Sap Resiko Bunuh Diri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN



RESIKO BUNUH DIRI



Oleh: Kartini Ulfianti



SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) RESIKO BUNUH DIRI Pokok Bahasan



: Resiko bunuh diri



Sasaran



: Siswa Stikes Mataram



Hari/ Tanggal



:Jum’at 11 Desember 2020 : 14.00-14.30 WITA



Waktu



Tempat : Kampus stikes Mataram Struktur Organisasi Penyaji



: Septia Pritayani



Moderator



: Sinta Agustina



Notulen



: Salwa Hidriani Putri



A. ANALISA SITUASI 1. Mahasiswa Mahasiswa STIKES Mataram (Program Studi S.1 Keperawatan) berjumlah 20 orang, sebelumnya mahasiswa telah memperoleh pemahaman tentang mata ajaran : a. Masalah Kesehatan b. Pendidikan Dalam Keperawatan c. Komunikasi Keperawatan d. Kesehatan Lingkungan 2. Pengajar Staf Pengajar Mata Kuliah Keperawatan



3. Lingkungan Lingkungan kelas mendukung untuk dilakukan kegiatan belajar mengajar Ruang belajar cukup luas, penerangan baik, lingkungan yang cukup tenang (tidak bising) dan ber-AC. Tempat duduk kondisi baik, jumlah korsi sesuai jumlah mahasiswa. Waktu belajar siang hari, Tersedia alat bantu pembelajaran : o LCD o White board/spidol o Sound System



B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum Pada akhir penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan diharapkan mampu memahami tentang pengertian tentamine sucide, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan serta pencegahannya. Tujuan Khusus Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian Resiko bunuh diri 2. Menjelaskan penyebab Resiko bunuh diri 3. Menjelaskan gejala klinis Resiko bunuh diri 4. Menjelaskan pencegahan Resiko bunuh diri C. Metode 1. Ceramah 2. Diskusi dan tanya jawab D. Media 1. Laptop 2. LCD 3. Leaflet E. Isi Materi 1. Pengertian Resiko bunuh diri 2. Penyebab Resiko bunuh diri 3. Tanda dan Gejala Resiko bunuh diri 4. Pencegahan tentamine suicide



F. Proses Pelaksanaan Sasaran



No



Waktu



Kegiatan



1.



5 menit



Pembukaan a. Salam pembuka b. Perkenalan c. Menyampaikan tujuan d. Kontrak waktu e. Melakukan apersepsi



2.



15 menit



Kegiatan Inti • Menyampaikan materi a. Penyampaian materi dengan jelas dan tepat sesuai dengan metode • Pengertian Resiko yang dipilih bunuh diri materi • Penyebab Resiko • Menyampaikan tidak berbelit-belit serta bunuh diri efisien sehingga mencegah • Tanda dan Gejala kekurangan waktu Resiko bunuh diri semua • Pencegahan Resiko • Memanfaatkan media yang tersedia untuk bunuh diri menyampaikan materi dengan baik.



Penyajian • Menyampaikan salam pembuka, maksud dan tujuan serta kontrak waktu pelaksanaan kegiatan kepada peserta penyuluhan dengan bahasa yang sopan dan jelas serta penggunaan kata yang efisien. • Menanyakan beberapa pertanyaan seputar opini peserta mengenai topik penyuluhan.



Masyarakat • Menjawab salam • Memperhatikan dan terlihat antusias mengikuti penyuluhan







Menyimak dan memperhatikan penyuluhan dengan baik dan antusias.



3.



10 menit



Penutup a. Sesi tanya jawab b. Melakukan evaluasi c. Menyimpulkan materi yang didiskusikan d. Mengakhiri kegiatan dengan salam



• Melalukan dialog interaktif dengan peserta penyuluhan. • Menanyakan beberapa pertanyaan singkat kepada pasien tentang materi penyuluhan untuk mengetahui feed back. Contoh pertanyaan: a. Apa pengertian Resiko bunuh diri b. Apa penyebab Resiko



• Peserta penyuluhan dengan antusias bertanya dan berdialog tentang materi penyuluhan. • Bersama penyaji menyimpulkan materi. • Mengerti dan mempunyai pengetahuan baru tentang materi penyuluhan ditandai dengan hampir keseluruhan peserta dapat menjawab studi kasus.



bunuh diri c. Apa tanda gejala Resiko bunuh diri d. Apa pencegahan Resiko bunuh diri • Menyampaikan kesimpulan dengan singkat dan jelas. • Menyampaikan salam  Menjawab salam. penutup dan ucapan terimakasih dengan sopan dan jelas.



H. Evaluasi 1.



Evaluasi Struktur o SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan. o Media (Laptop, LCD, Leaflet) dan tempat sudah siap o Moderator dan sekretaris sudah siap. o Peserta siap mengikuti penyuluhan.



2.



Evaluasi Proses o Media (Laptop, LCD, Leaflet) sudah disiapkan sesuai rencana. o Tempat siap dan disusun sesuai dengan setting tempat yang telah direncanakan. o Penyaji,moderator, sekretaris dan peserta siap mengikuti penyuluhan.



3.



Evaluasi Hasil o Penyuluhan berjalan sesuai rencana dan tepat waktu. o Masalah yang muncul saat pelaksanaan penyuluhan dapat diatasi dengan baik. o Tujuan penyuluhan tercapai yaitu peserta penyuluhan dapat memahami tentang isi penyuluhan dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku.



I. Referensi Gail W. Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Isaacs, Ann. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC. Kaplan, Harold I, dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara Willy F. Maramis. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC. Copyright © 2011 Nova Riyanti Yusuf. All Rights Reserved. Web Master: Pry S Pry



LAMPIRAN



A. PENGERTIAN Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja, yang tahu akan akibatnya dapat mengakhiri hidupnya dalam waktu yang singkat (Maramis, 2010). Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapatmengarah pada kematian (Gail w. Stuart, Keperawatan Jiwa,2007). Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (AnnIsaacs, Keperawatan Jiwa & Psikiatri, 2005). Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang seringmenyertai gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (HaroldKaplan, Sinopsis Psikiatri,1997). B. PENYEBAB 1. Factor Pendukung Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaj auntuk membunuh diri sendiri Faktor-faktor yang mendukung resiko bunuh diri : a. Faktor demografi : 1)



Gender (wanita, lebih banyak berusaha; pria tingkat keberhasilannya tinggi)



2)



Usia (kelompok resiko tinggi adalah klien yang berusia kurang dari 19 tahun,



lebih dari 45 tahun dan terutama mereka yang berusia lebih dari 65 tahun) b. Status atau gejala emosi dan medis 1) Depresi hebat 2) Merasa tidak berdaya/putus asa 3) Penyalahgunaan zat atau gangguan mental 4) Berjudi patologis (compulsive gambling) 5) Waham atau halusinasi pendengaran yang memerintahkan untuk mebahayakan diri



6) Penyakit kronis, lemah atau penyakit parah 7) Nyeri hebat 8) Ansietas hebat tak tertahankan 9) Kehilangan harga diri 10) Reaksi berlebihan yang berat terhadap stres 11) Kekurangan kontrol terhadap rangsang atau penilaian yang buruk 12) Merasa marah, permusuhan atau ingin balas dendam 13) Rasa marah yang tertahan 14) Konflik internal yang hebat misalnya rasa bersalah yang berlebih atau ambivalensi c. Stresor 1) Riwayat teraniaya 2) Disfungsi keluarga 3) Kesulitan hubungan 4) Terlibat masalah hukum atau tindakan kriminal 5) Masalah keuangan yang serius 6) Pengalaman kehilangan yang serius atau kehilangan ganda 7) Isolasi soaial yang ekstrim akibat kurangnya sistem pendukung sosial 8) Distres spiritual 9) Merasa tidak ada masa depan 10) Anggota kelompok pemujaan 11) Riwayat bunuh diri dalam keluarga 12) Terlebih dahulu berupaya atau mengancam akan bunuh diri d. Rencana bunuh diri 1) Ide bunuh diri 2) Menyerahkan bisnis pribadi atau menyerahkan barang-barang pribadinya 3) Memiliki rencana bunuh diri yang sangat mematikan (menentukan rencana waktu, tempat, dan cara yang akan membuat sesorang meninggal dengan cepat dengan metode tersebut) 4) Mencari alat yang akan dipakai untuk bunuh diri



2. Factor Pencetus a. Peristiwa kehidupan yang memalukan b. Masalah hubungan interpersonal c. Dipermalukan di depanumum d. Kehilangan pekerjaan e. Ancaman penahanan f. Bisa juga pengaruh media yang mengekspos peristiwa bunuh diri



C. KLASIFIKASI Jenis prilaku bunuh diri antara lain : 1. Ancaman Bunuh Diri Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. 2. Upaya bunuuh diri Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah kematian jika tidak dicegah. 3. Bunuh diri Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. D. TANDA DAN GEJALA Terdapat tanda dan gejala umum yang ditemukan pada orang yang cenderung bunuh diri:



1. Tanda Perilaku Bunuh diri : a. Kehilangan status pekerjaan dan mata pencaharian. b. Kehilangan sumber pendapatan secara mendadak karena migrasi, gagal panen, krisis moneter, kehilangan pekerjaan, bencana alam. c. Kehilangan keyakinan diri dan harga diri. d. Merasa bersalah, malu, tak berharga, tak berdaya, dan putus asa. e. Mendengar suara-suara gaib dari Tuhan untuk bergabung menuju surga. f. Mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu. g. Menunjukkan penurunan minat dalam hobi, seks dan kegiatan lain yang sebelumnya dia senangi. h. Mempunyai riwayat usaha bunuh diri sebelumnya. i. Sering mengeluh adanya rasa bosan, tak bertenaga, lemah, dan tidak tahu harus berbuat apa. j. Mengalami kehilangan anggota keluarga akibat kematian, tindak kekerasan, berpisah, putus hubungan. k. Pengangguran dan tidak mampu mencari pekerjaan khususnya pada orang muda. l. Menjadi korban kekerasan rumah tangga atau bentuk lainnya khususnya pada perempuan. m. Mempunyai konflik yang berkepanjangan dengan diri sendiri, atau anggota keluarga. n. Baru saja keluar dari RS khususnya mereka dengan gangguan jiwa (depresi, skizofrenia) atau penyakit terminal lainnya (seperti kanker, HIV/AIDS, TBC, dan cacat). o. Tinggal sendirian di rumah dan menderita penyakit terminal tanpa adanya dukungan keluarga ataupun dukungan ekonomi. p. Mendapat tekanan dari keluarga untuk mencari nafkah atau mencapai prestasi tinggi di sekolah. q. Mendapat tekanan/bujukan dari organisasi/ kelompoknya. 2. Gejala Perilaku Bunuh Diri : a. Merasa sedih b. Sering menangis



c. Kecemasan dan gelisah d. Perubahan mood (senang berlebihan sampai sedih berlebihan) e. Perokok dan peminum alkohol berat f. Gangguan tidur yang menetap atau berulang g. Mudah tersinggung, bingung h. Menurunnya minat dalam kegiatan sehari-hari i. Sulit mengambil keputusan j. Perilaku menyakiti diri k. Mengalami kesulitan hubungan dengan pasangan hidup atau anggota keluarga lain l. Menjadi ”sangat fanatik terhadap agama” atau jadi ”atheis” m. Membagikan uang atau barangnya dengan cara yang khusus E. PENCEGAHAN Bunuh diri dapat dicegah dan semua anggota masyarakat dapat melakukan tindakan yang akan menyelamatkan kehidupan dan mencegah bunuh diri. Sangat dibutuhkan kerjasama yang erat antara individu, keluarga, masyarakat, profesi dan pemerintah untuk bersama mengatasi masalahnya. 1. Upaya Pencegahan yang Dapat Dilakukan oleh Individu Bila menemukan orang dengan ciri risiko tinggi bunuh diri: a. Coba menjalin kontak dan mengenali pelaku tindakan bunuh diri beserta latar belakangnya. b. Dengarkan dengan penuh perhatian dan biarkan pelaku tindakan bunuh diri berbicara mengenai perasaannya. c. Coba mengenali masalah dan memahami perasaannya. d. Hargai pemikirannya dan jangan menyalahkan keputusan mereka untuk bunuh diri. e. Telusuri situasi yang dialami sekarang dan pengalaman serta keyakinannya pada masa lalu. f. Telusuri pilihan alternatif yang positif yang mungkin dan dapat dilakukan sesuai dengan diri, nilai dan hal yang disenangi oleh orang tersebut. g. Identifikasi cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menolong mereka dalam situasi krisis.



h. Beri mereka harapan dan optimisme. i. Bantu mereka mengurangi beban pikirannya. j. Libatkan mereka dalam kegiatan sosial dan rekreasi seperti bertemu orang, berbicara kepada teman, mendengarkan radio, menonton televisi (bukan yang menayangkan tentang bunuh diri), menghadiri pertemuan sosial dan lain-lain. k. Rujuk mereka kepada konselor atau tenaga kesehatan jiwa (psikiater, psikolog) l. Ikuti saran dari dokter atau konselor, khususnya kepatuhan terhadap terapi. m.Dampingi dan bantu mereka dengan segala cara yang mungkin dilakukan. n. Teruskan berinteraksi, mendengarkan dan menawarkan dukungan. Bila situasi krisis sudah berlalu, penting untuk tetap memberikan dukungan agar mereka mampu mengatasi tantangan hidup dengan cara yang positif. Jika pikiran bunuh diri tetap ada, diperlukan dukungan konselor dan profesional lain, jadi mereka perlu dirujuk ke tenaga yang tepat. Semua anggota masyarakat sebenarnya dapat bertindak sebagai konselor yang terbatas yaitu dengan cara berkomunikasi, berempati, memberi dukungan dan menunjukkan arahan yang positif bagi orang tersebut. 2. Upaya Pencegahan Yang Dapat Dilakukan Oleh Keluarga Keluarga merupakan pusat dari semua kegiatan dalam kehidupan individu. Konflik interpersonal, hubungan yang terganggu dan kehidupan yang tidak harmonis merupakan faktor pencetus yang penting dalam tindakan bunuh diri. Keluarga perlu memberi dukungan dan melakukan upaya untuk mencegah bunuh diri. Anggota keluarga dapat melakukan upaya yang efektif dengan berbagai cara, antara lain: a. Mengidentifikasi tanda-tanda dari stres dan kecenderungan bunuh diri. Karena ekspresinya sangat unik untuk setiap budaya, maka keluarga harus mengenali kecenderungan tersebut. b. Membina hubungan yang erat dengan pelaku, penuh perhatian, mendengarkan, menghargai perasaan serta memahami emosinya. c. Tunjukkan bahwa keluarga ingin menolongnya. d. Lebih baik membangun potensi kekuatan pelaku dari pada terpaku pada kelemahannya. e. Jangan tinggalkan seorang diri anggota keluarga bunuh diri.



yang mempunyai keinginan



f. Menjauhkan pelaku dari benda yang membahayakan dirinya seperti: obat-obatan, racun, benda tajam, tali dan lain-lain. g. Secara bertahap bangkitkan kembali keinginan untuk hidup (untuk beberapa situasi dapat terjadi dengan cepat). h. Ajari dan praktekkan metode penyelesaian masalah dan timbulkan rasa optimis. i. Mencoba untuk meminimalkan konflik di rumah dan mengembangkan latihan pemecahan masalah bersama dengan anggota keluarga yang lain. j. Mendorong anggota keluarga tersebut untuk mencari pertolongan profesional, rumah sakit atau LSM (lihat lampiran) yang tepat. Mereka yang mempunyai masalah kesehatan jiwa tidak mau dilabel dengan ”gangguan jiwa”. Oleh karena itu persuasi merupakan faktor kunci untuk membawanya ke dokter. Konsultasi dengan dokter tidak cukup hanya satu kali. Untuk mendapatkan perubahan yang bermakna diperlukan konsultasi yang teratur dan perlu mengikuti saran yang diberikan oleh dokter. k. Membantu anggota keluarga tersebut untuk mengatasi krisis dengan berbagai cara yang realistik dan cocok dengan yang bersangkutan. l. Tetap mengobservasi dan mewaspadai tindakan, reaksi dan perilakunya. m. Perhatian khusus diberikan pada usia lanjut, penyakit terminal, gangguan jiwa (depresi, alkoholisme, tindak kekerasan dan lain-lain) dan penderita cacat. n. Identifikasi lembaga atau tokoh dalam masyarakat untuk membantu kasus spesifik (misalnya sekolah, lembaga tenaga kerja, lembaga sosial, institusi kesehatan, tokoh agama dan sesepuh atau tokoh masyarakat). o. Dengan memberikan perhatian yang penuh kasih sayang, pengertian dan dukungan (selain dari memberi pengobatan yang diperlukan secara teratur), dapat mencegah terjadinya tindakan bunuh diri. 3. Mewaspadai tempat risiko tinggi Bunuh diri juga sering terjadi di beberapa tempat seperti rumah sakit, panti werda, lembaga pemasyarakatan, penginapan, mal dan lain-lain. Oleh karena itu perlu mengembangkan mekanisme pencegahan tindakan bunuh diri pada tempat-tempat tersebut dengan upaya khusus.



a. Perlu mengidentifikasi individu berisiko tinggi untuk bunuh diri pada tempattempat itu dan mengembangkan program intervensi yang ditujukan pada individu tersebut. b. Staf pada tempat tersebut perlu dilatih untuk mengidentifikasi dan tetap mewaspadai mereka. Perlu dilakukan pelatihan periodik untuk mengatasi masalah dan melakukan metode pencegahan. c. Perlu meningkatkan kepekaan petugas penerima tamu dan petugas lainnya untuk dapat mendeteksi adanya kemungkinan risiko tinggi bunuh diri pada calon dan penghuninya. d. Dalam memberikan pertolongan perlu melibatkan tenaga kesehatan, psikolog, pengacara, polisi, pekerja sosial dan konselor. e. Perlu kerjasama antara keluarga, sahabat, pemuka agama, staf rehabilitasi dan konselor profesional dalam memberikan intervensi. f. Perlu menyediakan alat/materi untuk pertolongan pertama bila tiba-tiba terjadi usaha bunuh diri yang tak diduga sebelumnya. g. Orang dengan risiko tinggi ditempatkan bersama dengan orang lain, bila tidak merupakan ancaman terhadap orang lain. h. Tempatkan pada tempat yang aman dan singkirkan benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri. i. Tingkatkan pemeriksaan keamanan lingkungan khususnya pada penginapan dan hotel. j. Perlu meningkatkan interaksi sosial yang sehat dan melibatkan mereka dalam kegiatan rekreasi (seperti menyanyi, olah raga, mendengar radio, menonton televisi, membaca), berdoa, meditasi.