Makalah Kelompok 5 Gadar Maternal Neonatal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Kejang, Hypotermi, Hypetermi, Hypoglikemia, Tetanus Neonatorium Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal Dosen Pembimbing : Ibu resna litasari,SST., M.Tr.,Keb



Oleh Kelompok 2 : 1. Dewi Sri Rahayu



(1902277004)



2. Fizri rahma nurul I (1902277009) 3. Resi regita



(1902277026)



4. Shinta Rachamniar G(1902277033) 5. Vutri Rahayu W



(1902277039)



PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2021



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas segala rahmat, berkah, hidayah dan karunia-Nya. Kami dapat menyelesaikan makalah tentang. “Penanganan Kegawatdaruratan Spina Bifida Di Poned Dan Ponek Dalam Tim”. Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Gawat Darurat Maternal Neonatal”. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapa H. Dedi Supriadi S.Sos.,S.Kep.,Ners.,MM.Kes. selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis. 2. Ibu Neli sunarni SST.,M.Tr.Keb. selaku Ketua prodi D-III kebidanan. 3. Ibu Rosidah solihah SST.,M.Tr.Keb. selaku sek.prodi D-III Kebidanan. 4. Ibu resna litasari, SST ,. M.Tr.Keb. selaku Dosen mata kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal yang telah memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk dan arahan kepada kami. Teman teman seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat. Kedua orang tua kami,yang telah memberikan kekuatan secara moril maupun materil. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi semua pembaca, serta dapat berguna bagi kemajuan STIKes Muhammadiyah Ciamis.



Ciamis , 02 oktober 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................ 2 DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3 BAB I .................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4 A.



LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 4



B.



RUMUSAN MASALAH................................................................................................ 7



C.



TUJUAN .................................................................................................................... 7



D.



MANFAAT ................................................................................................................. 8



BAB II ................................................................................................................................... 9 PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 9 1. Kejang .......................................................................................................................... 9 2. Hypotermi .................................................................................................................. 11 3. Hypertermi ................................................................................................................. 14 4.Hypoglikemia .............................................................................................................. 16 5. Tetanus neonatorum .................................................................................................. 20 BAB III ................................................................................................................................ 21 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................. 21 A.Kesimpulan ................................................................................................................. 21 B.Saran........................................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya pemeliharaan



kesehatan



anak



ditujukan



untuk



mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia delapan belas tahun (Kemenkes, RI, 2016: 124). Upaya kesehatan anak



antara lain diharapkan mampu



menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKN pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup. Hasil



Survei



Penduduk



Antar



Sensus



(SUPAS)



2015



menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, RI, 2016:125). Sedangkan, berdasarkan hasil SDKI, target SDGs tahun 2025 AKN sebesar 9/ 1.000 kelahiran



hidup, dan target tahun 2030 AKN sebesar 12/ 1.000 kelahiran hidup (Rakorpop Kemenkes, RI. 2015: 27). Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) (Kemenkes, RI, 2016 : 129). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi,



sistem rujukan yang



belum berjalan dengan



baik,



terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan (Kemenkes, RI, 2016: 129). Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen BBLR, pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional



pelayanan lainnya (Kemenkes, RI, 2016: 130). Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi mengalami penurunan dari tahun 2014 yang sebesar 59,68% menjadi 51,37% pada tahun 2015. Selain menurunnya capaian, masih terdapat disparitas yang cukup besar antar provinsi. Pada tahun 2015 capaian tertinggi diperoleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan angka sebesar 90,01% diikuti Jawa Tengah sebesar 89,23%, dan Jawa Timur sebesar 82,91%. (Kemenkes, RI. 2016:130). Kegawatdaruratan



adalah



kejadian



tidak



terduga



yang



memerlukan tindakan segera. Kegawatdaruratan dapat terjadi baik pada penanganan obstetric maupun neonatal. Penatalaksanaan kegawatdaruratan meliputi pengenalan segera kondisi gawat darurat, stabilisasi keadaan penderita, pemberian oksigen, infus, terapi cairan, tranfusi darah dan pemberian medikamentosa maupun upaya rujukan lanjutan (Maryunani, Anik dan Eka, P.S. 2013:1). Kompetensi bidan adalah pengetahuan, keterampilan dan skill yang harus dimiliki oleh bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat. Kompetensi bidan tentang penanganan kegawatdaruratan neonatus terdapat pada kompetensi bidan ke- 6 yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. Oleh karena itu, bidan harus mempunyai kompetensi dan upaya kerja yang baik (Marlina, Endah dan A. Apriyanti. 2015: 17).



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari kejang, hypotermi, hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium ? 2.



Apa



saja



factor



penyebab



kejang,



hypotermi,



hypetermi,



hypoglikemia, tetanus neonatorium? 3.



Apa gejala kejang, hypotermi, hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium ?



4.



Bagaimana upaya pencegahan kejang, hypotermi, hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium ?



5.



Bagaimana



penatalaksanaan



kejang,



hypotermi,



hypetermi,



hypoglikemia, tetanus neonatorium ? C. TUJUAN Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Dapat mengetahui pengertian dari kejang, hypotermi, hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium. 2. Dapat mengetahui factor penyebab kejang, hypotermi, hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium. 3. Dapat



mengetahui



gejala



kejang,



hypotermi,



hypetermi,



hypoglikemia, tetanus neonatorium. 4. Dapat



mengetahui



upaya



pencegahan



kejang,



hypotermi,



hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium. 5. Dapat mengetahui penatalaksanaan kejang, hypotermi, hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium.



D. MANFAAT Manfaat dari penulisan Makalah ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui kejang, hypotermi, hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium. 2. Untuk



mengetahui



factor



kejang,



hypotermi,



hypetermi,



hypotermi,



hypetermi,



hypoglikemia, tetanus neonatorium. 3. Untuk



mengetahui



gejala



kejang,



hypoglikemia, tetanus neonatorium. 4. Untuk



mengetahui



upaya



pencegahaan



kejang,



hypotermi,



hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium. 5. Untuk mengetahui penatalaksanaan kejang, hypotermi, hypetermi, hypoglikemia, tetanus neonatorium ?



BAB II PEMBAHASAN 1. Kejang Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering kali ditandai oleh gerakan tubuh yang tidak terkendali dan disertai hilangnya kesadaran. Kejang bisa menjadi tanda adanya penyakit pada otak, atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi otak. Penyebab Kejang : Kejang disebabkan oleh gangguan pada aktivitas listrik, di satu atau seluruh area otak. Gangguan tersebut dapat dipicu oleh penyakit di otak, atau kondisi lain yang secara tidak langsung memengaruhi fungsi otak. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang: Gangguan pada otak        



Epilepsi Tumor otak Stroke Meningitis (infeksi selaput otak) Ensefalitis (infeksi otak) Cedera otak pada bayi sewaktu melewati jalan lahir Cedera kepala yang menyebabkan perdarahan di otak Lumpuh otak atau cerebral palsy



Gejala Kejang Kejang sering kali ditandai dengan kontraksi otot, yang disertai gerak menyentak pada seluruh tubuh. Namun sebenarnya, gejala kejang tidak selalu seperti itu. Penderita kejang bisa saja hanya menunjukkan tatapan mata yang kosong. Gejala yang muncul tergantung kepada area otak yang terdampak dan tingkat keparahannya. Pada kejang yang melibatkan satu area di otak, gejalanya meliputi:      



Gangguan sensasi pada penglihatan, pendengaran, atau penciuman. Gerakan berulang, seperti jalan berputar-putar. Gerak menyentak pada salah satu lengan atau tungkai. Perubahan suasana hati. Pusing. Kesemutan.



Sedangkan pada kejang yang memengaruhi seluruh bagian otak, gejala yang muncul bisa berupa:



     



Tubuh kaku lalu dilanjutkan dengan gerakan menyentak di seluruh tubuh. Gerak menyentak di wajah, leher dan tangan. Otot hilang kontrol, sehingga dapat membuat penderita tiba-tiba jatuh. Kaku otot, terutama pada punggung dan tungkai. Pandangan kosong ke satu arah. Mata berkedip cepat.



Terdapat pula gejala lain yang sering menyertai kejang, yaitu: Penurunan kesadaran sesaat, lalu bingung saat sadar karena tidak ingat apa yang terjadi.   



Perubahan perilaku. Mulut berbusa atau ngeces. Napas berhenti sementara.



Gejala kejang jarang berlangsung lama. Biasanya gejala hanya berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Sebelum kejang muncul, sering kali ada gejala lain yang bisa dijadikan sebagai peringatan, seperti merasa takut atau marah, mual, vertigo, atau seperti ada kilatan cahaya di mata. Kapan Harus ke Dokter? Segera periksakan ke dokter bila terdapat kondisi berikut:      



Pertama kali mengalami kejang Kesadaran tidak pulih setelah kejang selesai Kejang berlangsung lebih dari 2 menit Kejang berulang Penderita juga menderita diabetes Sedang demam tinggi saat kejang terjadi



Diagnosis Kejang : Dokter dapat memastikan seseorang mengalami kejang dengan melihat langsung gejala yang dialami pasien, atau dari keterangan orang lain yang melihat kejadian kejang. Untuk mengetahui penyebab kejang, dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan berikut:   



Uji pencitraan, seperti MRI atau CT scan. Pemeriksaan sampel cairan otak melalui tes pungsi lumbal. Pengukuran aktivitas listrik otak yang disebut elektroensefalografi (EEG).







Uji sampel darah.



Cara Mencegah Kejang Dalam banyak kasus, kejang tidak dapat dicegah. Namun, risiko terserang kejang dapat dikurangi dengan menjalani hidup sehat, seperti:      



Beristirahat yang cukup Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang Berolahraga secara rutin Mengelola stres dengan baik Menjauhi NAPZA Mengonsumsi obat sesuai saran dokter



Cara Mencegah Cedera saat Kejang Seperti telah dikatakan sebelumnya, kejang dapat mengakibatkan cedera yang berbahaya bagi penderitanya. Oleh karena itu, bila kejang sering terjadi, beberapa langkah berikut ini bisa dilakukan untuk menghindari cedera:    



Tidak berenang atau berendam di bak mandi saat sendirian. Tidak mengendarai kendaraaan. Melengkapi kursi dan meja di rumah dengan bantalan yang empuk. Memasang karpet yang tebal di lantai.



2. Hypotermi 1. Pengertian Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35˚C (atau 95˚F) secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup rektal, esofageal, atau membran timpani, yang dilakukan secara benar, hipotermia didefinisikan bila suhu inti tubuh menurun hingga 35˚C (95˚F) atau dapat lebih rendah lagi, hipotermia disebabkan oleh lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi, atau evaporasi. Local cold injury dan frostbite timbul karena hipotermia menyebabkan penurunan viskositas darah dan kerusakan intraselular (intracellular injury) 2. Etiologi dan Predisposisi i.



Hipotermia primer, apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat



mengimbangi adanya stres dingin, terutama bila cadangan energi dalam tubuh sedang berkurang. Kelainan panas dapat terjadi melalui mekanisme radiasi (55-65%), konduksi (10-15%), konveksi, respirasi dan evaporasi. Pemahaman ini membedakan istilah hipotermia dengan frost bite (cedera jaringan akibat kontak fisik dengan benda/zat dingin, biasanya