Askep Gadar Resiko Bunuh Diri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH GAWAT DARURAT RESIKO DAN TINDAKAN BUNUH DIRI



OLEH : DANISA ARIANTY ARIS



(A.19.11.009)



DESI WULANDARI



(A.19.11.010)



MARYANI



(A.19.11.025)



MIHRAJUL HAERANI



(A.19.11.027)



NUR ILMI



(A.19.11.033)



NURKHALISA



(A.19.11.036)



SRI AYUNIGSIH



(A.19.11.042)



S1 KEPERAWATAN STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................................3 BAB I.............................................................................................................................4 PENDAHULUAN.........................................................................................................4 A. PENGERTIAN.....................................................................................................4 B. ETIOLOGI............................................................................................................5 C. PATOFISIOLOGI.................................................................................................7 D. TANDA DAN GEJALA.......................................................................................8 E. RENTANG RESPON.........................................................................................10 F. PENATALAKSANAAN....................................................................................10 G. PENCEGAHAN.................................................................................................12 BAB II.........................................................................................................................13 KONSEP KEPERAWATAN......................................................................................13 A. PENGKAJIAN...................................................................................................13 B. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................14 C. INTERVENSI KEPERAWATAN......................................................................15 D. EVALUASI........................................................................................................22 BAB III........................................................................................................................23 PENUTUP...................................................................................................................23 A. KESIMPULAN...................................................................................................23 B. SARAN...............................................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24



2



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan wujud tanggung jawab kami sebagai mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen kepada kelompok kami. Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, namun dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran dari Bapak/ Ibu pembimbing dan teman-teman, yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah kami selanjutnya. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua dan mudah-mudahan makalah kami dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan khususnya dibidang keperawatan. Amien



3



BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen , akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat, 1993). Perilaku bunuh diri atau destruktif diri langsung terjadi terus menerus dan intensif pada diri kehidupan seseorang. Perilaku yang tampak adalah berlebihan, gejala atau ucapan verbal ingin bunuh diri, luka atau nyeri (Rawlin dan Heacock, 1993). Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, Keperawatan Jiwa,2007). Secara garis besar bunuh diri dapat dibagi menjadi 3 kategori  besar yaitu; 1. Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian 2. Isyarat bunuh diri (Suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain. 3. Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri



4



Macam-macam pembagian bunuh diri menurut Emile Durkheim ,yaitu : 1. Bunuh diri egoistic Individu ini tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka yang tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang menikah. 2. Bunuh diri altruistic Individu itu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa bahwa kelompok itu sangat mengharapkannya.contoh : “hara-kiri”di jepang,”puputan” di Bali. 3. Bunuh diri anomic Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dengan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa. Hal ini menerangkan mengapa percobaan bunuh diri pada orang cerai pernikahan dan yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga lebih mudah melakukan percobaan bunuh diri. B. ETIOLOGI a. Penyebab bunuh diri pada anak 1. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan 2. Situasi keluarga yang kacau 3. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik 4. Gagal sekolah 5. Takut atau dihina di sekolah 6. Kehilangan orang yang dicintai 7. Dihukum orang lain 5



b. Penyebab bunuh diri pada remaja 1. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna 2. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal 3. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan 4. Perasaan tidak dimengerti orang lain 5. Kehilangan orang yang dicintai 6. Keadaan fisik 7. Masalah orang tua 8. Masalah seksual 9. Depresi c. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa 1. Self ideal terlalu tinggi 2. Cemas akan tugas akademik yang banyak 3. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua. 4. Kompetisis untuk sukses d. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut 1. Perubahan status dari mandiri ke tergantung 2. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi 3. Perasaan tidak berarti di masyarakat. 4. Kesepian dan isolasi sosial 5. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan) 6. Sumber hidup berkuran C. PATOFISIOLOGI Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang adaptif maupun respon yang



6



maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang tidak mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi, mengalami perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan seseorang merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana obatobatan yang dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat memacu atau meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini mengiritasi/ membuat trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen dan menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus dan meningkatkan respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran makanan pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan salurannya sering memberikan keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri epigastrik



7



D. TANDA DAN GEJALA Seseorang yang akan bunuh diri atau mengadakan percobaan bunuh diri biasanya menunjukkan gejala prodromal berupa :”perubahan dalam interest, gaya hidup, pola seksual, pola makan, kebiasaan, sikapnya terhadap kehidupan, baik perubahan itu dalam wujud kata-kata maupun perbuatan. Dikutip dari situs kesehatan mental epigee.org, berikut ini adalah tandatanda bunuh diri yang mungkin terjadi: 1. Bicara mengenai kematian: Bicara tentang keinginan menghilang, melompat, menembak diri sendiri atau ungkapan membahayakan diri. 2. Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus dengan pacar atau kehilangan pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Kehilangan lainnya yang bisa menandakan bunuh diri termasuk hilangnya keyakinan beragama dan hilangnya ketertarikan pada seseorang atau pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati. 3. Perubahan kepribadian: seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda kelelahan, keraguan atau kecemasan yang tidak biasa. 4. Perubahan perilaku: kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga. 5. Perubahan pola tidur: tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur lainnya bisa menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri. 6. Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan atau bertambahnya nafsu makan. Perubahan lain bisa termasuk penambahan atau penurunan berat badan. 7. Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti ini bisa mencakup impotensi, keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi. 8. Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi seperti malu, minder atau membenci diri sendiri.



8



9. Ketakutan atau kehilangan kendali: seseorang khawatir akan kehilangan jiwanya dan khawatir membahayakan dirinya atau orang lain. 10. Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri lainnya adalah seseorang merasa bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala hal tidak akan pernah bertambah baik. Adapun tanda dan gejala lainnya yaitu : a. Tak langsung 



Merokok







Mengebut







Berjudi







Tindakan kriminal







Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi







Penyalahgunaan zat







Perilaku yang menyimpang secara sosial







Perilaku yang menimbulkan stress







Gangguan makan







Ketidakpatuhan pada tindakan medik



b. Langsung 



Keputusasaan







Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga







Alam perasaan depresi







Agitasi dan gelisah







Insomnia yang menetap







Penurunan berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan.



Ciri-ciri psikologis pada bunuh diri adalah :



9



 Jangka pendek : interval waktu timbulnya bunuh diri sangat pendek(beberapa jam atau hari sebelumnya) 



Ambivalensi : adanya dua sisi pikiran yakni ingin hidup dan ingin mati pada saat yang bersamaan, dengan manifestasi sebagai jerit minta tolong atau catatan bunuh diri.







Dyadic event : bunuh diri merupakan kejadian antara dua orang



pihak



terutama



sudah



saling



mengenal



sebelumnya.misalnya:suami istri. E. RENTANG RESPON Rentang respon perilaku bunuh diri : Respon adaptif



Respon Mal-adaptif



Peningkatan



pertumbuhan &



perilaku



pencederaan



bunuh



diri



peningkatan



destruktif



diri



diri



beresiko



diri tak langsung



F. PENATALAKSANAAN Prinsip penatalaksanaan pasien yang hendak bunuh diri atau mencoba bunuh diri adalah : 



Segera meraih sisi ingin hidup dari keadaan ambivalensinya, dan mendorong emosi, pikiran dan interesnya kearah sisi tersebut, dengan cara bersikap sebagai teman dan tunjukkan diri sebagai perawatnya, usahakan jangan berbeda pendapat atau sikap yang menakutkan penderita.peranan partnernya biasa digunakan sebagai pembantu dalam usaha ini.



10







Jika penderita telah terkuasai, secepatnya pertahankan egonya dibangun kembali. Psikoterapi supportif amat diperlukan, demikian pula mencari causanya dan bila perlu obat-obatan diberikan sesuai dengan gejala yang ditunjukkan dari causanya.







Perlu pengamatan yang terus-menerus, pasien denngan letalitas yang tinggi harus diturunkan derajat kemungkinannya untuk bunuh diridengan cara mengurangi teror baik dari luar maupun dari dalam dirinya yang menyebabkan ia akan bunuh diri, dan sedapatnya memberi jalan keluar psikis dan atau jalan keluar sesungguhnya dari masalah yang dihadapinya.



Penatalaksanaan kedaduratan : 1. Atasi akibat dari usaha bunuh diri(mis: luka tembak, takar lajak obat) 2. Cegah mencederai diri lebih lanjut, pasien yang telah melakukan usaha bunuh diri mungkin melakukannya lagi. 3. lakukan intervensi krisis (suatu bentuk psikoterapi singkat) untuk menentukan potensi



bunuh diri : tentukan area depresi dan konflik,



dapatkan dukungan system untuk pasiendan tentukan apakah dibutuhkan perawatan atau rujukan psikiatrik. 4. Atur untuk dapat masuk ke unit perawatan intensif jika kondisi kondisi menuntutnya, atur untuk perawatan lebih lanjut atau bawake unit psikiatrik bergantung pada potensi bunuh diri. Pengobatan : Obat-obatan



yang



digunakan



biasanya



antidepresan



karena



kebanyakan bunuh diri merupakan tindak lanjut dari depresi yang berlebihan: 



Obat antipsikotik Haloperidol (haldol)suatu trankuilizer yang sangat berguna dalam kedaruratan psikiatrik karena ia relatif tidak menyebabkan sedatif, ia tak ada atau sedikit mempunyai efek kardiovaskuler, dan tersedia dalam



11



bentuk parenteral, cairan dan tablet. Dosis biasa haloperidol 5-10 mg I.M setiap 30 menit. 



Obat antiansietas Diazepam (valium) mempunyai efek antiansietas, antikejang serta pelemas otot, yang membuatnya berguna dalam kedaruratan psikiatrik. Ia tersedia dalam bentuk parenteral dan tablet. Dosis biasa 5-10 I.V dalam 2 menit atau 10 mg per oral setiap jam sampai pasien terkontrol.



G. PENCEGAHAN Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan peringatan pada keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis. Sehingga ada kemungkinan untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang lebih baik.pencegahan berskala besarharus diarahkan untuk mengatasi isolasi social, pengurangan konsumsi dan penyalahgunaan alcohol dan obat. Semua dokter harus berhati-hati dan secara bertanggung jawab menghambat kemudahan bagi pasien untuk mendapatkan obat serta menghindari penulisan resep berulang-ulang. Dokter juga harus mendorong masyarakat untuk membersihkan lemari obat secara teratur. Penggunaan gas alam dan membatasi barbiturat merupakan contoh pencegahan lain. Penting diingat bahwa benzodiazepin jarang membahayakan walau kelebihan dosis, tetapi trisiklik berbahaya, baik untuk pasien maupun keluarganya, seperempat anak yang mati keracunan sekarang disebabkan oleh trisiklik.



12



BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian pasien destruktif diri Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri. Prestasi kehidupan yang menghina/menyakitkan. Tindakan persiapan metode yang dibutuhkan, mengatur rencana, membicarakan tentang bunuh diri, memberikan milik berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri. Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan pemahaman letalitas dari metode yang dipilih. Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui : a. Petunjuk gejala 



Keputusasaan







Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga alam perasaan depresi.







Agitasi dan gelisah







Insomnia yang menetap







Penurunan berat badan







Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial



b. Penyakit psikratrik 



Upaya bunuh diri sebelumnya







Kelainan afektif







Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat







Kelainan tindakan dan depresi pada remaja



13







Demensia diri dan status kekacauan mental pada lansia







Kombinasi dari kondisi diatas.



c. Riwayat Psikososial 



Baru berpisah bercerai, atau kehilangan







Hidup sendiri







Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami stress kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin).







Penyakit medik kronik







Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat



d. Faktor-faktor kepribadian 



Impulsif, agresif, rasa bermusuhan







Kekakuan kognitif dan negatif







Keputusasaan







Harga diri rendah







Batasan atau gangguan kepribadian antisocial



e. Riwayat keluarga 



Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri







Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme atau keduanya.



B. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Resiko bunuh diri yang berhubungan dengan putus asa b. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan perubahan peran social C. INTERVENSI a. Resiko bunuh diri yang berhubungan dengan putus asa



14



b. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan perubahan peran social



15



INTERVENSI KEPERAWATAN No Diagnosa keperawatan 1



Resiko bunuh diri yang berhubungan putus asa



Intervensi 



dengan



Manajemen Mood Defenisi



-



Mengidentifikasi dan mengelola keselamatan, stabilisasi, pemulihan, dan perawatan gangguan mood (keadaan emosional yang bersifat sementara). Tindakan Observasi



-



Identifikasi mood (mis, tanda, gejala, riwayat penyakit)



-



Identifikasi risiko keselamatan diri atau orang lain - Monitor fungsi kognitif (mis. konsentrasi, memori, kemampuan membuat keputusan)



-



Monitor aktivitas dan tingkat stimulasi lingkungan Terapeutik



-



Fasilitasi pengisian kuesioner self-report (mis. Beck Depression Inventory, skala status fungsional), jika perlu



-



Berikan kesempatan untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat (mis. sandsack, terapi seni, aktivitas fisik) Edukasi



-



Jelaskan tentang gangguan mood dan penanganannya



-



Anjurkan berperan aktif dalam pengobatan dan rehabilitasi, jika perlu



-



Anjurkan rawat inap sesuai indikasi (mis. risiko keselamatan, defisit perawatan diri, sosial)



-



Ajarkan mengenali pemicu gangguan mood (mis. situasi stres, masalah fisik)



-



Ajarkan memonitor mood secara mandiri (mis. skala tingkat 1-10, membuat jurnal)



-



Ajarkan keterampilan koping dan penyelesaian masalah baru Kolaborasi



-



Kolaborasi pemberian obat, jika perlu



-



Rujuk untuk psikoterapi (mis. perilaku, hubungan interpersonal, keluarga, kelompok), jika perlu







Pencegahan Bunuh Diri Defenisi



-



Mengidentifikasi dan menurunkan risiko merugikan diri sendiri dengan maksud mengakhiri hidup Tindakan Observsi



-



Identifikasi gejala risiko bunuh diri (mis. gangguan mood, halusinasi, delusi, panik, penyalahgunaan zat, kesedihan, gangguan kepribadian)



-



Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri



-



Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin (mis. barang pribadi, pisau cukur, jendela)



-



Monitor adanya perubahan mood atau perilaku Terapeutik



-



Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri



-



Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan



-



Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri



-



Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau (mis. tempat tidur dekat ruang perawat)



-



Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu (mis, rapat staf, pergantian shift)



-



Lakukan intervensi perlindungan (mis. pembatasan pengekangan fisik), jika diperlukan Hindari diskusi berulang 17



tentang bunuh diri sebelumnya, diskusi berorientasi pada masa sekarang dan masa depan -



Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh diri di masa depan (mis. orang yang dihubungi, ke mana mencari bantuan)



-



pastikan obat ditelan Edukasi



-



Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialamu jepada orang lain



-



Anjurkan menggunakan sumber pendukung (mis. layanan spiritual, penyedia layanan)



-



Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada keluarga atau orang terdekat



-



Informasikan sumber daya masyarakat dan program yang tersedia Latih pencegahan risiko bunuh diri (mis. latihan asertif, relaksasi otot progresif) Kolaborasi



2



Harga



diri



situasional berhubungan



rendah



-



Kolaborasi pemberian obat antiansietas, atau antipsikotik, sesuai indikasi



-



Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA Rujuk ke pelayanan kesehatan mental, jika perlu







Manajemen Perilaku



yang dengan



Defenisi -



perubahan peran social



Mengidentifikasi dan mengelola perilaku negatif. Tindakan Observasi



-



Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku Terapeutik



-



Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku -Jadwalkan kegiatan terstruktur



-



Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten setiap dinas -Tingkatkan aktivitas fisik 18



sesuai kemampuan -



Batasi jumlah pengunjung



-



Bicara dengan nada rendah dan tenang



-



Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi



-



Cegah perilaku pasif dan agresif



-



Beri penguatan posis tif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku



-



Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi



-



Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan



-



Hindari sikap mengancam dan berdebat



-



Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah ditetapkan Edukasi



-



Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif







Promosi Harga Diri Defenisi



-



Meningkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Tindakan Observasi



-



Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri.



-



Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri



-



Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan Terapeutik



-



Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri 19



-



Motivasi menerima tantangan atau hal baru Diskusikan pernyataan tentang harga diri



-



Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri



-



Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri Disku kan persepsi negatif diri



-



Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah



-



Disukusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi



-



Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan batasan yang jelas Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan



-



Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri Edukasi



-



Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif diri pasien



-



Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki



-



Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain



-



Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif Anjurkan mengevaluasi perilaku



-



Ajarkan cara mengatasi bullying



-



Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri Latih pernyataan/kemampuan positif diri



-



Latih cara berfikir dan berperilaku positif



-



Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi







Promosi Koping Defenisi



-



Meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada. Tindakan 20



Observasi -



Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan Identifikasi kemampuan yang dimiliki



-



Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan



-



Identifikasi pemahaman proses penyakit



-



Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan Identifikasi metode penyelesaian masalah



-



Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial Terapeutik



-



Diskusikan perubahan peran yang dialami Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan



-



Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri



-



Diskusian untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri



-



Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu



-



Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri



-



Fasilitasi memperoleh informasi yang dibutuhkan



-



Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan



-



Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis



-



Tinjau kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan



-



Hindari mengambil keputusan saat pasien berada di bawah tekanan



-



Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial



-



Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia



-



Dampingi saat berduka (mis. penyakit kronis, kecacatan)



-



Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama



-



Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat 21



-



Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancaman Edukasi



-



Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama



-



Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi



-



Anjurkan keluarga terlibat



-



Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik



-



Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif



-



Latih penggunaan teknik relaksasi



-



Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan



-



Latih mengembangkan penilaian obyektif



22



D. EVALUASI Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan modifikasi perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi rencana sangat membantu pencampurantujuan asuhan keperawatan. Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai klien dapat melindungi diri sendiri. Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan alternatif pemecahan masalah bunuh diri.



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN



Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat, 1993). Adapun tanda dan gejala lainnya yaitu : a. Tak langsung 



Merokok







Berjudi







Tindakan kriminal







Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi







Penyalahgunaan zat



b. Langsung 



Keputusasaan







Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga







Alam perasaan depresi







Agitasi dan gelisah







Insomnia yang menetap



B. SARAN Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat.



Kami



sebagai



penyusun



menyadari



akan



keterbatasan



kemampuan yang menyebabkan kekurang sempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Brunner



&



Suddarth.2002.KEPERAWATAN



MEDIKAL



BEDAH.Edisi



8.Jakarta : EGC 24



Boswick,johnIr.,MD.1997.PERAWATAN GAWAT DARURAT.Jakarta :EGC. Purwadianto,



Agus



dan



Budi



Sampurna.2000.KEDARURATAN



MEDIK.Jakarta : Binarupa aksara. Isaac,



Ann.2005.KEPERAWATAN



KESEHATAN



JIWA



DAN



PSIKIATRIK.Jakarta : EGC. Ingram, I.M , dkk.1995.PSIKISTRI.edisi 6.Jakarta : EGC. Stuart, Wiscarz Gail, dkk.1998. KEPERAWATAN JIWA,edisi 3.Jakarta : EGC Maramis,W.F1998.ILMU KEDOKTERAN JIWA.Surabaya :Airlangga. www.Wikipedia.com



25