Askep Resiko Bunuh Diri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009. Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari resiko bunuh diri? 2. Apa etiologi dari resiko bunuh diri? 3. Apa tanda dan gejala dari resiko bunuh diri? 4. Apa jenis – jenis dari bunuh diri? C. Tujuan Penulisan 1. Tujan Umum o Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep atau teoritis dari resiko bunuh diri 2. Tujuan Khusus o Mahasiswa



mampu



menjelaskan



tentang



konsep



dasar



resiko



bunuh



diriMenjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh diri



i



o BAB II o PEMBAHASAN o A. Pengertian o Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009). o Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri. (Clinton, 1995, hal. 262). o Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan sengaja (DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar dalam psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak. o Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang kelas sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri cenderung dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan depresi besar dan bersifat impulsif. o B. Etiologi 1. Faktor Predisposisi o



Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku



destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :



2



o o Diagnosis Psikiatrik o Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. o Sifat Kepribadian o Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi. o Lingkungan Psikososial o Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain. o Riwayat Keluarga o Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. o Faktor Biokimia o Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG). o 2. Faktor Presipitasi oPerilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun



3



percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan. 3. Perilaku Koping oKlien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri. o 4. Mekanisme Koping oSeseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang



berhubungan



dengan



perilaku



bunuh



diri,



termasuk denial,



rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif. o o



Respon adaptif Peningk o Ber atan diri



o o



Destrukti



o o



Respon maladaptif Penced o Bu



o o



esik



f diri



eraan



nu



o



o



tidak



diri



h



o



dest



langsung



rukt if



diri



o o o



o Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar



4



dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang. o C. Rentang Respons 1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya. 2. Beresiko



destruktif.



Seseorang



memiliki kecenderungan atau beresiko



mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal. 3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal. 4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada. 5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang. o Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut. 1. Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.



5



2. Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain. 3. Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. D. Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri o Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung atau tidak langsung. Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku berjangka pendek, (Stuart,2006, hal 226). o Perilaku destruktif-diri tak langsung meliputi perilaku berikut : 1. Merokok 2. Mengebut 3. Berjudi 4. Tindakan kriminal 5. Penyalahgunaan zat 6. Perilaku yang menyimpang secara sosial 7. Prilaku yang menimbulkan stress. 8. Ketidakpatuhan pada tindakan medis o Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif-diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon maladaptif. o o o o o



Respon Adaptif



RENTANG RESPON PROTEKTIF-DIRI Respon Maladapatif 6



o o o Peningkat o an Diri o



Perilaku Pencedera Pertumbuh Destruktifan Diri an tak Respon Protektif-diri Peningkata o Gambar . 1 diri Rentang langsung n Berisiko o



Bunuh Diri



o E. Tanda dan Gejala 1. Mempunyai ide untuk bunuh diri. 2. Mengungkapkan keinginan untuk mati. 3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan. 4. Impulsif. 5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh). 6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri. 7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan). 8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri). 9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol). 10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal). 11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier). 12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun. 13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan). 14. Pekerjaan. 15. Konflik interpersonal. 16. Latar belakang keluarga. 17. Orientasi seksual. 18. Sumber-sumber personal. 19. Sumber-sumber social.



7



20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil. F. Jenis – jenis Bunuh Diri o Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang) 2. Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah. 3. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang) o



Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk



bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya. 4. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan) o



Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara



individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan normanorma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya. o



Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien



untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Isyarat bunuh diri oIsyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” oPada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. 8



Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah. 2. Ancaman bunuh diri. o



Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi



keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. o



Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh



diri, pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya. 3. Percobaan bunuh diri. o



Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau



melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi. o o o



9



o BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN o RESIKO BUNUH DIRI o A. Pengkajian 1. Identitas klien o Nama



o



o Ny A



: o



o Abuki



lahir o Umur



: o



o 28 thn



o Alamat



: o



o Kel. Abuki kec. Abuki



o Status



: o



o Belum kawin



perkawinan o Agama



: o



o Islam



o Suku



: o



o Tolaki



o Pendidikan



: o



o SD



o Pekerjaan



: o



o -



o Sumber



: o



o Klien, status klien, dan perawat ruangan,



informasi o Tgl masuk RS



: o



keluarga o 10 Juli 2007



o Tgl pengkajian



: o



o 18 Juli 2007



o No regsiter



: o



o 02.08.140



o Tempat/



tgl



: o 2. Alasan Masuk Rumah Sakit



10



-



Klien masuk dengan keluhan kehilangan nafsu makan, gelisah dan susah tidur



-



Keluhan saat mengkaji klien lebih banyak berdiam diri, didalam ruangan selalu menyendiri, malas bergaul dengan teman-temannya yang lain, dan klie malas bercakap-cakap dengan orang lain o



3. Faktor Predisposisi a. Klien belum pernah mengalami gangguan jiwa b. Klien belum pernah mengalami pengobatan sebelumnya c. klien pernah ditolak atau diputuskan oleh teman dekatnya -



Klien pernah ditolak oleh keluarganya karena dianggap aib -



Respon pasca trauma Menarik diri: resiko bunuh diri



o



d. Didalam anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa Masalah keperawatan: tidak ada



o



e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: -



Pernah dijelek-jelekkan oleh orang lain disekitar rumanya



-



Karena keadaan fisiknya



-



Klien ditolak ortu karena dianggap aib



o



Masalah keperawatan: resiko bunuh diri



o 4. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda vital o TD : 110/80 mmHg o N: 88 x/m o P: 20 x/m o S: 37 C b. ukur o TB: 150 o BB: 45 kg c. keluhan fisik



11



o klien mengatakan ada keluhan fisik seperti luka dan gatal-gatal pada kepala dan telinga. o Masalah keperawatan: nyeri, defisit perawatan diri: kebersihan diri o 5. Psikososial 1. Konsep diri a. Gambaran diri: klien mengatakan mensyukuri yang ada pada dirinya, karena semua itu adalah karunia dari allah swt b. Identitas: klien mengatakan bahwa dirinya seorang wanita yang belum menikah, anak ke-4 dari 6 bersaudara c. Perasaan: klien mengatakan tidak pernah merasa senang dan bahagia karena keluarganya selalu mengucilkannya dan tidak pernah dibantu jika mengalami kesusahan d. Ideal diri: klien mengatakan tidak mau pulang ke rumah karena merasa tidak diterima dikeluarganya lagi e. Harga diri: klien mengatakan tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena selalu dihina dan merasa malu o



Masalah keperawatan: harga diri rendah



2. Hubungan sosial a. Orang berarti: kedua orang tuanya, tetapi sejak mengalami trauma akibat kejadian yang menimpa dirinya, klien merasa orang tuanya menjauh dan tidak mempedulikan keadaanya. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat karena malas bergaul dengan orang banyak c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena orang lain sering menjelekjelekkan. o



Masalah keperawatan: isolasi sosial



3. Spiritual a. Nilai dan keyakinan: klien mengatakan percaya adanya tuhan.



12



b. Kegiatan ibadah: klien tidak pernah melaksanakan shalat 5 waktu dan jarang berdoa tetapi klien mejalankan ibadah puasa. o



Masalah keperawatan: tidak ada



o 6. Status Mental a. Penampilan: penampilan klien tidak rapi, pakaian klien nampak kotor, kusam dan berbau, klien jarang mengganti pakaian. o Masalah keperawatan: defisit perawatan diri: berpakaian/ berhias b. Pembicaraan: dalam pembicaraan klien berbicara lambat, kadang-kadang berhenti sejenak kemudian melanjutkan pembicaraan, klien tidak mampu memulai pembicaran. o Masalah keperawatan: isolasi sosial o Aktivitas motorik: klien nampak tegang, gelisah, malas beraktivitas dan lebih banyak berdiam diri dalam ruangan o Masalah keperawatan: intoleransi aktivitas, kurang motivasi/ minat. c. Alam perasaan: klien terlihat sedik karena keluarganya sudah lama tidak menjenguknya o Masalah keperawatan: tidak ada d. Efek: tumpul, dimana klien hanya berespon jika ada stimulus yang kuat o Masalah keperawatan: koping individu tidak efektif e. Interaksi saat wawancara: saat berkomunikasi/ wawancara dengan perawat klien lebih banyak menunduk dan kontak mata kurang o Masalah keperawatan: isolasi sosial f. Perspesi: klien mengatakan tidak ada masalah dengan pendengaran, pengecapan, penglihatan, penciuman, maupun perabaan o Masalah keperawatan: tidak ada g. Proses pikir: proses pikir abnormal; sirkuntasial à dimana pembicaraan klien yang berbelit-belit sampai pada tujuan pembicaraan o Masalah keperawatan: gangguan proses pikir h. Isi pikir: klien dapat mengeluarkan segala sesuatu yang ada dalam pikirannya dan dapat mengungkapkan masalahnya yang akan dia keluarkan o Masalah keperawatan: tidak ada i. Tingkat kesadaran: klien tampak bingung saat dikaji, tampak menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain j. Memori: klien mengatakan masih ingat dengan kejadian yang dialaminya sebelum masuk di RSJ dan masih ingat dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama di RSJ 13



o Masalah keperawatan: tidak ada k. Tingkat konsetrasi dan berhitung: klien mampu berkonsentrasi di saat wawancara dengan perawat dan tidak mudah beralih pada objek lain dan ketika ditanya oleh perawat 2+8 klien menjawab 10, jadi klien mampu berhitung o Masalah keperawatan: tidak ada l. Kemampuan penilaian: klien mampu menentukan pilihan antara makan siang atau mandi dulu, klien menjawab madi dulu sebelum makan o Masalah keperawatan: tidak ada m. Daya tilik diri: klien merasa dirinya mengalami gangguan jiwa dan dia mengatakan kalau ia di bawa di RSJ karena ia akan mendapat pengobatan untuk penyakitnya. o Masalah keperawatan: tidak ada o 7. Kebutuhan Persiapan Pulang a. Makan -



Frekuensi makan: 2 kali sehari



-



Jenis makanan: nasi, lauk pauk, sayur sesuai menu rs



-



Nafsu makan: klien mengatakan menghabiskan porsi makan yang diberikan



-



Klien dapat makan sendiri



-



Klien makan menggunakan sendok



-



Klien mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan



-



Klien menyendiri saat makan



b. BAK/BAB -



Klien mangatakan jika BAB/BAK di WC



-



Klien mengatakan tidak membutuhkan bantuan



c. Mandi -



Klien mengatakan jarang mandi sore



-



Klien mengatakan jarang menggosok gigi



-



Klien mengatakan bila mencuci rambut tidak menggunakan shampo



d. Berpakaian -



Klien mengatakan tidak memerlukan bantuan karena klien dapat menggunakan pakaian sendiri tanpa bantuan perawat/ petugas



e. Istirahat dan tidur



14



-



Tidur siang: klien mengatakan tidur siang tidak menentu, kadang-kadang jam 12.00 atau 14.00 siang



-



Tidur malam: klien mengatakan tidur malamnya tidak menentu kadangkadang jam 22.00 atau jam 24.00 malam



-



Kegiatan sebelum dan sesudah tidur: klien mengatakan tidak ada kegiatan sebelum dan sesudah tidur



f. Penggunaan obat: klien minum obat dengan pengawasan petugas dengan frekuensi 3 x 1 g. Pemeliharaan kesehatan: klien mengatakan bahwa ia percaya kepada perawat untuk menolongnya dan bila sembuh ia akan tetap melanjutkan pengobatannya di RSJ h. Kegiatan dalam rumah -



Klien dapat menyiapkan makanan sendiri



-



Klien dapat membersihkan rumah sendiri: menyapu dan mengepel



-



Klien dapat mencuci pakaian sendiri



i. Kegiatan di luar rumah -



Klien belum dapat melakukan kegiatan diluar rumah o



Masalah keperawatan: isolasi sosial



o 8. Mekanisme Koping a. Adaftif: klien mau berbicara dengan orang lain jika ada stimulus atau rangsangan b. Mal adaftif: dirumah klien mengatakan bila punya masalah klien tidak menceritakan masalah yang dialaminya karena keluarganya tidak pernah menghiraukan dia. Klien banyak menyendiri, lebih banyak duduk, dan diam diatas tempat tidur, klien merasa tidak ada harapan hidup o Masalah keperawatan: resiko bunuh diri o 9. Masalah Psikososial Dan Lingkungan



15



a. Masalah dengan dukungan kelompok spesifik: klien mengatakan bahwa ia dijauhi oleh teman-temannya serta malas bergaul karena malu dengan penyakitnya, karena ia dianggap gangguan jiwa b. Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifik: klien mengatakan malas berinteraksi dan bergaul dengan orang lain, dan klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat c. Masalah dengan pendidikan: klien mengatakan ia hanya tamatan sd dan tidak mampu melanjutkan pendidikannya karena masalah ekonomi yang tidak mencukupi d. Masalah dengan perumahan spesifik: klien mengatakan tinggal serumah dengan orang tuanya dan anggota keluarganya yang lain, tetapi tidak pernah merasakan rasa kasih sayang dari kedua orang tuanya dan anggota keluarga yang lain. e. Masalah ekonomi: klien mengatakan bahwa kebutuhan ekonominya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan biaya perawatannya ditanggung oleh pemerintah (gakin) f. Masalah dengan dengan pelayanan kesehatan spesifik: tidaka ada B. Analisa Data o



o Data



o Masalah



o D -



o Resiko



N o 1



-



o



o D o -



2



D



o



Klienmengatakan tidak ada harapan hidup lagi Klienmerasa tidak berguna lagi Klienselalu mengatakan tentang kematian dirinya Klienkadang menunjukkan secara verbal tentang rencana bunuh diri klien tampak gelisah klien tampak sedih kontak mata kurang klien nampak putus asa klien mengatakan pernah ditolak oleh temantemannya



bunuh diri



o



o Harga



diri



rendah



16



o



o D o -



klien mengatakan pernah ditolak oleh keluarganya karena dianggap tidak berguna/ aib klien mengatakan pernah dihina oleh orang lain disekitar rumahnya klien menunduk saat berinteraksi klien lebih banyak berdiam diri selalu menyendiri klien hanya berbicara jika ditanya



o



o o Pohon masalah o



Resiko bunuh diri



o o



Gangguan konsep diri : hdr



o C. Diagnosa Keperawatan a. Resiko bunuh diri. b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah. c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. D. Intervensi o Diagnosa 1 :Resiko bunuh diri o Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri o Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya o Tindakan: a. Perkenalkan diri dengan klien b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal. c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur. d. Bersifat hangat dan bersahabat. e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.



17



2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri o Tindakan : a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain). b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat. c. Awasi klien secara ketat setiap saat. 3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya o Tindakan: a. Dengarkan keluhan yang dirasakan. b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan. c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya. d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain-lain. e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup. 4. Klien dapat meningkatkan harga diri o Tindakan: a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya. b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu. c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,



keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).



5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif o Tindakan: a. Ajarkan



untuk



mengidentifikasi



pengalaman



pengalaman



yang



mvenyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.) b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.



18



c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif o Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah o Tujuan umum



: Klien tidak melakukan kekerasan



o Tujuan khusus



:



1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. o Tindakan: a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. o Tindakan: a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki b. Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien c. Utamakan pemberian pujian yang realitas 3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga. o Tindakan: a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki o Tindakan : a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan. c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan



19



o Tindakan : a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan b. Beri pujian atas keberhasilan klien c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada o Tindakan : a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga o BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan o



Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan



dapat mengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan berkembang dalam beberapa rentang. o



Banyak



penyebab/alasan



seseorang



melakukan



bunuh



diri



diantaranyakegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya. Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan bunuh diri. Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut. B. Saran o



Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri



pasien yang ingin mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri pasien. Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa. o DAFTAR PUSTAKA



20



o o



CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6(3), May/June 2008, p 46–53



o o



Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company, Philadelphia.



o o



Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed. Elsevier Mosby, Philadelphia



o o



Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing, Mosby, St Louis.



o o



Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St Louis.



o o



Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : Aplication to clinical practice, Mosby St Louis. o



21



o KATA PENGANTAR o o



Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis



ucakan kepada Allah STW, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis berjudul "Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Resiko Bunuh Diri" o



Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu



tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi



berbagai



tantangan



dalam



penyusunan



makalah



ini.



Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. o Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua. o o o Sigli, April 2016



o



o o



Penulis



o DAFTAR ISI o o KATA PENGANTAR...........................................................................................i o DAFTAR ISI........................................................................................................ii o BAB I.PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................ 1 C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 1



o BAB II.PEMBAHASAN.....................................................................................2



22



A. Pengertian....................................................................................... 2 B. Etiologi........................................................................................... 2 C. Rentang Respons.............................................................................. 4 D. Respon Protektif-diri dan Perilaku Bunuh Diri......................................6 E. Tanda dan Gejala.............................................................................. 7 F. Jenis – jenis Bunuh Diri....................................................................7



o BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANRESIKO BUNUH DIRI.....................................................................................................10 o



A. Pengkajian....................................................................................... 10



o



B. Analisa Data.................................................................................... 16



o



C. Diagnosa Keperawatan.......................................................................17



o



D. Intervensi......................................................................................... 17



o BAB IV. PENUTUP...........................................................................................20 o



A. Kesimpulan...................................................................................... 20



o



B. Saran............................................................................................... 20



o DAFTAR PUSTAKA



23



o



i