Askep HNP [PDF]

  • Author / Uploaded
  • olif
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HERNIA NUCLEOUS PULMONALIS (HNP) PADA TN.M DI RT 003 RW 003 KEC. SIMAN DESA BRAHU PONOROGO



DISUSUN OLEH : Sintia Rahmawati NIM : 18050



AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSAN JAKARTA UTARA PROGRAM STUDI DIII - KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020



43



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat. Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Hernia Nucleus Pulposus ”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yaitu khususnya kepada Dosen Ns.Agus Citra Darmawan,Mkep mata ajar Keperawatan Gerontik kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat di terima dengan baik , sekian dan terima kasih.



Jakarta, 21 Desember 2020



Sintia Rahmawati



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR........................................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 Latar Belakang...................................................................................................................1 Rumusan Masalah..............................................................................................................2 Tujuan Penulisan...............................................................................................................3 Metode Penulisan…..........................................................................................................4 Sistematika penulisan…...................................................................................................4 BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................5 2.1 Pengertian....................................................................................................................5 2.2 Etiologi........................................................................................................................6 2.3 Patofisiologi.................................................................................................................8 a. Proses Perjalanan Penyakit.................................................................................8 b. Manifestasi Klinis...............................................................................................8 c. Komplikasi.......................................................................................................10 d. Klasifikasi.........................................................................................................11 2.6 Penatalaksanaan.........................................................................................................13 BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................................18 3.1 Pengkajian.................................................................................................................18 3.2 Analisa Data..............................................................................................................45 3.3 Diagnosa keperawatan...............................................................................................46 3.4 Intervensi Keperawatan.............................................................................................47 3.5 Implementasi Keperawatan.......................................................................................50 3.6 Evaluasi Keperawatan...............................................................................................53 BAB IV PENUTUP........................................................................................................54 A. Kesimpulan................................................................................................................54 B. Saran..........................................................................................................................54 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................55



BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Menurut data World Health Organication (WHO), nyeri pinggang bawah juga sering dikeluhkan oleh pegawai kantoran. Nyeri tersebut merupakan ketidaknyamanan bagi mereka. Prevalensi nyeri pinggang bawah pada populasi lebih kurang 16.500.000 per tahun di inggris. Pasien HNP yang berobat jalan berkisar 1.600.000 orang dan yang dirawat di rumah sakit lebih kurang 100.000 orang. Dari keseluruhan nyeri punggung bawah, yang mendapat tindakan operasi berjumlah 24.000 orang pertahunnya. Penelitian oleh Fernandez et al pada orang dewasa diperoleh pravelensi HNP adalah 19,9% di Spanyol. HNP lebih banyak terjadi pada perempuan (67,5%) daripada lakilaki (33%). Pasien HNP dari usia 31-50 tahun 1,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan usia 16-30 tahun. Angka kejadian pasien HNP meningkat tajam pada remaja (lebih awal terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki) dengan usia 12-41 tahun yang dilakukan berdasarkan studi cross sectional di Denmark. Angka kejadian HNP lebih sering pada usia dewasa, dimana 20,7% dari populasi perempuan dan 21% dari populasi laki-laki di benua Australia. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah gangguan yang melibatkan ruptur anulus pulposus (cincin luar diskus) sehingga nucleus pulposus menonjol (mengalami herniasi) dan menekan akar saraf spinal, menimbulkan nyeri dan mungkin deficit neurologic. Sebagian besar terjadi antara L4 dan L5, menekan akar saraf L5 atau antara L5 dan S1, menekan akar saraf S1 (Amin Huda Nurarif & Hardih Kusuma, 2015). Nyeri pada punggung bawah merupakan keluhan utama dari penderita Hernia Nucleus Pulposus (HNP), persepsi nyeri ini bertujuan untuk membatasi gerakan yang melibatkan otot-otot punggung. Hernia Nukleus Pulposus memiliki ciri nyeri pada bagian punggung bawah karena kehilangan fungsi dan hal tersebut merupakan salah satu keluhan utama yang menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Pekerjaan berat dengan gerakan yang menimbulkan cedera otot saraf, posisi tidak bergerak dalam waktu yang cukup lama menjadi pencetus beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya nyeri pada punggung bawah. Waktu pemulihan yang tidak memadai karena kurangnya



1



istirahat juga dapat memperparah kondisi (Nasikhatussoraya, Octaviani, & Julianti, 2016) Peran perawat pada lansia di panti diantaranya ialah : Sebagai Care Giver/ pemberi asuhan langsung, dimana perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi sesuai respon klien. Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan 3 kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien dapat lebih mengetahui mengenai keadaan yang sedang dialami. Sebagai komunikasi (communicator) perawat dapat melakukan komunikasi yang baik dan benar guna untuk mengetahui tentang keadaan klien sehingga mampu mendiagnosa dan menemukan hal - hal yang mereka butuhkan selama proses perawatan. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor), sebagai perawat tugas utama adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi pada klien. Adanya pola interaksi merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasi, perawat dapat memberikan konseling / bimbingan kepada klien mengenai pemecahan masalah yang difokuskan pada masalah keperawatan, serta mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat (Stanley, Mickey dkk., 2007). Berdasarkan Latar belakang yang diuraikan diatas penulis tertarik mengambil kasus dengan judul “Asuhan keperawatan gerontik Tn. M dengan masalah utama gangguan sistem muskuloskeletal LBP (Low Back Pain)”, dimana keadaan lansia disana kondisinya banyak yang mengalami nyeri punggung bawah (boyok)”. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Herniasi Nukleus Pulposus? 2. Apa etiologi Herniasi Nukleus Pulposus? 3. Bagaimana patofisiologi Herniasi Nukleus Pulposus? 4. Bagaimana manifestasi klinis Herniasi Nukleus Pulposus? 5. Apa saja komplikasi HNP?



6. Bagaimana pengkajian pada Herniasi Nukleus Pulposus? 7. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada Herniasi Nukleus Pulposus? 8. Apa saja diagnose keperawatan untuk Herniasi Nukleus Pulposus? 9. Bagaimana rencana tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus? 10. Bagaimana pelaksanaan tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus? 11. Bagaimana evaluasi tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum : Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu diperolehnya pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn.M dengan Hernia Nucleus Pulposus (HNP) di Jalan Raya Siman-Jetis Rt 03/03 Desa Brahu Besaran Siman Ponorogo. 2. Tujuan Khusus : a. Mampu mengetahui pengertian Herniasi Nukleus Pulposus b. Mampu mengetahui etiologi Herniasi Nukleus Pulposus c. Mampu mengetahui patofisiologi Herniasi Nukleus Pulposus d. Mampu mengetahui manifestasi klinis Herniasi Nukleus Pulposus e. Mampu mengetahui komplikasi pada HNP f. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Hernia Nucleus Pulposus g. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien Hernia Nucleus Pulposus h. Mampu melakukan intervensi pada klien dengan Hernia Nucleus Pulposus i. Mampu melakukan implementasi pada klien dengan Hernia Nucleus Pulposus j. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Hernia Nucleus Pulposus



D. Metode Penulisan Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan menggunakan metode studi kasus melalui proses keperawatan gerontik adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi perpustakaan, tinjauan kasus, documenter dan wawancara. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: 1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi perpustakaan, tinjauan kasus yang menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai lingkup kegiatan dan konsepkonsep yang tercakup dalam penulisan 2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh, diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan. E. RUANG LINGKUP Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan keperawatan gerontik pada Tn.M dengan Hernia Nucleous Pulposus di JL.Raya SimanJetis Rt03/03 Desa Brahu Besaran Siman Ponorogo yang dilaksanakan pada tanggal 1420 Desember 2020 F. SISTIMATIKA PENULISAN Secara garis besar makalah ilmiah ini terdiri dari 4 bab yaitu: BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika makalah. BAB II Tinjauan Teoritis terdiri dari pengertian, etiologi, pathway,



patofisiologi,



manifestasi



klinik,



komplikasi,



klasifikasi,



dan



penatalaksanaan. BAB III Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. BAB IV Kesimpulan dan saran dan daftar pustaka.



BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN



Hernia nukleus pulposus merupakan suatu keadaan patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus ke dalam lumen kanalis vertebralis. HNP dapat terjadi pada semua segmen vertebra, tetapi yang paling sering terjadi yaitu pada segmen lumbal. Kasus HNP yang paling sering terjadi adalah pada diskus intervertebralis L5-S1, kemudian disusul oleh herniasi pada diskus intervertebralis L4-L5, L3-L4, L2-L3, dan L1-L2. Herniasi pada diskus intervertebralis segmen thorakal relatif jarang, sedangkan pada 6segmen servikal dapat mengenai diskus intervertebralis C5-C6 atau C6-C7 (Nasikhatussoraya, 2016) Penyakit Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana sering mengalami rasa sakit pada ruas-ruas tulang belakang. HNP terjadi karena adanya nucleus pulposus (bahan pengisi berupa zat yang kenyal seperti gell) yang keluar dari diskus intervertebralis atau sendi tulang belakang (Herliana, Yudhinono , & Fitriyani, 2017).



Nyeri punggung bawah merupakan suatu gejala yang berkaitan dengan lebih dari 60 kondisi medis. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) lumbal merupakan penyakit degenerasi spinal yang paling sering menyebabkan 30% hingga 80% dari kasus terjadi pada semua diskus intervertebralis. Namun yang paling sering terjadi adalah di segmen lumbosakral, tepatnya di diskus intervertebralis L5 – S1 (Nova, Octaviani, & Julianti, 2016) B. ETIOLOGI Penyebab Hernia Nukleus Pulposus (HNP) terjadi karena perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus yang ditandai dengan adanya peningkatan usia. Annulus fibrosa akan mengalami perubahan karena digunakan secara terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosa biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Yusuf, 2017) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) timbul karena sobeknya annulus fibrosus yang dipicu oleh suatu trauma derajat sedang dan terjadi secara berulang mengenai discus intervertebralis. Gejala trauma yang dialami pasien pada umumnya bersifat singkat, dan gejala yang disebabkan oleh cidera pada diskus tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam 5 beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin rupture dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012) Menurut (Herliana, Yudhinono , & Fitriyani, 2017) bahwa hal-hal yang menyebabkan penyakit HNP antara lain : 1. Aktivitas mengangkat benda berat dengan posisi awalan yang salah seperti posisi membungkuk sebagai awalan 2. Kebiasaan sikap duduk yang salah dalam rentang waktu yang sangat lama. Hal ini sangat berpengaruh pada tulang belakang ketika kita sedang membungkuk dalam posisi duduk yang kurang nyaman



3. Melakukan gerakan yang salah baik disengaja maupun tidak yang sangat berpengaruh pada tulang dan menyebabkan tulang punggung mengalami penyempitan sehingga terjadi trauma 4. Kelebihan berat badan (obesitas) Proses terjadinya masalah PATHWAY



C. PATOFISIOLOGIS 1. Proses Perjalanan Penyakit HNP lumbosakral didahului oleh adanya gaya traumatik seperti mengangkat benda berat, aktivitas berlebihan, menegakkan badan waktu terpeleset yang mengakibatkan sobekan pada anulus fibrosus yang bersifat sirkumferensial. Sobekan tersebut ditandai dengan terbentuknya nodus Schmorl yang dapat menyebabkan inflamasi dan nekrosis pada tulang vertebra, sehingga terjadinya low back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai dan dikenal sebagai ischialgia. Jebolnya nukleus pulposus ke arah posterolateral menyebabkan nukleus pulposus menekan radiks dan arteri radikularis yang berada pada lapisan dura. Apabila tempat herniasinya berada di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena karena tidak adanya kompresi pada kolumna anterior (Nasikhatussoraya, 2016). 2. Manifestasi Klinik HNP lumbosakral dapat bermanifestasi sebagai suatu sindrom yang terdiri dari kumpulan gejala, seperti: (1) Nyeri punggung bawah yang dapat meluas ke area gluteal, paha bagian posterior, area cruris sampai ke area pedis, (2) Kekakuan akibat refleks spasme dari otot-otot paravertebra yang dapat mencegah pasien berdiri tegak dengan sempurna, serta (3) Timbulnya gejala berupa parestesia, kelemahan otot-otot sekitar punggung dan kaki, atau kelemahan dari refleks tendo Achilles (Nasikhatussoraya, 2016). Mekanisme nyeri pada HNP lumbosakral sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui. Hipotesis yang banyak dipaparkan oleh para ahli adalah 19 interaksi antara faktor kompresi mekanis, inflamasi, serta respon imun (Nasikhatussoraya, 2016). 1. Faktor kompresi mekanis Nyeri neuropati pada HNP lumbosakral dianggap hanya disebabkan oleh faktor kompresi mekanis oleh diskus intervertebralis yang menekan saraf



iskhiadikus. Namun, akhir-akhir ini banyak penelitian membuktikan bahwa kompresi mekanis lebih berperan pada terjadinya defisit neurologis daripada nyeri. Faktor inflamasi serta respon imun lebih berperan penting dalam proses terjadinya nyeri. Penekanan radiks saraf iskhiadikus diasumsikan menyebabkan nyeri neuropati sehingga diharapkan nyeri akan menghilang apabila penekanan tersebut dihilangkan. 2 Faktor inflamasi Hasil pemeriksaan histologi pada akar saraf posterior saat dilakukan laminektomi menunjukkan adanya proses inflamasi yang mendukung teori bahwa inflamasi lebih berperan sebagai sumber nyeri radiks saraf daripada faktor kompresi mekanis. Nukleus pulposus adalah mediator inflamasi utama yang poten dan berperan pada stadium awal pada HNP lumbosakral. Pada model binatang coba, nukleus pulposus menyebabkan reaksi inflamasi pada radiks saraf yang ditunjukkan dengan demielinisasi, penurunan aliran darah ke ganglia dorsalis, peningkatan tekanan endoneural, serta penurunan kecepatan hantar saraf. Pada proses inflamasi, banyak mediator inflamasi yang berperan diantaranya: Tumor Necrosis



Factor-α



(TNF-α),



Prostaglandin,



Interleukin-6



(IL-6),



Interleukin-1β (IL-1β), Phospholipase A2 (PLA2), serta Nitric Oxide (NO), dimana TNF-α memiliki peran yang sangat penting dalam terjadinya nyeri neuropati. 20 3. Faktor sistem imun Nukleus pulposus mensekresikan substansi yang dapat menginduksi reaksi autoimun pada herniasi diskus, terutama diskus yang mengalami ekstrusi. Reaksi inflamasi dalam keadaan normal merangsang terjadinya respon imun, tetapi pada pasien HNP terjadi respon imun yang abnormal dimana terbentuk antibodi terhadap jaringan saraf normal, hal tersebut berhubungan dengan skiatika kronis. Glycosphingolipid (GSL) terdapat pada berbagai sel di dalam sistem saraf tepi serta saraf pusat. Mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi pada nosiseptor oleh stimulus noksious di jaringan. Nosiseptor merupakan serabut saraf aferen primer dengan terminal perifer



(reseptor) yang mempunyai respons berbeda terhadap rangsang noksious yang berupa faktor kompresi mekanik, mediator inflamasi, atau respon sistem imun. Rangsangan noksious tersebut kemudian dirubah menjadi potensial aksi. Tahap awal dari mekanisme nyeri ini dinamakan sebagai tranduksi atau aktivasi reseptor. Tahap kedua disebut sebagai transmisi, merupakan konduksi impuls dari neuron aferen primer ke kornu dorsalis dari medula spinalis. Pada kornu dorsalis tersebut, neuron aferen primer akan bersinaps dengan neuron susunan saraf pusat. Pada tahap ini jaringan neuron tersebut akan naik ke atas di medula spinalis menuju batang otak dan thalamus. Tahap ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas saraf yang bertujuan untuk mengontrol adanya transmisi nyeri. Modulasi berkaitan dengan suatu jaras tertentu di sistem saraf pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di medula spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan nyeri ditransmisikan menuju ke otak dan menghasilkan 21 suatu interpretasu sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan (Nasikhatussoraya, 2016). 3. Komplikasi Kebanyakan komplikasi HNP berupa komplikasi pasca operasi 1) Komplikasi potensial untuk pendekatan anterior a) Cedera arteri carotid atau a vertebral b) Disfungsi saraf laringeus berulang c) Perforasi esophagus d) Obstruksi jalan napas 2) Komplikasi pendekatan posterior a) Retraksi / kontusio salah satu struktur b) Kelemahan otot-otot yang diporsarafi radiks saraf atau medulla 3) Komplikasi bedah diskus a) Tejadi pengulangan herniasi pada tempat yang sama atau tempat lain b) Radang pada membran arachnoid c) Rasa nyeri seperti terbakar pada daerah belakang bagian bawah yang menyebar ke daerah bokong



d) Sayatan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan parut disekitar saraf spinal dan dura, yang akibat radang dapat menyebabkan neurotic kronik atau neurofebrosi e) Cedera saraf dan jaringan f) Sindrom diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah disektomi lumbal) dapat menetap dan biasanya menyebabkan ketidakmampuan bergerak



Komplikasi lain dari HNP : 1) Sindrom cauda equine, yaitu hernia cakram yang menekan ekor sum-sum tulang belakang (cauda equina dan ditandai rasa baal di dubur dan sekitarnya, gangguan buang air besar dan berkemih) 2) Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih, dimana penderita akan kesulitan mengeluarkan urine atau tinja, hingga kemandulan secara seksual. 3) Menurunnya kemampuan beraktivitas, dikarenakan kondisi ini dapat memperburuk gejala, seperti nyeri hebat, otot melemah, atau kaku. 4) Anestesi sadel, dimana penderita kehilangan kemampuan merasa atau sensasi di titik seperti paha bagian dalam, tungkai belakang, dan sekitar dubur. 5) Kelumpuhan pada ekstermitas bawah. 6) Cedera medulla spinalis. 7) Radiklitis (iritasi akar saraf). 8) Parestese. 9) Disfungsi seksual. 10) Hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan 4. Klasifikasi Menurut tempat terjadi, HNP dibagi menjadi : 1) Hernia Lumbosacralis



Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, biasanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Bersin, gerakan yang tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolapse, mendorong ujungnya atau jumkainya dan melamahkan annulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai annulus dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering frogmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anullus, biasanya pada sisi-sisi lainnya (kadang-kadang di tengah), dimana mereka mengenai menimpa serabut atau beberapa serabut saraf. 2) Hernia Servikalis Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Pergerakan kolumna vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang otot-otot leher spastik, kaki kuduk, reflex biseps yang menurun atau menghilang. Hernia ini melibakan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal saraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit. 3) Hernia Thorakalis Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejalagejalanya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesr yang parostesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang



paraporese



kadang-kadang



serangannya



mendadak



dengan



paraparase. Penonjolan pada sendi invertebratal thorakal masih jarang terjadi, pada empat thorakal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.



Hernia Nucleus Pulposus (HNP), terbagi dalam 4 grade berdasarkan keaadaan herniasinya dimana ekstruksi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu : 1) HNP grade 1 protusi diskus invertebralis : Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan annulus fibrosus 2) HNP grade 2 prolaps Diskus Invertebral : nukleus berpindah, masih dalam lingkaran anulus fibrosus 3) HNP grade 3 extrusi diskus invertebral : nukleus telah menembus ligamentum longitudinalis posterior HNP grade 4 sequestrasi diskus invertebral : nukleus telah menembus ligamentum longitudinalis posterior (Arif Muttaqin, 2008). D. Penatalaksanaan 1. Terapi Konservatif a. Tirah baring Penderita kasus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk, tungkai dala sikap fleksi pada panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per, dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP, klien memerlukan tirah baring dalam waktu yang lebih lama. Setelah tirah baring, klien melakukan latihan atau dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot. b. Kompres hangat / dingin Kompres hangan/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien mengalami nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.



c. Medikamentosa 1) Analgesik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug ) Obat ini diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, aspirin, dan tramadol. Contoh NSAID : Ibuprofen, natrium diklofenak, etodolak, selekoksib. 2) Obat pelemas otot (muscle relaxant) Bermanfaat bila penyebab HNP adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID, sering kali dikombinasi dengan NSAID. Seringkali dikombinasikan dengan NSAID, sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh : tinazidin, esperidone, dan carisoprodol. 3) Opioid Obat ini terbukti tidak lebih efektif dari pada analgetik biasa yang jauh lebih aman. Pemakaian jangka panjang bila menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat. 4) Kortikosteroid oral Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan. 5) Analgetik ajuvan Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, karbamasepin, gabapentin 6) Suntikan pada titik picu Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan pada ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu di sekitar tulang punggung dengan campuran anastesi local dan kortikosteroid. Cara ini masih kontaversi obat yang dipakai anatara lain lidokain, ignokain, deksametason, metildrepnisolon dan triamsinolon



7) Kortikosteroid (prednisone, prednisolon) 8) Anti inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan 9) Anti depresan trisiklik (amitriptilin) 10) Obat penenang minor (diazepam, kiordiasepoksid) d. Fisioterapi Biasanya dalam bentuk diartemi (pemanasan dengan



jangkauan



permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis. 2. Terapi operatif Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang, atau terjadi defisit neurologis. Terapi operatif pada pasien dilakukan jika : a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4 b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6-12 minggu. c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menunjukan gejala dan memperbaiki Fungsi dari pasien d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu yang lama.



Intervensi bedah dapat dilakukan bergantung pada sifat masalah, usia dan disabilitas pasien : 1) Disektomi : pengambilan sebagian diskus invertebralis a. Pengangkatan diskus yang menonjol (herniasi) dan menghubungkan celah dengan tandur tulang (disektomi dengan fusi) b. Disektomi subtotal (popsial, bukan total) menurunkan herniasi ulang setelah disektomi lumbal



c. Disekotomi total dan penggantian dengan tandur tulang d. Percutaneous distectomy : pengambilan sebagian diskus invetebralis dengan menggunakan jarum secara aspirasi 2) Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion : penggunaan graft pada vertebata sehingga terbentuk koneksi yang rigid dianatara vertebra sehingga terjadi stabilitas 3) Foraminotomi : membuka ruang didalam foramin untuk membuat ruang yang lebih besa untuk diskus yang membesar atau menonjol (herniasi) sehingga mengurangi kompresi dan meredakan nyeri 4) Laminektomi atau hemi – laminektomi, eksisi semua atau sebagian lengkung posterior vertebrata untuk meredakan nyeri. 5) Fusi paddat dengan atau tanpa laminektomi, yang membatasi mobilitas spiral. 6) Penggantian diskus total dengan alat porestetik, yang menyebabkan komplikasi tekait dengan alat tertentu (migrasi, alat polietilen yang ditanam terdorong keluar device wear, degenerasi dan osifikasi di sekitar alat, penyakit partikel)



3. Rehabilitasi medik a) Traksi pelvis b) Termoterapi (terapi panas) c) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) d) Korset lumbal e) Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan yang berlebihan



Tujuan rehabilitasi medik : a) Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula b) Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the activity of daily living) c) Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih dan sebagainya (Arif Muttaqin, 2008).



BAB III TINJAUAN KASUS FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK



I.



KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN STATUS KESEHATAN A. Karakteristik Demografi 1. Profil Klien/ Data Demografi



Nama : Tn. M



Suku : Jawa



Tempat/tgl lahir : 30 06 1951, Ponorogo



Pendidikan Terakhir : SD



Jenis Kelamin : P/L



No. Telp.



Status perkawinan : Menikah



Alamat : Jl. Raya Siman – Jetis Rt 03/03, Besaran, Brahu, Kec. Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur



Agama



: Islam



085267436970



Keluarga atau orang lain yang penting atau dekat yang dapat dihubungi :  Nama



: Tn. Muniran



 Alamat



: Jl. Raya Siman – Jetis Rt 03/03, Besaran, Brahu, Kec. Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur No. Telepon :-



 Hubungan dgn Klien



: Keponakan



2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi  Pekerjaan saat ini : Pengangguran  Pekerjaan sebelumnya : Petani  Sumber pendapatan : Pribadi dan Istri  Kecukupan kebutuhan : Cukup



3. Aktivitas Rekreasi 



Hobby



: Berenang dan Mendengar music karawitan







Bepergian/Wisata



: Tidak



4. Ruangan Saat Ini Tempat Tinggal 



Nama ruangan :







Jumlah penghuni







Kebersihan & kerapihan ruangan :







Penerangan



:







Sirkulasi udara



:







Keadaan kamar mandi &WC :







Kondisi lingkungan ruangan :



:



5. Riwayat Keluarga No



Nama



Umur



Hub. dg lansia



Pendidikan



Pekerjaan



1



Tumi



65 tahun



Istri



SD



Petani



2



Marlina



41 tahun



Anak



SMP



Wiraswasta



3



Budiono



45 tahun



Menantu



SMP



Wiraswasta



4 5



B. Pola Kebiasaan Sehari-hari 1. Nutrisi 



Frekuensi makan : 3 x sehari







Nafsu makan



: Baik







Jenis makanan



: Padat







Kebiasaan sebelum makan : Minum Kopi







Makanan yang tidak disukai : Daun melinjo







Alergi terhadap makanan : Makanan Ikan Basah







Pantangan makanan







Keluhan yang berhubungan dengan makan : Tidak Ada



: Sayur Nangka



2. Eliminasi a. BAK 



Frekuensi dan waktu







Kebiasaan BAK pada malam hari : Ya







Keluhan yang berhubungan BAK : Tidak Ada



: 8 x sehari



b. BAB 



Frekuensi dan waktu



: 1 x sehari







Konsistensi



: Padat







Keluhan yang berhubungan dgn BAB : Tidak Ada







Pengalaman memakai Laxantif/Pencahar : Tidak Ada



3. Personal Hygiene a. Mandi  Frekuensi dan waktu mandi



: 2 x sehari



 Pemakaian sabun (ya/tidak)



: Ya



b. Oral hygiene  Frekuensi dan waktu gosok gigi: 2 x sehari setiap mandi  Menggunakan pasta gigi



: Ya



c. Cuci rambut  Frekuensi



: 2 x sehari



 Penggunaan shampoo (ya/tidak) : Ya d. Kuku kaki dan tangan  Frekuensi gunting kuku



: 1 x seminggu



 Kebiasaan mencuci tangan dgn sabun : Ya



4. Istirahat dan Tidur a. Lama tidur malam



: 9 jam/hari



b. Tidur siang



: Ya (2 jam)



c. Keluhan yang berhubungan dgn tidur : Tidak ada 5. Kebiasaan mengisi waktu luang a. Olah raga (jenis & frekuensi): Ya (Sepedean & setiap pagi selesai shalat subuh) b. Nonton TV



: Setiap sore dan sebelum Tidur



c. Berkebun/memasak



: Berkebun



d. Lain-lain



: Bersih-bersih, merapihkan/membenarkan alat



rumah yg rusak 6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan : (Jenis/Frekuensi/Jumlah/Lama pakai) a. Merokok (ya/tidak)



: 4 x/sehari



b. Minuman keras (ya/tidak)



: Tidak ada



c. Ketergantungan obat (ya/tidak)



: Tidak ada



C. Status Kesehatan 1. Kondisi kesehatan saat ini a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Sakit Pinggang, Lambung, Asam Urat b.



Gejala yang dirasakan saat ini : Sakit pinggang



c. Waktu mulai timbulnya keluhan : Tidak menentu d. Obat yang dikonsumsi : Rhemafar 8mg, Zegren (50mg), Paracetamol (500mg) e. Upaya mengatasi : 



pergi ke RS/Klinik Pengobatan/dr. praktik : ya/tidak







pergi ke bidan/perawat : ya/tidak







mengkonsumsi obat-obatan sendiri/beli obat sendiri : ya/tidak







mengkonsumsi obat-obatan tradisonal : ya/tidak







lain-lain



:



……………………………………………………………….................... ....... 2. Riwayat kesehatan masa lalu a. Penyakit yang pernah diderita : Hnp (Syaraf Kejepit), Gastritis, Asam Urat b. Riwayat alergi (obat,makanan,binatang,debu dll) : Tidak Ada c. Riwayat kecelakaan : Kecelakaan lalu lintas tahun 2007 d. Riwayat dirawat di Rumah Sakit : Tidak ada 3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi) a. Keadaan umum : Compos mentis b. TTV (S, N, P, TD) : TD : 156/112 mmHg, N : 96 x/mnt, P : 20 x/mnt, S : 36ºC c. BB/TB : 50 BB /164 TB d. Kepala : Bersih e. Mata : Ananemis, Anikterik f. Hidung : Bersih/Simetris g. Telinga : Bersih/tidak ada sekret h. Mulut, gigi,bibir : Bersih tiadak ada bau,gigi sudah ada sebagian yg ompong (caries), mukosa bibir kerinh. i. Leher : Tidak ada vena jugularis j. Dada : Normal/simetris k. Abdomen : Tidak ada konstipasi l. Genitalia : Normal m. Kulit : Ada kulit seperti gosong di kedua tangan n. Ekstremitas atas : Normal o. Ekstremitas bawah : Normal Catatan: …………………………………………………………………………………………… ……………… D. Pengkajian Psikososial dan spritual a. Psikososial : Tidak Ada



b. Masalah emosional : Tidak Ada………………………………………………………………… c. Spiritual : Klien menjalan kan Sholat 5 waktu



II. PENGKAJIAN SPESIFIK PADA LANSIA A. Masalah Kesehatan Kronis Keluhan kesehatan atau gejala yang dirasakan



Tidak



Jarang



Sering



Selalu



klien dalam waktu 3 bulan terakhiri



pernah



(1)



(2)



(3)



(0) Fungsi Penglihatan 1



Penglihatan kabur



2



Mata berair



3



Nyeri pada mata



  



Fungsi Pendengaran 4



Pendengaran berkurang



5



Telinga berdenging



 



Fungsi Paru (pernafasan) 6



Batuk lama disertai keringat malam







7



sesak nafas







8



Berdahak/reak







Fungsi Jantung 9



Jantung berdebar-debar



10



Cepat lelah



11



Nyeri dada



  



Fungsi Pencernaan 12



Mual/muntah







13



Nyeri ulu hati







14



Makan dan minum berlebihan







15



Perubahan



kebiasaan



buang



air



besar







(mencret/sembelit) Fungsi Pergerakan 16



Nyeri kaki saat berjalan



17



Nyeri pinggang atau tulang belakang



 



18



Nyeri persediaan/bengkak







Fungsi Persyarafan 19



Lumpuh/kelemahan pada kaki / tangan







20



Kehilangan rasa







21



Gemetar/tremor







22



Nyeri/pegal pada daerah tengkuk







Fungsi saluran perkemihan 23



Buang air kecil banyak



24



Sering buang air kecil pada malam hari



25



Tidak mampu mengontrol pengeluaran air



  



kemih (ngompol) Jumlah



18



Keterangan : Skor: ≤ 25 (Tidak ada masalah s/d masalah kesehatan kronis ringan) Skor: 26 – 50 (Masalah kesehatan kronis sedang) Skor: ≥ 51 (Masalah kesehatan kronis berat) Kesimpulan: Setelah dikaji didapatkan skor : 18. Maka dari itu klien termasuk dalam kategori masalah kesehtan kronis ringan



B. Fungsi Kognitif 1. (Pengkajian Spesifik Gangguan Kognitif/Penilaian Status Mental Mini (MMSE)) Petunjuk : Isilah dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan jawaban lansia No Aspek yang Dinilai 1 ORIENTASI Sebutkan tahun berapa sekarang? Bulan apa sekarang? Tanggal berapa sekarang? Hari apa sekarang?



2



3



4



Dimana kita sekarang Apa Negara kita Siapa presiden kita Apa nama kota kita Registrasi Motorik Menyediakan 4 benda (misalnya: piring, mangkok, sendok, garpu Beri angka 1 tiap jawaban yang betul, Tiap objek 1 detik - Piring - Mangkok - Gelas - Bantal Perhatian dan Kalkulasi Hitungan kurang 5 - 10 – 5 - 32 – 5 - 68 – 5 - 90 – 5 - 80 – 5 Atau mengeja kata terbalik, contoh “PANTI” menjadi “INTIP” “WAHYU” menjadi “UYHAW” - U - Y - H - A - W Menyebutkan kembali (Recalling) Tanyakan kembali dan sebutkan nama benda seperti pada pertanyaan no 3 - Piring



Skore



Hasil



1 1 1 1



   



1 1 1 1



   



1 1 1 1



   



1 1 1 1 1



  



1 1 1 1 1



1 1



 



-



Mangkok Gelas bantal



No Aspek yang Dinilai 5 Bahasa Pemeriksa menunjuk pada pensil dan kertas; Lansia diminta menyebutkan 2 benda tersebut. - Pensil - kertas 6 Lansia diminta mengulang ucapan kata: Mungkin, apabila, nyaman 7 Lansia diminta untuk melakukan 3 perintah: - ambil kertas itu dengan tangan kanan - lipatlah kertas menjadi dua - letakkan kertas tersebut di lantai 8 Lansia diminta untuk membaca dan melakukan perintah Berikan tulisan: - Coba pejamkan mata (TULISAN, TRS DIBACA) - Lansia memejamkan mata (TINDAKAN) 9 Lansia diminta menulis kalimat secara spontan. Kalimat terdiri dari 2 kata (subjek dan predikat) 10 Copying Lansia diminta menggambar kembali dua segi lima berpotongan



TOTAL SKORE



Standar : skore 24 – 30 = fungsi kognitif normal



1 1



Skore



 



Hasil



1 1



 



1







1 1 1



  



1







1 1



30



26



skore 17 – 23 = kemungkinan/risiko gangguan kognitif skore 0 – 16 = terjadi Gangguan kognitif Kesimpulan: Setelah dikaji didapatkan skor : 26, maka dari itu klien termasuk dalam kategori fungsi kognitif normal



2. Abbreviated Mental Test (AMT) Tanggal : 14 Desember 2020 Nama : Tn.M



Umur/Jenis Kelamin : 69 tahun / laki-laki



Salah = 0 A. Berapakah umur Anda?



Benar = 1 



B. Jam berapa sekarang?







C. Di mana alamat rumah Anda?







D. Tahun berapa sekarang?







E. Saat ini kita sedang berada di mana? F. Mampukah pasien mengenali dokter atau perawat?



 



G. Tahun berapa Indonesia merdeka?







H. Siapa nama presiden RI sekarang?







I.



Tahun berapa Anda lahir?







J.



Menghitung mundur dari 20 sampai 1







Jumlah skor:



1



K



Perasaan hati (afek): pilih yang sesuai dengan kondisi pasien 1. Baik 2. Labil 3. Depresi 4. Gelisah 5. Cemas



Cara Pelaksanaan: 1. Minta pasien untuk menjawab pertanyaan tersebut, beri tanda centang (V) pada nilai nol (0) jika salah dan satu (1) jika benar 2. Jumlahkan skor total A sampai J, item K tidak dijumlahkan, hanya sebagai keterangan. 3. Interpretasi : - Skor 8-10 menunjukkan normal, - skor 4-7 gangguan ingatan sedang dan - skor 0-3 gangguan ingatan berat Kesimpulan : Setelah dikaji didapatkan skor : 9. Maka dari itu klien termasuk dalam kategori normal.



9



C. Status Fungsional (BADL) Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Lansia yang bersifat dasar/BADL 1. Indeks KATZ Petunjuk Pengisian : Jawablah setiap pernyataan berikut dengan melingkari nomor sesuai kondisi lansia No Kegiatan yang dilakukan Skor Isian 1 Mandi a Tidak memerlukan bantuan masuk dan keluar kamar mandi 2 2 dan mampu mandi sendiri b Memerlukan bantuan saat mandi hanya pada satu bagian 1 tubuh (seperti punggung, kaki) c Memerlukan bantuan saat mandi lebih dari satu bagian 0 tubuh 2 Berpakaian a Mengambil pakaian dan berpakaian lengkap tanpa bantuan 2 2 b Mampu berpakaian sendiri, kecuali memerlukan bantuan 1 dalam hal (memasang resleting, memasang kancing baju belakang) c Memerlukan bantuan untuk mengambil pakaian dan 0 berpakaian 3 Ke WC/Toilet a Mampu ke WC sendiri untuk buang air dan membersihkan 2 2 setelah buang air b Memerlukan bantuan saat pergi ke WC atau saat 1 membersihkan setelah buang air c Memerlukan bantuan penuh untuk pergi ke WC dan 0 membersihkan setelah buang air 4 Berpindah tempat/Berjalan a Mampu berpindah sendiri ke atau dari tempat tidur, duduk, 2 2 berdiri atau jalan b Memerlukan bantuan berpindah ke atau dari tempat tidur, 1 duduk atau berdiri c Tidak mampu bangun dari tempat tidur 0 5 a b c 6



Buang air Mampu mengatur berkemih atau buang air besar secara mandiri Mengalami kesulitan berkemih atau buang air besar Memerlukan bantuan pengawasan untuk berkemih atau buang air besar Makan



2 1 0



2



a b c



Mengambil makanan dan makan sendiri tanpa bantuan Memerlukan bantuan mengambil makanan, tetapi mampu makan sendiri Memerlukan bantuan mengambil makanan dan pada saat makan TOTAL SKOR



2 1



2



0 12



Standar : Skor 12 : Mandiri; Skor 5 atau lebih menunjukkan ada gangguan depresi Standar :  Skor > 5 : Mengalami depresi  Skor ≤ 5 : Tidak mengalami depresi Kesimpulan: Setelah dikaji didapatkan skor : 8 Maka dari itu klien termasuk dalam kategori tidak mengalami depresi.



36



E. PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN LANJUT USIA Tanggal: 14 Desember 2020 Nama : Tn.M NO



Umur/Jenis Kelamin : 69 tahun/Laki-laki



RESIKO



SKALA



HASIL 1



1.



Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun)



4



2.



Pusing atau pingsan pada posisi tegak



3



3



3.



3



0



4.



Kebingungan setiap saat (contoh:pasien yang mengalami demensia) Nokturia/Inkontinen



3



0



5.



Kebingungan



2



0



intermiten



(contoh



pasien



yang



mengala



delirium/Acute confusional state) 6.



Kelemahan umum



2



0



7.



Obat-obat berisiko tinggi (diuretic, narkotik, sedative,



2



2



antipsikotik,



laksatif,



vasodilator,



antiaritmia,



antihipertensi, obat hipoglikemik, antidepresan, neuroleptic, NSAID) 8.



Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir



2



2



9.



Osteoporosis



1



1



10.



Gangguan pendengaran dan/atau penglihatan



1



1



11.



Usia 70 tahun ke atas



1



0 10



Jumlah Tingkat risiko :  Risiko rendah bila skor 1-3



Lakukan intervensi risiko rendah



 Risiko tinggi bila skor ≥ 4



Lakukan intervensi risiko tinggi



Kesimpulan :Setelah dikaji didapatkan skor : 10. Maka dari itu klien termasuk dalam kategori risiko tinggi jatuh.



F. INSTRUMEN PEMERIKSAAN MINI COG DAN CLOCK DRAWING TEST Cara pemeriksaan: 1. Mintalah pasien untuk mendengarkan dengan cermat, mengingat, dan kemudian mengulangi tiga kata yang tidak berhubungan (bola, melati, kursi) yang akan disampaikan oleh pemeriksa. 2. Instruksikan pasien untuk menggambar jam pada selembar kertas kosong atau berikan pasien dengan lingkaran yang telah disediakan pada selembar kertas 3. Pasien diminta untuk menggambar jam yang menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit (pukul 11.10). 4. Minta pasien untuk menyebutkan kembali tiga kata yang telah disebutkan di awal pemeriksaan. 5. Bila pasien tidak mampu menyebutkan kata-kata yang pertama kali diucapkan pada awal pemeriksaan, maka tidak perlu ditanyakan kembali. Karena hal tersebut telah menunjukkan hendaya kognitif. Cara pemeriksaan Clock Drawing Tes Skor 4 (CDT 4): 1.



Mintalah responden untuk menggambar sebuah jam bundar lengkap dengan angka-angkanya dan jarum jamnya yang menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit (11.10)



2.



Siapkan bahan:  Selembar kertas putih kosong, atau selembar kertas dengan gambar lingkaran, untuk pasien yang tidak mampu menggambar lingkaran)  Pensil tanpa penghapus



Penilaian Skor penilaian Clock Drawing Test Skor 4 (modifiksi) (CDT4) :  Beri Skor 1 (satu) untuk masing –masing poin di bawah ini jika benar :



Poin Penilaian :



Hasil Penilaian



1. Gambar lingkaran utuh 2. Menulis angka lengkap 1-12 3. Angka berurutan dan tepat letaknya 4. Jarum jam menunjukkan pukul 11.10  Jika poin tersebut dilakukan tidak sesuai maka diberikan skor 0 Interpretasi hasil pemeriksaan Mini Cog dan Clock Drawing Test (CDT4)  



Dikatakan curiga fungsi kognitifnya menurun apabila tidak dapat mengingat satu atau lebih kata yang diberikan sebelumnya dan atau tidak mampu menggambar jam dengan sempurna (skor 4) Tetapi apabila dapat mengingat tiga kata yang diberikan sebelumnya dan atau mampu menggambar jam dengan sempurna (skor 4) : kemungkinan fungsi kognitif dalam batas normal



LEMBAR PEMERIKSAAN CLOCK DRAWING TEST Tanggal: 14 Desember 2020 Nama: Tn.M



Umur/Jenis Kelamin : 69 tahun / laki-laki



Hasil Penilaian : Gambar lingkaran utuh Menulis angka lengkap 1-12 Angka berurutan dan teapt letaknya Jarum jam menunjukan pukul 11.10 Clock Drawing Test (CDT4): Skor : 4



:1 :1 :1 :1



G. INSTRUMEN MINI NUTRIONAL ASSESSMENT (MNA)



I. SKRINING Tanggal : 14 Desember 2020 Nama: Tn.M



Jenis kelamin : Laki-Laki



Umur : 69 Tahun Berat badan (kg) : 50 kg



Tinggi badan (cm) : 164



FORM SKRINING*



A. Apakah anda mengalami penurunan asupan makanan dalam 3 bulan terakhir disebabkan kehilangan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan mengunyah atau menelan? 0 = kehilangan nafsu makan berat (severe) 1 = kehilangan nafsu makan sedang (moderate) 2 = tidak kehilangan nafsu makan B. Kehilangan berat badan dalam tiga bulan terakhir ?



Hasil Penilaian 1



1



0 = kehilangan BB > 3 kg 1 = tidak tahu 2 = kehilangan BB antara 1 – 3 kg 3 = tidak mengalami kehilangan BB C. Kemampuan melakukan mobilitas ?



2



0 = di ranjang saja atau di kursi roda 1 = dapat meninggalkan ranjang atau kursi roda namun tidak bisa pergi/ jalan-jalan ke luar 2 = dapat berjalan atau pergi dengan leluasa D. Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir ? 0 = ya



2



2 = tidak E. Mengalami masalah neuropsikologis?



1



0 = dementia atau depresi berat 1 = demensia sedang(moderate) 2 = tidak ada masalah psikologis F. Nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) ? 0 = IMT < 19 kg/m2 1 = IMT 19 – 21 2 = IMT 21 – 23 3 = IMT > 23



3



SUB TOTAL



10



SKOR SKRINING Sub total maksimal : 14 Jika nilai > 12 – tidak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form penilaian Jika < 11 – mungkin mengalami malnutrisi, lanjutkan mengisi form penilaian



Kesimpulan: Setelah dikaji didapatkan skor : 10. Maka dari itu klien termasuk dalam kategori mungkin mengalami malnutrisi.



II. PENILAIAN FORMULIR PENILAIAN **



G. Apakah anda tinggal mandiri ? (bukan di panti/Rumah Sakit)? 0 = tidak 1 = ya H. Apakah anda menggunakan lebih dari tiga macam obat per hari 0 = ya 1 = tidak I. Apakah ada luka akibat tekanan atau luka di kulit? 0 = ya 1 = tidak J. Berapa kali anda mengonsumsi makan lengkap / utama per hari ? 0 = 1 kali 1 = 2 kali 2 = 3 kali K. Berapa banyak anda mengonsumsi makanan sumber protein?  Sedikitnya 1 porsi dairy produk (seperti susu, keju, yogurt) per hari ya/tidak  2 atau lebih porsi kacang-kacangan atau telur per minggu ya / tidak  Daging ikan atau unggas setiap hari ya / tidak 0.0 = jika 0 atau hanya ada 1 jawabnya ya 0.5 = jika terdapat 2 jawaban ya 1.0 = jika terdapat 3 jawaban ya L. Apakah anda mengkonsumsi buah atau sayur sebanyak 2 porsi atau lebih per hari ? 0 = tidak 1 = ya M. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per hari ? 0.0 = kurang dari 3 gelas 0.5 = 3 – 5 gelas 1.0 = lebih dari 5 gelas N. Bagaimana cara makan? 0 = harus disuapi 1 = bisa makan sendiri dengan sedikit kesulitan 2 = makan sendiri tanpa kesulitan apapun juga O. Pandangan sendiri mengenai status gizi anda ? 0 = merasa malnutrisi 1 = tidak yakin mengenai status gizi 2 = tidak ada masalah gizi



Hasil Penilaian 1



0



0



2



0.0



1



1



2



2



P. Jika dibandingkan dengan kesehatan orang lain yang sebaya/seumur, bagaimana anda mempertimbangkan keadaan anda dibandingkan orang tersebut ? 0 = tidak sebaik dia 0.5 = tidak tahu 1.0 = sama baiknya 2.0 = lebih baik Q. Lingkar lengan atas (cm)? 0 = < 21 cm 0.5 = 21 – 22 cm 1,0 = ≥22 cm R. Lingkar betis (cm) ? 0 < 31 cm 1 > 31 cm SUB TOTAL



Hasil Penilaian 2



1



1



13



**PENILAIAN SKOR: I. Skor Skrining II. Skor Penilaian



Skor total indikator Malnutrisi (maksimum 30) 17 - 23.5



:Risiko Malnutrisi