Askep Gerontik Kel 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTHRITIS Diajukan Guna Memenuhi Laporan Praktik Klinik: Keperawatan Gerontik Dosen Mata Kuliah : Rohanah S.Pd M,KM



Disusun Oleh : KELOMPOK 1 1. Ahmad Fikri Perangin Angin



(P27905118001)



2. Amelia Wati



(P27905118002)



3. Brilianty Wahyu Utami



(P27905118003)



4. Melly Nur Firmawati



(P27905118018)



5. Rindi Handika



(P27905118025)



6. Siti Meliana Putri



(P27905118031)



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN AKADEMIK 2020/2021



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan kerunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Gerontik Semester 6 2020/2021 Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan, saran-saran, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak dari awal hingga selesainya makalah ini. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak/ibu dosen Keperawatan. Kepada rekan-rekan yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh beberapa kendala seperti waktu dan referensi yang kami dapatkan. Untuk itu saran dan kritikan diharapkan guna kesempurnaan makalah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi semua yang berkempentingan khususnya bagi kami. Tangerang, 17 April 2021



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1 C. Tujuan ....................................................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kensep Dasar Lansia ................................................................................................ 2 B. Konsep Penyakit Osteoarthritis ................................................................................ 3 C. Konsep Asuhan Keperawatan Teori ....................................................................... 10 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian .............................................................................................................. 24 B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 36 C. Intervensi ................................................................................................................ 37 D. Implementasi .......................................................................................................... 43 E. Evaluasi .................................................................................................................. 48 BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................................... 50 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................................. 52 B. Saran ....................................................................................................................... 52 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. iii LAMPIRAN



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan progresif biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut ditandai dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang. Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada tubuh (American College of Rheumatology, 2015). Sjamsuhidajat, dkk (2011) mendefinisikan OA sebagai kelainan sendi kronik yang disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi pada sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua (Sjamsuhidajat et.al, 2011). B. Rumusan Masalah a. Bagaimana konsep Lansia? b. Bagaimana konsep penyakit Osteoarthritis? c. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien lansia dengan Osteoarthritis? C. Tujuan Penulisan a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana konsep Lansia b. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana konsep penyakit Osteoarthritis c. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien lansia dengan Osteoarthritis



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep Dasar Lansia 1. Pengertian Lansia Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012 dalam Sakinah, 2019). 2. Batasan Lansia Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi : a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun. b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun. c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun 3. Kebutuhan Dasar Lansia a. Kebutuhan Dasar Lansia Primer, yaitu : 1) Kebutuhan fisiologi/biologis seperti makanan yang bergizi, seksual, pakaian, perumahan/tempat berteduh 2) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai 3) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan 4) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status yang jelas 5) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan orang lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan organisasi sosial 2



b. Kebutuhan Dasar Lansia Sekunder, yaitu : 1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas 2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi 3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan 4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan Negara atau pemerintah 5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami makna akan keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian. B. Konsep Osteoarthritis 1. Pengertian Osteoarthritis Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat



kronik dan



progresif biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut ditandai dengan adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang. Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada tubuh (American College of Rheumatology, 2015). Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoarthritis secara sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo, 2007). Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014). Fungsi dari kartilago adalah untuk melindungi ujung tulang agar tidak saling bergesekan ketika bergerak. Pada Osteoarthritis, kartilago mengalami kerusakan bahkan bisa sampai terkelupas sehingga



akan



menyebabkan



tulang



dibawahnya



saling



bergesekan,



menyebabkan nyeri, bengkak, dan terjadi kekakuan sendi. Semakin lama hal ini akan menyebabkan struktur sendi berubah menjadi abnormal hingga dapat muncul pertumbuhan tulang baru yang dinamakan Ostheophytes yang akan semakin memperbesar gesekan dan memperparah nyeri (National Institute of Arthritis and Muskuloskeletal and Skin Disease, 2015).



3



2. Tanda dan Gejala OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut. 1) Nyeri: Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa berkurang dengan istirahat. 2) Kekakuan sendi: kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi. 3) Krepitasi: sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan. 4) Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)). Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan sendi yang progresif. 5) Deformitas sendi: pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey, 2006). 3. Etiologi Hampir pada setiap aktivitas sehari-hari terjadi penekanan pada sendi, terutama sendi yang menjadi tumpuan beban tubuh seperti pergelangan kaki, lutut, dan panggul. Hal tersebut memiliki peranan yang penting dalam terjadinya OA. Banyak peneliti percaya bahwa perubahan degeneratif merupakan hal yang mengawali terjadinya OA primer (Carlos J Lozada et al, 2015). Sedangkan obesitas, trauma, dan penyebab lain merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya OA sekunder. Berikut beberapa penyebab dan faktor predisposisi: 1) Umur Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning. 4



2) Pengausan (wear and tear) Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya. 3) Kegemukan Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh Osteoarthritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan. 4) Trauma Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan Osteoarthritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut. 5) Keturunan Heberden node merupakan salah satu bentuk Osteoarthritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena Osteoarthritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. 6) Akibat penyakit radang sendi lain Infeksi (Arthritis Rheumatoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang. 7) Joint Mallignment Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi. 8) Penyakit endokrin Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun. 9) Deposit pada rawan sendi Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi. 5



4.



Patofisiologi dan Pathway Osteoarthritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar terbaru menyatakan bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik, obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek anatomik (Maya Yanuarti, 2014). Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada OA. Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas gesekan karena terendam dalam cairan synovial dan sebagai “shock absorber”, penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago sehingga terjadi



kerusakan



struktur



proteoglikan



kartilago, erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi (Maya Yanuarti, 2014). Tulang rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks ekstraseluler, yang terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan, dan jaringan kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis jaringan lunak kolagen tipe II untuk penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat jaringan tersebut elastis, serta memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Kartilago tidak memiliki pembuluh darah sehingga proses perbaikan pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan lain. Di kartilago, tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya vaskularisasi dan respon inflamasi sebelumnya (Maya Yanuarti, 2014).



6



Etiopatogenesis Osteoarthritis (OA) dibagi menjadi 3 stage (tahap), yaitu stage 1, stage 2, dan stage 3. Pada stage 1 terjadi kerusakan proteolitik pada matrix cartilago. Stage 2 melibatkan fibrilasi dan erosi pada permukaan kartilago dan pada stage 3 produk-produk yang dihasilkan oleh kerusakan kartilago menyebabkan suatu respon inflamasi kronis. Setelah melalui tahaptahap tersebut, maka akan terjadi progressifitas lebih jauh dimana kejadian tersebut akan menyebabkan tubuh melakukan kompensasi dengan cara terjadinya pertumbuhan tulang baru dengan tujuan menstabilkan



persendian,



namun hal ini akan merubah struktur persendian. Beberapa kelainan juga biasa dikategorikan sebagai subsets of primary Osteoarthritis yang terdiri dari primary generalized Osteoarthritis, erosive Osteoarthritis, dan condromalacia patellae. Tingkat keparahan Osteoarthritis dapat diklasifikasikan berdasarkan gambaran radiologi yang didapat. Metode pengklasifikasian yang digunakan secara universal saat ini adalah Sistem Kellgren-Lawrence yang terdiri dari grade I, II, III, dan IV (Carlos J Lozada et al, 2015).



7



8



5.



Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi, serta memperlambat progresi Osteoarthritis. Spektrum terapi yang diberikan meliputi



fisioterapi,



pertolongan



ortopedi,



farmakoterapi,



pembedahan,



rehabilitasi. a) Terapi konservatif Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien, pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan seperti bersepeda, berenang). b) Fisioterapi Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur, transverse friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot, elektroterapi. c) Pertolongan ortopedi Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et. al, 2010). d) Farmakoterapi Analgesik/anti-inflammatory agents. 17 COX-2 memiliki efek anti inflamasi spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak menyebabkan toksisitas. Contoh: Ibuprofen: untuk efek anti inflamasi dibutuhkan dosis 1200-2400 mg sehari. Naproksen: dosis untuk terapi penyakit sendi adalah 2x250-375 mg sehari. Bila perlu diberikan 2x500 mg sehari. Glucocorticoids injeksi, glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan efusi sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid 40mg/ml suspensi hexacetonide 10 mg atau 40 mg. Asam hialuronat, Kondroitin sulfa-Injeksi steroid seharusnya digunakan pada pasien



dengan



diabetes



yang



telah



hiperglikemia.



Setelah



injeksi



kortikosteroid dibandingkan dengan plasebo, asam hialuronat, lavage (pencucian sendi), injeksi kortikosteroid dipercaya secara signifikan dapat 9



menurunkan nyeri sekitar 2-3 minggu setelah penyuntikan (Nafrialdi dan Setawati, 2007). e) Pembedahan Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan menyebabkan rata infeksi yang rendah (dibawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke dalam kelompok 1 debridemen artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi, kelompok 3 merupakan kelompok plasebo hanya dengan incisi kulit. Setelah 24 bulan melakukan prosedur tersebut didapatkan hasil yang signifikan pada kelompok 3 dari pada kelompok 1 dan 2. 1) Khondroplasti:



menghilangkan



fragmen



kartilago.



Prosedur



ini



digunakan untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniskus. 2) Autologous chondrocyte transplatation (ACT) 3) Autologous osteochondral transplantation (OCT) (Michael et. al, 2010). C. Konsep Asuhan Keperawatan 1.



Pengkajian a. Identitas klien Mengetahui nama klien, umur yang memberikan petunjuk mengenai faktor predisposisi penyakit. Osteoarthritis sering muncul pada usia lanjut, dan hampir tak pernah pada anak-anak . Osteoarthritis jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun, selain itu mengetahui alamat dan pekerjaan yang menentukan tingkat sosial ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan ( Debora, 2012) b. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan menurut (Debora, 2012) 1.



Keluhan utama klien dengan osteoarthritis adalah nyeri pada sendi pada riwayat kesehatan sekarang pasien biasanya mengeluh nyeri pada saat bergerak dan merasa kaku pada persendian



2.



Pada riwayat kesehatan dahulu data yang didapatkan biasanya klien pernah menderita penyakit akromegali dan inflamasi pada sendi seperti artropati



3.



Riwayat penyakit keluarga biasanya didapatkan data adanya keluarga yang menderita osteoarthritis sebelumnya . Penyakit osteoarthritis bisa terjadi karena faktor genetik . Jika anggota keluarga mengalami 10



penyakit ini maka akan ada kemungkinan bisa menurun pada keluarga selanjutnya c. Pola Aktifitas & Istirahat Pada pengkajian pola aktivitas sehari-hari, klien dengan osteoarthritis akan mengalami keterbatasan rentang gerak, kerusakan interaksi dalam keluarga, kesulitan untuk tidur karena adanya nyeri, sering kesemutan pada tangan dan kaki serta hilangnya sensasi pada jari kaki dan tangan. Pada fase kronis dapat terjadi kekakuan (terutama pagi hari) dan kesulitan dalam menangani tunggal pemeliharaan rumah tangga (Purwanto, 2016) d. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik klien dengan osteoarthritis dapat diperoleh data adanya keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya seni sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan dengan gerakan yang lain . Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan membesar. Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak serta hambatan gerak sendi biasanya semakin bertambah berat Pada pemeriksaan musculoskeletal, melakukan pemeriksaan ekstremitas atas dengan cara inspeksi dan palpasi. Periksa kondisi sendi, tanda-tanda radang dan deformitas, periksa apakah ada atrofi, hipertrofi atau hipertrofi otot. Kaji adanya nyeri sendi minta pasien untuk untuk menunjukkan lokasi sendi, catat adanya awitan nyeri terutama bila ada trauma gaji lamanya kualitas dan keparahan nyeri. Kaji adanya keterbatasan gerak .Periksa adanya tumor jaringan parut dan lesi pada kedua tangan nodul yang teraba keras tidak terasa nyeri dan ditemukan pada persendian bagian distal interval Angel di bagian dorsolateral (nodul heberden adalah tanda utama adanya penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis) 11



Periksa kemampuan ekstensi dan fleksi pada jari .Kontraktur flexi pada jari kelingking,



jari manis, jari tengah



(kontraktur dupuytren) dapat



menghambat ekstensi penuh jari-jari tangan. Artritis ditandai dengan adanya keterbatasan gerak pada semua jari. Palpasi sendi metacarpal langeal bagian medial dan lateral jari-jari. Rasakan adanya pembengkakan tulang yang menonjol dan teraba keras, serta deformitas .Jika ditemukan pembesaran pada bagian distal sendi interphalangeal, kemungkinan besar ada penyakit sendi degenerative Periksa kontur telapak tangan. Lakukan palpasi pada sendi jari di bagian distal rasakan apakah ada pembesaran deformitas dan nyeri .Gerakan pergelangan tangan (fleksi, ekstensi, deviasi ulna dan medial )dan jari .Periksa kontur pergelangan tangan tangan dan jari .Biasanya akan ada pembengkakan pada penderita arthritis. Palpasi sendi pergelangan tangan .Lanjutkan dengan pengkajian siku, topang lengan klien dan biarkan siku menekuk dan sedikit fleksi. Lakukan inspeksi dan palpasi pada masingmasing siku, permukaan ekstensor tulang ulna dan olecranon. Jika ditemukan bengkak, kemerahan dan nyeri kemungkinan besar klien mengalami osteoarthritis. Inspeksi dan palpasi lengkung antara epicondylus dan olecranon biasanya akan ditemukan nyeri tekan pada penderita arthritis. Minta pasien untuk memfleksikan dan mengekstensikan bahu membalikan telapak tangan ke atas dan ke bawah (supinasi dan pronasi). Lakukan inspeksi pada bagian depan bahu catat adanya bengkak, dan rasa nyeri saat disentuh. Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah skapula dan rasarkan otot yang ada di sekitarnya. Inspeksi kontur bahu dan lingkar bahu dari depan ke belakang. Lakukan palpasi pada klavikula dari sendi sternoklavikula ke sendi acromioclavicula .Lakukan pada bursa subakromial dan subdeltoid setelah mengangkat lengan kebagian posterior .Kaji tentang pergerakan fleksi, ekstensi abduksi, adduksi, rotasi eksternal dan internal. Lakukan pemeriksaan ekstremitas bawah, pengkajian kaki dan tumit dilakukan dengan posisi berbaring. Inspeksi adanya pembengkakan kalus, tulang di kaki yang menonjol, nodul atau deformitas. Lakukan palpasi pada bagian anterior sendi pada tumit. Catat adanya pembengkakan nyeri atau 12



deformitas. Lakukan juga palpasi pada tendon Achilles, catat jika ditemukan nodul dan nyeri tekan.



Lakukan palpasi pada sendi-sendi jari kaki .Catat jika menemukan abnormalitas ,kaji kemampuan gerak daerah tumit dan kaki. Normalnya kaki dan tumit bisa bergerak tanpa rasa nyeri .Kaji kekuatan otot kaki ,kaji lutut klien inspeksi adanya perubahan bentuk atau abnormalitas pada patella. Inspeksi dan palpasi tibiofemoral (dengan lutur difleksikan), termasuk garis sendi biasanya bagian tepi banyak tulangnya dan berbentuk tidak teratur pada osteoatrhitis. Tekan patela terhadap femur yang menopang. Pada keadaan abnormal akan ada nyeri, krepitus. Kaji kantong suprapateral, ruang infrapateral (area cekungan yang berdekatan dengan patela). Biasanya akan ditemukan pembengkakan pada athritis. Periksa rentang gerak lutut (fleksi, ekstensi, abduksi) biasanya akan terjadi keterbatasan gerak pada penderita athritis. Periksa/kaji kaki dengan cara stabilkab tumit dan putar telapak kaki depan kedalam dan keluar Tekan sendi metatarsofalang, kemudian palpasi setiap sendi antara ibu jari dab jari telunjuk. Lakukan pengkajian pada punggung dan pinggul klien dengan posisi berdiri. Minta klien untuk berjalan dan lihat keadaan abnormalitas dari klien. Lakukan palpasi pinggul . Dan lihat apakah klien mengeluh nyeri. Kesadaran klien dengan osteoarthritis biasanya composmentis. Pada pengkajian kardiovaskuler ditemukan fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermen, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal). Pada pengkajian integritas ego ditemukan faktorfaktor stres seperti merasa tidak berdaya dan kehilangan pekerjaan. Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain. Biasanya juga Terjadi ketidak mampuan untuk mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat karena mual dan anoreksia kesulitan untuk mengunyah penurunan berat badan kekeringan pada membran mukosa berbagai berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri ketergantungan pada orang lain. ( Purwanto, 2016) 13



e. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Sudoyo (2009) diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis . Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban). Terjadi peningkatan densitas (sclerosis) subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi serta perubahan struktur anatomi sendi. Pada pemeriksaan laboratorium OA yang disertai peradangan akan dijumpai penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan sel peradangan (