14 0 320 KB
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN Nama Mahasiswa
: Melati Cahyani Indri
Tempat Praktik
: R.HD RSSA
NIM
: 19007030011105
Tgl. Praktik
: 16-21 Maret 2020
A. Identitas Klien Nama
: Tn. M
No. RM
: 109678xx
Usia
: 52 thn. .
Tgl. Masuk
: 16 Maret 2020
Jenis kelamin
: laki-laki
Tgl. Pengkajian
: 16 Maret 2020
Alamat
: Batu
Sumber informasi : Anak Klien dan klien
No. telepon
: 081806159xxx
Nama klg yg bisa dihubungi: anak klien
Status pernikahan
: Menikah
Agama
: Islam
Status
: anak klien
Suku
: Jawa
Alamat
: Batu
Pendidikan
: SMA
No. telepon
: 085006159xxx
Pekerjaan
: Pedagang
Pendidikan
: SMA
Lama berkerja
: 2 tahun
Pekerjaan
: karyawan
B. Status kesehatan Saat Ini 1. Keluhan utama : a. Saat MRS
:
Pasien mengeluh sesak ringan sejak 3 hari yang lalu, sesak yang dirasakan hilang timbul dan terasa saat aktivitas. Pasien mengeluh kadar kreatininnya masih tinggi padahal sudah melakukan cuci darah selama 2 tahun terakhir. Pasien juga mengeluh bengkak di tangan dan kaki, terkadang mual muntah dan merasa pusing di rumah setelah tindakan cuci darah b. Saat Pengkajian: Pasien mengeluh nyeri dan kram otot di lengan kiri yang terpasang alat hemodialisa, pasien juga mengatakan belum makan dan minum selama proses hemodialisa 2. Lama keluhan
: kram otot selama 10 menit setelah 3 jam proses hemodialisa berlangsung
3. Kualitas keluhan : sedang 4. Faktor pencetus : tindakan hemodialisa 5. Faktor pemberat : kurang cairan dari pasien tidak makan dan minum selama 3 jam proses HD 6. Upaya yang telah dilakukan
: melaporan ke perawat, lalu perawat menurunkan laju
kecepatan pompa darah (Quick Blood Pressure) dan melakukan peregangan otot 7. Diagnosa medis
:
a. CKD stage 5
16 Maret 2020
b. Hipertensi
16 Maret 2020
c. Nausea Vomitting
16 Maret 2020
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini Pasien datang ke Rumah Sakit dengan kendaraan pribadi bersama anaknya ke ruang HD RSSA pada jam 07.00. Klien rutin melaksanakan HD selama 2 kali seminggu. Klien mengatakan pada awal tahun 2018 klien mengeluh nyeri kepala dan nyeri pinggang, lalu dibawa ke RS Baptis Baru. Klien mengatakan dulu bekerja sebagai sopir truk jarak jauh selama 25 tahun. Klien mengatakan jarang minum air putih, sering minum kopi, teh, dan minuman energy berwarna, dan merokok. Saat di MRS di RS Baptis Batu klien dirawat selama 10 hari, tetapi kondisi klien memburuk lalu dirujuk ke RSSA. Di RSSA, klien dirawat di Ruang 22 lalu dilakukan pemeriksaan penunjang dan didiagnosa CKD. Klien telah diberikan terapi hemodialisa dari tanggal 10 Januari 2018 sampai dengan saat ini. Saat dilakukan pengkajian di Ruang HD RSSA, tgl 16 Maret 2020 jam 07.00, pasien dalam keadaan kesadaran GCS 456 (composmentis), terpasang alat HD di tangan sebelah kiri brachial. Sebelum HD pasien mengeluh sesak sejak 3 hari yang lalu, mual muntah 1x, sertia merasa pusing setelah tindakan HD. Saat HD Pasien tampak mengeluh nyeri kram otot di tangan kiri brachial yang terpasang alat HD, klien tidak tampak minum dan makan selama proses HD, pasien hanya tidur dan beristirahat selama proses HD. Kedua ekstremitas pasien edema. TTV pasien yaitu TD 180/90 mmHg, RR 28x/menit, nadi 76x/menit, suhu 36,5°C, SpO2 95%. Pasien menggunakan nasal canul 3 lpm.
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu 1. Penyakit yg pernah dialami: a. Kecelakaan (jenis & waktu)
: tidak ada
b. Operasi (jenis & waktu)
: tidak ada
c. Penyakit: Kronis
: Hipertensi dan CKD Stage V
Akut
:
d. Terakhir masuk RS
: pada bulan Maret 2020 untuk melakukan hemodialisa
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll): Tipe
Reaksi
Tidak ada alergi 3. Imunisasi: (√) BCG
(√) Hepatitis
(√) Polio
(√) Campak
(√) DPT
( ) .................
Tidak ada alergi
Tindakan Tidak ada alergi
4. Kebiasaan: Jenis
Frekuensi
Jumlah
Lamanya
Merokok
berhenti
-
-
Kopi
berhenti
-
-
Tidak mengkonsumsi
-
-
Alkohol
5. Obat-obatan yg digunakan: Jenis
Lamanya
IV Obat hormone eritropoetin
2 Tahun
PO Valsatran
2 Tahun
PO Amlodipine
2 Tahun
PO Paracetamol
1 tahun
Dosis
1 x 80mg
E. Riwayat Keluarga Klien mengatakan ibu dan bapak klien mempunyai riwayat penyakit HT. Klien kurang memahami penyakit dari nenek dan kakek klien. GENOGRAM GENOGRAM
Tn M (52 th) CKD
Keterangan: : Perempuan : Laki-laki : Pasien : Garis keturunan : Tinggal satu rumah : Meninggal
F. Riwayat Lingkungan Jenis Kebersihan
Rumah bersih dan rutin dibersihkan
Pekerjaan bersih dan rutin dibersihkan
Bahaya kecelakaan
keluarga Rumah pasien terletak di
Pasien bekerja sebagai
perkampungan padat
pedagang
penduduk Kendaraan yang melewati rumah pasien cukup ramai
Kendaraan yang berlalulalang
Polusi Ventilasi Pencahayaan
udara dapat masuk dan bertukar penerangan cukup dan cahaya matahari dapat masuk kedalam rumah
cukup ramai udara dapat masuk dan bertukar pencahayaan ruang cukup
G. Pola Aktifitas-Latihan Makan/minum
Rumah Rumah Sakit 2-3x/hari...................................... 0x/hari.........................................
Mandi
2x/hari......................................... 0 (mandiri)...................................
Berpakaian/berdandan
0 (mandiri)................................... 0 (mandiri)...................................
Toileting
0 (mandiri)................................... 0 (mandiri)...................................
Mobilitas di tempat tidur
0 (dapat mobilisasi mandiri)........ 0 (mandiri)...................................
Berpindah
0 (mandiri)................................... 0 (mandiri)...................................
Berjalan
0 (mandiri)................................... 0 (mandiri)...................................
Naik tangga
0 (mandiri)................................... tidak dikaji...................................
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 = tidak mampu H. Pola Nutrisi Metabolik Rumah
Rumah Sakit
Jenis diit/makanan
makanan lauk, nasi
saat HD tidak makan
Frekuensi/pola
3-4 kali / hari
tidak makan
Porsi yg dihabiskan
1porsi habis
tidak ada
Komposisi menu
nasi lauk, sayur
tidak ada
Pantangan
tidak ada
tidak ada
Napsu makan
nafsu makan normal
nafsu makan normal
Fluktuasi BB 6 bln. terakhir
tidak terjadi penurunan BB
tidak terjadi penurunan BB
Jenis minuman
air putih
tidak minum
Frekuensi/pola minum
2 kali / hari
-
Gelas yg dihabiskan
1 gelas / ± 300 ml
-
sekali minum Sukar menelan (padat/cair)
tidak
tidak
Pemakaian gigi palsu (area)
tidak memakai gigi palsu
tidak memakai gigi palsu
Riw. masalah penyembuhan luka tidak ada masalah penyembuhan luka
tidak ada masalah penyembuhan luka
I. Pola Eliminasi Rumah
Rumah Sakit
BAB: - Frekuensi/pola
1 kali / hari
tidak BAB
- Konsistensi
lembek
tidak BAB
- Warna & bau
coklat
tidak BAB
- Kesulitan
tidak ada kesulitan
tidak BAB
- Upaya mengatasi
tidak ada
tidak ada
- Frekuensi/pola
7 kali / hari
tidak BAK
- Konsistensi
cair
tidak BAK
- Warna & bau
kuning jernih, normal
tidak BAK
- Kesulitan
tidak ada kesulitan
tidak ada
- Upaya mengatasi
tidak ada
tidak ada
BAK:
J. Pola Tidur-Istirahat Rumah Tidur siang:Lamanya
3 jam
Rumah Sakit 2 jam saat HD
- Jam s/d
13.00 s/d 15.00
10.00 – 13.00
- Kenyamanan stlh. tidur
nyaman
nyaman
± 7 jam
-
- Jam …s/d…
21.00 – 04.00
-
- Kenyamanan stlh. tidur
nyaman
-
- Kebiasaan sblm. tidur
tidak ada
-
- Kesulitan
tidak ada
-
- Upaya mengatasi
tidak ada
-
Tidur malam: Lamanya
K. Pola Kebersihan Diri Rumah Mandi:Frekuensi
Rumah Sakit
2 kali/hari
tidak ada aktivitas tsb
menggunakan sabun
tidak ada aktivitas tsb
1 kali /3 hari
tidak ada aktivitas tsb
menggunakan shampoo
tidak ada aktivitas tsb
2x/hari
tidak ada aktivitas tsb
-
tidak ada aktivitas tsb
Ganti baju:Frekuensi
2 kali /hari
tidak ada aktivitas tsb
Memotong kuku: Frekuensi
1 kali /minggu
tidak ada aktivitas tsb
Kesulitan
tidak ada kesulitan
tidak ada aktivitas tsb
Upaya yg dilakukan
tidak ada
tidak ada aktivitas tsb
- Penggunaan sabun Keramas: Frekuensi - Penggunaan shampoo Gosok gigi: Frekuensi - Penggunaan odol
L. Pola Toleransi-Koping Stres 1. Pengambilan keputusan:
(√) sendiri
() dibantu orang lain, sebutkan
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): tidak ada (keluarga memakai BPJS Kesehatan) 3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: cerita ke anak dan istrinya (orang terdekat) 4. Harapan setelah menjalani perawatan: bisa segera sembuh dan tidak HD lagi 5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: harus rutin HD tiap minggu
M. Konsep Diri 1. Gambaran diri: tidak ada perubahan keadaan tubuh dari sebelumnya dan tidak dapat aktivitas seperti sebelumnya 2. Ideal diri: pasien ingin kembali menjalani aktivitas dan kembali bekerja 3. Harga diri: pasien tidak merasa malu dan cenderung menerima penyakitnya 4. Peran: pasien merupakan pedagang nasi goreng dan seorang kakek yang menjaga cucunya 5. Identitas diri pasien bernama Tn. M usia 52 tahun bertempat tinggal di Batu
N. Pola Peran & Hubungan 1. Peran dalam keluarga : Dalam keluarga klien berperan sebagai kepala rumah tangga 2. Sistem pendukung :istri/suami/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain, sebutkan: 3. Kesulitan dalam keluarga:
( ) Hub. dengan orang tua
( ) Hub.dengan
pasangan ( ) Hub. dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak (√) Lain-lain sebutkan, tidak ada kesulitan 4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: tidak ada
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: tidak ada O. Pola Komunikasi 1. Bicara: (√ ) Normal
( )Bahasa utama: Indonesia
( ) Tidak jelas
(√ ) Bahasa daerah: Jawa
( ) Bicara berputar-putar
( ) Rentang perhatian: Baik
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( )Afek: klien pasrah penyakitnya 2. Tempat tinggal:
(√) Sendiri, bersama anaknya ( ) Kos/asrama ( ) Bersama orang lain, yaitu:
3. Kehidupan keluarga a. Adat istiadat yg dianut: Adat jawa b. Pantangan & agama yg dianut: Agama islam c. Penghasilan keluarga:
( ) < Rp. 250.000
( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
() Rp. 250.000 – 500.000
( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
(√ ) Rp. 500.000 – 1 juta
( ) > 2 juta
P. Pola Seksualitas 1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (√) tidak ada
( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan: (√) perhatian
(√) sentuhan
( ) lain-lain, seperti menemani di samping pasien dan
memberi makan ketika pasien lapar
Q. Pola Nilai & Kepercayaan 1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak 2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): sholat 5 waktu 3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: tidak melakukan 4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: ingin segera sembuh R. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum: Kesadaran : Composmentis GCS : E4V5 M6 - TD : 180/90 mmHg - RR : 28 x / menit - N :76 X/menit - T : 36,5oC
- MAP : (Sistole+2Diastole): 3 = (140+ 180): 3 = 106,6 mmHg (Tinggi) - Program HD BB sebelum HD =57 kg
BB setelah HD = 55kg
QB = 500 QD 200 UF = 1,5 Tekanan Vena = 65 Heparin 5000 Kesimpulan : terdapat overload cairan (selisih BB sebelum dan setelah HD 2 kg) 2. Kepala & Leher a. Kepala: - Inspeksi: bentuk kepala bundar, rambut tersebar merata berwarna putih, kulit berwarna sawo matang, rambut bersih, tidak ada lesi - Palpasi: rambut kuat (tidak mudah rontok), nyeri (-) b. Wajah: - Inspeksi : warna kulit sawo matang, warna kulit rata, bentuk jawah simetris, pucat - Palpasi : tidak ada edema diwajah, dan tidak ada nyeri tekan c. Mata: - Inspeksi : Mata simetris, bentuk mata bulat, warna kornea putih, konjungtiva anemis, sklera non-ikterik, tidak menggunakan kacamata atau lensa, d. Hidung: -
Inspeksi : Lesi (-), perdarahan (-), secret (-), sinus (-), terpasang O2 nasal canul 2 lpm
-
Palpasi : nyeri tekan (-), edema (-)
e. Mulut & tenggorokan: - Inspeksi : gigi lengkap, tidak ada gigi berlubang, perdarahan (-), bentuk simetris, mukosa mulut dan bibir baik, warna bibir pucat - Palpasi : edema (-), nyeri telan (-) f. Telinga: - Inspeksi : Bentuk daun telinga normal, massa (-), simetris, warna telinga sama dengan kulit lain - Palpasi : tidak ada nyeri tekan g. Leher: - Inspeksi : warna leher sawo matang dan merata, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelanjar
Palpasi : Kekakuan (-), massa (-), nyeri (-), trakea terletak ditengah
3. Thorak & Dada: Jantung - Inspeksi : Pulsasi ictus cordis di dada sebelah kiri nampak - Palpasi
: ictus cordis traba di ICS 4 mid clavicula sinistra, 2 cm lateral
- Perkusi
: Dullness/ pekak dari ICS 2 – ICS IV parasternal
- Auskultasi: S1 tunggal terdengar di parasternal sinistra ICS 4 dan ICS 4 midclavikula, S2 tunggal terdengar di ICS 2 parasternal sinistra, tidak ada gallop dan tidak ada murmur Paru - Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu nafas , retraksi intercostae maksimal, tidak ada luka - Palpasi
: Taktil fremitus normal
- Perkusi
: Resonan/ sonor
- Auskultasi : Vesikuler +/+ Ronchi
-
-
-
-
-
-
Wheezing :
-- - - - - -
4. Payudara & Ketiak Payudara simetris, tidak ada luka dan nyeri tekan. Ketiak tidak terdapat pembesaran nodus limfe 5. Punggung & Tulang Belakang Punggung tidak terdapat lesi dan massa 6. Abdomen - Inspeksi: Bentuk flat, tidak ada lesi, tidak ada striae - Palpasi: tidak ada distensi abdomen, dan tidak teraba masa, tidak ada nyeri tekan - Perkusi: Timpani - Auskultasi: Bising usus 15 kali / menit (normal) 7. Genetalia & Anus - Inspeksi
: tidak terkaji
- Palpasi
:tidak terkaji
8. Ekstermitas - Atas: tidak ada kontraktur, tidak ada deformitas, tidak ada edema. Terdapat bekas injeksi HD di tangan sebelah kanan. Terpasang alat HD tangan kiri. Mengeluh nyeri akibat kram otot seperti ditarik dan berlangsung 10 menit, dengan skala nyeri 5. Ekstremitas bisa digerakkan mandiri - Bawah: tidak ada kontraktur, tidak ada deformitas, tidak ada lesi / luka, tidak mengeluh nyeri. Ekstremitas bisa digerakkan mandiri
- Kekuatan otot 5
5
5
5
- Oedem +
+
+
+
9. Sistem Neurologi GCS E4V5M6 composmentis 10. Kulit & Kuku - Kulit: warna kulit sawo matang, teraba dingin, turgor kulit normal - Akral : hangat - Kuku: CRT > ↓ Resiko Perdarahan
RESIKO PERDARAHAN
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan prioritas) Ruang
: HD
Nama Pasien : Tn. M Diagnosa
: CKD st V terapi HD dengan komplikasi kram otot
No.
TANGGAL
Dx
MUNCUL
1
16-03-2020
DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre Hemodialisa resiko ketidakefektifan perfusi ginjal b.d ckd st v ditandai peningkatakn ureum kreatini dari pola
2
16-03-2020
makan pasien 3-4 kali/hari Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi ginjal d.d terdapat overload
1
1
16-03-2020
cairan (selisih BB sebelum dan setelah HD 2 kg) Intra Hemodialisa Nyeri akut b.d agen cedera fisik (kontraksi otot
16-03-2020
berlebih/ kram) dari pemasangan alat HD Post Hemodialisa Resiko Perdarahan b.d faktor resiko efek samping terkait terapi (HD) selama 4 jam
TANGGAL
TANDA
TERATASI
TANGAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PRE HEMODIALISA Diagnosa 1: Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi yang ditandai dengan didiagnosa CKD sejak 2 tahun yang lalu, penurunan hematokrit, hemoglobin, dan edema ektremitas. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam cairan pasien seimbang Kriteria hasil : sesuai skala NOC NOC: Keparahan Kelebihan Volume Cairan No. 1
Indikator Tekanan
1 >150/>105
3
3
4
5
>140-
>130-
>120-
120-
150/>100-
140/>95-
130/>80-95
110/70-80
+4 (kedalaman
105 +3
100 +2
+1
Tidak ada
>7mm, waktu
(kedalaman
(kedalaman
(kedalaman edema
kembali
5 – 7 mm,
3 – 5 mm,
1 – 3 mm,
>7detik)
kembali 7
kemali 5
kembali 3
detik) Peningkatan Fluktuasi >4 kg Fluktuasi
detik) Fluktuasi
detik) Fluktuasi 1-
Tidak ada
Berat badan
Darah 2
2
Edema kaki
dalam waktu 3
>3-4 kg
>2-3 kg
2 kg dalam
fluktuasi
hari
dalam
dalam
waktu 3
dalam 3
waktu 3 hari
waktu 3 hari
hari
hari
NIC: Manajemen Cairan
No
Intervensi
Rasional
Analisis
. 1.
Kaji intake dan output
Kegagalan fungsi ginjal dapat
Berdasarkan
cairan dengan tepat
menimbulkan komplikasi, yaitu
(Angraini,
kondisi overload cairan yang
2016) bagian pembahasan
merupakan pemicu terjadinya
halaman
gangguan cardiovaskuler hingga
terakhir
kematian. Overload cairan dapat
bahwa pemantauan intake
dicegah melalui pembatasan
output cairan selama 24
asupan cairan yang dapat
jam menggunakan chart
dilakukan melalui pemantauan
yang diisi oleh pasien saat
intake output cairan per harinya.
di rumah dapat mencegah
jurnal
F., 5
Putri,
A.
paragraf menyatakan
terjadinya overload cairan 2.
Timbang berat badan
Interdialytic Weight Gain (IDWG)
dan ukur tekanan darah
merupakan peningkatan volume
sebelum dan setelah
cairan dan dimanifestasikan
HD
dengan peningkatan berat badan.
pasien. -
Peningkatan IDWG melebih 5% dari BB dapat menyebabkan hipertensi, hipetensi intradialisis, gagal jantung, dan kematian. Maka daripada itu diperlukan monitor BB secara rutin, dan 3.
Jelaskan kepada
selama hemodialysis. Pada pasien CKD dengan terai
pasien dan keluarga
hemodialisa rutin, fluktuasi atau
tentang pentingnya
kelebihan cairan disebabkan
pembatasan cairan
karena adanya penurunan fungsi
-
ginjal dalam mengeksresikan cairan, sehingga dibutuhkan pembatasan cairan untuk menghindari edema terutama 4.
Kolaborasi tindakan
pada tangan, kaki, dan paru-paru. Tindakan hemodialysis bertujuan
dialisis
untuk membersihkan nitrogen sebagai sampah hasil metabolism, membuang kelebihan cairan, mengoreksi elektrolit, dan memperbaiki
-
gangguan keseimbangan basa 5.
Berikan informasi
pada penderita CKD. Dengan terpenuhnya
-proses penyakit dan
pengetahuan pasien dan keluarga
pentingnya melakukan
terhadap proses penyakit dan
program hemodialisa
pentingnya tindakan hemodialisa, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi dan pengobatan.
-
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN INTRA HEMODIALISA Diagnosa 2: Nyeri akut b/d agen cedera fisik (insersi akses vaskular) ditandai dengan melaporkan nyeri, ekpresi wajah Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam nyeri klien berkurang. Kriteria hasil : sesuai skala NOC NOC: Tingkat Nyeri No. 1
Indikator Melaporkan nyeri
1 Skala
2 Skala 7-
10
9
2. Mengekpresikan nyeri
Keterangan Penilaian: Skala nyeri 1: skala 10 nyeri berat tidak terkontrol 2: skala 7 – 9 nyeri berat terkontrol 3: skala 4 – 6 nyeri sedang 4: skala 1 – 3 nyeri ringan 5: skala 0 tidak nyeri
3 Skala 4-6
4 Skla 1-3
5 Tidak nyeri
NIC: Manajemen Nyeri No. Intervensi 1. Lakukan pengkajian secara
Rasional nyeri Nyeri
Analisis merupakan -
komprehensif, pengalaman sensori dan
termasuk lokasi, karakteristik, emosional durasi,
frekuensi,
yang
tidak
kualitas, menyenangkan akibat dari
dan faktor presipitas
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, yang dapat nilai menggunakan
2.
pendekatan PQRST adanya Pengalaman nyeri -
Observasi
ketidaknyamanan secara non dirasakan verbal
dinilai
pasien
melalui
dapat
petunjuk
nonverbal, yaitu ekspresi wajah
dengan
menggunakan
skala
wajah Wong-Baker Faces 3.
Ajarkan
teknik
nafas
dalam
Rating Scale. relaksasi Teknik relaksasi untuk dalam
menurunkan nyeri
merupalan
terapi
nonfarmakologis
untuk
maupun
stretching
sebelum hemodialisa
mental
fisik
dari
dan
stress
ketegangan
Ajarkan
salah
satu membebaskan
4.
nafas -
sehingga
mampu
meningkatkan
tolerasi
terhadap nyeri. otot Salah satu komplikasi dari Berdasarkan
penelitian
melakukan hemodialysis yaitu kram (Panchiri, M., dkk. 2017) otot. peregangan melakukan
Sehingga hal. 6 bagian results table otot HD
dilakukan menghindari
saat 2
menyatakan
dapat terdapat perbedaan nilai untuk pre-test
kram
selama HD berjalan.
bahwa
dan
otot sehingga
post-test, dapat
disimpulkan
bahwa
intradialytic
stretching
dapat menurunkan kram otot secara signifikan pada pasien
yang
sedang
5.
Berikan
informasi
kepada Dengan
menjalankan hemodialisis diberikannya -
pasien dan keluarga tentang informasi kepada pasien penyebab nyeri, berapa lama mengenai akan tindakan
berlangsung, yang
dan diharapkan
nyeri dapat
dilakukan meningkatkan
terhadap nyeri yang dialami
pemahaman dan adaptasi pasien terhadap nyeri.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Post Hemodialisa Diagnosa No. 3 : Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terapi (hemodialisa dan pemberian heparin) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x4 jam, diharapkan resiko perdarahan dapat diminimalkan Kriteria Hasil : Didapatkan skor NOC sesuai target NOC : Keparahan Syok: Area Akses Hemodialisa No 1 2
Indikator Perdarahan pada area insersi Hematoma pada area insersi
1
2
Keterangan: 1.
Berat
2.
Cukup berat
3.
Sedang
4.
Ringan
5.
Tidak ada perdarahan
3
4
5
NIC: Bleeding Precautions No. 1.
Intervensi Monitor adanya
Rasional risiko Penggunaan
perdarahan
Analisis terapi -
antikoagulan pada pasien yang
menjalani
hemodialysis
dapat
meningkatkan terjadinya 2.
Ajarkan
pasien
perdarahan untuk Aktivitas berat
menghindari aktivitas berat
dapat -
meningkatkan risiko jatuh pada
pasien
CKD
sehingga risiko terjadinya perdarahan 3.
Monitor
waktu
dan koagulasi
pun
terjadi protombin Plasma
dapat
Prothrombin -
Time( PPT) dan Activated Partial
Thromboplastin
Time (APTT) digunakan sebagai parameter untuk memonitor
kadar
antikoagulan
pada
penderita
CKD
hemodialysis.
pasca
Analisis Jurnal 1: Pemantauan Intake Output Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan Kegagalan fungsi ginjal dapat menimbulkan komplikasi gangguan kesehatan lainnya, salah satunya adalah kondi-si overload cairan yang merupakan faktor pe-micu terjadinya gangguan kardiovaskuler bahkan kematian yang terjadi pada pasien GGK (Angelantonio, Chowdhury, Sarwar, Aspelund, Danesh, & Gudnason, 2010 dan Caturvedy, 2014). Meiliana (2013) menyata-kan bahwa 54% pasien yang menjalani HD di ruang HD RSUP Fatmawati memiliki riwayat overload cairan. Keefektifan pembatasan jumlah cairan pada pasien GGK bergantung kepada beberapa hal, antara lain pengetahuan pasien terhadap jumlah cairan yang boleh diminum. Upaya untuk mencipta-kan pembatasan asupan cairan pada pasien GGK diantaranya dapat dilakukan melalui pemantauan intake output cairan per harinya, sehubungan dengan intake cairan pasien GGK bergantung pada jumlah urin 24 jam (Europe-an Society for Parenteral and Enteral Nutri-tion dalam Pasticci, Fantuzzi, Pegoraro, Mc Cann, Bedogni, 2012). Pemantauan dilakukan dengan cara mencatat jumlah cairan yang diminum dan jumlah urin setiap harinya pada chart/tabel (Shepherd, 2011). Sehubungan dengan pentingnya program pembatasan cairan pada pasien dalam rangka mencegah komplikasi serta mempertahankan kualitas hidup, maka perlu dilakukan analisis praktek terkait intervensi dalam mengontrol jumlah asupan cairan melalui pen-catatan jumlah cairan yang diminum serta urin yang dikeluarkan setiap harinya. Intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat untuk memonitor intake ouput cairan adalah dengan memberikan Chart Pemantauan Intake Output Cairan. Pada kasus Tn. M pemantauan status hidrasi meliputi pemantauan intake output cairan selama 24 jam dengan menggunakan chart intake output cairan untuk kemudian dilakukan penghitungan balance cairan (balance positif menunjukkan keadaan overload). Chart pemantauan intake output cairan klien, tidak hanya diisi oleh mahasiswa saja, namun juga diisi oleh pasien. Hal tersebut bertujuan untuk melatih klien dalam memantau asupan dan haluaran cairan, sehingga pada saat pulang ke rumah klien sudah memiliki keterampilan berupa modifikasi perilaku khususnya dalam manajemen cairan. Keterampilan tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya overload cairan pada klien, mengingat jumlah asupan cairan klien bergantung kepada jumlah urin 24 jam.
Analisis jurnal 2: Reduction of Muscle Cramps among Patients Undergoing Hemodialysis: The Effectiveness of Intradialytic Stretching Exercises Cronik Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif, tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk, 2009). Hemodialisis adalah pengobatan yang digunakan untuk pasien gagal ginjal kronik, yaitu pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi kedalam tubuh pasien. Hemodialisi memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien, suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dialisen (tempat terjadi pertukaran cairan, elektrolit dan zat sisa tubuh) serta dialiser (Baradero, 2008). Keluhan yang dirasakan pasien yang menjalani hemodialisis rutin adalah kram otot. Kram otot dapat terjadi dimana saja, termasuk kaki, tangan, perut, dan wajah. Komplikasi ini dapat ditangani dengan cara infus normal saline, pemijatan, dan menghentikan ultrafiltrasi secara sementara sampai kram menghilang. Selain itu, peregangan otot juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kram. Hal ini juga didukung oleh penelitian (Panchiri, M., dkk. 2017) yang berjudul “Reduction of Muscle Cramps among Patients Undergoing Hemodialysis: The Effectiveness of Intradialytic Stretching Exercises”. Peregangan otot adalah penyeimbang sempurna keadaan diam dan tidak aktif dalam waktu lama. Peregangan teratur bermanfaat untuk mengurangi ketegangan otot, memperbaiki peredaran darah, mengurangi kecemasan. Selain itu, peregangan juga merupakan salah satu cara untuk menyiapkan sistem locomotor untuk meningkatkan kapasitas pergerakan otot. Latihan peregangan di mana otot atau tendon tertentu sengaja dilenturkan atau diregangkan untuk meningkatkan keelastisitas dan tonus otot. Setelah melakukan latihan peregangan otot diharapkan kram otot yang dialami pasien dapat menurun.