5 0 528 KB
FINAL PROJECT ACTIVITY TUGAS TERSTRUKTUR KEPERAWATAN JIWA MASYARAKAT “Asuhan Keperawatan Distress Spiritual “ Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Masyarakat
Disusun oleh : Kelompok 4 Kelas 3 A
PRODI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO Jl. Ciptomangunkusumo No.82 A Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018
NAMA KELOMPOK :
1. ADELITA AGWEE NAINTYSEVENTA
( 201601001 )
2. AYUNG WIJI UTAMI
( 201601006 )
3. DIAN FITRI OCTAVIANTI
( 201601015 )
4. DINI HARIANA WATI
( 201601019 )
5. DISA WALIYATUL FIRDAUS
( 201601020 )
6. EVA ARISMAWATI
( 201601022 )
7. IBNU HABIB MUSTOFA
( 201601028 )
8. JAKA SULISTYO
( 201601029 )
9. WAHYU PRASETYO
( 201601060 )
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN DISTRESS SPIRITUAL”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Jiwa Masyarakat. Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa Masyarakat yakni Bu Dian Sinta, S.Kep Ns M.Kep yang telah banyak meluangkan waktu guna memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini. 2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril maupun materil selama proses pembuatan makalah ini. 3. Teman-teman mahasiswa tingkat IIIA Program Studi DIII Keperawatan Pemerintah Kabupaten Ponorogo angkatan 2016/2017 yang selalu memberikan dukungan dan saran serta berbagi ilmu pengetahuan demi tersusunnya makalah ini. Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Ponorogo, 18 Juli 2018
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................. i DAFTAR NAMA KELOMPOK ................................................................................ ii KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 2 D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Distress Spiritual .......................................................................... 7 B. Batasan Karakteristik Dari Distress Spiritual ............................................. 8 C. Etiologi Dari Distress Spiritual .................................................................. 9 D. Tanda dan Gejala ..................................................................................... 9
E. Patofisiologi ............................................................................................10 F. Mekanisme Distress Spiritual .................................................................11 G. Asuhan Keperawatan Untuk Pasien Dengan Distress Spiritual ..............12
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 23 B. Saran ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Spiritualitas adalah dimensi manusia, dan dengan demikian dimensi praktek Keperawatan (Burkhart & Solari-Twadell,tahun 2001; McSherry, uang tunai, & Ross, 2004) . Fokus pada tanggung jawab perawat untuk menyediakan
kerohanian
meliputi
penilaian,
diagnosis,
perencanaan,
intervensi dan evaluasi. Ini adalah langkah-langkah yang mendefinisikan proses keperawatan, yang merupakan scien- tific metode pelayanan keperawat adalah diterapkan dalam praktek. Dalam spiritualitas, penelitian telah
cenderung
berfokus
pada
Fase
pertama
dan
ketiga
proses
keperawatan, yaitu penilaian spiritual (Murray, Kendall, Boyd Worth, & Benton, 2004; Oldnall, 1996; Taylor, 2006) dan perawatan spiritual, masingmasing kedua dipahami sebagai intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Menurut Pesut (2008), pemahaman yang lebih jelas tentang kebutuhan spiritualitas, dimana tanpa memperhatikan kebutuhan spiritual dan perawatan spiritual tidak akan tercapai. Spiritualitas telah terbukti
kompleks untuk
menentukan. Itu hadir diantara penganut dan agnostics (McSherry, 2000), mengintegrasikan semua dimensi individu (Reed, 1992) , yang meliputi lebih dari agama (Narayanasamy, 2001), melibatkan hubungan interpersonal, dan berkaitan dengan arti kehidupan, terutama pada saat krisis dan penyakit (Baldacchino, 2006). Distress spiritual telah diterima sebagai diagnosis keperawatan di NANDA sejak tahun 1978 dan direvisi pada tahun 2002 (Herdman, 2009). Dalam taksonomi I, diagnosis ini diklasifikasikan dalam domain menilai sebagai gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh keberadaan seseorang, dan yang terintegrasi dan melampaui satu sifat biologis dan psikososial.
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Distress Spiritual ?
5
2. Apa batasan karakteristik dari Distress Spiritual ? 3. Apa etioogi dari Distress Spiritual ? 4. Bagaimana mekanisme dari Distress Spiritual ? 5. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien dengan Distress Spiritual ?
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Distress Spiritual 2. Untuk mengetahui batasan karakteristik dari Distress Spiritual 3. Untuk mengetahui etiologi dari Distress Spiritual 4. Untuk mengetahui mekanisme dari Distress Spiritual 5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien dengan Distress Spiritual
D. Manfaat Penulisan 1. Mahasiswa menjadi lebih mengetahui pengertian dari Distress Spiritual 2. Mahasiswa menjadi lebih mengetahui batasan karakteristik dari Distress Spiritual 3. Mahasiswa menjadi lebih mengetahui etiologi dari Distress Spiritual 4. Mahasiswa menjadi lebih mengetahui mekanisme dari Distress Spiritual 5. Mahasiswa menjadi lebih mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien dengan Distress Spiritual
6
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Distress Spiritual Monod (2012) menyatakan distress spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, sehingga dalam menghdapi penyakitnya pasien mengalami depresi, cemas, dan marah kepada tuhan. Distress spiritual dapat menyebabkan ketidakharmonisan dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhannya. Distress spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa yang terjadi, dan dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terasing. Untuk itu diharapkan perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses keperawatan (Potter & Perry, 2004). Distress spiritual adalah hambatan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, music, seni, buku, alam, ataupun dengan tungan yang maha esa (Judith, 2016). Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup yang berhubungan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distres spritual merupakan respons akibat suatu kejadian yang traumatis baik fisk maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi. Masalah bencana atau stresor yang dihadapi individu mungkin akan menimbulkan pertanyaan bagi individu mungkin akan menimbulkan pertanyaan bagi individu tentang apa yang telah dilakukan atau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Individu terkadang ragu, bimbang atau antipati dengan spiritual atau agama yang dianutnya. Menurut Rousseau
(2003),
distres
spiritual
harus
pula
diperhatikan
atau
dipertimbangkan bila individu-individu mengeluh gejala-gejala fisik dan tidak berespons terhadap intervensi yang afektif. Distres spiritual adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan prinsip kehidupan, keyakinan, kepercayaan atau keagamaan pasien yang
7
menyebabkan gangguan pad aktivitas spiritual akibat masalah-masalah fisik atau psikososial yan dialami. (Amin, 2012)
B. Batasan Karakteristik
1. Hubungan dengan diri sendiri a. Marah b. Mengungkapkan kurangnya motivasi c. Mengungkapkan kurang dapat memaafkan diri sendiri d. Mengungkapkan kekurangan harapan e. Mengungkapkan kekurangan cinta f. Mengungkapkan kurangnya makna hidup g. Mengungkapkan kekurangan tujuan hidup h. Mengungkapkan kurangnya ketenangan (mis., kedamaian) i.
Merasa bersalah
j.
Koping tidak efektif
2. Hubungan dengan orang lain a. Mengungkapkan rasa terasing b. Menolak interaksi dengan orang yang dianggap penting c. Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual d. Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dari sistem pendukung
3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, alam a. Tidak berminat pada alam b. Tidak berminat membaca literatur spiritual c. Ketidakmampuan mengungkapkan kondisi kreativitas sebelumnya (mis., menyanyi/ mendengarkan musik/ menulis)
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri a. Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih besar dari dirinya
b. Mengungkapkan telah diabaikan c. Mengungkapkan ketidakberdayaan d. Mengungkapkan penderitaan e. Ketidakmampuan berintrospeksi f. Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas
8
g. Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan h. Ketidakmampuan berdoa i.
Meminta menemui pemimpin keagamaan
j.
Perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual
C. Etiologi 1. Ketidaksiapan menghadapi kematian dan pengalaman kehidupan setelah kematian, Kehilangan agama yang merupakan dukungan utama ( merasa ditinggalkan oleh Tuhan), Kegagalan individu untuk hidup sesuai
dengan
ajaran
agama,
Ketidakmampuan
individu
untuk
merekonsiliasi penyakit dengan keyakinan spiritual
2. Ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman terhadap integritas
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan spiritual individu 4. Terkait dengan patofisiologi tantangan pada sistem keyakinan atau perpisahan dari ikatan spiritual sekunder karena berbagai akibat, misalnya kehilangan bagian atau fungsi tubuh; penyakit terminal; penyakit yang membuat kondisi lemah, nyeri, trauma, dan keguguran atau kelahiran mati
5. Hal – hal terkait dengan konflik antara program atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan, meliputi : aborsi, isolasi, pembedahan, amputasi, tranfusi darah, pengobatan, pembatasan diet, dan prosedur medis
6. Hal yang berkaitan dengan situasional, kematian atau penyakit dari orang terdekat; keadaan yang memalukan pada saat melakukan ritual keagamaan ( seperti pembatasan perawatan intensif, kurangnya privasi, kurang tersedianya makanan atau diet khusus), keyakinan yang ditentang keluarga, teman sebaya; dan yang berhubungan dengan perpisahan orang yang dicintai (Salsuda & dkk, 2016) D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien distres spiritual ( melalui wawancara ) adalah :
9
1. Selalu menanyakan kebenaran keyakinan yang dianutnya (contohnya pasien kurang atau tidak yakin lagi dengan nilai yang selama ini dianutnya). 2. Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan atau nilai yang dianutnya 3. Ketidakmampuan
melakukan
kegiatan
keagamaan
yang
biasa
dilakukannya secara rutin 4. Perasaan ragu terhadap nilai atau keyakinan yang dimilikinya 5. Menyatakan perasaan tidak ingin hidup 6. Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan yang dimilikinya 7. Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan 8. Mengekspresikan perasaan marah, takut, cemas terhadap arti hidup ini, penderitaan atau kematian. E. Patofisiologi Hal – hal terkait dengan konflik antara program atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan, depresi, Hal yang berkaitan dengan situasional, kematian atau penyakit dari orang terdekat
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stressor
Depresi
Kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritual turun
Distress spiritual
Ketidakefektifan koping
10
F. Mekanisme Koping Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan
yang
ketiga
adalah
dukungan
instrumental
yaitu
menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif. Menurut
Mooss
(1984)
yang
dikutip
Brunner
dan
Suddarth
menguraikan yang positif (Teknik Koping) dalam menghadapi stress, yaitu :
1. Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri) Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan. Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya psikologis yang penting, diantaranya adalah : a. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri) Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yg dihadapi. b. Mengontrol diri sendiri Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan
situasi
(internal
control)
dan
external
control
(bahwa
kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya (looking for silver lining).
11
2. Rasionalisasi (Teknik Kognitif) Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull) . Dalam menghadapi situasi stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi
menggantungkan
semua
permasalahan
dengan
melakukan
kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
3. Teknik Perilaku Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-abat yang memperparah keadan sakitnya.
G. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian a. Untuk pasien yang mengindikasikan adanya ketaatan beragama, kaji adanya
indikator
langsung
status
spiritual
pasien
dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah anda merasa keimanan anda dapat membantu anda? Dengan cara apa keimanan tersebut penting bagi anda saat ini?
2) Bagaiman saya dapat membantu anda menjalankan keimanan anda? Misalnya, apakah anda ingin saya membacakan buku doa untuk anda?
3) Apakah anda menginginkan kunjungan dari penasihat spiritual atau layanan keagamaan dari rumah sakit?
12
4) Tolong beri tahu saya tentang aktivitas agama tertentu yang penting bagi anda? b. Lakukan pengkajian tidak langsung terhadap status spiritual pasien dengan melakukan langkah berikut :
1) Tentukan konsep ketuhanan pasien dengan mengamati bukubuku yang ada disamping tempat tidur atau program telivisi yang dilihat pasien. Juga catat apakah kehidupan pasien tampak memiliki arti, nilai, dan tujuan.
2) Tentukan sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien. Apakah Tuhan dalam arti tradisional, anggota kluarga, atau kekuatan “bersumber dari dalam dirinya”? Catat siapa yang paling banyak diperbincangkan oleh pasien, atau tanyakan, “Siapa yang penting bagi anda?”
3) Amati apakah pasien sedang berdoa ketika anda memasuki ruangan, sebelum makan, atau saat tindakan.
4) Amati barang-barang, seperti litratur keagamaan,rosario, kartu ucapan semoga lekas sembuh yang bersifat keagamaan disamping tempat tidur pasien.
5) Dengarkan pandangan-pandangan pasien tentang hubungan antara kepercayaan spiritual dan kondisi kesehatannya, terutama untuk pernyataan seperti, “Mengapa Tuhan membiarkan hal ini menimpa saya?” atau “Jika saya beriman, saya pasti akan sembuh.” c. Pengkajian aktifitas sehari-hari pasien yang mengkarakteristikkan distress spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti : 1) Perasaan ketika seseorang gagal 2) Perasaan tidak stabil 3) Perasaan ketidakmampuan mengontrol diri 4) Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan 5) Perasaan hampa
13
2.
Diagnosa Keperawatan (Herdman & Kamitsuru, 2015) Batasan Karakteristik
Factor Yang
Diagnosa
Definisi
Distress
Suatu keadaan
a. Ansietas
1. Ancaman
Spriritual
menderita yang
b. Insomnia
kematian
berhubungan
c. Letih
dengan
d. Menangis
tentang
gangguan
e. Menanyakan
sendiri
kemampuan f.
mengalami makna
2. Asing
identitas
untuk
hidup
Menanyakan
tentang
makna hidup
social
g. Menanyakan makna
hubungan
penderitaan diri
sendiri,
dunia
atau
diri
3. Asing
melalui
dengan
Berhubungan
4. Gangguan sosiokultural
h. Takut
5. Kehilangan bagian tubuh
1. Hubungan dengan 6. Kehilangan
kekuatan
yang tinggi.
diri sendiri
fungsi bagian
a. Kurang diterima
tubuh
b. Kurang
7. Kejadian
dorongan
hidup
c. Kurang pasrah d. Marah e. Merasa
hidup
bayi 9. Kematian
bermakna
orang
Perasaan tidak
terdekat
dcintai g. Rasa bersalah h. Strategi koping tidak efektif 2. Hubungan dengan orang lain a. Menolak
14
terduga 8. Kelahiran
kurang
f.
tidak
10. Kesepian 11. Menerima kabar buruk 12. Mengalami kejadian kematian 13. Menjelang
interaksi
ajal
dengan
orang 14. Nyeri
terdekat
15. Peningkatan
b. Menolak
ketergantung
interaksi
an
dengan
orang lain
pimpinan
16. Penuaan
spiritual
17. Persepsi
c. Merasa asing
tentang tugas
d. Perpisahan dari
yang
system
18. Program
3. Hubungan dengan seni,
tidak
selesai
pendukung
pengobatan
music, 19. Sakit
literature, alam
20. Transisi
a. Penurunan
hidup
ekspresi tentang
pola
kreativitas sebelumnya b. Tidak berminat membaca literature spiritual c. Tidak berminat pada alam 4. Hubungan dengan kekuatan lebih
yang besar
daripada diri sendiri a. Ketidakmampu an berdoa b. Ketidakmampu an berintrospeksi
15
pada
c. Ketidakmampu an berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan d. Ketidakmampu an
mengalami
pengalaman religiositas e. Marah terhadap kekuatan yang lebih besar dari dirinya f.
Meminta menemui pemimpin keagamaan
g. Mengungkapka n penderitaan h. Perasaan diabaikan i.
Perubahan yang
tiba-tiba
dalam
praktik
spiritual j.
Ketidakefe
Tidak berdaya
Ketidakmampua 1. Akses
ktifan
n
koping
membentuk penilaian
untuk
dukungan 1. Derajat
social tidak adekuat 2. Kesulitan
valid
mengorganisasi
tentang
informasi
stressor,
3. Ketidakmampuan
ancaman yang tinggi 2. Dukungan social
yang
tidak adekuat
ketidakadekuata
memenuhi harapan
yang
n
peran
diciptakan
pilihan
16
respons
yang 4. Ketidakmampuan
oleh
dilakukan,
memenuhi
karakteristik
dan/atau
kebutuhan dasar
hubungan
ketidakmampua n
untuk
menggunakan sumber
5. Ketidakmampuan meminta bantuan 6. Ketidakmampuan
daya
yang tersedia.
mengatasi masalah 7. Ketidakmampuan menghadap situasi 8. Ketidakmampuan mengikuti informasi 9. Kurang
perilaku
3. Gangguan pola melepaskan ketegangan 4. Ketidakadek uatan kesempatan untuk bersiap
yang berfokus pada
terhadap
pencapaian tujuan
stressor
10. Kurang
resolusi 5. Ketidakmam
masalah
puan
11. Letih
mengubah
12. Penyalahgunaan zat
energy yang
13. Perilaku
adaptif
destruktif
terhadap diri sendiri 14. Perilaku
destruktif
terhadap orang lain
6. Krisis maturasi 7. Krisis situasi
15. Perilaku mengambil 8. Kurang resiko
percaya
16. Perunaham
dalam
konsentrasi perubahan komunikasi 17. Perubahan tidur 18. Sering sakit
diri
kemampuan pola
mengatasi masalah
pola 9. Penilaian ancaman tidak akurat
19. Strategi koping tidak 10. perbedaan efektif
gender dalam strategi
17
koping 11. ragu 12. sumber yang tersedia tidak adekuat 13. tingkat persepsi control yang tidak adekuat
18
3.
Intervensi Keperawatan NO. 1.
DIAGNOSA
TUJUAN &
INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
Distress
Tujuan
Spriritual
dilakukan
:
setelah NIC:Spiritual Support tindakan
keperawatan jam
2x24
1. Gunakan komunikasi terapeutik
diharapkan
membangun
distress
kepercayaan
masalah
spiritual pasien dapat teratasi
kepedulian empatik
untuk
pandangan spiritual dunia 2. Kemampuan
dan
fokus
pada
peristiwa
dan
hubungan
yang
memberi
berdoa
kekuatan
spiritual dan dukung
3. Kemampuan
3. Mendorong
beribadah
partisipasi
4. Berinteraksi dengan
orang
lain
untuk
berbagi
ide,
perasaan
dan
keyakinan
dalam
interaksi
dengan
anggota
keluarga,
teman, dll 4. Menyediakan privasi dan
cukup
untuk
waktu kegiatan
spiritual
Kriteria hasil :
5. Bermain
1. Mampu mengontrol kecemasan
dengan
individu 6. Menyediakan musik spiritual, sastra, atau
2. Mampu Mengontrol depresi
dan Ievel stress
19
meninjau
kehidupan masa lalu
1. Pencapaian dari
3. Mampu
dan
2. Mendorong individu
NOC :
tingkat
untuk
program radio atau TV ke individu 7. Jadilah
terbuka
untuk
ekspresi
individu
kesepian
memproses
dan
informasi
ketidakberdayaan
4. Penerimaan atau
8. Gunakan
klarifikasi
kesiapan
nilai
menghadapi
membantu
kematian
memperjelas
5. Berpartisipasi dalam
individu
keyakinan dan nilai-
9. Selalu untuk
mendapatkan pelayanan
siap
untuk
mendengarkan perasaan individu 10. Memfasilitasi
kesehatan
penggunaan individu
6. Penerimaan terhadap
untuk
nilai, yang sesuai
pengambilan keputusan
teknik
meditasi, doa, dan status
kesehatan
tradisi
keagamaan
lain nya dan ritual
7. Mampu
11. Mendengarkan
beradaptasi
dengan
terhadap
komunikasi individu,
ketidakmampuan
dan
fisik / cacat fisik
mengembangkan
8. Adaptasi
anak
rasa
waktu
terhadap
berdoa
hospitalisasi
spiritual
9. Psikososial penyesuaian: perubahan hidup 10. Kesehatan spiritual 11. Menunjukkan harapan arti hidup 12. Terlibat
dalam
lingkungan sosial
20
seksama
atau
untuk ritual
2.
Ketidakefektifan koping
Tujuan
:
Setelah NIC :Dicision making
dilakukan
tindakan
keperawatan jam
2x24
diharapkan
masalah
koping
pasien
dapat
berkurang atau hilang
1. Menginformasikan pasien atau
alternatif solusi
lain
penanganan 2. Memfasilitasi pasien untuk
membuat
keputusan NOC :
3. Bantu
1. Decision making 2. Role inhasmet 3. Sosial support
pasien
mengidentifikasi, keuntungan, kerugian
dari
keadaan Kriteria hasil : 1. Mengidentifikasi pola koping yang efektif
secara
verbal
tentang
kopIng
yang efektif 3. Mengatakan penurunan stres 4. Klien
bermacam-macam nilai kehidupan 2. Bantu identifikasi positif
pasien strategi untuk
mengatur pola nilai yang dimiliki
mengatakan menerima
tentang
5. Mampu
enhancement pasien
untuk mengidentifikasi
mengidentifikasi strategi
NIC:Coping
1. Anjurkan
keadaannya
koping
1. Bantu pasien untuk identifikasi
2. Mengungkapkan
telah
NIC:Role inhancemet
tentang
gambaran perubahan
peran
yang realistis 2. Gunakan pendekatan tenang dan menyakinkan
21
3. Hindari pengambilan keputusan
pada
saat pasien berada dalam stress berat 4. Berikan
informasi
actual yang terkait dengan
diagnosis,
terapi dan prognosis
22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Distress spiritual adalah hambatan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, music, seni, buku, alam, ataupun dengan tungan yang maha esa (Judith, 2016). Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup yang berhubungan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distres spritual merupakan respons akibat suatu kejadian yang traumatis baik fisk maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi. Etiologi : Ketidaksiapan menghadapi kematian dan pengalaman kehidupan setelah kematian, Kehilangan agama yang merupakan dukungan utama ( merasa ditinggalkan oleh Tuhan), Kegagalan individu untuk hidup sesuai
dengan
ajaran
agama,
Ketidakmampuan
individu
untuk
merekonsiliasi penyakit dengan keyakinan spiritual. Ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman terhadap integritas. Tidak terpenuhinya kebutuhan spiritual individu. Terkait dengan patofisiologi tantangan pada sistem keyakinan atau perpisahan dari ikatan spiritual sekunder karena berbagai akibat, misalnya kehilangan bagian atau fungsi tubuh; penyakit terminal; penyakit yang membuat kondisi lemah, nyeri, trauma, dan keguguran atau kelahiran mati, hal – hal terkait dengan konflik antara program atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan, meliputi : aborsi, isolasi, pembedahan, amputasi, tranfusi darah, pengobatan, pembatasan diet, dan prosedur medis, hal yang berkaitan dengan situasional, kematian atau penyakit dari orang terdekat; keadaan yang memalukan pada saat melakukan ritual keagamaan ( seperti pembatasan perawatan intensif, kurangnya privasi, kurang tersedianya makanan atau diet khusus), keyakinan yang ditentang keluarga, teman sebaya; dan yang berhubungan dengan perpisahan orang yang dicintai. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien distres spiritual ( melalui wawancara ) adalah : Selalu menanyakan kebenaran keyakinan
23
yang dianutnya (contohnya pasien kurang atau tidak yakin lagi dengan nilai yang selama ini dianutnya). Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan atau nilai yang dianutnya. Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukannya secara rutin. Perasaan ragu terhadap nilai atau keyakinan yang dimilikinya. Menyatakan perasaan tidak ingin hidup. Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan yang dimilikinya. Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan. Mengekspresikan perasaan marah, takut, cemas terhadap arti hidup ini, penderitaan atau kematian.
B. Saran Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan. Untuk itu kami mengharapkan saran agar kami dapat meningkatkan kualitas makalah yang akan dibuat selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dalam mempelajari keperawatan jiwa mengenai distress spiritual
24
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 - 2017. Jakarta: EGC. Moorhead , S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapura: Elsevier. Bulechek, G. M., Butcher, H., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Singapura: Elsevier. Amin, M. (2012). Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Klien Di Ruang Intensive Care Unit RSU Muhammadiyah Temanggung. Karya Tulis Ilmiah, 13. Salsuda, R., & dkk. (2016, Oktober). Dipetik Juli Jum'at, 2018, dari Makalah Distress Spiritual: http://www.makalah-distress-spirutual.pdf
25