Resiko Bunuh Diri - Kelompok 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI



Disusun Oleh : Kelompok 1 : 1. Akhmad Purwanto, S.Kep 2. Nur Chasan Efendi, S.Kep 3. Anis Fiyatul Nur Azizah, S.Kep 4. Argatama Angening Dwy P, S.Kep 5. Nila Meisarah Fatmasari, S.Kep 6. Ninda Ainin Istiqomah, S.Kep 7. Noor Andella, S.Kep 8. Tri Ismi Nurul A, S.Kep 9. Tri Utami, S.Kep 10. Willi Ade L, S.Kep



PROGRAM STUDI POFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2021



LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI TINJAUAN TEORI A. Definisi Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,2008). Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif. Adaptif



Peningkatan bunuh diri



Maladaptif



Pengambilan resiko Perilaku deduktrif yang meningkatkan diri sendiri



Pencederaan diri



pertumbuhan



Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain : 1. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.



Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu. 2. Kehilangan, ragu-ragu Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir dengan bunuh diri. a. Depresi Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri.Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat. b. Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengkahiri kehidupan.Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Laraia, 2005). B. Etiologi Menurut Dalami (2009:101-102), etiologi bunuh diri yang digolongkan atas berbagai unsur antara lain: 1. Penyebab bunuh diri pada anak Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang, selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina di sekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain. 2. Penyebab bunuh diri pada remaja Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak mengerti orang lain, kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang tua, masalah seksual, depresi. 3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa Self ideal yang terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik yang banyak, kegagalan akademi berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi untuk sukses.



4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut Perubahan status dari mandiri ketergantungan penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi, perasaan tidak berarti di masyarakat, kesepian dan isolasi social, kehilangan ganda (seperti pekerjaan kesehatan pasangan, sumber hidup berkurang. a. Beberapa factor determinan pada perilaku bunuh diri: kebudayaan, jenis kelamin, umur, status social, status perkawinan, gangguan jiwa (Dalami, 2009:102-103). Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh diri berada di otak, akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-sinapsis, dan pertanda biologis lainnya Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya b. Major-depressive illness, affective disorder c. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh memiliki level alkohol dalam darah yang positif) d. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri 5. Sejarah percobaan bunuh diri 6. Sejarah bunuh diri dalam keluarga 7. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan 8. Hopelessness dan cognitive rigidity 9. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan, seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan dengan kelompok teman yang suicidal)  10. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas 11. Rendahnya tingkat 5-HIAA 12. 11 Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia global, halusinasi perintah) 13. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan bunuh diri) 14. Akses pada media untuk melukai diri sendiri 15. Penyakit fisik dan komplikasinya 16. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas. C. Faktor Predisposisi



Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara lain : 1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. a. Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi. b. Lingkungan psikososial Seseorang



yang



baru



mengalami



kehilangan,



perpisahan/perceraian,



kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri. c.



Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.



d. Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri. D. Faktor Presipitasi Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah: 1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti. 2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres. 3.



Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.



4. Cara untuk mengakhiri keputusan. E. Patopsikologi Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya.Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori: 1. Ancaman bunuh diri



Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. 2. Upaya bunuh diri Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. 3. Bunuh diri Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan.Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart& Sundeen, 2006). POHON MASALAH Proses perilaku bunuh diri Peningkatan verbal / non verbal Pertimbangan untuk melakuan bunuh diri



Ambivelensi tentang kematian



kurangnya respon positif Upaya bunuh diri



Bunuh diri F. Manifestsi Klinis a. Mempunyai ide untuk bunuh diri. b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.



c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan. d. Impulsif. e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh). f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri. g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan). h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri). i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol). j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal). k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier). l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun. m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan). n. Pekerjaan. o. Konflik interpersonal. p. Latar belakang keluarga. q. Orientasi seksual. r. Sumber-sumber personal. s. Sumber-sumber social. t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.



G. Jenis Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006): 1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal. 2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.



3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya. Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi: 1. Bunuh diri anomik Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri. 2. Bunuh diri altruistik Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya. 3. Bunuh diri egoistik Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan. Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :  1. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati  2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri, 3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .  4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering



di namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan. 5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan .walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya. 6. Suicide, Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri .hal ini telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam. H. Akibat Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut : 1. Keputusasaan 2. Menyalahkan diri sendiri 3. Perasaan gagal dan tidak berharga 4. Perasaan tertekan 5. Insomnia yang menetap 6. Penurunan berat badan 7. Berbicara lamban, keletihan 8. Menarik diri dari lingkungan social 9. Pikiran dan rencana bunuh diri 10. Percobaan atau ancaman verbal I. Diagnosa keperawatan utama Resiko Perilaku bunuh diri J. Fokus intervensi keperawatan 1. Mandiri a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara: 1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya. 2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan  yang positif. 



3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting 4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien   5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan b. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara: 1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya 2) Mendiskusikan



dengan



pasien



efektifitas



masing-masing



cara



penyelesaian masalah 3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik. 2. Kolaboratif a. Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian sungguhsungguh. Pertolongan pertama bisanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di rumah sakit, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak bergantung pada factor social, tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri.Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak ada hubungan beratnya gangguan badanlah dengan gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektrokonvulsi, obat-obat terutama berupa anti depresan dan psikoterapi (Dalami, 2009:105) b. Dengan pemberian obat anti depresan c. Benzodiazepin dapat digunakan apabila klien mengalami cemas atau tertekan.



STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI Masalah utama



: Resiko bunuh diri



A. Kondisi Klien Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun non verbal B. Diagnosa Keperawatan Resiko Bunuh Diri C. Tujuan 1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya 2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya 3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya 4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik D. Tindakan Keperawatan 1)



Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.



2)



Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara: a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya. b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif. c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan



3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara: a)



Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan



masalahnya b)



Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-



masing cara penyelesaian masalah c)



Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan



masalah yang lebih baik. SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.







Orientasi: ”Selamat pagi Pak, kenalkan saya Tri Utami, biasa di pangil Tami, saya mahasiswa Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi – 2 siang .” ”Bagaimana perasaan A hari ini? ” ” Bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?”







Kerja ”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?” ”Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan A)” ”Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri” ”Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?” ”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.” ”Saya percaya A dapat mengatasi masalah.”







Terminasi : ”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?”



” Coba A sebutkan lagi cara tersebut!” ”Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang.” (jangan meninggalkan pasien)



DAFTAR PUSTAKA Captain, C.(2008).Assesing Suicide Risk, Nursing Made Incredibly Easy.Volume 6. Alih Bahasa Budi Santosa. Philadelphia.Dalami, E. 2009. AsuhanKeperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: TIM Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Stuart, GW And Laraia. (2006). Principles And Practice Of Psychiatric Nursing, 8ed. Elsevier Mosby : Philadelphia. Yosep Iyous. (2009). Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama