Askep Disfagia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Askep Disfagia Jumat, 20 Desember 2013 Askep Disfagia BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Menelan merupakan satu proses yang kompleks yang memungkinkan



pergerakan makanan dan cairan dari rongga mulut ke lambung. Proses ini melibatkan struktur di dalam mulut, faring, laring dan esofagus. Keluhan sulit menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan esofagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Jenis makanan yang menyebabkan disfagia dapat memberikan informasi mengenai kelainan yang terjadi. B.



Rumusan Masalah Berdasarkan tujuan di atas maka, dapat ditarik rumusan masalah



untuk kemudian akan dibahas pada bab selanjutnya yakni bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien Disphagya. C.



Tujuan



1. Tujuan Umum Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Disphagya. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami antara lain :  Defenisi Disphagya  Etiologi Disphagya



 Patofisiologi Disphagya  Diagnosis dan penanganan Disphagya  Asuhan keperawatan pada pasien Disphagya D . Manfaat Teoritis : Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Disphagya. Tenaga keperawatan : Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan Disphagya Mahasiswa : Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Disphagya Institusi : Sebagai referensi tambahan dalam proses pembeajaran mata kuliah sistem pencernaan. Akademik mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran. Masyarakat : memberikan informasi tentang penyakit disphagya, penyebab, tanda dan gejala, serta cara perawatan dan pengobatanya. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Disphagya adalah kesulitan pada proses menelan dan melewatkan makanan dari esofagus ke lambung. Penyebab disfagia bisa bermacam macam. Penting untuk mengetahui perbedaan disfagia karena gangguan orofaring dan esofagus. Bila tidak diamati dengan seksama, maka gejala ini sangat mirip. Hewan tidak bisa bicara, beda dengan manusia yang dengan mudah menyampaiakan keluhan yang dihadapi. Bila pemilik tidak mengamati hewan kesayangannya dengan seksama maka gejala disfagia ini, seringkali keluhan sudah cukup terlambat untuk disampaikan pada dokter hewan. Dan



pengamatan dari pemilik tersebut sangat membantu dokter hewan untuk mengidentifikasi problema yang dihadapi hewan kesayangan tersebut. Pada gangguan orofaring, disfagia selalu terjadi karena ini adalah gejala utama gangguan orofaring selain itu hewan juga mengalami regurgitasi. Hipersalivasi biasanya ada dan gangging seringkali muncul. Pada gangguan orofaring biasanya hewan tidak bisa makan ataupun minum, kalaupun bisa maka seringkali dalam keadaan yang tidak normal, sehingga kadang juga tampak hewan menjatuhkan banyak makanan dari mulut. Keluarnya makan dari mulut biasanya bersifat segera setelah makan dan makanan yang dikeluarkan belum tercerna. Hewan tampak enggan menelan. Gejala lain yang berhubungan dengan gangguan orofaring adalah adanya discharge nasal. Gejala odynofagia bisa disertai namun tidak selalu tampak pada gangguan orofaring. Pada problema esofagus, disfagia kadang ada bila terjadi esofagitis atau obstruksi esofagus. Problema esofagus biasanya juga disertai regurgitasi. Hipersalivasi tidak pernah atau jarang terjadi dan bila ada biasanya akibat adanya benda asing yang sebetulnya adalah pseudohipersalivasi. Gagging biasanya tidak ada. Pada problema esofagus hewan masih bisa makan dan minum secara normal, namun hewan tampak enggan menelan. Bila keluarnya makanan dari mulut, biasanya gangguan ada pada daerah kranial esofagus dan makanan yang dikeluarkan belum tercerna. Gejala lain yang berhubungan pada problema esofagus adalah dispnea dan batuk. Gejala odynofagia seringkali tampak terutama pada hewan yang mengalami esofagitis akibat adanya benda asing. Regurgitasi adalah naiknya makanan dari kerongkongan atau lambung tanpa disertai oleh rasa mual maupun kontraksi otot perut yang sangat kuat.atau regurgitasi adalah keluarnya makanan melalui mulut, terjadi tanpa usaha atau tanpa adanya proses yang rumit dan tidak disertai tanda-tanda prodormal meski kadang disertai adanya hipersalivasi. Bahan yang dikeluarkan biasanya berupa bahan pakan yang belum terdigesti bercampur mukus atau saliva dan mempunyai pH normal, bahan pakan berupa bahan



solid ataupun cair bila terjadi striktura pada esofagus, tercampur darah segar bila terjadi ulserasi, adanya rasa sakit saat menelan dan teraba adanya bolus di daerah esofagus. Waktu terjadinya biasanya segera setelah makan atau menelan. Bila terjadi agak lama setelah makan kemungkinan terjadi dilatasi esofagus atau divertikulum esofagus. B. Etiologi Pada disphagya dapat ditemukan beberapa penyebab yang dapat menimbulkan keadaan tersebut antara lain :  Stroke  Penyakit neurologi progresif  Adanya selang trachestomy  Paralise atau tidak adanya pergerakan pita suar  Tumor dalam mulut  Pembedahan kepala Pada regurgitasi sering disebabkan oleh asam yang naik dari lambung (refluk asam). Regurgitasi juga bisa disebabkan oleh penyempitan (striktur) atau penyumbatan kerongkongan. Dimana penyumbatan bisa terjadi karena beberapa penyebab, termasuk di dalamnya kanker kerongkongan, oleh gangguan pengendalian saraf kerongkongan dan katupnya di mulut lambung. C. Anatomi Patologi



 Rongga mulut Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh saraf fasialis. Ruangan di antara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Palatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum di bagian depan dan sebagian besar dari otot palatum mole di bagian belakang. Dasar mulut di antara lidah dan gigi terdapat kelenjar sublingual dan bagian dari kelenjar submandibula.



Muara duktus sub mandibularis terletak di depan dari frenulum lidah. Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga depan dapat digerakkan, sedangkan pangkalnya terfiksasi. Korda timpani mempersarafi cita rasa lidah duapertiga bagian depan dan n. glossofaringeus pada sepertiga lidah bagian belakang.



 Faring Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong dimulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal. Faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana dan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Otot-otot faring tersusun dalam lapisan memanjang (longitudinal) dan melingkar (sirkular). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m. konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di bagian belakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut rafe faring. Batas hipofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior adalah laring, batas posterior ialah vertebra servikal serta esofagus di bagian inferior. Pada pemeriksaan laringoskopi struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah adalah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glossoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Di bawah valekula adalah permukaan laringeal dari epiglotis. Epiglotis berfungsi melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus. Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faringealis. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faringeal dari n. vagus, cabang dari n. glossofaringeus dan serabut simpatis. Dari pleksus faringealis keluar cabang-cabang untuk otot – otot faring kecuali m. stilofaringeus yang dipersarafi langsung oleh cabang glosofaringeus.



 Esofagus Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan hipofaring dengan lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus esofagus yang terletak setinggi batas bawah kartilago krikoid atau setinggi vertebra servikal 6. Di dalam perjalanannya dari daerah servikal, esofagus masuk ke dalam rongga toraks. Di dalam rongga toraks , esofagus berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebra terus ke mediastinum posterior di belakang atrium kiri dan menembus diafragma setinggi vertebra torakal 10 dengan jarak kurang lebih 3 cm di depan vertebra. Akhirnya esofagus ini sampai di rongga abdomen dan bersatu dengan lambung di daerah kardia. Berdasarkan letaknya esofagus dibagi dalam bagian servikal, torakal dan abdominal. Esofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan pertama yang bersifat sfingter terletak setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara esofagus dengan faring, yaitu tempat peralihan otot serat lintang menjadi otot polos. Penyempitan kedua terletak di rongga dada bagian tengah, akibat tertekan lengkung aorta dan bronkus utama kiri. Penyempitan ini tidak bersifat sfingter. Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esofagus diafragma yaitu tempat esofagus berakhir pada kardia lambung. Otot polos pada bagian ini murni bersifat sfingter. Inervasi esofagus berasal dari dua sumber utama, yaitu saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan n. splangnikus. D. Patofisiologi Normalnya orang menelan makanan padat atau minum cairan dan menelan saliva atau mukus yang dihasilkan tubuh beratus-ratus kali setiap hari. Proses menelan ini mempunyai empat tahap: tahap pertama persiapan di mulut, di mana makanan atau zat padat digerakkan/dimanipulasi dan dikunyah dalam persiapan untuk ditelan. Selama tahap oral, lidah mendorong



makanan atau zat padat ke bagian belakang mulut, dan mulailah respon menelan. Tahap pharyngeal mulai segera setelah makanan atau liquid melewati pharynx (saluran yang menghubungkan mulut dengan esofagus) kedalam esofagus atau saluran pencernaan. Tahap terakhir adalah tahap esophageal, makanan atau liquid melewati esophagus ke dalam lambung. Meskipun tahap pertama dan kedua mempunyai beberapa kontrol voluntair, tahap tiga dan empat terjadi dengan sendirinya tanpa disadari. Apabila proses menelan terhenti karena berbagai sebab, akan mengakibatkan kesulitan menelan. a.Penyebab Setiap jenis kantong kerongkongan memiliki penyebab yang berbeda, tapi kemungkinan semuanya berhubungan dengan penelanan dan relaksasi otot yang tidak terkoordinasi, seperti yang terjadi pada kelainan akalasia dan kejang kerongkongan yang tersebar. Gangguan menelan adalah gejala terjadinya gangguan/kegagalan untuk mentransfer makanan dari rongga mulut ke arah lambung. Gejalanya bisa ringan sehingga tidak begitu disadari oleh penderita, sampai gejala berat, sehingga makanan sama sekali tidak dapat masuk ke lambung. Oleh karena itu gangguan tersebut diatas, “intake” makanan akan berkurang sehinbgga penderita makin kurus. Tidak jarang gangguan menelan dapat menimbulkan gejala tersedak, karena makanan masuk ke dalam jalan nafas (aspirasi paru). Lebih lanjut akan menimbulkan infeksi paru (pneumonia aspirasi) yang dapat berakibat fatal. Gangguan menelan dapat terjadi pada anak-anak, orang dewasa atau usia lanjut. Penyebab gangguan menelan dapat bermacam-macam, yaitu adanya gangguan pada susunan syaraf pusat (stroke, tumor otak, dll). Gangguan sistem neuromuskuler yang berperan dalam proses menelan (akibat kencing manis, penyakit syaraf, dll), adanya gangguan sumbatan mekanik di rongga mulut, faring, laryng dan esophagus (pada anak amandel yang besar, radang atau tumor pada lidah, tenggorokan atau jalan makanan).



Penderita gangguan menelan ini sering melibatkan beberapa disiplin ahli, yaitu : ahli THT, Saraf, Gizi, dan Gigi Mulut. Saat ini RS Khusus THT-Bedah Proklamasi sudah mengembangkan “Klinik Gangguan Menelan” dengan metode mutakhir terpadu. Diagnosis ditegakkan dengan menggunakan alat modern endoscopic fiber optic nasofaringoscope, melakukan pemeriksaan FEES. b.Gejala Kantong yang besar dapat terisi dengan makanan yang kemudian bisa dimuntahkan pada saat penderita berbaring atau membungkuk. Hal ini dapat menyebabkan makanan terhirup ke dalam paru-paru ketika tidur dan terjadilah pneumonia aspirasi. Kadang kantung kerongkongan ini bisa membesar dan menyebabkan kesulitan menelan. 1. Sering menelan makanan terlalu cepat, atau akibat sering makan dengan porsi suap yang terlalu besar 2. Kurang minum air saat makan 3. Sering makan sembari berbaring 4. Mengalami gangguan atau cidera yang memengaruhi otot atau syaraf, seperti pernah mengalami stroke atau penyakit Parkinson 5. Bisa jadi ada kerusakan pada esofagus alias kerongkongan, seperti jaringan yang terluka akibat asam dari lambung 6. Mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan tekanan pada kerongkongan, seperti pembengkakan hati dan tiroid c. Etiologi -



Disfagia mekanik, terjadi karena sumbatan rongga esophagus oleh



masa, peradangan, penyempitan, atau penekanan dari luar. -



Disfagia motorik, karena adanya kelainan pada system saraf yang



berperan dalam proses menelan.



-



Disfagia karena gangguan emosi berat/disfagia psikogenik



-



Kelainan congenital (bawaan)



-



Trauma



-



Benda asing



-



Penyakit degenerative



E. Implikasi terhadap gizi (gangguan metabolisme zat gizi) Disfagia menyebabkan penurunan pemasukan kkal- atau makanan yang mengandung protein sehingga harus diperhatikan apakah pasien mengalami kekurangan kalori protein (KKP). Penderita



disfagia



akan



mengalami



kesulitan



menelan



makanan



sehingga suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan cairan berkurang. Dampak lanjut akan mengalami defisiensi zat gizi dan tubuh mengalami gangguan metabolisme. F. Terapi a. Medikamentosa Terapi terbaik untuk Disfagia adalah terapi langsung pada penyebab disfagia itu sendiri, dapat diberikan obat seperti pada gangguan disfagia akibat radang pada esophagus. Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan dapat diberikan. Jika dengan mengobati penyebab disfagia tidak membantu, dokter mungkin akan mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang terlatih dalam mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan. Pengobatan dapat melibatkan latihan otot untuk memperkuat otot-otot facial atau untuk meningkatkan koordinasi. Pada



gangguan



digunakan terapi bedah.



menelan



akibat



massa



yang



menekan



biasanya



 Pembedahan o Pembedahan gastrostomy Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal. o Cricofaringeal myotomy Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan untuk mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot utama dari PES.



Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM. b. Gizi Berbagai



pengobatan



telah



diajukan



untuk



pengobatan



disfagia



orofaringeal pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung biasanya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan. Makanan padat dan cairan encer biasanya merupakan penyebab utama kesulitan. Makanan-makanan yang dapat menciptakan bulatan lembut kecil ketika dikunyah merupakan yang paling dapat ditoleransi. Cairan dapat dikentalkan dengan sereal kering bayi, bubur kentang atau serpihan kentang, pati jagung, atau yogurt. Cairan juga dapat disajikan dalam bentuk beku, sebagai contoh, sherbet atau es buah. Speech therapist mungkin mampu membantu individu disfagia untuk teknik penelanan. Menyiapkan makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan



minuman



mungkin



memerlukan



pengental



khusus



untuk



minumannya. Orang lain mungkin harus menghindari makanan atau minuman yang panas ataupun dingin.



Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja normal. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan dengan posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Bila ada kerusakan esofagus atau refluks atau disfagia sangat parah, pemasukan menjadi terganggu sedemikian rupa sehingga terjadi kehilangan berat atau menempatkan individu pada risiko tinggi aspirasi paru, pemberian makanan pipa (via gastrostomi atau jejustomi, jika ada kerusakan esofagus) mungkin dibutuhkan.  Modifikasi diet Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat. Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-padat sampai konsistensi normal.  Suplai Nutrisi Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan malnutrisi. Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.  Hidrasi



Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terdapat dehidrasi



G. Penatalaksanaan Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia. Pertama



dokter



menangani



dan



gangguan



speech-language menelan



pathologists



menggunakan



yang



berbagai



menguji



pengujian



dan yang



memungkinkan untuk melihat bergagai fungsi menelan. salah satu pengujian disebut dengan, laryngoscopy serat optik, yang memungkinkan dokter untuk melihat kedalam tenggorokan. Pemeriksaan lain, termasuk video fluoroscopy, yang mengambil video rekaman pasien dalam menelan dan ultrasound, yang menghasikan gambaran organ dalam tubuh, dapat secara bebas nyeri memperlihakab tahapan-tahapan dalam menelan. Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan dapat diberikan. Jika dengan mengobati penyebab dysphagia tidak membantu, dokter mungkin akan mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang terlatih dalam mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan. Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial atau untuk meninkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan denan posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke



depan. Meniapkan makanan sedemikian rupa atau



menghindari makanan tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan minuman mungkin memerlukan pengental khusus untukminumannya. Orang lain mungkin garus menghindari makanan atau minuman yang panan ataupun dingin.



Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja normal. Berbagai



pengobatan



telah



diajukan



untuk



pengobatan



disfagia



orofaringeal pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan. Modifikasi diet Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat. Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-padat sampai konsistensi normal. Suplai Nutrisi Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan malnutrisi. Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral. Hidrasi Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi Pembedahan Pembedahan gastrostomy



Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal.



Cricofaringeal myotomy Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan untuk mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot utama dari PES. Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM.



H. KETERANGAN ISTILAH MEDIS Akalasia: suatu keadaan terkumpulnya banyak makanan dalam esofagus sehingga esofagus menjadi sangat melebar Apraxia: kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan tujuan; ketidakmampuan menggunakan objek secara tepat Barium meal: pemeriksaan radiologis lambung dan duodenum dengan cara meminum media kontras (BaSo4) Bolus: suatu massa makanan, yang bulat atau suatu preparat farmasi yang siap untuk ditelan, atau massa yang sedemikian yang melalui saluran pencernaan Cincin Schatzki: selaput atau cincin di esofagus bawah pada beberapa pasien dengan disfagia CT-scan: alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal utk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut. Dermatomiositis: peradangan kulit, jaringan subkutis, dengan nekrosis serabut otot; penyakit kolagen atau penyakit jaringan ikat



Divertikulum Zenker: kantong yang berbatas tegas dengan berbagai macam ukuran, terjadi secara normal pada faringoesofageal atau terbentuk karena herniasi lapisan membran mukosa Endoskopi: suatu cara untuk melihat bagian dalam tubuh manusia secara langsung (apakah ada luka, peradangan, daging tumbuh, kelainan bentuk saluran tsb dll); juga sering kali dapat digunakan untuk mengambil contoh jaringan bagian dalam (biopsy) guna pemeriksaan lebih lanjut. Esofagogastroskopi: pemeriksaan endoskopi untuk esofagus dan lambung Esofagoskopi: pemeriksaan yang melihat langsung esophagus dan keadaan rongganya Fluoroskopi: pemeriksaan dengan alat fluoroskop (alat yang digunakan untuk memeriksa suatu struktur dengan sinar rontgen) Inflamasi: respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan Intermiten: terjadi pada interval terpisah; memiliki masa penghentian aktivitas Kandidiasis: infeksi dengan jamur dari genus Candida Lesi: istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh Lumen: rongga atau saluran di dalam tabung atau organ pipa Manometri esofagus: pemeriksaan yang memungkinkan mengevaluasi gelombang tekanan dalam esofagus Miastenia gravis: gangguan autoimun yang merusak komunikasi antara syaraf dan otot, mengakibatkan peristiwa kelemahan otot Miopati: setiap penyakit otot Motilitas: kemampuan untuk bergerak secara spontan MRI (Magnetic Resonance Imaging): suatu metode pemeriksaan medis yang menggunakan medan magnet dengan kekuatan tinggi dan gelombang radio frekwensi (RF) untuk mendapatkan gambar secara detail dari bagian tubuh, tanpa menggunakan sinar X atau bahan radioaktif Obstruksi: keadaan atau kondisi tersumbat



Oesophageal web: striktura esofagus mirip selaput, kongenital, dan lunak, yang biasanya dari bagian bawah, yang menyebabkan disfagia Polimiositis: inflamasi pada beberapa atau banyak otot sekaligus, dengan disertai perubahan degeneratif atau regeneratif Progresif: berjalan terus; berubah dari keadaan jelek menjadi semakin buruk atau semakin parah; peningkatan lingkup dan keparahan penyakit Reflux: aliran balik atau aliran kembali Regurgitasi: aliran balik, seperti aliran ke atas makanan yang tidak dicerna Retrosternal: terletak atau terjadi di belakang sternum ring/web: organ atau daerah yang berbentuk anular atau sirkular / jaringan atau membran Sfingter: sekumpulan otot yang membentuk cincin sebagai pintu keluarmasuk suatu saluran Skleroderma: pengerasan dan penyusutan kronik jaringan penyambung beberapa bagian tubuh, termasuk kulit, jantung, esofagus, ginjal, dan paru. Spasme: kontraksi involunter otot atau sekelompok otot secara mendadak dan keras, yang disertai nyeri dan gangguan fungsi Striktur: penurunan kaliber saluran, ductus, atau jalan lewat lainnya, sebagai akibat dari kontraksi sikatriks atau penumpukan jaringan abnormal Tumor: pertumbuhan baru suatu jaringan di mana multiplikasi sel-sel tidak terkontrol dan progresif Valleculae: cekungan atau alur; yang digunakan sebagai istilah umum dalam penamaan anatom FORMAT PENGKAJIAN Nama Mahasiswa : Al Anwar saputra Npm



: S.0012.P.003



Tanggal Masuk



: 07 juli 2013



Tanggal Pengkajian : 09 juli 2013



I. Identitas Klien Nama



: Tn. A.



Umur



: 40



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Alamat



: Konawe selatan ( Konsel )



Pendidikan



: SMA



Status Perkawinan



: Kawin/Nikah



Pekerjaan



: Wiraswasta



Diagnosa Medis



: Gangguan Saluran Pencernaan (Disphagya)



II. Data 1.



Keluhan Utama



2.



Riwayat Keluhan Utama P



: Kesulitan menelan :



: Stroke



Q



: Dehidrasi



R



: Gangguan Saluran Pencernaan



S



: Sedang



T



: Pada saat masuk



III. Riwayat Keluarga Komentar



:



Klien tinggal serumah dengan 4 orang anaknya Tidak ada penyakit turunan 



Meninggal







Laki-laki







Perempuan







Pasien



IV. Riwayat Psikososial dan Pola Hidup Sehari-hari Pasien mudah bergaul Pasien mengalami insomnia Kekurangan cairan Pasien mengalami konstipasi Intoleransi aktivitas Gangguan pada personal hygiene Nyeri di tenggorokan Gelisah/cemas Mudah letih



V. Pemeriksaan Fisik TTV : Tekanan darah



: 100/70



 Pernapasan Denyut Nadi



: 18 kali/menit : 60 kali/menit



Suhu tubuh



: 37,5



0



C



PENGKAJIAN MULUT DAN FARING :  Inspeksi -



Bibir tidak simetris



-



Warna bibir pucat



-



Keadaan mukosa bibir kering dan pecah-pecah



-



Warna gigi kuning



-



Ada karies, plak dan peradangan pada pharynx



-



Jumlah gigi tidak lengkap ( berkurang 3)



-



Edema pharynx



-



Pembesaran tonsil



-



Ovula simetris



-



Leher simetris



-



Permukaan leher mormal



-



Tidak ada pembesaran vena jugularis



-



Pembesaran tiroid  Palpasi



-



Kelenjar limfe normal



-



Edema pharynx



-



Pembesaran tiroid



-



Vena jugularis normal Uji nervus



-



Fasial cranial (pengecapan 1/3 anterior lidah) normal



-



Glossofaringeus (1/3 posterior lidah) normal



-



Vagus (refleks menelan) abnormal, kesulitan menelan. Pasien tidak mampu menelan.



-



Hiplogosus (gerakan lidah) normal  Uji kekuatan otot



-



Sternokledomastoideus normal



-



Aksesorius spinal normal Tes kaku kuduk norma



KLASIFIKASI DATA • Data subyektif :  Paien mengaku kesulitan menelan  Nyeri di tenggorokan  Pasien merasa susah tidur, makan dan mudah letih.  konstipasi • Data obyektif :  Gangguan personal hygiene  Ada peradangan pada pharynx  Intoleransi aktivitas  Dehirasi  Gelisah/cemas  Warna bibir pucat  Keadaan mukosa bibir kering dan pecah-pecah  Pembesaran tonsil  Pembesaran tiroid  Letih  Kesulitan menela



FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN No. 1



Rencana Tindakan Kep.



Diagnosa Kep



Tujuan Pasien



Intervensi -



Tinjau



Rasional



Resiko



-



-



Pasien



gangguan



dapat



ulang



dapat



menelan



menunjukkan



kemampuan



berkosentrasi



berhubungan metode menelan



pasien menelan,



selama



dengan



makanan yang



catat luasnya



mekanisme



kelemahan



tepat tanpa



paralisis fasial



makan tanpa



otot-otot



menimbulkan



-



adanya



menelan



keputusasaan



Tingkatkan



gangguan



akibat



upaya untuk



dari luar atau



paralise



dapat melakukan



lingkungan



proses menelan



-



yang efektif



mampu



seperti



mengunya



membantu



secara



pasien



perlahan.



menegakkan



-



kepala.



mampu



-



menelan



Letakkan pasien



makanan



pada posisi



yang lunak/



duduk/tegak



kental/cair



selama dan



-



setelah makan



mampu



-



meminum



Stimulasi bibir



cairan dengan



untuk membuka



menggunakan



Pasien



Pasien



Pasien



dan menutup mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak sakit/terganggu -



Sentuh



bagian pipi paling dalam dengan spatel untuk mengetahui adanya kelemahan lidah -



Berikan



makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang -



Mulai



dengan memberikan makanan per oral setengah cair,



sedotan.



makanan lunak ketika pasien dapat menelan air -



Bantu



pasien untuk memilih makanan yang kecil atau tidak perlu mengunyah dan mudah ditelan Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum cairan Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan



FORMAT IMPLEMENTASI Hari/tanggal



Jam



Selasa



07.15



09/06/2013



Implementasi -



Tingkatkan



Evaluasi 09.00



upaya untuk dapat melakukan proses



S : Merasa mampu untuk



menelan yang efektif



berusaha menelan



seperti membantu



O : Pasien tampak



pasien menegakkan



bersemangat



kepala



A : Masalah teratasi



Hasil : Pasien



P



mampu menegakkan



intervensi



: Mempertahankan



kepala 09.30



-



Mulai



11.15



memberikan



11.30



makanan per oral



S : Pasein merasa senang



setengah cair, dan



karena mampu menelan



makanan lunak



air



ketika pasien dapat



O : Pasien mampu menelan



menelan air.



air dan makanan lunak



Hasil : Pasien



A



mampu menelan air



ada



dan makanan lunak



P



-



13.00



Menganjurkan



S : Pasien merasa kesulitan



pasien makan dan



mengunyah



mengunyah



O : Pasien mampu



makanan secara



mengunyah dengan



perlahan



perlahan



Hasil : Pasien



A : Masalah teratasi



mampu mengunyah



P



makanan



intervensi



: Masalah masih tetap : Lanjutkan intervensi



: Pertahankan



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan Kesulitan menelan (dysphagia) sering terjadi diberbagai kelompok usia,



khususnya pada orang tua. Dysphagia merujuk pada kesulitan menelan makanan atau minuman . Hal ini disebabkan karena berbagai faktor, yang paling sering adalah karena stroke, penyakit neurologi progresif, adanya selang tracheostomy, paralise atau tidak adanya pergerakan pita suara, tumor dalam mulut, tenggorokan atau esofagus, pembedahan kepala, leher atau daerah esofagus. Masalah yang terjadi akibat gangguan menelan adalah aspirasi, malnourishment dan dehidrasi. Diet modifikasi pada pasien dengan gangguan menelan. Teknik modifikasi diet pada pasien dengan gangguan menelan meliputi merubah bentuk dan suhu makanan berdasarkan pada hasil evaluasi makanan yang ditelan. Liquid dapat dikentalkan dengan produk komersial atau makanan lain. Penggunaan makanan lain seperti cereal bayi, tak berasa gelatin, atau tapioka bisa dirubah secara konsisten dengan pasien dysphagia yang



diperlukan pasien sesuai kebutuhan untuk memenuhi nutrisi dan hidrasi mereka. Bila prinsip dasar penatalaksanaan gagal untuk menghasilkan kemajuan dalam dua sampai tiga minggu atau jika pasien mengalami kemunduruan setelah pengembangan dibuat, pertimbangan harus diberikan untuk mengevaluasi kembali dan menyerahkan selanjutnya untuk intervensi medik



B.



Saran Proses pemberian makanan pada pasien post gangguan menelan ini



perlu kesabaran. Karena itu kerjasama dengan anggota keluarga terdekat untuk mempersiapkan perawatan lanjut di rumah. Pemilihan makanan juga harus disesuaikan dengan kemampuan menelan pasien. Oleh karena itu kerjasama dengan ahli gizi sangat penting untuk pemilihan dan penyediaan makanan yang sesuai dengan perkembangan pasien. Frekuensi pemberian makanan pada pasien pun berbeda dengan orang normal. Karena kemampuan pasien belum optimal asupan makanannya pun belum adekuat. Untuk itu frekuensi pemberian makanan dibuat sesering mungkin dengan porsi disesuaikan dengan kemampuan pasien. BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Menelan merupakan satu proses yang kompleks yang memungkinkan pergerakan makanan dan cairan dari rongga mulut ke lambung. Proses ini melibatkan struktur di dalam mulut, faring, laring dan esofagus. Keluhan sulit menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan esofagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Jenis makanan yang menyebabkan disfagia dapat memberikan informasi mengenai kelainan yang terjadi



B.



Tujuan



1.



Tujuan Umum Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Disphagya dan Regurgitasi.



2.



Tujuan Khusus Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami antara lain:







Defenisi Disphagya dan Regurgitasi







Etiologi Disphagya dan Regurgitasi







Patofisiologi Disphagya dan Regurgitasi







Diagnosis dan penanganan Disphagya dan Regurgitasi







Asuhan keperawatan pada pasien Disphagya dan Regurgitasi



C.



Rumusan Masalah Berdasarkan tujuan di atas maka, dapat ditarik rumusan masalah untuk kemudian akan dibahas pada bab selanjutnya yakni bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien Disphagya dan Regurgitasi.



BAB II ISI A.



Pengertian Disphagya adalah kesulitan pada proses menelan dan melewatkan makanan dari esofagus ke lambung. Penyebab disfagia bisa bermacam macam. Penting untuk mengetahui perbedaan disfagia karena gangguan orofaring dan esofagus. Bila tidak diamati dengan seksama, maka gejala ini sangat mirip. Hewan tidak bisa bicara, beda dengan manusia yang dengan mudah menyampaiakan keluhan yang dihadapi. Bila pemilik tidak mengamati hewan kesayangannya dengan seksama maka gejala disfagia ini, seringkali keluhan sudah cukup terlambat untuk disampaikan pada dokter hewan. Dan pengamatan dari pemilik tersebut sangat membantu dokter hewan untuk mengidentifikasi problema yang dihadapi hewan kesayangan tersebut. Disfagia merupakan gejala atau keluhan yang diakibatkan adanya kelainan di dalam saluran pencernaan yang paling atas, yaitu orofaring dan esophagus.



Pada gangguan orofaring, disfagia selalu terjadi karena ini adalah gejala utama gangguan orofaring selain itu hewan juga mengalami regurgitasi. Hipersalivasi biasanya ada dan gangging seringkali muncul. Pada gangguan orofaring biasanya hewan tidak bisa makan ataupun minum, kalaupun bisa maka seringkali dalam keadaan yang tidak normal, sehingga kadang juga tampak hewan menjatuhkan banyak makanan dari mulut. Keluarnya makan dari mulut biasanya bersifat segera setelah makan dan makanan yang dikeluarkan belum tercerna. Hewan tampak enggan menelan. Gejala lain yang berhubungan dengan gangguan orofaring adalah adanya discharge nasal. Gejala odynofagia bisa disertai namun tidak selalu tampak pada gangguan orofaring.



B.



Etiologi Pada disphagya dapat ditemukan beberapa penyebab yang dapat menimbulkan keadaan tersebut antara lain :



1.



Disfagia mekanik, terjadi karena sumbatan rongga esophagus oleh masa, peradangan, penyempitan, atau penekanan dari luar.



2.



Disfagia motorik, karena adanya kelainan pada system saraf yang berperan dalam proses menelan.



3.



Disfagia karena gangguan emosi berat/disfagia psikogenik



4.



Kelainan congenital (bawaan)



5.



Trauma



6.



Benda asing



7.



Penyakit degeneratif



C.



Patofisiologi Normalnya orang menelan makanan padat atau minum cairan dan menelan saliva atau mukus yang dihasilkan tubuh beratus-ratus kali setiap hari. Proses menelan ini mempunyai empat tahap: tahap pertama persiapan di mulut, di mana makanan atau zat padat digerakkan/dimanipulasi dan dikunyah dalam persiapan untuk ditelan. Selama tahap oral, lidah



mendorong makanan atau zat padat ke bagian belakang mulut, dan mulailah respon menelan. Tahap pharyngeal mulai segera setelah makanan atau liquid melewati pharynx (saluran yang menghubungkan mulut dengan esofagus) kedalam esofagus atau saluran pencernaan. Tahap terakhir adalah tahap esophageal, makanan atau liquid melewati esophagus ke dalam lambung. Meskipun tahap pertama dan kedua mempunyai beberapa kontrol voluntair, tahap tiga dan empat terjadi dengan sendirinya tanpa disadari. Apabila proses menelan terhenti karena berbagai sebab, akan mengakibatkan kesulitan menelan.



D.



Manifestasi Klinis



1.



Sulit menelan.



2.



Batuk dan sering tersedak.



3.



Merasa lebih mudah untuk makan perlahan-lahan.



4.



Menyimpan makanan di mulut cukup lama.



E.



Pemeriksaan Penunjang Penting Pemeriksaan spesifik untuk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik :



Penunjang



Kegunaan



1. Barium



Swallow Menilai



(Esofagogram)



anatomi



faring/esofagus,



dan



deteksi



fs



sumbatan



otot o/k



tumor, striktur,web, akalasia, divertikulum Kelainan anatomi di kepala, leher dan dada



2. CT Scan



Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, 3. MRI



degeneratif proses diotak



4. Laringoskopi direk 5. Esofagoskopi 6. Endoskopi ultrasound



Menilai keadaan dan pergerakan otot laring Menilai lumen esofagus, biopsi Menilai lesi submukosa



Pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi menelan : Penunjang 1.



Kegunaan



Modified Menilai keadaan kedua sfingter esofagus, menganalisa transfer dysphagia barium swallow Menilai pergerakan faring dan laring



2.



Leksible fiber



optic



faringoskop 3.



Video Menilai pergerakan faring dan laring floroscopy recording



4. Scintigraphy



Menilai gangguan orofaring, esofagus, pengosongan lambung dan GERD (Gastroesophageal refluks disease) Menilai defisiensi fungsi saraf kranial Menilai gangguan motilitas peristaltik



5. EMG 6.



Pemeriksaan refluks esofagitis



Manometri pH metri 24 jam



F.



Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan yang perlu dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan menelan atau disphagya meliputi :



1.



Riwayat penyakit



2.



Riwayat stroke



3.



Riwayat pemakaian alat medik : trakeostomi, NGT, mayo tube, ETT, post pemeriksaan endoscopy



4.



Riwayat pembedahan darah laryx, pharynx, esophagus, tiroid



5.



Post operasi daerah mulut



6.



Pemeriksaan fisik



G.



Penatalaksanaan Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia. Pertama dokter dan speech-language pathologists yang menguji dan menangani gangguan menelan menggunakan berbagai pengujian yang memungkinkan untuk melihat bergagai fungsi menelan. salah satu pengujian disebut dengan, laryngoscopy serat optik, yang memungkinkan dokter untuk melihat kedalam tenggorokan. Pemeriksaan lain, termasuk video fluoroscopy, yang mengambil video rekaman pasien dalam menelan dan ultrasound, yang menghasikan gambaran organ dalam tubuh, dapat secara bebas nyeri memperlihakab tahapan-tahapan dalam menelan. Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan dapat diberikan. Jika dengan mengobati penyebab dysphagia tidak membantu, dokter mungkin akan mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang terlatih dalam mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan.



Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial atau untuk meninkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan denan posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Meniapkan makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan minuman mungkin memerlukan pengental khusus untukminumannya. Orang lain mungkin garus menghindari makanan atau minuman yang panan ataupun dingin. Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja normal. Berbagai pengobatan telah diajukan untuk pengobatan disfagia orofaringeal pada dewasa. Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan. 



Modifikasi diet Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat. Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-padat sampai konsistensi normal.







Suplai Nutrisi Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan malnutrisi. Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.







Hidrasi Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi







Pembedahan Pembedahan gastrostomy Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal.







Cricofaringeal myotomy Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan untuk mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot utama dari PES. Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM



H. 1.



Konsep Asuhan Keperawatan Pengkajian Keperawatan



-



Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus)



-



Lama dan progresifitas keluhan disfagia



-



Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat, cair, stress psikis dan fisik)



-



Keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas, batuk, perasaan mengganjal/menyumbat di tenggorokan.



-



Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun, kardiovaskuler dll)



-



Penggunaan obat-obat yg mengganggu proses menelan (anastesi, muskulorelaksan pusat)



-



Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan



-



Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya



2. Pemeriksaan Fisik 



Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan laryngeal. Pemeriksaan nervus V dan VII-XII penting dalam menentukan bukti fisik dari disfagia orofaringeal.







Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah, pergerakan dan kekuatan lidah, elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan sensitifitas oral.







Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi keamanan menelan dan kemampuan kompensasinya.







Dysphonia dan dysarthria adalah tanda disfungsi motoris struktur-struktur yang terlibat pada menelan.







Periksa mukosa dan gigi geligi mulut.







Periksa reflek muntah.







Periksa fungsi pernapasan.







Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktivitas menelan. Setelah menelan, amati pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda.



3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul a.



Resiko gangguan menelan berhubungan dengan kelemahan otot-otot menelan akibat paralise Hasil yang diharapkan :







Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat tanpa menimbulkan keputusasaan Intervensi :



1. Tinjau ulang kemampuan pasien menelan, catat luasnya paralisis fasial 2. Tingkatkan upaya untuk dapat melakukan proses menelan yang efektif seperti membantu pasien menegakkan kepala. 3. Letakkan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah makan 4.



Stimulasi bibir untuk membuka dan menutup mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu



5. Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak sakit/terganggu 6. Sentuh bagian pipi paling dalam dengan spatel untuk mengetahui adanya kelemahan lidah 7. Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang 8. Mulai dengan memberikan makanan per oral setengah cair, makanan lunak ketika pasien dapat menelan air 9. Bantu pasien untuk memilih makanan yang kecil atau tidak perlu mengunyah dan mudah ditelan 10. Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum cairan 11. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan b.



Resiko tinggi nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan yang adekuat. Hasil yang diharapkan :







Asupan nutrisi yang adekuat Intervensi :



1. Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan mengunyah makanan dengan seksama.



2. Pemberian makanan sedikit dan sering dengan bahan makanan yang tidak bersifat iritatif 3. Sajikan makanan dengan cara yang menarik 4. Hindari makan makanan atau minum yang mengandung zat iritan seperti alkohol 5. Timbang berat badan tiap hari dan catat pertambahannya 6. Observasi asupan nutrien pasien dan kaji hal-hal yang menghambat/mempersulit proses menelan c.



Resiko terjadi aspirasi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan akibat kerusakan saraf kontrol fasial Hasil yang diharapkan :



 Pasien dapat menelan makanan dan minuman tanpa terjadi aspirasi atau tidak tersedak. Intervensi : 1. Berikan posisi tubuh tegak/duduk/setengah duduk pada saat makan atau minum 2. Hindari posisi kepala over ekstensi pada saat pasien mencoba makan atau minum 3. Berikan makanan yang lunak yang dapat diatur oleh lidah untuk didorong masuk/ditelan 4. Hindari memberi air dalam jumlah yang banyak sekaligus untuk diteguk.



BAB III KASUS



tn.A berusia 40th mengatakan sudah 3 hari ini sulit menelan , badannya juga terasa panas dan mudah letih . pasien juga mengatakan bahwa akhir-akhir ini susah tidur . pada tanggal 7 november 2012 pasien dibawa keluarganya MRS . setelah dilakukan pemeriksaan fisik di dapatkan TD : 100/70 mmhg RR : 18x/menit N : 60x/menit S : 38 C . dari pemeriksaan juga di dapatkan adanya peradangan pada faring bibir prcah-pecah karena dehidrasi terdapat perbesaran tonsil dan juga pasien tampak gelisah .