



Magetan, 22 Januari 2023



Penyusun



….



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menduduki peringkat tertinggi ketiga diantara negara – negara ASEAN. Walaupun demikian, angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Tahun 2005 per 1000 kelahiran hidup sebesar 4 di Singapura, sebesar 12 di Malaysia, sebesar 38 di Filipina, di Indonesia, menurut SKRT tahun 2005 sekitar 54 per kelahiran hidup(Depkes RI,2007). Walaupun pada tahun 2003 angka tersebut mengalami penurunan yaitu menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup, akan tetapi angka ini masih jauh dari target pencapaian tahun 2010 yaitu 15 per 1000 kelahiran hidup(Saifudin,2002) . Di Indonesia angka kematian neonatal sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal dini (0-7 hari)sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup. Dari hasil survey demogravi kesehatan Indonesia pada tahun 2007 penyebab utama kematian neonatal dini adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (35%), asfiksia(33,6%), tetanus(31,4%). Angka tersebut cukup memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir (Wijaya,2009). Sementara World Health Organisation dalam laporannya menjelaskan bahwa asfiksia neonatus merupakan urutan pertama penyebab kematian neonatus dinegara berkembang pada tahun 2007 yaitu sebesar 21,1%, setelah itu pneumonia dan tetanus neonaturum masing – masing sebesar 19,0 % dan 14,1%. Dilaporkan kematian neonatal adalah asfiksia neonatus (33%), prematuritas (10%),BBLR (19%). Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam rahim yang berhubungan dengan faktor – faktor



….



yang timbul dalam kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran(Manuaba, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh dari RB Restu Ibu Sragen dari bulan Oktober 2010 sampai Oktober 2011 terdapat Bayi Baru Lahir sebesar 300 Orang. Bayi Baru Lahir Normal Sebesar 250 orang(83,3%), Asfiksia Ringan 18 bayi (6%), Asfiksia Sedang 18 bayi (6%), Berat Badan Lahir Rendah 14 bayi (4,6%). Berdasakan uraian diatas,Asfiksia Sedang memerlukan penanganan yang segera supaya bayi bisa diselamatkan dan tidak berlanjut menjadi Asfiksia Berat, Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. T dengan Asfiksia Sedang di Puskesmas Poncol. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang di Puskesmas Poncol dengan menggunakan pendekatan 7 langkah Varney ?” 1.3 Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu : 1) Melaksanakan pengkajian



pada bayi baru lahir Ny. T dengan



Asfiksia Sedang secara lengkap dan sistematis. 2) Menginterpretasikan



data



berupa



diagnosa



kebidanan,



masalah,



kebutuhan bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang. 3) Menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir Ny. T dengan



Asfiksia Sedang. 4) Melakukan antisipasi tindakan pada bayi baru lahir Ny. T dengan



Asfiksia Sedang.



….



5) Merencanakan tindakan pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia



Sedang. 6) Melakukan rencana tindakan pada bayi baru lahir Ny. T dengan



Asfiksia Sedang. 7) Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah dilakukan pada bayi



baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang. b. Penulis dapat menganalisa kesenjangan antara teori dan kenyataan di



lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat. c. Penulis mampu memberi alternative pemecahan masalah jika terdapat



kesenjangan pada asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang. 1.4 Manfaat Studi Kasus 1. Bagi penulis Meningkatkan pengetahuan , wawasan, dan ketrampilan penulis dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang. 2. Bagi profesi Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang sesuai dengan standar asuhan kebidanan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Manambah referensi dan sumber bacaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang



….



BAB II TINJAUAN TEORI



2.1 TEORI MEDIS 2.2.1 Bayi baru lahir A. Pengertian Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 250 gram sampai dengan 400 gram (Arief dan sari,2009). B. Ciri – ciri bayi baru lahir normal 1. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu. 2. Berat badan 2500 – 4000 gram. 3. Panjang badan 48 -52 cm. 4. Lingkar dada 30 – 38 cm. 5. Lingkar kepala 33 – 35 cm. 6. Lingkar lengan 11 – 12cm. 7. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit.



….



8. Pernapasan ± 40 – 60 x/menit. 9. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subcutan yang cukup. 10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna. 11. Kuku agak panjang dan lemas. 12. Nilai Apgar >7. 13. Gerak aktif. 14. Bayi lahir langsung menangis kuat. 15. Reflek rooting ( mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan baik. 16. Reflek sukhing ( isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik. 17. Reflek morro ( gerakan memeluk bila dikagetkan ) sudah terbentuk dengan baik. 18. Reflek grasping ( menggenggam ) sudah baik. 19. Genetalia a. Pada laki – laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang. b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang serta adanya labia minora dan mayora.



….



20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi,2011). C. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus. 1. Pernapasan Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru – paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah: a. Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir. b. Penurunan pa O2 dan kenaikan pa CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak disinuskarotis. c. Rangsangan dingin didaerah muka dapat merangsang permukaan gerakan pernapasan. d. Reflek deflasi hering breur Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi normal dalam waktu 30 detik setelah kelahiran, tekanan rongga dada bayi pada saat itu melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan cairan paru- paru ( pada bayi normal jumlahnya 80-100ml ) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut, sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Paru – paru berkembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula pernapasan pada neonatus terutama



….



pernapasan diafragmatik dan abdominal, dan biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernapasan (Arief dan sari,2009).



2. Peredaran darah Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari placenta melalui vena umbilikalis lalu sebagian sebagian lainnya



kehati



dan



langsung ke serambi kiri jantung,



kemudian kebilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta keseluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta `desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia ( PaO2 yang naik ) serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4 – 5 liter per menit/ m2. Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan



….



duktus



arteriosus.



Tekanan



darah pada waktu lahir



dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse placenta yang pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40mmHg (Dewi,2011). 3. Perubahan suhu tubuh Ketika bayi lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu didalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan



dalam suhu kamar 25oc maka bayi akan



kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200kal/kg bb/menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2oc dalam waktu 15 menit, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan oksigenpun meningkat (Arief dan sari,2009). Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya: a) Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa



alas



timbangan,



memegang bayi saat tangan dingin dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL. b) Konveksi



….



Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi



dapat



terjadi



ketika



membiarkan



atau



menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas angin. c) Radiasi Panas



dipancarkan



dari



BBL



keluar



tubuhnya



kelingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu yang berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan ber ac



tanpa



diberikan



pemanas



(radiant



warmer),



membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok). d) Evaporasi Panas



hilang



melalui



proses



penguapan



yang



bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25oc, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya seper sepuluh saja. Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas



….



pada bayi, maka lakukan hal berikut : i.



Keringkan bayi secara seksama.



ii.



Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yuang kering dan hangat.



iii.



Tutup bagian kepala bayi.



iv.



Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.



v.



Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.



vi.



Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. (Arief dan sari,2009).



4. Metabolisme Luas permukaan tubuh neonates relative lebih luas dari tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam pertama kehidupan, energy didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energy berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu, sekitar dihari keenam energy diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40 % (Dewi,2011). 5. Keseimbangan air dan fungsi ginjal Tubuh BBL mengandung relative banyak air. Kadar natrium juga relative besar dibandingkan dengan kalium



….



karena ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena : a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa. b. Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal. c. Renal blood flow kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. (Dewi, 2011). 6. Immunoglobulin Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang juga tidak memiliki lamina propia ilium dan apendiks. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin g, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui placenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada



infeksi



yang



dapat



melalui



placenta



(lues,



toksoplasma, herpes simpleks, dll) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibody gama a,g,dan m (Dewi, 2011). 7. Traktus digestivus Traktus digestivus relative lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonates, traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam kehijaun yang terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juga dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya feces sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada



….



neonates, kecuali enzim amylase pangkreas (Dewi, 2011). 8. Hati Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati sempurna,



contohnya



pada



neonates



pemberian



obat



juga belum cloramfenikol



dengan dosis lebih dari 50 mg atau kg BB atau hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Dewi, 2011). 9. Keseimbangan asam basa Tingkat keasaman (Ph) darah pada waktu lahir umunya rendah karena glikolisis anaerobic. Namun, dalam waktu 24 jam, neonates telah mengompensasi asidosis ini (Dewi, 2011). D. Bayi baru lahir bermasalah Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam menurut (Dewi, 2011): 1. Tidak bernapas / sulit bernapas Penanganan umum yang bisa diberikan adalah: a. Keringkan bayi atau ganti kain yang



basah



bungkus dengan pakaian hangat dan kering. b. Segera klem dan potong tali pusat. c. Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat.



….



dan



d. Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam setiap melakukan tindakan. e. Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya kegagalan napas setelah bayi lahir. f. Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi.



2. Sianosis/ kebiruan dan sukar bernapas. Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan), sukar bernapas (frekuensi 60X/menit), ada tarikan dinding dada kedalam, atau merintih, maka lakukan hal berikut: a. Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas tidak tersumbat. b. Berikan oksigen 0,5 liter/menit. c. Rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yang mensuport kondisi bayi. d. Tetap menjaga kehangatan bayi. 3. BBLR