Askep DBD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Cdwi novita sari MARI SALING BERBAGI ILMU KAWAN



Minggu, 18 Mei 2014 asuhan keperawatan anak (demam berdarah duenge) di instalasi rawat anak di RSUD kayu agung



LAPORAN PENDAHULUAN 1. Definisi a.



Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus. (Soedarmo Sumarno, 2005).



b.



Dengue ialah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus) akut ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes. (prinsip keperawatan 269,267).



c.



Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus. (hidayat , aziz. 2006 )



2. Anatomi fisilogi Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O 2 dan CO2 didalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah



diambil



dengan



jalan



bernafas,



dan



zat



ini



berguna



pada



peristiwa



pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Darah terdiri dari elemen-elemen dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-elemen yang tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). ( Syarifuddin, 2006).



BAGIAN-BAGIAN DARAH Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka nyatakah bahwa dalam darah terdapat benda-benda



kecil bundar yang disebut sel-sel darah, sedang cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma. Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu : 1) Sel-sel darah a) Eritrosit (sel darah merah) b) Leukosit (sel darah putih) c) Trombosit (sel pembeku darah)



2) Plasma darah a) Air : 91% b) Protein : 3% (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen) c) Mineral: 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,magnesium), kalsium, dan zat besi). d) Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino). kalau kita periksa dan lihat dibawah miskroskop maka nyatalah bahwa eritrosit dapat diterangkan sebagai berikut : Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti, ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4½ juta) warna kuning kemerah-merahan, karean didalam mengandung zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung oksigen, fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.



3. Etilogi Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue.dan nyamuk aedes a. Aedes Aegypti Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih. 4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.



b. Aedes Albopictus 1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas. 2) Menggigit pada waktu siang hari 3) Jarak terbang 50 meter.



4. Klasifikasi



a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi. b. Derajat II :Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. d. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur.



5. Manifestasi klinis a. Demam tinggi selam 5-7 hari b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : petechie, ekimosis, hematoma. c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria. d. Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan uluh hati f. Sakit kepala g. Pembengkakan sekitar mata h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening i. Tanda dan renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah



6. Patofisiologi Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan



pembesaran



limpa



(splenomegali).



Peningkatan



dinding



kapiler



mengakibatkan



berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok). Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada penderita Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.



7. Pahtway



Virus dengeu Melalui gigitan Verimia Virus mengeluarkan toksin



Peradangan



antibodi bereaksi atau reaksi nimunologis



Hipotalamus



permibilitas veskules meningkat



Saraf simpatik



extrasi cairan inveskular dan extraveskular



Pembuluh darah ferifer



kebocaran plasma



Vasokntraksi



hipovalamia



Demam hipotensi



Suhu tubuh : (hipertermi ) Vasodilatasi arterial Kulit menjadi panas Penguapan cairan Permukaan tubuh meningkat Devisit voleme cairan



Anoreksia



malabsorbsi makanan dan minuman Muntah



kerja otot kelemahan



Inteke nutrisi kurang



Intolaransi aktivitas



Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



8. Komplikasi a.



Perdarahan luas



b. Syok (rejatan) c.



Pleural Effusion



d. Penurunan kesadaran



9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut : 1. Tirah baring atau istirahat baring. 2. Diet makan lunak. 3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. 4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan. 5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. 6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. 7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen. 8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. 9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder. ASUHAN KEPERAWATAN 1. pengkajian



a. pengumpulan Data 1. Biodata Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua dan saudara kandung. Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register dan diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi : alamat, usia, jenis kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas saudara kandung meliputi nama dan usia. 2. Keluhan utama Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke rumah sakit seperti demam, nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala, perut dan sendi disertai perdarahan. 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Klien menderita nyeri kepala, nyeri perut disertai mual dan muntah. b. Riwayat kesehatan masa lalu Penyakit yang pernah dialami klien seperti demam, tidak ada riwayat alergi, tidak ada ketergantungan terhadap makanan/ minuman dan obat-obatan. c.



Riwayat kesehatan keluarga



Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.



4.



Riwayat imunisasi Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi seperti BCG, DPT, Polio, Campak dan



Hepatitis. 6.Riwayat psikososial Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya, apakah keadaan tempat tinggalnya memenuhi syarat kesehatan. 7.



Riwayat spiritual Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan sering mengikuti kegiatan keagamaan.



8 . Aktivitas sehari-hari a. Nutrisi terdiri dari frekuensi makan, waktu makan, makanan yang dikonsumsi, porsi makan, makanan yang disukai, nafsu makan. Jumlah yang dapat dihabiskan dan cara makan klien sebelum sakit dan saat sakit. b.



Istirahat, tidur terdiri dari waktu tidur malam dan siang, apakah mudah terbangun, kesulitan tidur, bagaimana pola tidur, ada perubahan atau tidak sebelum sakit dan saat sakit.



c.



Personal hygiene terdiri dari mandi, sikat gigi, kebersihan kuku, genetalia, dan penampilan umum klien sebelum sakit dan saat sakit.



2. Diagnosa 1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam 2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan



4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik



3. Intervensi No



Diagnosa



Intervensi



1



Kekurangan Volume



1) Kaji KU dan kondisi



cairan berhubungan



pasien



dengan peningkatan



2) Observasi tanda-tanda 2) Untuk menentukan



permeabilitas kapiler ,



vital ( S,N,RR )



perdarahan, muntah,



3) Beri pasien dan



dan demam



anjurkan keluarga pasien



Tujuan :



untuk memberi minum



Gangguan volume



banyak



cairan tubuh dapat



Rasional 1) Untuk mengetahui kondisi pasien



tindakan selanjutnya 3) Untuk menyeimbangkan cairan tubuh pasien



teratasi Kriteria hasil : Volume cairan tubuh kembali normal



1.Untuk 2



Hipertermi



1.



Kaji saat timbulnya mengidentifikasi



berhubungan dengan



demam.



proses infeksi virus



2. Observasi tanda-tanda 2.



Tujuan keperawatan :



vital tiap 3 jam.



demam pasien.



mengetahui



dapat teratasi, dengan 3.



-



Tanda-tanda



vital



merupakan acuan untuk



Peningkatan suhu tubuh



criteria :



pola



keadaan



Beri kompres hangat umum pasien.



pada dahi.



3.



Suhu tubuh normal



Kompres



hangat



dapat



mengembalikan



(35° C- 37,5° C)



suhu



normal



-



memperlancar sirkulasi.



Pasien bebas dari



demam



4.



Penjelasan



yang



diberikan pada keluarga 4



Kolaborasi pemberian klien bisa mengerti dan



obat anti piretik.



kooperatif memberikan



dalam tindakan



keperawatan. 7.



Dapat menurunkan



demam



1.



Memudahkan



untuk



intervensi selanjutnya 3.



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan



1. Kaji keadaan umum klien 2. Merangsang nafsu makan 2.



Beri



makanan



sesuai klien sehingga klien mau



dengan mual, muntah,



kebutuhan tubuh klien.



makan.



tidak ada nafsu makan 3. Anjurkan orang tua klien 3. Makanan dalam porsi Tujuan : Tidak terjadi untuk memberi makanan kecil tapi sering syok



hipovolemik, sedikit tapi sering.



dengan criteria : -



Keadaan



memudahkan organ



4. Kolaborasi pemberian obat pencernaan dalam umum reborantia.



metabolisme.



membaik -



4. Menambah nafsu makan



Tanda-tanda vital



dalam batas normal



1.



Mengetahui



tingkat



ketergantungan



klien



1. Kaji hal-hal yang mampu dalam dilakukan klien.



kebutuhannya.



2. Beri penjelasan tentang2. 4



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik



mampu aktivitas



sehari-hari,



sehari-hari terpenuhi. mampu



mandiri setelah bebas demam



klien



pada



dan saat kondisinya lemah kekuatan3.



Keluarga



merupakan



orang terdekat dengan



3. Libatkan keluarga dalam klien pemenuhan ADL klien



dan



Kebutuhan aktivitas



Klien



membantu



sangat



4.



Untuk



mencegah



4. Jelaskan pada keluarga terjadinya keadaan yang



dengan criteria :



-



Bantuan



dapat diperlukan



fisik klien.



Klien



-



yang



meningkatkan



Tujuan



melakukan



hal-hal



memenuhi



klien



pentingnya ditempat tidur.



tentang lebih parah bedrest



ASUHAN KEPERAWATAN Pada An. A dengan Demam Berdarah Duege Di Instalasi Rawat Anak RSUD Kayu Agung



Pengakajian tanggal 19 maret 2014 , jam 10:00 I.



Identitas klien



a.



Inisial Klien : 18 Maret 2014



b. Usia c.



Agama



: 11 Tahun : Islam



d. Alamat



: Mukarti Mulya



e.



No.Bed



: Kamar III Infeksi



f.



No. Reg



: 327585



g. Diagnosa



: Demam Berdarah Duege



II. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama : demam(+), muntah (+), mimisan (+) b. Riwayat masa lalu : 1. Penyakit masa lalu



: pasien satu tahun yang lalu pernah dirawat di



rumah sakit karna demam berdarah 2. Pernah di rawat : pernah di rawat di rumah sakit 3. Tindakan operasi 4. Alergi



: tidak ada



: alergi pada makanan seperti sea food



III. Pemeriksaan fisik a. Kesan umum : KU lemah b. Kepala



: simetris , rambut hitam



c. Hidung



: bentuk simetris



d. Muluit : bersih e. Leher : tidaka ada pembesaran tiroid f.



Dada : bentuk simetris



g. Jantung



: lub, dub



h. Genetelia& anus: 1. Penis : normal 2. Anus : normal i.



Kesadaran



: compas metis



j.



TTV : TD : 90/60 MMHg, P: 20×/m, T: 38,8 o, RR: 88×/m



IV. Riwayat kesehatan saat ini a. Keluhan utama : demam(+), muntah (+), mimisan (+) b. Riwayat sekarang : keluarga klien mengatakan sejak beberapa hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit , pasien mengeluh panas, mimisan(+), dan muntah (+) klien telah diberi parestamol, panas turun tatapi setelah itu naik lagi , tanggal 18 maret kelurga membawa anaknya ke RSUD kayu agung dan dokter menganjurkan rawat inap, pada saat pengkajian suhu tubuh klien masih 38,8o C



c. Riwayat sosial : 1. Hubungan dengan keluarga : keluarga kandung 2. Hubugan dengan teman sebaya: ibu pasien mengatakan anaknya cepat akrab d. Kebutuhan dasar a.



Nutrisi : sebelum sakit : pola makan 3 kali sehari Saat di kaji : hanya makan sedikit dan nafsu makan Berkurag dan mual , muntah



b. Eliminasi : sebelum sakit : BAB : 1-2 kali sehari BAK : 4-5 kali sehari



e. Keadaan saat ini a.



Diagnosa medis : DBD ( demam berdarah duege )



b. No. Rm



:327585



c.



Tanggal masuk RS: 18 maret 2014



d.



Status cairan : Terpasang IVFD RL gtt 25×/ menit



Hasil laboraturium Tanggal 19 maret 2014



Jenis pemeriksaaan



Hasil



Normal



HB



11,2 g/dl



L : 14-18 g/dl



Hematosit



30 %



40-50%



Golongan darah



A



Trambosit



359.000 mm3



150.000-400.000 mmg



Obat-obatan Nama obat



Jenis dosis



Gologan



Injeksi ceftri



2×1 mg



Antibiotik



Injeksi ranitidin



2×25 mg



Antibiotik



Injeksi ondan



2×4 mg



Antianalgentik



Injeksi asam treneksamat



2×250 mg



Antikolagen



ANALISA DATA Nama pasien : An. A



diagnosa medis : Demam berdarah



Jenis kelamin : laki-laki



no.kamar medis : 327585



No kamar bed : kamar III infeksi



hari/tanggal



No



Data senjang



Etiologi



: 19 maret 2014



Masalah keperawatan



1



Ds : ibu klien mengatakan



Virus duege



badan anak nya panas Do : klien tampak lemah T: 38,8O C



Masuk kedalam tubuh (verimia)



Peradagan



Hipotalamus



Merangsang saraf simpat is Pembuluh darah ferifer



HIPERTERMI



Paraf perawat



Vasokontraksi



DS : klien mengatakan 2



Demam



tidak nafsu makan karna mual dan mutah Do : makanan tidak habis Bibir kering



Peningkatan suu tubuh Demam



Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari



Anoreksia



kebutuhan tubuh



Muntah



DS : ibu klien mengatakan 3



keadaan anak nya lemas DO : KU lemah



Intake kurang dari kebuituhan tubuh



Dan KU tampak lemas



Intoloransi aktivitas Demam



Anor eksia Munt ah Daya tubuh menurun



Kelemahan



Intoloransi aktivitas



NURSING PLANNING Nama pasien : An .A



diagnosa medis : DBD



Jenis kelamin : laki-laki



No. RM



No kamar bed : infeksi III



hari/ tanggal : 19 maret 2014



Tujuan



: 327585



No



Diagnosa keperawatan



Rencana keperawatan



1



Hipertermi b.d proses



Setelah di 1. Observasi TTV



infeksi



lakukan



intervensi



Ditandai dengan



keperawatan



selanjutnya



DS: ibu mengatakan



selama 2×24



2. Pemberian



badan anak nya panas



jam di



Do : klien tampak



harapkan



hangat + anjurkan



dan minum air putih



lemah



demam



minum air putih



untuk mempercepat



T: 38,8O C



turun dengan



2. Berikan kompres



Rasionalisasi



1. Untuk menentukan



komperes hangat



proses penguapan



kreteria hasil



3. Untuk penurun



: badan tidak



panas



panas dan suhu dalam batas normal3. Kalaobrasi dengan dokter 1. Untuk mengindari



2



Ganguan Pemenuhan



Setelah di



rasa mual karna prsi



lakukan



kecil dapat di



keperawatan



intolaransi dengan



selama 2×241. Anjurkan pada orang



baik



Paraf



Nutrisi Kurng dari



jam di



tua untuk pemberian 2. Untuk mengetahui



kebutuhan tubuh



harapkan



makan dalm porsi kecil



intake dan ut put



DS : klien mengatakan



nafsu makan



tapi sering



makanan yag masuk



tidak nafsu makan



bertambah



karna mual dan mutah



dengan KH 2. : Catat jumlah porsi



Do : makanan tidak



-anak tidak



yang di habiskan oleh



menyeimbangkan



habis



merasa mual



pasien



nutrisi yang hilang



Bibir kering



dam muntah



dan keluar 3. Untuk



-Nafsu makan bertambah 3. Kaloborasi dengan tim gizi dalam pemberian 1. Untuk menentukan diet makanan



intervensi



Setelah di



selanjutnya



lakukan keperawatan



kondisi klien



selama 2×24



3. Agar klien dapaty



jam di Intolorasni aktivitas b.d harapkan 3



2. Untuk mengetahui



1. Kaji TTV



beraktivitas



2. Kaji kemampuan klien



kondisi tubuh yang



klien dapat



dalam beraktivitas



lemas



melakukan 3. Bantu klien dalam



DS : ibu klien



aktivitas



beraktivitas



mengatakan keadaan anak nya lemas DO : KU lemah Dan KU tampak lemas



NURSING IMPLEMENTASI



Nama pasien : An .A



diagnosa medis : DBD



Jenis kelamin : laki-laki



No. RM



No kamar bed : infeksi III



hari/ tanggal : 19 maret 2014



No 1



Diagnosa



Tindakan keperawatan



Hipertermi b.d proses1. Mengobservasi TTV infeksi



: 327585



Respon 1. Suhu tubuh berangsur



2. Berikan kompres hangat



Ditandai dengan



dan anjurkan sering



DS: ibu mengatakan



minum air putih



badan anak nya panas3. Berikan obat analgetik



normal 2. Keluarga klien mengikuti perintah perawat 3. Suhu tubuh menurun



Do : klien tampak lemah T: 38,8O C 1. Anjurkan pada orang tua



2



Ganguan Pemenuhan



untuk pemberian makan 1. Orang tua klien



Nutrisi Kurng dari



dalm porsi kecil tapi sering mengikuti anjuran



kebutuhan tubuh



2. Catat jumlah porsi yang di



DS : klien mengatakan habiskan oleh pasien tidak nafsu makan



2. Klien mulai makan



3. Kaloborasi dengan tim



walau dalm porsi kecil



karna mual dan mutah



gizi dalam pemberian diet



Do : makanan tidak



makanan



habis



perawat



3. Nafsu makan klien berangsur kembali



Bibir kering



1. Kaji TTV 2. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas Intolorasni aktivitas 3. Bantu klien dalam b.d kondisi tubuh yang beraktivitas 3



lmas DS : ibu klien mengatakan keadaan



1. TTV: RR: 24×/ menit T: 36O C P : 120×/menit 2. Klien mulai berangsur



Paraf



anak nya lemas



beraktivitas



DO : KU lemah



3. Agar klien mampu



Dan KU tampak lemas



beraktivitas



CATATAN PERKEMBANGAN Nama pasien : An .A



diagnosa medis : DBD



Jenis kelamin : laki-laki



No. RM



No kamar bed : infeksi III



hari/ tanggal : 20 maret 2014



No 1



Diagnosa Hipertermi b.d proses infeksi



Jam



: 327585



Catatan perkembangan



19:00 S: ibu klien mengatakan badan anak nya masih panas O: tampak T : 38,8 O c A: masalah belum teratasi P: intervensi belum teratasi I: - mengobservasi TTV - memberikan kompres hangat



paraf



-berikan obat analgetik E: S: ibu klien mengatakan anak nya tidak panas lagi O: tampak T : 36,5O C



2



Gangguan pemenuhan



19:15 S : klien mengatakan anak nya



nutrisi kurang dari



tidak nafsu makan karna mual



kebutuhan tubuh b.d



O: tampak lemas dan klien



mual dan muntah



muntah saat setelah makan A: masalah belum teratasi P: intervensi belum teratsi I: -anjurkan keluarga makan dalam porsi kecil -kaloborasi dengan tim gizi E: S:ibu klien mengatakan mulai nafsu makan O: makanan yang di berikan habis



3



Intolransi aktivitas b.d kondisi lemah



19:30 S:klien mengatakan anak nya lemas O: tampak klien istirahat A: masalah belum teratasi P : intervensi belum teratasi I: -mengkaji TTV -bantu klien beraktivitas E: S: ibu klien mengatakan anak ya



sudah mulai beraktivitas O: klien tampak lemas



CATATAN PERKEMBANGAN Nama pasien : An .A



diagnosa medis : DBD



Jenis kelamin : laki-laki



No. RM



No kamar bed : infeksi III



hari/ tanggal : 21 maret 2014



No 1



Diagnosa Hipertermi b.d proses infeksi



Jam



: 327585



Catatan perkembangan



07:00 S: ibu klien mengatakan badan anak nya tidak panas lagi O: tampak T : 36,5 O c A: masalah teratasi P: intervensi di hentikan



2



Gangguan pemenuhan



19:15 S : klien mengatakan anak nya



nutrisi kurang dari



mualai nafsu makan



kebutuhan tubuh b.d



O: tampak makanan telah habis



mual dan muntah



A: masalah teratasi P: intervensi di hentikan



3



Intolransi aktivitas b.d kondisi tubuh lemah



19:30 S:klien mengatakan sudah beraktivitas



paraf



O: tampak klienberjalan di sekitar rumah akit A: masalah teratasi P : intervensi di hentikan



EVALUASI Nama pasien : An .A



diagnosa medis : DBD



Jenis kelamin : laki-laki



No. RM



No kamar bed : infeksi III



hari/ tanggal : 21 maret 2014



: 327585



NO Diagnosa



Jam



1 1. Hipertermi b.d proses



09:00 S: ibu klien mengatakan badan



infeksi



Evaluasi



anak nya tidak panas lagi O: tampak T : 36,5 O c A: masalah teratasi P: intervensi di hentikan



2. Gangguan pemenuhan



09:15 S : klien mengatakan anak nya



nutrisi kurang dari



mualai nafsu makan



kebutuhan tubuh b.d



O: tampak makanan telah habis



mual dan muntah



A: masalah teratasi P: intervensi di hentikan



3. Intolransi aktivitas b.d kondisi tubuh lemah



S:klien mengatakan sudah 09:30 beraktivitas dan tidak lemas lagi O: tampak klien berjalan di sekitar rumah sakit



Paraf



A: masalah teratasi P : intervensi di hentikan



Diposting oleh dwi novita sari di 22.15 Reaksi: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest



dwi novita sari Nama : Dwi Novita Sari, S.Kep., Ners pendidikan yang telah di tempuh S1 dan Ners di tempuh di palembang dan bandar lampung Tidak ada komentar: Posting Komentar Link ke posting ini Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom)



my profil



dwi novita sari palembang , sumatra selatan , Indonesia Nama : Dwi Novita Sari, S.Kep., Ners pendidikan yang telah di tempuh S1 dan Ners di tempuh di palembang dan bandar lampung Lihat profil lengkapku



Arsip Blog







► 2018 (1)







► 2016 (4)







▼ 2014 (26) o ► Oktober (2) o ▼ Mei (6)  asuhan keperwatan pada pasien d ruang instalasi di...  kata-kata hati  asuhan keperwatan pada pasien despepsia di ruang i...  asuhan kerawatan dan akep kelolaan pada pasien STT...  asuhan keperawatan anak (demam berdarah duenge) di...  kebersamaan mahasiswa stik bina husada selama di k... o ► Maret (4) o ► Februari (8) o ► Januari (6)







► 2013 (32) Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.



Posted in: Uncategorized. Tagged: Keperawatan Anak. 4 Komentar A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Definisi Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty (betina). ( Effendy Christantie, 1995 ). Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang terdapat pada anak dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif disertai ruam, tanpa ruam dan beberapa atau semua gejala perdarahan. (Hendarwanto, IPD, 1999 ) Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina). Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak , serta sering menimbulkan kejadian luar biaa atau wabah. ( Suroso Thomas, FKUI, 2002 ) 2. Anatomi dan fisiologi darah Darah adalah medium transport tubuh. Darah terdiri dari komponen cair dan komponen padat. Komponen cair darah disebut plasma, berwarna kekuning-kuningan yang terdiri dari: a. Air : terdiri dari 91 – 92 % b. Zat padat yang terdiri dari 7 – 9 %. Terdiri dari : 1) Protein ( albumin, globulin, fibrinogen ) 2) Bahan anorganik ( natrium, kalsium, kalium, fosfor, besi dan iodium ) 3) Bahan organic ( zat-zat nitrogen non protein, urea, asam urat, kreatinin, xantin, asam amino, fosfolipid, kolesterol, gluksa dll ) Komponen padat darah terdiri dari : a. Sel darah merah Eritrosit adalah cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6 µm. eritrosit tidak memiliki nucleus. Eritrosit terdiri dari membrane luar, hemoglobin ( ptotein yang mengandung besi ) dan karbon anhidrase ( enzim yang terlibat dalam transport karbndioksida ). Pembentukan eritrosit dirangsang oleh glikoprotein dan eritropoetin dari ginjal. Jumlah eritrosit nrmal yaitu : laki-laki : 4,5 – 5,5 106 / mm3 dan perempuan : 4,1 – 5,1 106 / mm3. funsi eritrosit adalah mengangkut dan melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Pada orang dewasa umur eritrosit adalah 120 hari. b. Sel darah putih Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama sel darah putih. Jumlah normalnya adalah 4.000 – 11.000 / mm3. 5 jenis sel darah putih yaitu : 1) Neutrofil 55 % 2) Eosinofil 2 % 3) Basofil 0,5 – 1 %



4) Monosit 6 % 5) Limfosit 36 % c. Trombosit Trombosit bukan merupakan sel melainkan pecahan granular sel, berbentuk piringan dan tidak berinti, berdiameter 1 – 4 mm dan berumur kira-kira 10 hari. Sekitar 30 – 40 % berada dalam limpa sebagai cadangan dan sisanya berada dalam sirkulasi. Trombosit sangat penting peranannya dalam hemostasis dan pembekuan. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000 / mm3. Fungsi darah secara umum yaitu : a. Respirasi yaitu transport oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru b. Gizi, transport makanan yang diabsorpsi c. Ekskresi, transport sisa metablisme ke ginjal, paru-paru, kulit dan usus untuk dibuang d. Mempertahankan keseimbangan asam basa e. Mengatur keseimbangan air f. Mengatur suhu tubuh g. Transport hormon Gibson, John 2002 : Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi . Jakarta : EGC. 3. Etiologi Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (baca : virus dengue tipe 1-4). infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya. Wabah dengue juga telah dissertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess sscuttellariss tetapi vector tersebut kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di sekitar pemukiman penduduk. Adapun ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah a. Berbadan kecil, warna hitam dan belang-belang b. Menggigit pada siang hari, yaitu rentang waktunya antara Pkl 08.00 – 10.00 pagi. c. Gemar hidup di tempat yang gelap dan lembab dan di baju-baju yang bergantungan d. Badannya mendatar saat hinggap e. Jarak terbangnya kurang dari 100 meter f. Banyak bertelur di genangan air yang terdapat pada sisa-sisa kaleng bekas, tempat penampungan air, bak mandi, ban bekas dan sebagainya. 4. Klasifikasi a. Derajat I Demam disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, uji rumpeleede positf dan mudah memar. b. Derajat II Tanda pada derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit berupa ptekiae dan ekimosis, epistaksis, muntah darah (hematemesis), melena, perdarahan gusi. c. Derajat III



Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, gelisah. d. Derajat IV Syok berat dimana nadi tidak teraba, tekanan darah tidak dapat diukur, kulit lembab dan dingin, tubuh berkeringat, kulit membiru. Merupakan manifestasi syok dan seringkali berakhir dengan kematian. 5. Patofisiologi Virus dengue ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti yang mempunyai 4 tipe yaiyu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dimana keempat jenis ini dapat menyebabkan manifestasi klinis yang bermaca-macam dari asimptomatis sampai fatal. Dengue fever merupakan manifestasi klinis yang ringan, sedang Dengue Haemorrhagic Fever merupakan manifestasi klinis yang berat. Setelah virus masuk ke dalam tubuh, maka akan terjadi replikasi virus kemudian akan terjadi viremia yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh , sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, ruam atau bintik merah pada kulit, hiperemi tenggorokan dan pada keadaan yang lebih berat mungkin akan terjadi pembesaran kelenjar getah bening, hepatomegali dan splenomegali. Gigitan nyamuk yang pertama mungkin tidak menimbulkan gejala atau dapat juga terjadi dengue fever yaitu reaksi tubuh ringan yang merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi akan berat jika penderita mengalami infeksi berulang (ke-2) terutama jika oleh virus yang berbeda pada infeksi yang pertama sehingga terjadi reaksi antigen-antibody dan akan menimbulkan kompleks antigen-antibody (kompleks virus-antibody). Keadaan ini dapat menyebabkan beberapa hal yaitu: a. Aktivasi system komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoxin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas dindingpembuluh darah dan terjadinya perembesan plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini menyebabkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura dan renjatan (syok). b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepakan ADP akan mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami metamorfosis akan dimusnahkan oleh system retikuloendotel dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadipembekuan intravascular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukkan anafhilatoxin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product. Kemudian meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadinya perembesan plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular . 6. Tanda dan gejala a. Demam tinggi dan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari b. Manifestasi perdarahan : uji rumpeleede positif, ptekiae, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena c. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati d. Nyeri sendi , nyeri kepala, nyeri otot, rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita), hepatomegali, splenomegali e. Kadang ditemui keluhan batuk pilek dan sakit menelan.



7. Pemeriksaan diagnostik a. Labotatorium 1) Darah a) Trombosit b) Hemoglobin c) Hematokrit d) Elektrolit serum e) Pemeriksaan gas darah 2) Urine b. Pemeriksaan radiology c. USG 8. Penatalaksanaan medis a. Pemberian minum 1- 2 liter per hari, pemberiaan oralit, jus buah juga baik untuk mengatasi kekurangan volume cairan b. Antipiretik c. Kompres hangat d. Monitor TTV dan tanda-tanda perdarahan e. Antibiotic f. Diazepam, jika kejang g. Pemberian cairan intravena (Ringer Lactat, Nacl 0,9 %, Dextrose 5 %) h. Bila hematokrit meningkat beri cairan plasma (Dekstran, albumin 5 %) i. Pemberian tranfusi darah j. Jika asidosis metabolic beri natrium Bikarbonat 9. Komplikasi a. Syok hipovolemik b. Anoksia jaringan c. Asidosis metabolic B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. Pengkajian a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan – Riwayat demam dengue, dengan minum penurun panas dan istirahat demam tidak dirasakan lagi – Lingkungan rumah yang berdempet, banyak air tergenang, pembuangan barang-barang bekas dan kaleng-kaleng bekas sembarangan – Riwayat demam kembali dengan tanda-tanda perdarahan (tanda-tanda perdarahan yang khas dari demam berdarah dengue) b) Pola nutrisi metabolic – Intake menurun karena mual dan muntah – Adakah penurunan BB? – Adakah kesulitan menelan? – Demam tinggi yang tiba-tiba sampai kadang menggigil selama 2-7 hari c) Pola eliminasi – Konstipasi



– Diare – Tinja berwarna hitam pada perdarahan hebat – Produksi urine menurun (kurang dari 1cc/KgBb/jam) pada syok d) Pola aktivitas dan latihan – Badan lemah, nyeri otot dan sendi – Tidak bisa beraktivitas, pegal-pegal seluruh badan e) Pola istirahat dan tidur – Istirahat dan tidur terganggu karena demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, gelisah f) Pola persepsi kognitif – Apakah yang diketahui klien dan keluarga tentang penyakitnya? – Apakah yang diharapkan klien/keluarga terhadap sakitnya g) Pola persepsi dan konsep diri – Apakah klien merasa puas terhadap keadaan dirinya? – Adakah perasaan malu terhadap penyakitnya? h) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress – Adanya perasaan cemas, takut terhadap penyakitnya – Ingin ditemani orang tua atau orang terdekat saat sakit i) Pola reproduksi seksual – Pada anak perempuan apakah ada perdarahan pervagina (bukan menstruasi)? j) Pola sistem kepercayaan – Menyerahkan penyakitnya kepada Tuhan / pasrah – Menyalahkan Tuhan kaerna penyakitnya – Memanggil pemuka agama untuk mendoakan 2. Diagnosa Keperawatan a. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang berhubungan dengan pindahnya cairan dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular c. Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat e. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik f. Kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi, prognosis dan program pengobatan mengenai penyakit DHF yang berhubungan dengan kurangnya pemajanan informasi 3. Rencana Keperawatan a. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue Tujuan : hipertermi dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan Sasaran : 1) Suhu tubuh normal (36-370 C) 2) Pasien mengatakan tidak panas lagi Rencana tindakan : 1) Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien 2) Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh



Rasional : keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah sakit 3) Beri kompres hangat di daerah ketiak dan dahi Rasional : kompres hangat memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan pengeluaran panas tubuh melalui pori-pori 4) Anjurkan klien banyak minum ± 1-2 liter / hari Rasional : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak 5) Anjurkan klien untuk istirahat di tempat tidur / tirah baring Rasional : mencegah terjadinya peningkatan metabolisme tubuh dan membantu proses penyembuhan 6) Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat Rasional : pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh 7) Monitor dan catat intake dan output dan berikan cairan intravena sesuai program medik Rasional : karena IWL meningkat 10 %setiap peningkatan suhu tubuh 10C, maka peningkatan intake cairan perlu untuk mencegah dehidrasi 8) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik Rasional : antipiretik berfungsi dalam menurunkan suhu tubuh b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang berhubungan dengan pindahnya cairan dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan Sasaran : 1) Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan vaskuler yang ditandai dengan TTV stabil dalam batas normal 2) Produksi urine 1 cc/KgBb/jam 3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi Rencana tindakan : 1) Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien 2) Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, rasa haus dan produksi urine menurun) Rasional : deteksi dini kurang volume cairan 3) Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar Rasional : mengetahui keseimbangan cairan yang masuk dan keluar 4) Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan jumlah cairan infuse Rasional ; minum cukup untuk menambah volume cairan dan sesuaikan dengan cairan infuse untuk mencegah kelebihan cairan 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena Rasional : program cairan intravena sangat penting bagi pasien yang mengalami deficit volume cairan dengan keadaan umum yang jelek karena cairan yang masuk langsung ke pembuluh darah 6) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan trombosit, hematokrit dan hemoglobin Rasional : mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah



c. Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan Sasaran : 1) TTV stabil dalam batas normal 2) Hematokrit dalam batas normal ( L : 40-52 %, P : 35-47 % ) 3) Hemoglobin dalam batas normal ( L : 11,5-16,5 g/dL, P : 13-17,5 g/dL ) 4) Trombosit dalam batas normal (150.000-400.000 /mm3 ) 5) Tidak terjadi tanda-tanda syok Rencana tindakan : 1) Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien 2) Monitor tanda-tanda perdarahan Rasional : perdarahan yang tepat diketahui dapat segera diatasi sehingga pasien tidak sampai ke tahap hipovolemik akibat perdarahan hebat 3) Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keringat dingin, kulit lembab dan dingin serta tanda-tanda sianosis Rasional : mengetahui tanda-tanda terjadinya syok sehingga dapat menentukan intervensi secepatnya 4) Bila terjadi syok hipovolemik, baringkan pasien dalam posisi datar Rasional : menghindari kondisi yang lebih buruk 5) Segera puasakan pasien bila terjadi perdarahan saluran pencernaan Rasional : mengistirahatkan saluran pencernaan untuk sementara selama perdarahan dari saluran cerna 6) Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan Rasional : keterlibatan keluarga sangat membantu tim perawatan untuk segera melakukan tindakan yang tepat 7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tranfusi dan cairan parenteral Rasional : untuk menggantikan volume dan komponen darah yang hilang dan untuk memenuhi keseimbangan cairan tubuh 8) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan trombosit, hematokrit dan hemoglobin Rasional : mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan Sasaran : 1) Klien mengalami peningkatan selera makan dan mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan 2) Mual, ¬muntah hilang 3) Berat badan dalam batas normal Rencana tindakan : 1) Kaji keluhan mual, muntah dan anoreksia yang dialami pasien Rasional : untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien 2) Kaji pola makan pasien, catat porsi makan yang dihabiskan setiap hari Rasional : mengetahui masukan nutrisi pasien



3) Timbang berat badan pasien setiap hari Rasional : mengetahui kecukupan nutrisi pasien 4) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan dalam porsi kecil tetapi sering Rasional : mencegah pengosongan lambung 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy antiemetik dan vitamin Rasional : antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah, vitamin untuk meningkatkan selera makan dan daya tahan tubuh pasien e. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan : pasien mampu untuk beraktivitas setelah dilakukan tindakan keperaw atan Sasaran : 1) Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya 2) Klien dapat mandiri untuk mandi, makan, eliminasi dan berpakaian Rencana tindakan : 1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas Rasional : mengetahui kemampuan pasien dalam beraktivitas 2) Libatkan keluarga/orang tua dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien Rasional : memberikan dorongan kepada pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari 3) Anjurkan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien Rasional : agar klien berpartisipasi dalam perawatan diri 4) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari jika pasien belum mampu sendiri Rasional : bantuan yang tepat perlu dilakukan agar pasien tidak memaksakan diri beraktivitas sementara dirinya belum mampu sehingga kelelahan pasien dapat dihindari f. Kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi, prognosis dan program pengobatan mengenai penyakit DHF yang berhubungan dengan kurangnya pemajanan informasi Tujuan : pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakit DHF bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan Sasaran : 1) Pasien/keluarga dapat mengerti mengena pengertian, penyebab, prose terjadinya penyakit, tanda dan gejala, cara pencegahan dan pengobatan dan komplikasi DHF Rencana tindakan : 1) Kaji tingkat pengetahuann pasien dan keluarga tentang penyakit DHF Rasional : memberikan infrmasi kepada pasien / keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan tentang penyakit pasien serta kebenaran informasi yang telah didapatkan pasien / keluarga sebelumnya 2) Kaji latar belakang pendidikan pasien dan keluarga Rasional : agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan mereka sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang direncanakan tercapai 3) Jelaskan tentang pengertian, sebab, proses penyakit, tanda dan gejala, cara pencegahan dan pengobatan serta komplikasi dengan menggunakan gambar dan leaflet dan dengan kata-kata yang mudah dipahami Rasional : agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan dengan menggunakan leaflet dan gambar penjelasan yang diberikan dapat



dibaca dan dilihat berulang-ulang 4) Berikan kesempatan kepada pasien / keluarga untuk bertanya sehubungan dengan penyakit yang dihadapinya dan jawab pertanyaannya Rasional : mengurangi kecemasan dan memotivasi pasien untuk kooperatif selama masa perawatan atau penyembuhan 4. Evaluasi a. Suhu tubuh normal (36-370 C). b. Kekurangan volume cairan vascular tidak terjadi dan pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan. c. Syok hipovolemik tidak terjadi, pasien tidak mengalami perdarahan yang berlebihan seperti hematemesis, melena, perdarahan gusi, epistaksis dan ptekiae. d. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi e. Aktivitas dan latihan pasien dapat dilakukan secara mandiri f. pengetahuan pasien / keluarga tentang kondisi, prognosis dan program pengobatan penyakit DHF bertambah Patoflow Infeksi virus dengue I (tidak ada gejala , dengue fever ringan membaik) Infeksi virus dengue berulang (oleh tipe virus dengue yang berbeda dengan infeksi I) Replikasi virus Kompleks antigen – antibody Viremia Aktivasi system agregasi Aktivasi faktor Hageman Komplemen trombosit (faktor XII)  Demam (Dp 1)  Mual, muntah (Dp 4) Dikeluarkannya zat ADP Plasminogen anafilatoxin dilepaskan menjadi plasmin  Anoreksia (Dp 4)  Lemah (Dp 5) Peningkatan permeabilitas metamorfosis Penghancuran fibrin Kapiler trombosit dan pembentukan  Nyeri otot anafilatoxin  Nyeri kepala Perembesan plasma dari trombosit di ruang intra ke ekstravaskular musnahkan oleh RES Peningkatan  Hepatomegali permeabilitas  Splenomegali kapiler Trombositopenia Perembesan plasma  Kadang diare dari ruang intra konstipasi, Tanda-tanda perdarahan ke ruang ektra sakit menelan, ringan : ptekiae,perdarahan vascular (Dp 2) batuk,pilek gusi, mimisan (Dp 3)



Tidak teratasi Perdarahan hebat ( dapat terjadi di seluruh bagian tubuh) Saluran pencernaan : hematemesis, melena Saluran perkemihan : hematuri (Dp 3)  Hemokonsentrasi  Volume plasma berkurang  Efusi  Syok  Anoksia jaringan  Asidosis metabolic Kematian



BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK



DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE



A.



Konsep Dasar 1.



Pengertian Menurut Suriadi (2006:57) “Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti”.



2. Etiologi Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70o C.Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. Virus ditularkan melalui perantaraan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini berasal dari Mesir dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Nyamuk hidup dengan subur di daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Nyamuk Aedes aegypty hidup dan berkembang biak pada penampungan air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah seperti bak mandi, kaleng dan ban bekas.



3. Patofisiologi



Virus hanya dapat hidup pada sel hidup sehingga harus bersaing dengan selmanusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi dari infeksi terjadi : a.



Aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler.



b.



Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sum-sum tulang



c.



Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang/mengaktivasi faktor pembekuan.



Ketiga faktor diatas akan menyebabkan : a.



Peningkatan permeabilitas kapiler



b.



Kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan koagulopati.



Bagan 2.1 Patofisiologi Demam Berdarah dengue (silahkan hubungi admin)



1. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue Derajat penyakit DBD berbeda-beda menurut tingkat keparahannya. klasifikai DBD dapat dilihat pada tabel dibawah ini.



Tabel 2.1 Klasifikasi DBD Menurut WHO Derajat I



Demam disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, uji torniket positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi



Derajat II



Derajat I disertai perdarahan spontan dibawah kulit dan atau perdarahan lain



Derajat III



Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.



Derajat IV



Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.



Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2000:76)



4. Manifestasi klinis a.



Demam tinggi selama 5 – 7 hari



b. Perdarahan terutama perdarahan dibawah kulit; ptekie, ekimosis, hematoma c.



Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri



d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi. e.



Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati



f.



Sakit kepala



g. Pembengkakan sekitar mata h. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening. i.



Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).



4. Pemeriksaan Diagnostik a.



Isolasi virus dengue Isolasi virus dilakukan dengan penanaman specimen berupa darah/serum atau plasma pada biakan jaringan nyamuk atau inokulasi/penyuntikan pada nyamuk.



b.



Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang).



c.



Pemeriksaan Serologi



1) Uji H.I. (hemoaglutination inhibition test). 2) Tes pengikatan komplemen (Complement fixation test) 3) Tes Netralisasi (Neutralization test) 4) Tes Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay) 5) Tes IgG Elisa Indirek d. Tes cepat dalam bentuk KIT Tes cepat dalam bentuk KIT Untuk mendeteksi antibody IgM/IgG.



e.



Pemeriksaan Radiologi dan USG Pada pemeriksaan radiologi dan USG terdapat beberapa kelainan yang dapat dideteksi yaitu :



1)



Dilatasi pembuluh darah paru



2)



Effusi pleura



3)



Kardiomegali dan effuse perikard



4)



Hepatomegali, dilatasi vena hepatica dan kelainan parenkim hati



5)



Cairan dalam rongga peritoneum



6)



Penebalan dinding vesica velea



5. Manajemen Medik Secara Umum a.



Minum banyak 1,5 – 2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.



b. Antipiretik jika terdapat demam c.



Antikonvulsan jika terdapat kejang



d. Pemberian cairan infus,dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum atau nilai hematokrit cenderung meningkat. Pemberian cairan biasanya ringer lactate atau nacl, ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan, mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korektor basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter. A.



Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue. 1. Pengkajian Pengkajian pada pasien anak dengan DBD dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran,



dan pemeriksaan



fisik.



Setelah data



terkumpul



selanjutnya



dilakukan



pengelompokan data. a.



Identitas Meliputi Identitas klien dan penanggung jawab yang terdiri darinama, umur, jenis kelamin, sgama, status, pendidikan alamat, termasuk tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.



b.



Keluhan utama Merupakan segala sesuatu yang paling dirasakan dan dikeluhkan pasien. Klien dengan DBD biasanya mengeluh demam tinggi, nyeri pada anggota badan, dan timbul ruam makulopapular (Mansjoer, 2000:420).



c.



Riwayat kesehatan



1) Riwayat kesehatan sekarang



Penjelasan mulai dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit,



dilanjutkan



P



:



sampai



dengan



saat



dilakukan



pengkajian.



Meliputi



:



Paliatif/provokatif  Apa yang menyebabkan demam, apa yang memperberat dan



yang memperingan demam. Q



:



Quality-Quantity Bagaimana demam dirasakan, sejauh mana demam dirasakan.



R



:



Region-radiasi  dimana gejala dirasakan, apakah menyebar



S



:



Scale – Severity  seberapa tingkat keparahan dirasakan,.



T



:



Timed  Kapan demam mulai timbul, seberapa sering, tiba-tiba atau bertahap,



seberapa lama demamdirasakan Upaya yang dilakukan, terapi dan perawatan yang telah dilakukan. 2) Riwayat kesehatan masa lalu Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama. Tanggal dirawat, ada tidaknya alergi. 3) Riwayat kesehatan keluarga Dikaji apakah dalam keluarga ada yang mennderita penyakit yang sama. 4) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan d.



Pola kebiasaan sehari-hari



1)



Pola nutrisi Dikaji kebiasaan makan dan minum sehari-hari. Pada pasien DBD biasanya ditemukan mual, muntah, tidak nafsu makan (Suriadi, 2001: 59). Asupan minum harus dikaji karena pada pasien DBD terjadi kekurangan volume cairan karena peningkatan permeabilitas kapiler.



2)



Pola eliminasi Pada pasien DBD dapat terjadi diare atau konstipasi. Dapat juga terjadi melena dan hematuri (Suriadi, 2001:59).



3)



Pola istirahat tidur Gangguan istirahat tidur dapat disebabkan karena adanya nyeri pada otot dan sakit kepala.



e.



Pemeriksaan fisik



1)



Status kesehatan umum Dikaji keadaan umum klien. Pada pasien dengan renjatan biasanya terdapat penurunan kesadaran, biasanya pasien gelisah. Nadi yang lemah dan cepat, penurunan tekanan darah dan



penurunan suhu menandakan terjadinya syok. Dikaji pula berat badan dan tinggi badan untuk menentukan status gizi. 2)



Mata Terdapat pembengkakan di sekitar mata (Suriadi,2001:59). Konjungtiva anemis pada pasien dengan perdarahan.



3)



Hidung Kemungkinan terdapat epistaksis (Suriadi, 2001:59)



4)



Mulut dan tenggorokan Dikaji adanya tanda perdarahan pada gusi, tanda sianosis bibir jika terjadi renjatan. Kemungkinan adanya muntah dan hematemesis (Suriadi, 2001:59)



5)



Abdomen Ditemukan adanya nyeri pada abdomen dan ulu hati, adanya pembesaran hati dan limpa, serta adanya penumpukan cairan di rongga peritoneum (Mansjoer, 2000 : 421)



6)



Ekstremitas Capilary refill time lebih dari dua detik dan kulit lembab dan dingin menandakan adanya syok. Ptekie biasanya muncul pada lengan jika terdapat trombositopeni (Mansjoer, 2000:59)



f.



Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan perkembangan Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.



a.



Aspek motorik Dimulai pada aspek motorik, anak usia pra sekolah telah dapat berjalan naik tangga dengan kaki secara berganti-ganti tetapi turun dengan 2 kaki pada satu anak tangga, seringkali meompat pada anak tangga terakhir. Selain itu, anak usia ini mampu mengendarai sepeda roda tiga dan dapat berjalan sambil berjingkat. Anak ini dapat membangun sebuah menara kecil dengan menggunakan 9-10 kubus. Ia dapat berjalan, membuka pakaian sendiri dan mulai dapat mengaitkan kancing. Manipulasi dengan pensil berlanjut terus dan ia mampu untuk menjiplak suatu lingkaran.



Ketika menginjak usia 3-4 tahun, anak mulai mampu naik dan turun menggunakan satu kaki per anak tangga. Ia mampu melompat dengan satu kaki untuk waktu yang pendek. Kemudian anak ini juga dapat memperlihatkan ketangkasan yang besar pada tangan dan jari-jari. Dalam hal menggambar, anak usia pra sekolah dapat mengggambar orang dalam beberapa bagian. Dari kesemua kemampuan tersebut di atas, pada usia 6 tahun, anak mulai dapat menggunakan gunting dan pensil dengan baik, serta menjahit dengan kasar. b. Aspek Bahasa Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun mampu untuk berbicara dengan normal bahkan bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi kadang-kadang terdapat substitusi fonetik yang infantil. Kosakata yang telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak dapat menggunakan bentuk jamak dan kata ganti serta bahasa berlanjut dari fase holoprastik menjadi fase pembentukan kalimat yang kompleks, secara spesifik kalimat tersebut terdiri dari 6 kata. Anak dapat pula melakukan percakapan dengan berbagai derajat yang kompleks dan menanyakan banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak senang sekali mendengarkan cerita-cerita dan seringkali mampu mengadakan improvisasi. Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata, karena pencapaian bahasa telah mencapai suatu tingkat yang tinggi. Anak dapat menghubungkan cerita dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang baru terjadi. Anak juga mampu untuk bermain dengan katakata, mengetahui artinya dan secara kontinu mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Lagu-lagu sederhana dapat dikuasai dan memahami analogi sederhana. Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah mulai lancar dan perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali menanyakan arti dari suatu kata yang didengarnya. Anak senang mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali. Anak dengan usia 6 tahun, perkembangan bahasanya ditunjukkan dengan menguraikan objek-objek lewat gambar. c. Aspek kognitif Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah mulai tampak dengan digunakannya simbolsimbol untuk menuangkan apa yang dipikirkannya, bersikap egosentrik dan berpikiran representatif. Permainan yang digemari oleh anak seusia ini berkaitan dengan fantasi atau khayalan. Konsep waktu mulai dimengerti oleh anak secara bertahap. Di usia 4 tahun, konsep waktu yang telah diketahui sebelumnya dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, senang belajar berhitung, meskipun belum paham dengan angka-angka yang dihitung, sikap egosentrik berangsur menurun dan mampu menyebutkan satu atau lebih uang logam. Pada usia 5 tahun, anak mulai bisa memahami kata-kata yang keluar dari mulutnya, dapat menyebutkan 4 warna dasar, mulai tertarik menghubungkan kenyataan yang ada dengan lingkungan sekitarnya dan mampu menyebutkan nama hari. Usia 6 tahun, anak menunjukkan perkembangan kognitifnya melalui kemampuan membedakan antara kanan dan kiri, mengenali banyak bentuk dan mematuhi 3 perintah berturutturut. d. Aspek sosialisasi Di usia 3 tahun, perilaku anak usia pra sekalah mengarah pada negativisme, yaitu perlawanan aktif terhadap permintaan dan perintah-perintah. Sikap ramah dimunculkan kepada lingkungan, terdapat pemahaman terhadap perubahan, anak juga sudah mampu membedakan jenis kelamin,



peraturan-peraturan yang sifatnnya sederhana mulai dipelajari, meskipun diinterpretasikan oleh dirinya sendiri, untuk anak laki-laki cenderung lebih dekat dengan ayahnya. Dalam hal berpakaian, anak usia 3 tahun mampu melakukannya sendiri dengan bantuan seminimal mungkin. Saat usia beranjak 4 tahun, anak mampu makan sendiri (tidak disuapi), bisa menggunakan garpu, walaupun dengan telapak tangan, dapat mengunyah seperti halnya orang dewasa, ada ketakutan tersendiri terhadap gelap dan binatang. Sikap yang seringkali diperlihatkan pada anak seusia ini adalah suka mengadu, merasa mandiri dan agresif. Usia 5 tahun dalam perkembangan sosialisasi ditandai dengan melakukan agresi kepada anggota keluarga, suasana hati dapat berubah-ubah, anak memasuki kelompok bermain yang kooperatif, menikmati hiburan yang ada serta mengidentifikasi orang tuanya dari jenis kelamin yang berbeda. 1) Motorik kasar Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan. 2) Motorik halus Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan 3) Kognitif a)



Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi



b)



Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah



c)



Dapat memberikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal



d)



Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang



4) Bahasa a)



Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak



b)



Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan



c)



Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal



d)



Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan



g.



Data psikososial anak Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stress meliputi ;



1)



Psikososial Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran.



2) Fisiologis a)



Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri



b)



Lingkungan asing



c)



Kebiasaan sehari-hari berubah



d)



Pemberian obat kimia



3) Reaksi anak saat dirawat di rumah sakit a)



Merasa khawatir akan perpisahan



b)



Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri



c)



Selalu ingin tahu alasan tindakan



d)



Berusaha independen dan produktif



4) Reaksi orang tua a) Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak b)



Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.



h.



Pengobatan/terapi Obat yang diberikan, dosis, cara pemberian, waktu/jam pemberian obat dan tanggal pemberian obat.. Menurut Mansjoer (2000) pada DBD obat yang diberikan adalah :



1)



Antipiretik jika terdapat demam



2)



Antikonvulsan jika terdapat kejang



3)



Pemberian cairan infus,



2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi (Doengoes, 2002). Adapun diagnosa yang muncul pada klien dengan DBD menurut Suriadi(2006: 60) antara lain : a.



Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.



b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.



c.



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.



d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak. e.



Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.



3. Perencanaan Keperawatan Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001). Perencanaan keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue dapat dilihat pada bagan dibawah ini : a.



Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah, dan demam. Tujuan



:



Kebutuhan cairan terpenuhi



Kriteria



:



Anak menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan. Intervensi



1.



Rasional



Observasi tanda vital paling sedikit 1. Tanda vital menunjukan kondisi pasien setiap 4 jam



2.



Monitor



2. Menunjukan terjadinya dehidrasi tanda-tanda



meningkatnya



kekurangan cairan: turgor tidak elastic, ubun-ubun



cekung,



produksi



menurun.



urin 3.



3. Observasi dan catat intake output



Memberikan



informasi



keseimbangan



cairan 4. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh



4.



Berikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh



5.



Menentukan kebutuhan penggantian dan



5. Monitor hasil laboratorium: elektrolit, BJ terapi urin, serum albumin 6.



6. Menjaga kesimbangan cairan



Pertahankan intake dan output yang adekuat



7.



7. Monitor dan catat berat badan



Penurunan berat badan mengindikasikan dehidrasi



8. Untuk penggantian cairan tubuh 8.



Monitor pemberian cairan melalui



intravena setiap jam 9.



9. Mengurangi resiok terjadinyadehidrasi



Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (IWL)



b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan. Tujuan :



Perfusi jaringan adekuat



Kriteria



:



Anak menunjukan tanda-tanda perfusi jaringan perifer adekuat Intervensi



1.



Rasional



Kaji dan catat tanda-tanda vital Memberi (kualitas dan frekuensi denyut nadi, keadekuatan tekanan darah, capillary refill )



2.



Kaji



dan



ekstremitas



catan



membantu



sirkulasi



(Suhu,



informasi perfusi



derajat



jaringan



menentukan



dan



kebutuhan



pada intervensi



kelembaban,



warna) 3.



Observasi jaringan



tanda-tanda



ekstremitas



kematian



seperi



nyeri,



dingin, pembengkakan pada kaki.



c.



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan. Tujuan :



Kebutuhan nutrisi adekuat



Kriteria



:



Anak menunjukan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.



Intervensi 1.



Rasional



Ijinkan anak untuk makan makanan yang 1. Meningkatkan kerjasama pasien dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk dengan program diet memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.



2. Berikan makanan disertai dengan suplemen 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi nutrisi untuk meningkatkan kualitas asupan



nutrisi. 3. Anjurkan pada orang tua untuk memberikan 3. makanan dengan tehnik sedikit tapi sering. 4.



nutrisi



Timbang berat badan setiap hari dengan waktu dan skala yang sama.



4. Mengidentifikasi status nutrisi



5. Pertahankan kebersihan mulut pasien. 6.



Meningkatkan jumlah asupan



5. Meningkatkan nafsu makan



Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang 6. adekuat untuk penyembuhan penyakit.



Meningkatkan



kerjasama



dengan pasien dan keluarga



d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak. Tujuan :



Support koping keluarga adaptif



Kriteria



:



Keluarga menunjukan koping yang adaptif. Intervensi



1.



Rasional



Kaji perasaan dan persepsi orang tua Membuat



perasaan



atau anggota keluarga terhadap situasi bekerjasama yang penuh stress. 2.



informasi



Ijinkan orang tua dan keluarga untuk dalam memberikan respon secara panjang masalah lebar, dan identifikasi factor yang paling mencemaskan keluarga.



3.



Identifikasi digunakan



koping dan



keberhasilannya



yang



seberapa dalam



biasa besar



mengatasi



keadaan. 4.



Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat



dilakukan



untuk



membuat



anak/keluarga menjadi lebih baik dan



dan



terbuka akan



dan



memberi



yang dapat membantu menentukan/mengatasi



jika memungkinkan berikan apa yang diminta keluarga. 5. Penuhi kebutuhan dasar anak



e.



Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus. Tujuan :



Mempertahankan suhu tubuh normal.



Kriteria



:



Anak menunjukan tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi



1. Ukur tanda vital : suhu



Rasional 1.



Pola demam membantu dalam menentukan diagnosa



2.



Ajarkan keluarga dalam pengukuran 2. Meningkatkan kerjasama keluarga suhu Lakukan



3.



3. Membantu menurunkan demam “tepid



sponge”



(seka) 4.



dengan air biasa 4. Tingkatkan intake cairan



Mengganti cairan yang hilang akibat evaporasi



5.



Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus



5.



Berikan terapi untuk menurunkan suhu.



4. Implementasi Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat-klien. Hal yang harus dilakukan ketika melakukan implementasi adalah sesuai dengan masalah yang dialami klien dan intervensi yang telah ditulis. Pada kasus DBD implementasi yang paling penting adalah untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh. Observasi keadaan umum dan tanda vital juga sangat penting agar tidak terjadi syok atau renjatan. . 5. Evaluasi



Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh dignosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (nursalam, 2006). Evaluasi/hasil diharapkan dari setiap diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan DBD adalah : a.



Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan seperti :



1)



Tanda vital dalam batas normal



2)



Turgor kulit elastik, ubun-ubun datar, produksi urin dalam batas normal.



3)



Intake dan output cairan tercatat



b.



Perfusi jaringan adekuat :



1)



Tanda vital dalam rentang normal, Nadi teraba teratur, kuat, penuh, capillary refill time kurang dari 2 detik.



2)



Ekstremitas hangat



c.



Mempertahankan asupan nutrisi yang tepat dan adekuat seperti :



1)



Menunjukan adanya peningkatan berat badan.



2)



Melaporkan berkurangnya mual, muntah dan anoreksia.



d. Menunjukan support koping keluarga adaptif e. Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.



****



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DENGUE HEAMORRHAGIC FEVER A. 1.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8. a. b. c. d.



Pengkajian Identitas Pasien Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidkan orang tua, dan pekerjaan orang tua. Keluhan Utama Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah. Riwayat Penyakit Sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah.Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bias mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain. Riwayat Imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan. Riwayat Gizi Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat factor prediposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. Kondisi Lingkungan Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar). Pola Kebiasaan Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makn berkurang, dan nafsu makan menurun. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bias terjadi melena. Eliminasi Urine (buang air kecil): perlu dikaji apakah sering kencng, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria. Tidur dan Istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.



e. f. 9.



a. b. c. d. 10. a. b. c.



d.



e. f. 11. a. b. c. d. e. f. g. h. B.



Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutam untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut: Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan andi lemah. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur. Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru. Sistem Integumen Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Kuku sianosis/tidak. Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarhan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV). Dada. Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales (+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada grade III dan IV. Abdomen. Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly), dan asites. Ekstremitas. Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai: Hb dan PCV meningkat (lebih dari sama dengan 20%). Trobositopenia kurang dari sama dengan 100.000/ml). Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis). Ig. D. dengue positif. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia. Urium dan pH darah mungkin meningkat. Asidosis metabolic: pCO2 < 35-40 mmHg dan HCO3 rendah. SGOT/SGPT mungkin meningkat.



Masalah/ Diagnosis Diagnose medis: dugaan (suspect) DHF. Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien DHF: Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan tekanan osmotik. e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 1. 2. a. b. c. d.



f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. g. Kecemasan orang tua atau keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan kurang informasi. (sumber: perawatan pasien DHF, Christiantie efendy). C. Perencanaan Untuk mengatasi permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah: a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue. Tujuan keperawatan: Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan kriteria: - Suhu tubuh normal (35°C- 37,5°C). - Pasien bebas dari demam . Rencana intervensi: INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola demam pasien. 2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 2. Tanda-tanda vital merupakan acuan jam. untuk mengetahui keadaan umum pasien. 3. Beri kompres hangat pada dahi. 3. Kompres hangat dapat mengembalikan suhu normal memperlancar sirkulasi. 4. Beri banyak minum (± 1-1,5 4. Mengurangi panas secara konveksi liter/hari) sedikit tapi sering. (panas terbuang bersama urine dan keringat sekaligus mengganti cairan tubuh karena penguapan). 5. Pakaian yang tipis menyerap 5. Ganti pakaian klien dengan bahan keringat dan membantu tipis menyerap keringat. mengurangi penguapan tubuh akibat dari peningkatan suhu dan dapat terjadi konduksi. 6. Penjelasan yang diberikan pada 6. Beri penjelasan pada keluarga keluarga klien bisa mengerti dan klien tentang penyebab kooperatif dalam memberikan meningkatnya suhu tubuh. tindakan keperawatan. 7. Dapat menurunkan demam. 7. Kolaborasi pemberian obat anti piretik. b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan. Tujuan intervensi: Volume cairan tubuh seimbang, dengan kriteria: - Turgor kulit baik - Tanda-tanda vital dalam batas normal Rencana intervensi: INTERVENSI RASIONAL



1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.



1. Mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya. 2. Kaji input dan output cairan. 2. Mengetahui balance cairan dan elektrolit dalam tubuh atau homeostatis. 3. Observasi adanya tanda-tanda syok. 3. Agar dapat segera dilakukan 4. Anjurkan klien untuk banyak tindakan jika terjadi syok. minum. 4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan 5. Kolaborasi dengan dokter dalam tubuh. pemberian cairan I.V. 5. Pemberian cairan IV sangat penting bagi klien yang mengalami defisit volume cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan klien. c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia. Tujuan intervensi: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria: - Porsi makan yang disajikan dihabiskan. Rencana intervensi : INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji keadaan umum klien. 1. Memudahkan untuk intervensi selanjutnya. 2. Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh 2. Merangsang nafsu makan klien sehingga klien. klien mau makan. 3. Anjurkan orang tua klien untuk memberi 3. Makanan dalam porsi kecil tapi sering makanan sedikit tapi sering. memudahkan organ pencernaan dalam 4. Anjurkan orang tua klien memberi metabolisme. makanan TKTP dalam bentuk lunak. 4. Makanan dengan komposisi TKTP berfungsi membantu mempercepat proses 5. Timbang berat badan klien tiap hari. penyembuhan. 5. Berat badan merupakan salah satu 6. Kolaborasi pemberian obat reborantia. indikator pemenuhan nutrisi berhasil. 6. Menambah nafsu makan. d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan tekanan osmotik. Tujuan: Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan kriteria: - Keadaan umum membaik. - Tanda-tanda vital dalam batas normal. Rencana intervensi: INTERVENSI RASIONAL 1. Monitor keadaan umum klien 1. Memantau kondisi klien selama masa perawatan terutama saat terjadi



perdarahan sehingga tanda prasyok, syok dapat ditangani. 2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Tanda vital dalam batas normal menandakan keadaan umum klien baik. 3. Perdarahan yang cepat diketahui dapat 3. Monitor tanda-tanda perdarahan teratasi sehingga klien tidak sampai pada tahap syok hipovolemik akibat perdarahan yang hebat. 4. Keterlibatan keluarga untuk segera melaporkan jika terjadi perdarahan 4. Anjurkan pada pasien atau keluarga untuk terhadap pasien sangat membantu tim segera melapor jika ada tanda-tanda perawatan untuk segera melakukan perdarahan. tindakan yang tepat. 5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami klien dan untuk acuan melakukan tindak lanjut 5. Cek hemoglobin, hematokrit, dan terhadap perdarahan. trombosit e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari, dengan kriteria: - Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi. - Klien mampu mandiri setelah bebas demam. Rencana intervensi: INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.1. Mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya. 2. Bantu klien memenuhi kebutuhan 2. Bantuan sangat diperlukan klien pada aktivitasnya sesuai dengan tingkat saat kondisinya lemah dalam pemenuhan keterbatasan klien. kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang lain. 3. Dengan penjelasan, pasien termotivasi 3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang untuk kooperatif selama perawatan dapat membantu dan meningkatkan terutama terhadap tindakan yang dapat kekuatan fisik klien. meningkatkan kekuatan fisiknya. 4. Keluarga merupakan orang terdekat 4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan dengan klien. ADL klien. 5. Untuk mencegah terjadinya keadaan 5. Jelaskan pada keluarga dan klien tentang yang lebih parah. pentingnya bedrest ditempat tidur. f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. Tujuan: Tidak terjadi perdarahan intra abdominal, dengan kriteria: - Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.



- Jumlah trombosit meningkat. Rencana intervensi: INTERVENSI 1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda-tanda klinis.



2.



3.



4. 5.



RASIONAL 1. Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang dapat menimbulkan tanda klinis berupa perdarahan nyata, seperti epistaksis, petechiae. 2. Agar pasien atau keluarga mengetahui Beri penjelasan tentang pengaruh hal-hal yang mungkin terjadi pada pasien trombositopenia pada keluarga. dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan karena trombositopenia. 3. Dengan jumlah trombosit yang dipantau Monitor jumlah trombosit setiap hari. setiap hari dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami oleh klien. 4. Aktivitas klien yang tidak terkontrol Anjurkan klien untuk banyak istirahat. dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Beri penjelasan pada pasien atau 5. Keterlibatan keluarga dengan segera keluarga untuk segera melapor jika ada melaporkan terjadinya perdarahan akan tanda-tanda perdarahan lebih lanjut membantu pasien mendapatkan seperti: hematemesis, melena, epistaksis. penanganan sedini mungkin.



g. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kurang informasi. Tujuan: Kecemasan keluarga teratasi, dengan kriteria: - Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya. - Ekspresi wajah ceria. Rencana intervensi: INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji tingkat kecemasan orang tua. 1. Mengetahui kecemasan orang tua dan memudahkan menentukan intervensi selanjutnya. 2. Jelaskan prosedur pengobatan perawatan 2. Untuk menambah pengetahuan dan anaknya. informasi kepada klien yang dapat mengurangi kecemasan orang tua. 3. Beri kesempatan pada orang tua untuk 3. Untuk memperoleh informasi yang lebih bertanya tentang kondisi anaknya. banyak dan meningkatkan pengetahuan dan mengurangi stress. 4. Beri penjelasan tiap prosedur atau 4. Memberikan penjelasan tentang proses tindakan yang akan dilakukan terhadap penyakit, menjelaskan tentang pasien dan manfaatnya bagi pasien. kemungkinan pemberian perawatan intensif jika memang diperlukan oleh



5. Beri dorongan spiritual.



pasien untuk mendapatkan perawatan yang lebih optimal. 5. Memberi ketenangan kepada klien dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. DAFTAR RUJUKAN