Askep Gangguan Menelan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN MENELAN PADA STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG DAHLIA RSUD MAJENANG



Disusun Oleh: REHANA PALUPI NIM: A32020198



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS B STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG TAHUN AKADEMIK 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN MENELAN PADA STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG DAHLIA RSUD MAJENANG



Disusun Oleh: REHANA PALUPI NIM: A32020198



Mengetahui, Pembimbing Akademik



Pembimbing Lapangan



Dadi Santoso, M.Kep



Khotijah, S.Kep.,Ns NIP. 196502151984092001



i



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii BAB I......................................................................................................................................1 LAPORAN PENDAHULUAN...............................................................................................1 A. Definisi.........................................................................................................................1 B. Etiologi.........................................................................................................................1 C. Batasan karakteristik....................................................................................................2 D. Fokus Pengkajian.........................................................................................................3 E. Patofisiologi.................................................................................................................4 G. Masalah Keperawatan..................................................................................................6 H. Intervensi Keperawatan................................................................................................7 BAB II...................................................................................................................................11 TINJAUAN KASUS.............................................................................................................11 A. PENGKAJIAN...........................................................................................................11 B. ANALISA DATA......................................................................................................19 C. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................20 D. INTERVENSI KEPERAWATAN.............................................................................21 E. IMPLEMENTASI......................................................................................................26 F.



EVALUASI................................................................................................................33



BAB III.................................................................................................................................39 PEMBAHASAN...................................................................................................................39 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................41



ii



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP TEORI GANGGUAN MENELAN



A. Definisi Gangguan menelan merupakan abnormal fungsi mekanisme menelan yang dikaitkan dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus (Nurarif&Kusuma, 2015). Gangguan fungsi menelan abnormal akibat defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Menurut Smeltser dan Barre (2005) dalam Imansyah (2008) Gangguan menelan adalah suatu gejala yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain stroke, trauma lokal, kerusakan jaringan, dan obstruktif saluran makanan dan cairan.



B. Etiologi Adapun Faktor-Faktor yang berhubungan atau penyebab dari gangguan menelan menurut Tim SDKI DPP PPNI (2017) antara lain : 1. Gangguan Serebrovaskular 2. Gangguan syaraf kranialis 3. Paralisis serebral 4. Akalasia 5. Abnormalitas laring 6. Abnormalitas orofaring 7. Anomali jalan napas atas 8. Defek anatomik kongenital 9. Defek laring 10. Defek nasal 11. Defek rongga nasofaring 12. Defek trakea 13. Refluk Gastroesofagus 14. Obstruksi mekanis 15. Prematuritas



1



C. Batasan karakteristik Menurut Pandaleke, Sengkey, dan Angliadi (2012) menyatakan tanda dan gejala pada gangguan menelan antara lain : 1. Air liur yang mengalir berlebihan 2. Batuk atau tersedak saat makan 3. Terkumpulnya makanan pada pipi, dibawah lidah, atau pada palatum durum 4. Suara serak 5. Suara cegukan setelah makan dan minum 6. Sulit mengontrol gerakan lidah 7. Kelemahan otot wajah 8. Waktu mengunyah lebih lama Menurut Tim SDKI DPP PPNI (2017) tanda dan gejala dari gangguan menelan antara lain:  Gejala dan tanda mayor : - Batuk sebelum menelan - Batuk setelah makan atau minum - Tersedak - Makanan tertinggal di rongga mulut  Gejala dan tanda minor Didasarkan pada lokasi gangguannya,antara lain: Oral : - Bolus masuk terlalu cepat - Refluk nasal - Tidak mampu membersihkan rongga mulut - Makanan jatuh dari mulut - Makanan terdorong keluar dari mulut - Sulit mengunyah - Muntah sebelum menelan - Waktu makan lama - Porsi makanan tidak habis - Mengiler Faring : - Pasien menolak makan - Muntah - Posisi kepala kurang elevasi



2



- Menelan berulang- ulang Esofagus : - Mengeluh bangun di malam hari - Nyeri epigastrik - Hematemesis - Gelisah - Regurgitasi - Odinofagia - Bruksisme.



D. Fokus Pengkajian Fokus pengkajian pada kasus Gangguan menelan antara lain : 1. Identitas 2. Riwayat penyakit sekarang 3. Riwayat penyakit dahulu 4. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara persistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan – keluhan dari klien (Muttaqin, 2008)  B1 (Breathing)  B2 (Blood)  B3 (brain) Pada pasien dengan stroke dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu : 1). Pengkajian tingkat kesadaran (GCS) 2). Pengkajian saraf kranial a). Saraf V Stroke menyebabkan paralisis saraf trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, dan kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus. b). Saraf VII Wajah asimetris, otot wajah tertarik ke sisi yang sehat. c). Saraf IX dan X Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut d). Saraf XII Lidah asimetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan normal.



3



3). Pengkajian sistem motorik 4). Pengkajian reflek 5). Pengkajian sisem sensorik  B4 (Blader)  B5 (Bowel)



E. Patofisiologi Stroke mengakibatkan sel neuron mengalami nekrosis atau kematian jaringan, sehingga mengalami gangguan fungsi. Gangguan fungsi yang terjadi tergantung pada besarnya lesi dan lokasi lesi, pada stroke akut pasien dapat mengalami gangguan menelan yang diakibatkan oleh edema otak, gangguan tingkat kesadaran atau diaschisis dan biasanya bersifat reversible. Apabila lesi terjadi di daerah batang otak, kemungkinan pasien akan mengalami disfagia permanen. (Ismansyah, 2008).



.



4



F. Pathway TROMBUS, EMBOLI SEREBRAL SUMBATAN ALIRAN DARAH& O2 SEREBRAL INFARK JARINGAN SEREBRAL



DISFAGIA



BATANG OTAK



HEMISFER KANAN



HEMISFER KIRI



AFASIA



GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL



KELAINAN VISUAL KANAN



HEMIPLEGIA KANAN



GANGGUAN MOBILITAS FISIK



HEMIPLEGIA KIRI



NERVUS 1



NERVUS 2



PENCIUM AN MENURUN



GANGGUAN MENELAN



PENURUN AN DAYA PENGLIHAT AN



RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS KULIT/JARINGAN 5 RESIKO DEFISIT NUTRISI



NERVUS 3,4,5



NERVUS 7



REFLEK CAHAYA MENURUN



MENUTUP MATA &PENURUN AN 2/3PENGEC AP LIDAH



GANGGUAN PERSEPSSI SENSORI



NERVUS 8



PENDENGARA N&KESEIMBA NGAN TUBUH



NERVUS 9,10,11



NERVUS 5



NERVUS 12



GANGGUAN MENELAN REFLEK MENGUNYAH MENURUN



TERSEDAK



RESIKO ASPIRASI



G. Masalah Keperawatan Menurut SDKI,(2017) ada beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Stroke Non Hemoragik, salah satunya adalah Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranial dibuktikan dengan Batuk sebelum menelan, tersedak pada saat makan, menolak untuk makan, makanan jatuh dari mulut, dan muntah.



6



7



H. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan dan kriteria hasil dari Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranial dibuktikan dengan batuk sebelum menelan, teredak pada saat makan,menolak untuk makan, makanan jatuh dari mulut dan muntah, menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018) adalah sebagai berikut : NO 1.



DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI Gangguan menelan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...X 24 jam Dukungan perawatan diri: Makan dengan gangguan saraf kranial diharapkan gangguan menelan teratasi, dengan kriteria dan minum (I.11351) dibuktikan dengan batuk sebelum hasil : menelan,



teredak



makan,menolak



pada



untuk



Observasi



saat Status Menelan (L.06052)



-



makan, Ekspektasi : Membaik



makanan jatuh dari mulut dan



kriteria



Menurun



muntah,



Identifikasi



diet



yang



dianjurkan Cukup



sedang



Cukup



Meningkat



menurun



meningka 5 5 5



Mempertahankan



1



2



3



t 4



makanan di mulut Reflek menelan Kemampuan



1 1



2 2



3 3



4 4



-



Monitor



kemampuan



menelan -



Terapeutik -



mengosongkan



Monitor status hidrasi Ciptakan lingkungan yang



mulut Kemampuan



1



2



3



4



5



menyenangkan



mengunyah Usaha menelan



1



2



3



4



5



makan -



selama



Atur posisi yang nyaman untuk makan dan minum



Kriteria



Meningkat



Cukup



7



sedang



Cukup



Menurun



Lakukan



oral



sebelum makan



hygine



Frekuensi



1



meningkat 2



3



menurun 4



5



tersedak Batuk Muntah Refluk lambung Gelisah Regurgitasi



1 1 1 1 1



2 2 2 2 2



3 3 3 3 3



4 4 4 4 4



5 5 5 5 5



-



Letakan makanan pada sisi yang sehat



-



Siapkan suhu



makanan



yang



dengan



meningkatkan



nafsu makan kriteria



Memburuk



Cukup



sedang



Cukup



membaik



Produksi saliva Penerimaan



1 1



memburuk 2 2



3 3



membaik 4 4



5 5



makanan Kualitas suara



1



2



3



4



5



Edukasi -



Jelaskan



posisi



makanan



pada pasien yang mengalami gangguan



penglihatan



dengan menggunakan arah jarum jam Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian obat mis: analgetik, anti emetik



Pencegahan aspirasi (I.01018) Observasi -



Monitor tingkat kesadaran



-



Monitor status pernafasan



-



Monitor terutama



8



bunyi



napas, setelah



makan/minum -



Periksa



residu



gaster



sebelum memberikan asupan oral -



Periksa



kepatenan



nasogastrik



selang seblum



memberikan asupan oral Terapeutik -



Posisikan semifowler(30-400)



-



Pertahankan



posisi



semifowler pada pasien tidak sadar -



Jika residu banyak,hindari pemberian makan melalui NGT



-



Pertahankan kepatenan jalan napas



-



Sediakan suction



-



Berikan



makanan



dengan



-ukuran kecil atau lunak Edukasi



9



-



Anjurkan



makan



secara



perlahan -



Ajarka



strategi



mencegah



aspirasi -



Ajarkan teknik mengunyah atau menelan.



10



BAB II TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Tibadiruangan



: Tanggal 8/11/2020 jam 20.00



Pengkajian



: Tanggal9/11/2020 jam 13.00



Nama pasien



: Ny. R. ( 68Th )



Alamat



: Desa Boja- Majenang



Cara Masuk



: Dengan brankard



Asalmasuk



: IGD



Pengkaji



: BAGIAN 1 PENGKAJIAN FISIK



GSC : E 4M6V5



(Pupil : kanan 3 mm/kiri 3 mm



Reaksi cahaya : kanan +/kiri +)



Suhu



: 36,80C



Nadi



: 88 x/mnt, reguler



Pernafasan



: 22 x/ menit



SPO2



: 99 %



Tekanan darah



: 160/90 mmhg



BB



: 60 kg



TB



: 155 cm



Kesadaran



: Komposmetis



Kepala



: Mesochosepal, tidak ada lesi pada kulit



Rambut



:Beruban, distribusi rambut merata



Wajah



: Asimetris, Otot wajah tertarik ke kanan



Mata



: konjungtiva merah muda, pupil isokor,tidak ada masalah dalam fungsi penglihatan



Telinga



: Simetris, Tidak ada masalah dengan fungsi pendengaran



Hidung



: Lubang hidung simetris, tidak ada secret.



Mulut



: Tidak Simetris, tidak ada lesi, mukosa kering



Gigi



: Gigi tidak lengkap, caries gigi pada geraham kanan bawah



Lidah



: Tidak Simetris, lidah agak kotor, deviasi ke sisi kiri



Leher



: Tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada lesi, gerakan menoleh lambat dan tidak dapat mandiri.



Dada



: Simetris, Normochest, tidak ada nyeri tekan. 11



Abdomen



:Tampak datar, supel, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, bising usus 12 kali/menit, perkusi timpani



Jantung



: Tidak ada keluhan nyeri dada, suara S1/S2 reguler, tidak terdengar mur mur. Pasien tidak ada riwayat pemasangan pacemaker.



Integumen



: Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, CRT < 3 detik, tidak ada lesi, kulit hangat



Genetalia



: Pasien berjenis kelamin perempuan, terpasang Dower catheter no 16



Ekstremitas



: - Atas : Tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm, tidak ada edema, tangan kiri mengalami kelemahan - Bawah : Tidak ada edema, kaki kiri mengalami kelemahan Kekuatan otot



4 4



1 1



Pengkajian saraf kranial : 1. Saraf I ( Olfactoris)



: Tidak terjadi gangguan pada indera penciuman



2. Saraf II (Opticus)



: Tidak terjadi gangguan penglihatan



3. Saraf III (Oculomotoris)



: Pupil isokor, reaksi cahaya +/+, gerakan bola mata +/+



4. Saraf IV ( Troclearis)



: Pergerakan bola mata ke atas dan kebawah -/-



5. Saraf V ( Trigeminus)



: Saat pasien mengunyah



makanan otot masseter



kanan lebih kuat dibandingkan otot masseter kiri 6. Saraf VI (Abducens)



: Pergerakan bola mata kesamping +/+



7. Saraf VII ( Facialis)



: Saat tertawa (tertarik kekanan), meringis (tertarik kekanan), menggembungkan pipi ( sebelah kiri mengalami penurunan).



8. Saraf VIII (Acusticus)



: Tidak ada gangguan fungsi pendengaran



9. Saraf IX (Glosopharyngeus)



: Adanya penurunan fungsi menelan dibuktikan dengan makan berbentuk lembek dan makanan sulit tertelan karena tertahan lama di mulut.



10. Saraf X (Vagus)



: Saat membuka mulut terlihat uvula tidak ditengah tetapi tampak miring tertarik ke sisi kanan



11. Saraf XI (Assesoris)



: Penurunan fungsi otot leher dibuktikan dengan pasien sulit untuk menggerakan lehernya.



12. Saraf XII (Hypoglosus)



: Saat lidah dijulurkan berdeviasi kesisi kiri



12



BAGIAN II RIWAYAT KESEHATAN 1. Diagnosadokter saat masuk : Stroke Non Haemoragik 2. Keluhan Utama : Keluarga pasien mengatakan badan sebelah kiri pasien lemah dan tidak bisa digerakan sejak pasien jatuh. 3. Keluhan tambahan : Keluarga mengatakan pasien bicara tidak jelas, tidak dapat beraktivitas mandiri serta tersedak saat makan 4. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Majenang pada hari minggu, 8 November 2020 pukul 21.15 WIB, dengan keluhan kelemahan anggota badan kiri sejak pagi hari tersebut karena jatuh di halaman rumah, pasien sadar, pemeriksaan yang dilakukan di IGD didapatkan sebagai berikut : TD : 160/90 mmHg, S : 36,80C, Nadi : 80 x/ mnt, RR : 22 x/mnt, GCS : E4M6V5, Kesadaran composmentis, Kemudian Senin 9



November 2020 pukul 06.00 pasien



dipindahkan ke Ruang Dahlia. 5. Riwayat penyakit dahulu : Keluarga dan pasien mengatakan mempunyai riwayat Hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, tetapi tidak pernah di rawat di Rumah Sskit sebelumnya. 6. Riwayat penyakit Keluarga : Kelarga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, Riwayat Hipertensi +, tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti Hepatitis, HIV/AIDS. 7. Riwayat Tranfusi darah : Pasien belum pernah mendapatkan terapi transfusi darah dan produk darah. 8. Riwayat merokok : Pasien tidak ada riwayat merokok 9. Riwayat minum minuman keras :Pasien tidak ada riwayat minum minuman keras 10.Riwayat pekerjaan : Pasien bekerja sebagai petani



BAGIAN III : REVIEW PERSISTEM 13



A. KENYAMANAN



Nyeri / Tidaknyaman :Pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri, Lokasi 1. 2.3.-



Intensitas



Lama



Faktor



Kualitas



Pola



(0-10)



nyeri



Pencetus



Nyeri



Serangan



0 0 0



-



-



-



-



Hal-hal yang menyebabka nnyeri hilang -



K



KUALITAS



POLA



METODE



E



Terbakar,Tumpul,Tertekan,



Menetap



PENGLIH



Y



Berat, tajam, Kram



interminten



ATAN Istirahat, Panas,Dingi n, obat – obatan,lainlain



B. AKTIVITAS



Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari : Pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, saat ini aktivitas pasien dibantu oleh istrinya. C. PROTEKSI



Status Mental : Orientasi pasien terhadap orang, waktu dan tempat tidak ada masalah, pasien kooperatif dalam pengkajian. Pengkajian Restrain : Pasien tidak ada masalah yang teridentifikasi membutuhkan restrain, pasien juga belum pernah memiliki riwayat pemasangan ristrain.  Strategi pelepasan Restrain terdahulu



: pasien tidak memiliki riwayat penggunaan



restrain  Diskusi dengan keluarga pasien mengenai kebijakan penggunaan restrain.



Pengkajian Resiko jatuh Morse fall scale



14



No Klasifikasi 1. Riwayat Jatuh 2. Diagnosa



Skor 20 15



3. 4.



sekunder Bantuan berjalan Menggunakan



0 20



5.



infus Cara



0



berjalan/berpindah Status mental total



0 55



6.



Pencegahan pasien resiko jatuh sesuai pedoman  Resiko Rendah (Skor 0-24)  Resiko Sedang (Skor 25-45)  Resiko Tinggi (Skor > 45)



Pengkajian resiko melarikan diri :Pasien tidak ada masalah yang teridentifikasi melarikan diri. Berjalan  Tidak Ya, Lengkapi pengkajian di bawah :  Gangguan status mental :  Bingung  Pusing  Demensia  Kejang  Agitasi  Menolak tinggal di rumah sakit Tinggal dilingkungan yang diawasi :  panti perawatan  Memerlukan orang yang merawat Keamanan :Pasang pengaman tempat tidur / bed rails  tidak  Ya Penglihatan :  Kacamata  Lensa Kontak  Buta Glukorna  Dipilopia  Mata palsu  Tidk ada masalah  Keterangan : Pasien tidak memiliki masalah dengan fungsi penglihatannya Pendengaran : Pasien tidak memiliki masalah dengan fungsi pendengarannya, tidak ada riwayat penggunaan alat bantu dengar, dan tidak ada riwayat memiliki penyakit terkait fungsi pendengaran. D. NUTRISI



Tidak ada masalah yang berhubungan dengan nutrisi  Masalah yang berhubungan dengan nutrisi :  Mendapat kemoterapi Hamil/Menyusui  Obesitas  pasien Oprasi usia > 65 tahun  Nausea Vomitus Malnutrisi Makan :  Sulit menelan  Nausea / Vomitus / Diare > 3 hari  Asupan yang kurang > 3 hari  Distagia Nutrisi Pengganti :  Makan melalui NGT, no.



TPN/PPN



Penyakit :  DM yang tidak terkontrol  Gangguan saluran cerna



 Terapi diet



Diet saat ini : Pasien mendapat diet Lunak, rendah Garam E. ELIMINASI



BAB :  Normal  Konstipasi  Diare Frekuensi BAB/hari : 1 x/ hari  Inkontinasia alvi



 ileostomy  Colossomy, Jelaskan : pasien BAB secara



normal. BAK :  Normal  Inkontinensia urine  Hematuria 15



Oliguria  Urostomy







Disuria  Urine Menetes  Nokturia /sering BAK malam hari F. SEKSUAL/REPRODUKSI



Perempuan : Tidak



Penggunaan alat kontrasepsi



Kelainan reproduksi / seksual, jelaskan : Pasien tidak memiliki kelainan reproduksi / seksual. G. KEBUTUHAN KOMUNIKASI / PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN



Bicara :  pelo Bahasa sehari-hari : Indonesia (Pasif)



 Daerah, Sebutkan : Jawa (aktif)



 Inggris , Aktif/Pasif Perlu penerjemah :  Tidak



 Ya



Hambatan belajar :  Bahasa



 Pendengaran



 hilang memori



 Kognitif







Tingkat pendidikan Cara belajar yang disukai :  Menulis



 Audio – Visual/Gambar  Diskusi







Demontrasi Tingkat pendidikan TK  SD  SMP  SMA  Akademik  Sarjana  Lainnya Potensi kebutuhan pembelajaran :  Proses penyakit  Pengobatan / Tindakan







Terapi/Obat Nutrisi  lain-lain H. RESPON EMOSI



 Takut terhadap terapi/pembedahan/lingkungan RS  Marah/Tegang



 Sedih



Menangis  Senang Tidak Mampu menahan diri  Cemas  Rendah diri  Gelisah  Tenang  Mudah tersinggung I.



RESPON KOGNITIF



Pasien / keluarga menginginkan informasi tentang : penyakit yang diderita



 Tindakan



pemeriksaan lanjut Tindakan / Pengobatan dan perawatan yang diberikan  Perubahan aktifitas sehari-hari  Perencanaan diet dan menu  Perawatan setelah dirumah J. SISTEM SOSIAL



Pekerjaan :  wiraswasta  swastaPegawai negeri pensiun  petani Tinggal bersama : Istri  orang tua  anak  teman  sendiri Kondisi lingkungan di rumah (khusus untuk pasien geriatri,anak dan penyakit tertentu  1 lantai  2 lantai



kamar mandi dilantai 1 Ya Tidak Masuk ke rumah ada tangga Ya



Tidak



Orang yang membantu perawatan setelah dirumah : anak kandung. Bantuan yang dibutuhkan setelah dirumah : Mandi Berjalan/ambulansi Perawatan luka pemberian obat



16



BAB/BAK



 Makan



BAGIAN IV _ PENGKAJIAN KHUSUS PEDIATRIK (DIISI DI HAL 6) BAGIAN V DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN  Gangguan menelan  Gangguan mobilitas fisik  Gangguan komunikasi Verbal Defisit perawatan diri  Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral Tanggal selesai pengkajian : Senin , 9-11-2020 Pukul : 13.50



Perawat yang mengkaji



( REHANA PALUPI )



I.PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan Laboratorium PEMERIKSAAN Leukosit Erytrosit Hemoglobin Hematokrit



HASIL



SATUAN X 103/ul X106/ul gr/dl %



8.4 3.7 11.2 35



17



NILAI RUJUKAN 3.6-11.0 3.8-5.2 11.7-15.5 35-47



MCV MCH MCHC Trombosit Ureum Creatinin Basofil Eusinofil Lymposit Monosit Netrofil Batang Netrofil segmen GDS



93.8 30.4 32.5 217 28.3 0.56



Fl Pq % X103/ul mg/dl mg/dl % % % % % % mg/dl



82-98 27-32 32-37 150-400 17-43 0.51-0.95 0-1 2-4 25-40 2-8 3-5 50-70 ≤200



b. Pemeriksaan Radiologi Kesan : Gambaran cardiomegali, paru dalam batas normal. c. Pemeriksaan EKG EKG 12 lead Gambaran sinus rithme, dengan gambaran LVH. II. PROGRAM TERAPI OBAT a. Terapi Obat IUVD RL Citicolin Ranitidin Aspilet amlodipin



60 cc/ jam 2x500 mg 2x25 mg 1x80 mg 1x10 mg



b. Diet Jenis diet Bentuk makanan Frekuensi pemberian Kebutuhan Gizi



Infuse pump Intra selang Intra selang Peroral peroral



: Diet Rendah Garam : Lunak/ lembek,bubur halus : 3 kali sehari : 1600 Kalori (P:60,02),(L:44.44),(Kh:240)



18



B. ANALISA DATA NO



DATA FOKUS



ETIOLOGI



PROBLEM



1.



DS : Keluarga pasien mengatakan pasien ketika berbicara tidak jelas, tersedak ketika makan dan minum, serta membutuhkan waktu lama saat makan DO : - Bibir pasien tidak simetris - Pasien makan makanan yang lembek - Makanan tertahan didalam mulut - Pasien tidak dapat menahan air liur ketika posisi miring.



Gangguan saraf kranial



Gangguan menelan



2.



DS : keluarga pasien mengatakan pasien terjatuh dihalaman rumah dan badan sebelah kiri mengalami kelemahan DO : - Kelemahan anggota badan kiri (hemiparesis) - Kekuatan otot



Penurunan kekuatan otot (Hemiparese)



Gangguan mobilitas fisik



Gangguan neuromuskuler



Gangguan komunikasi verbal



3.



4



1



4



1



DS : Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami kesulitan bicara dan suara tidak jelas DO : - Wajah dan mulut pasien tidak simetris - Lidah deviasi ke kiri



19



-



4.



Afasia



DS : DO : -



Ketidak mampuan menelan makanan



Resiko Defisit Nutrisi



Asupan makan kurang Pasien kesulitan menelan Mulut dan lidah asimetris Mudah tersedak



C. DIAGNOSA KEPERAWATAN I. Gangguan menelan ( D.0063) berhubungan dengan Gangguan saraf kranial dibuktikan dengan bibir pasien tidak simetris, pasien makan makanan yang lembek, makanan tertahan didalam mulut, pasien tidak dapat menahan air liur ketika posisi miring. II. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot dibuktikan dengan kelemahan anggota badan kiri (hemiparesis), skor kekuatan otot ekstremitas kiri 1. III. Gangguan komunikasi verbal (D.0119) berhubungan dengan Gangguan neuromuskuler dibuktikan dengan wajah dan mulut pasien tidak simetris, lidah deviasi kekiri, afasia IV. Resiko Defisit Nutrisi (D.0032) berhubungan dengan Ketidak mampuan menelan dibuktikan dengan asupan makan kurang, pasien kesulitan menelan, mulut dan lidah asimetris, mudah tersedak



20



D. INTERVENSI KEPERAWATAN NO DX I.



KRITERIA HASIL (SLKI) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama



INTERVENSI (SIKI) 3x 24 jam



Status menelan membaik dengan kriteria hasil : indikator No 1.



Frekuensi



tersedak



2. 3.



menurun Frekuensi Batuk menurun Usaha menelan meningkat



Dukungan Perawatan diri : Makan dan minum ( I.11351) Observasi



Skala



Skala



-



Identifikasi diet yang dianjurkan



awal



tujuan



-



Monitor kemampuan menelan



2



5



-



Monitor status hidrasi



2 2



5 5



Terapeutik -



Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan



-



Atur posisi yang nyaman untuk makan dan minum



-



Lakukan oral hygine sebelum makan



-



Letakan makanan pada sisi yang sehat



-



Siapkan makanan dengan suhu yang meningkatkan nafsu makan



Edukasi -



21



Jelaskan prosedur sebelum tindakan



Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian obat mis: analgetik, anti emetik



Pencegahan aspirasi (I.01018) Observasi -



Monitor tingkat kesadaran



-



Monitor status pernafasan



-



Monitor bunyi napas, terutama setelah makan/minum



Terapeutik -



Posisikan semifowler (30-400) sampai dengan fowler



-



Pertahankan kepatenan jalan napas



-



Sediakan suction



-



Berikan makanan dengan porsi sedikit, ukuran kecil atau lunak



Edukasi



22



-



Anjurkan makan secara perlahan



-



Ajarka strategi mencegah aspirasi



-



Ajarkan teknik mengunyah atau menelan.



II.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama



3x 24 jam



mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil : indikator No



Dukungan ambulasi (I.06171) dan Dukungan mobilisasi (I.05173)



Skala



Skala



awal



tujuan



1.



Peregerakan



ekstremitas



2



5



2. 3.



meningkat Kekuatan otot meningkat Rentang gerak ROM



2 2



5 5



Observasi -



Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi dan mobilisasi



-



Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi dan mobilisasi



meningkat



-



Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi dan mobilisasi



Terapeutik -



Fasilitasi aktivitas ambulasi



-



Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi dan mobilisasi



Edukasi



23



-



Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi dan mobilisasi



-



Anjurkan melakukan ambulasi dan mobilisasi dini



-



Ajarkan ambulasi dan mobilisasi sederhana yang harus



dilakukan III.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama



3x 24 jam



Promosi komunikasi : Defisit Bicara (I.13492)



komunikasi verbal meningkat dengan kriteria hasil : indikator No



Skala



Skala



awal



tujuan



1.



Kemampuan



berbicara



2



5



2. 3.



meningkat Afasia menurun Kemampuan pemahaman



2 2



5 5



Observasi -



Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas dan volume bicara



-



Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi



komunikasi membaik



Teraupetik -



Dengarkan dan perhatikan dengan seksama saat pasien berkomunikasi mencoba berbicara



-



Berikan pujian positif atas pencapaian



-



Bicara dengan perlahan sambil menghindari teriakan



-



Ulangi apa yang disampaikan pasien



-



Libatkan keluarga dalam memahami ucapan pasien



Edukasi -



Anjurkan pasien bicara perlahan



-



Anjurkan ekspresi diri dengan cara yang lain dalam menyampaikan informasi (bahasa isyarat)



24



Kolaborasi -



IV.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama



3x 24 jam



Kolaborasi dengan terapis wicara



Manajemen Nutrisi (I.03119)



status nutrisi membaik dengan kriteria hasil : indikator No



Skala



Skala



awal



tujuan



Observasi -



Identifikasi status nutrisi



1.



Porsi



yang



2



5



-



Identifikasi kebutuhan kalori dan nutrien



2.



dihabiskan meningkat Kekuatan otot menelan



2



5



-



Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik



3.



meningkat Kekuatan otot mengunyah



2



5



-



Monitor asupan makanan



4.



meningkat IMT membaik



3



5



makan



Terapeutik -



Lakukan oral hygine sebelum makan



-



Fasilitasi penentuan pedoman diet



Edukasi



25



-



Anjurkan posisi duduk saat makan



-



Ajarkan diet yang di programkan



Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan



-



Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan.



E. IMPLEMENTASI NO



NO. DX



HARI/TGL



IMPLEMENTASI



RESPON



26



PARAF



1.



I,II,III,IV



Senin, 9 /11/2020



-



Melakukan pengkajian



-



-



Mengobservasi kondisi Umum dan TTV pasien



IV -



-



BB : 45 kg, TB : 150 cm IMT : 20 (normal)



-



Kebutuhan kalori pasien 1600 Kalori Terdiri dari Protein : 60,02, Lemak : 44.44, KH : 240 kkal. Diit lunak rendah garam, diberikan 3x sehari.



-



Reflek menelan kurang



-



Pasien kooperatif dalam melakukan latihan, pasien mampu melakukan latihan terapi sampai selesai



-



Pasien melakukan dengan cukup baik,



Mengidentifikasi status nutrisi pasien



IV



-



Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan nutrien



I I,III



-



Memonitor reflek menelan



-



Mengajarkan teknik shaker



Pasien mengalami kelemahan anggota gerak kiri, wajah asimetris, bicara pelo, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri. TD : 160/90 mmHg, Nadi : 88x/mnt RR : 22 x/mnt, SpO2 : 99 % Suhu : 36.8 0C GCS : E4M6Vapasia Kondisi umum : Cukup



exercise untuk meningkatkan kemampuan otot menelan dan I



speech therapi



27



Rehana



IV



III



I,IV



Mengajarkan terapi menelan



tampak berusaha menelan



( swallowing therapy) -



-



-



Pasien makan diit lunak, berupa bubur habis 3 sendok , pasien makan dan minum pelan.



-



Tampak pasien berusaha bicara



-



Terapi masuk melalui intra selang infus



-



Kekuatan otot pasien 4 1



Memberikan diit peroral( sore)



Mendorong pasien untuk berkomunikasi



II



Injeksi Ranitidin 25 mg dan Citicolin 500 mg



-



Mengukur kekuatan otot pasien



II



4 I,II,II,IV



-



Melatih Rentang gerak pasif



-



Memonitor kondisi umum dan mengukur TTV pasien post



28



1



-



Pasien kooperatif dan pasien mampu melakukannya.



-



Kondisi umum cukup TD : 150/90 mmHg, Nadi 84 x/menit,



RR : 18 x/mnt, Suhu : 36.6 0C GCS : E4M6Vafasia



tindakan keperawatan



2.



I,II,III,IV



Selasa, 10/11/2020



-



Mengobservasi TTV dan kondisi umum pasien



-



Kondisi umum cukup baik TD : 130/80 mmHg, Nadi : 86 x/mnt Suhu : 36 0C, RR : 16 x/mnt, SpO2 99 %



IV



-



Membantu personal hygine pasien (oral hygine)



-



Pasien kooperatif, mulut bersih



-



Memonitor reflek menelan pasien



-



Reflek menelan meningkat, pasien berusaha berlatih menelan



-



Memberikan posisi fowler



-



Pasien kooperatif, pasien merasa nyaman dengan posisi ini.



-



Melatih teknik shaker exercise



-



Pasien kooperatif dalam melakukan latihan, pasien mampu melakukan latihan terapi sampai selesai



IV



-



Mengajarkan terapi menelan (swallowing therapy)



-



Pasien mengikuti dengan baik, kooperatif dan mampu melakukannya



IV



-



Memberi diit melalui oral



-



Makanan masuk ¼ porsi makan secara perlahan, tersedak ( +)



-



Mengobservasi status nutrisi



-



Tidak ada penurunan BB, BB 45 kg TB



I I,II I,III



I



29



Rehana



pasien



150 Cm, IMT 20



I, IV -



Injeksi citicolin 500 mg dan Ranitidin 25 mg



-



Mendorong pasien untuk



-



Therapi masuk melalui intra selang infus, tidak ada tanda alergi, infus lancar.



-



Pasien berusaha berbicara, dan memodifikasi dengan bahasa isyarat dalam berkomunikasi



-



Kolaborasi dilakukan dengan ahli terapi wicara, pasien kooperatif dalam menjalani terapi



-



Kekuatan otot pasien



III



berkomunikasi, dan menganjurkan ekspresi diri dengan cara yang lain dalam menyampaikan informasi (bahasa isyarat) II



Kolaborasi dengan terapis wicara



-



Mengukur kekuatan otot pasien



II



4 4 -



Melatih Rentang gerak ambulasi dan mobilisasi



30



-



2 2



Pasien kooperatif dan berusaha melakukan ambulasi dan mobilisasi



I,II,III,IV



secara mandiri -



Mengobservasi Kondisi Umum dan TTV pasien post tindakan keperawatan



-



Kondisi Umum cukup baik TD : 140/ 70 mmHg, Nadi : 87 X/ mnt RR : 23 x/mnt, SPO2 99 %, Suhu : 36,0C



3.



I,II,III,IV



IV



Rabu, 11/11/2020



-



Mengobservasi TTV dan kondisi umum pasien



-



TD : 140/80 mmHg, Nadi : 80x/mnt



-



Membantu personal hygine pasien (oral hygine)



-



Pasien kooperatif, mulut bersih



-



Memonitor reflek menelan pasien



-



Reflek menelan meningkat, pasien berusaha berlatih menelan



-



Memberikan posisi fowler



-



Pasien kooperatif, pasien merasa nyaman dengan posisi ini.



-



Mengobservasi dan evaluasi kemampuan paien melakukan shaker exercise



-



Pasien mampu melakukan terapi shaker exercise secara mandiri, kemampuan reflek menelan meningkat



Suhu : 36,5 0C, RR : 19x/mnt, SpO2 99 %. Kondisi umum baik



I I,II I,III



I



31



Rehana



-



Mengajarkan terapi menelan (swallowing therapy)



-



Memberi diit melalui oral



-



Mengobservasi status nutrisi pasien



-



Injeksi citicolin 500 mg dan Ranitidin 25 mg



I,IV IV



-



Pasien mengikuti dengan baik, kooperatif dan mampu melakukannya



-



Makanan masuk ½ porsi makan secara perlahan, pasien tidak tersedak



-



Tidak ada penurunan BB, BB 45 kg TB 150 Cm, IMT 20



-



Therapi masuk melalui intra selang infus, tidak ada tanda alergi, infus lancar.



-



Pasien berusaha berbicara, dan memodifikasi dengan bahasa isyarat dalam berkomunikasi



-



Kolaborasi dilakukan dengan ahli terapi wicara, pasien kooperatif dalam menjalani terapi



-



Pasien mampu melakukan gerakan



I,IV



III -



Mendorong pasien untuk berkomunikasi, dan menganjurkan ekspresi diri dengan cara yang lain dalam menyampaikan informasi (bahasa isyarat)



III II



Kolaborasi dengan terapis wicara



-



Mengukur kekuatan otot pasien



32



menggenggam , kekuatan otot :



II -



3



5



3



Melatih Rentang gerak ambulasi dan mobilisasi



I,II,III,IV -



5



-



Pasien kooperatif dan berusaha melakukan ambulasi dan mobilisasi secara mandiri



-



Kondisi Umum cukup baik



Mengobservasi Kondisi Umum dan TTV pasien post tindakan keperawatan



TD : 140/ 70 mmHg, Nadi : 88 X/ mnt RR : 20 x/mnt, SPO2 99 %, Suhu : 36,60C



33



F. EVALUASI Tanggal 9 november 2020 TANGGAL/JA M 9/11/2020 JAM 17.00



NO DX



CATATAN PERKEMBAGAN



I



S : Keluarga pasien mengatakan pasien berbicara tidak jelas, waktu makan pasien masih lama , sering tersedak O : Frekuensi tersedak cukup meningkat 2 Frekuensi batuk cukup meningkat 2 Usaha menelan cukup menurun 2 A : Masalah gangguan menelan belum teratasi P : Lanjutkan intervensi - Latih shaker exercise - Ajarkan terapi menelan (swallowing therapi) - Pantau kemampuan menelan



34



PARAF



Rehana



9/11/20202 Jam 17.00



II



S : Keluarga pasien mengatakan pasien belum bisa menggerakan badan sebelah kiri O : pergerakan ekstremitas cukup menurun 2 Kekuatan otot cukup menurun 2 Rentang gerak ROM cukup menurun 2 A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi P : Lanjutkan intervensi - Ubah posisi pasien minimal 2 jam - Ajarkan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas Rehana



9/11/2020 Jam 17.00



III



S : Keluarga pasien mengatakan pasien berbicara tidak jelas O : Kemampuan bicara cukup menurun 2 Afasia cukup meningkat 2 Kemampuan pemahaman komunikasi cukup memburuk 2 A : Masalah gangguan komunikasi verbal belum teratasi P : Lanjutkan intervensi - Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan - Anjurkan memakai bahasa isyarat Rehana



9/11/2020 Jam 17.00



IV



S : Keluarga pasien mengatakan pasien htidak menghabiskan porsi makannya, tersedak saat makan O : Porsi makan yang dihabiskan cukup menurun 2 Kekuatan otot menelan cukup menurun 2 Kekuatan otot mengunyah cukup menurun 2 IMT sedang 3 A : Masalah resiko defisit nutrisi belum teratasi P : Lanjutkan intervensi Rehana 35



-



Ajarkan shaker exercise Lakukan swallowing therapi Monitor asupan nutrisi pasien



Evaluasi tanggal 10 November 2020 TANGGAL/JA M 10/11/2020 JAM 17.00



NO DX I



CATATAN PERKEMBAGAN S : Keluarga pasien mengatakan pasien berbicara tidak jelas, waktu makan pasien masih lama, tersedak berkurang O : Frekuensi tersedak cukup menurun 4 Frekuensi batuk cukup menurunt 4 Usaha menelan cukup meningkat 4 A : Masalah gangguan menelan belum teratasi P : Lanjutkan intervensi - Latih shaker exercise - Ajarkan terapi menelan (swallowing therapi) - Pantau kemampuan menelan



36



PARAF



Rehana



10/11/20202 Jam 17.00



10/11/2020 Jam 17.00



10/11/2020 Jam 17.00



II



III



IV



S : Keluarga pasien mengatakan pasien mulai bisa menggerakan badan sebelah kiri, tangan kiri mampu digerakan perlahan O : pergerakan ekstremitas cukup meningkat 4 Kekuatan otot cukup meningkat 4 Rentang gerak ROM cukup meningkat 4 A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi P : Lanjutkan intervensi - Ubah posisi pasien minimal 2 jam - Ajarkan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas S : Keluarga pasien mengatakan pasien mampu menyebutkan huruf vokal (A,I,U,E,O) O : Kemampuan bicara cukup meningkat 4 Afasia cukup menurun t 4 Kemampuan pemahaman komunikasi cukup membaik 4 A : Masalah gangguan komunikasi verbal belum teratasi P : Lanjutkan intervensi - Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan - Anjurkan memakai bahasa isyarat - Anjurkan pasien untuk rutin melakukan shaker exercise



Rehana



Rehana



S : Keluarga pasien mengatakan pasien menghabiskan ¼ porsi makannya secara perlahan O : Porsi makan yang dihabiskan cukup meningkat 4 Kekuatan otot menelan cukup meningkat 4 Kekuatan otot mengunyah cukup meningkat 4 IMT membaik 5 A : Masalah resiko defisit nutrisi belum teratasi P : Lanjutkan intervensi - Ajarkan shaker exercise Rehana



37



-



Lakukan swallowing therapi Monitor asupan nutrisi pasien



Evaluasi tanggal 11/11/2020 TANGGAL/JA M 11/11/2020 JAM 17.00



NO DX



CATATAN PERKEMBAGAN



I



S : Keluarga pasien mengatakan pasien berbicara tidak jelas, waktu makan pasien lebih baik, pasien sudah jarang tersedak O : Frekuensi tersedak menurun 5 Frekuensi batuk menurun 5 Usaha menelan meningkat 5 A : Masalah gangguan menelan teratasi P : Anjurkan pasien untuk rutin melakukan teknik shaker exercise



PARAF



Rehana



38



11/11/20202 Jam 17.00



II



S : Keluarga pasien mengatakan pasien mulai bisa menggerakan badan sebelah kiri, tangan kiri mampu melakukan gerakan menggenggam O : pergerakan ekstremitas meningkat 5 Kekuatan otot meningkat 5 Rentang gerak ROM meningkat 5 A : Masalah gangguan teratasi P : Anjurkan keluarga untuk terus melatih rentang gerak pasif dan aktif Rehana



11/11/2020 Jam 17.00



III



S : pasien mampu menyebutkan kata sederhana, pasien menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi O : Kemampuan bicara meningkat 5 Afasia menurun 5 Kemampuan pemahaman komunikasi membaik 5 A : Masalah gangguan komunikasi verbal teratasi P : Hentikan intervensi Rehana



11/11/2020 Jam 17.00



IV



S : Keluarga pasien mengatakan pasien menghabiskan ½ porsi makannya secara perlahan O : Porsi makan yang dihabiskan meningkat 5 Kekuatan otot menelan meningkat 5 Kekuatan otot mengunyah meningkat 5 IMT membaik 5 A : Masalah resiko defisit nutrisi teratasi P : Hentikan intervensi Rehana



39



40



BAB III PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan pustaka gangguan menelan merupakan abnormal fungsi mekanisme menelan yang dikaitkan dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus (Nurarif&Kusuma, 2015).Gangguan fungsi menelan abnormal akibat defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Menurut Smeltser dan Barre (2005) dalam Imansyah (2008) Gangguan menelan adalah suatu gejala yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain stroke, trauma lokal, kerusakan jaringan, dan obstruktif saluran makanan dan cairan. Gangguan menelan atau disfagia sering disebabkan karena stroke dimana terjadi sumbatan aliran darah dan oksigen di serebral yang menyebabkan infark jaringan serebral. Pada kasus gangguan menelan terjadi infark pada daerah batang otak dimana mengakibatkan gangguan pada saraf kranial nervus V,VII, IX, X, XII. Adapun tanda dan gejala yang terkait dengan gangguan menelan antara lain : adanya keluhan tersedak saat mekan atau minum, bicara pelo, tidak bisa menahan air liur, wajah dan mulut tidak simetris, lidah berdeviasi kesisi yang lemah. Hal ini sesuai seperti yang dialami oleh pasien Ny. R dimana pasien terdiagnosa medis Stroke non Hemoragik yang mengalami gangguan menelan yang ditandai dengan keluhan tersedak saat minum dan makan, tidak bisa menahan air liur, wajah dan lidah tidak simetris, bicara tidak jelas atau pelo. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Ny.R dengan Gangguan menelan penulis menerapkan beberapa teknik yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menelan pasien. Salah satu teknik yang dilakukan dengan melatih shaker exercise yaitu cara melatih otot otot yang terlibat dalam proses menelan seperti otot suprahyoid di leher yang saat menelan meningkatkan gerakan ke atas dan ke depan dari tulang hyoid dan laring, sehingga terjadi peningkatan pembukaan sfingter esofagus bagian atas dan akan memudahkan makanan untuk masuk ke saluran pencernaan bagian bawah. Cara lain yang dilakukan oleh penulis adalah dengan swallowing therapi yaitu teknik mengunyah makanan secara menyeluruh, makan makanan dalam porsi kecil dengan tekstur yang lebih lembut. Intervensi yang dilakukan oleh penulis berupa teknik shaker exercise dan swallowing therapy merupakan aplikasi dari jurnal penelitian yang sudah terbukti membantu dalam masalah gangguan menelan . Adapun jurnal penelitian itu antara lain 1. Penelitian yang dilakukan oleh Yusrian Tarihoran, 2019 dengan judul Pengaruh Shaker exercise terhadap kemampuan menelan pada pasien stroke dengan



41



disfagia di Rumah Sakit Kota Medan. Penelitian dilakukan kepada 24 sample pasien dengan stroke, hasil yang diperoleh dinyatakan ada perbedaan yang signifikan kemampuan menelan pada pasien stroke dengan disfagia setelah diberikan shaker exercise, dengan nilai p value 0,000 (α = 0,05). 2. Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Fandhi Achmad, Aan Nuraeni, Muhammad zafrullah arifin, 2017 dengan



judul



Difference in the Effectiveness of



Swallowing Therapy Based on Demographical Characteristics of patiens Dysphagia Stroke. Penelitian dilakukan dengan desain quasi experimental pretest-posttest single group design dengan jumlah sample 16 responden yang didapatkan melalui teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan pengaruh terapi menelan antara pretest dan posttest ( p= 0,002).kesimpulannya Swallowing therapy berpengaruh terhadap penurunan resiko aspirasi pada pasien stroke dengan disfagia dan tidak memiliki perbedaan efektifitas yang meliputi usia, jenis kelamin, dan jenis stroke, artinya Swallowing Therapy memiliki efektifitas yang sama baiknya jika diterapkan pada berbagai karakteristik pasien. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Rudberd et al, 2015 dengan judul Shaker Exercise Rehabilitation in Head and Neck Cancer and Stroke Patiens with Dysphagia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek shaker exercise pada pasien kanker leher dan stroke dengan disfagia dilakukan kepada sepuluh pasien dimana enam pasien mengalami kanker leher dan empat pasien Stroke. Hasilnya sembilan dari sepuluh pasien mampu melakukannya dan terdapat peningkatan skor kemampuan menelan pada kedua kelompok. Berdasarkan jurnal diatas, tindakan keperawatan berupa Shaker Exercise dan Swallowing therapy untuk mengurani resiko aspirasi dan meningkatkan kemampuan menelan pasien dengan gangguan menelan dapat diterapkan dalam praktek intervensi keperawatan kepada pasien Ny.R. Hasil yang dicapai sesuai dengan rencana kriteria hasil dari masing masing masalah keperawatan, dimana respon pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan menelan, berupa berkurangnya frekuensi tersedak dan batuk, bertambahnya porsi makan yang dihabiskan pasien, dan resiko defisit nurisi dapat dihindari.



42



DAFTAR PUSTAKA



Ismansyah. (2008). Pengaruh Latihan mengunyah dan menelan terstruktur terhadap kemampuan mengunyah dan menelan . Tesis tidak dipublikasikan. Fakultas Ilmu Kesehatan : Universitas Indonesia. Khairunisa & Fitriani. (2014). Hemiparese sinistra, parese Nervus VII,IX,X, XII e.c Stroke Non Hemoragik. Medula, 2(3), 52-59 Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakatra : Salemba Medika Pandaleke, J. C., Sengkey, L., S., Angliadi, E. (2014). Rehabilitasi Medik pada penederita Disfagia. Jurnal Biomedik, 6, 157-164 Satyanegara , (2013). Ilmu Bedah Syaraf IV . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Sofwan . (2010). Stroke dan rehabilitasi pasca stroke. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Cetakan 3 Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Cetakan 2 Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan 2 Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia www.jurnal.ugm.ac.id. Jurnal keperawatan klinis dan komunitas : Difference in the Effectiveness of Swallowing Therapy Based on Demographical Characteristics of patiens Dysphagia Stroke. Diakses tanggal 14 November 2020 www.jurnal.stikes-murniteguh.ac.id. Indonesian Trust Health Journal : Pengaruh Shaker exercise terhadap kemampuan menelan pada pasien stroke dengan disfagia di Rumah Sakit Kota Medan. Diakses tanggal 15 November 2020



43