5 0 682 KB
KEPERAWATAN MATERITAS II ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN INFEKSI TORCH
OLEH KELOMPOK 6 : 1. Luh Sindi Kartika Dewi
(18C10040)
2. Malika Ayu Cahyani
(18C10041)
3. I Gusti Agung Mas Diah Novitasari
(18C10042)
4. Ni Putu Meilisa Erlina Kusuma Dewi
(18C10043)
5. Ni Kadek Mila Damayanti
(18C10044)
6. Ni Kadek Nevi Widiastuti
(18C10046)
7. Ni Wayan Nonik Widiani
(18C10047)
PRODI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI 2020/2021
BAB I KONSEP INFEKSI TORCH
1.1 DEFINISI TORCH Infeksi TORCH (toxoplasma, Other Disease, cytomegalovirus, dan H erpesSimplexs Virus ) merupakan beberapa jenis infeksi yang bias dialami oleh wanita yang akan ataupun sedang hamil. Infeksi ini dapat menyebabkan cacat bayi akibat terjadinya penularan dari ibu ke bayi pada saat hamil. a. Toxoplasma Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat di tularkan kemanusia yang disebabkan sporozoa dengan nama Toxoplasma gondii, yang dapat menginfeksi hewan peliharaan dan manusia. b. Rubella Rubella merupakan penyakit infeksi pada anak dan dewasa muda. Penyakit rubella bila menginfeksi pada anak akan menimbulkan gejala dan efek klinis yang menyerupai campak, hanya saja dalam bentuk yang lebih ringan atau bahkan tampak gejala. Tetapi jika infeksi ini terjadi pada wanita hamil muda (terantarna pada trimester pertama) penyakit ini dapat rnenyebabkan keguguran, kematian janin atau janin yang dilahirkan menderita sindrom rubela congenital SRK. Kecacatan SRK dapat berupa katarak pada mata, tuli dan kelainan jantung. c. Cytomegalovirus Infeksi akibat Cytomegalovirus (CMV) merupakan infeksi kongenital yang terbanyak dan menyebabkan morbiditas yang cukup tinggi pada bayi baru lahir. Infeksi CMV tersebar luas di seluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Infeksi CMV menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan organorgan pada janin. CMV juga merupakan penyebab terbanyak dari gangguan pendengaran, gangguan perkembangan saraf, dan retardasi mental pada anak. Transmisi CMV dapat terjadi secara horizontal (darisatu orang ke orang yang lain) maupun vertikal (dariibukejanin). CMV ditransmisi kan secara horizontal terjadi melalui cairan tubuh dan membutuhkan kontak yang dekat dengan cairan tubuh yang telah terkontaminasi CMV. d. Herpes Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitar nya atau herpes
genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar makulaeritematosa. 1 Herpes simplek sgenitalis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering berulang (rekuren), juga karena penularan, penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa gejala atau asimtomatis.1,2 Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi herpes simpleks genitalis.
1.2 ETIOLOGI a. Toxoplasma Disebabkan oleh parasit yang disebut juga toxoplasma gondi. parasit tersebut dapat ditemukan pada hampir dan unggas yang berdarah panas. Contoh: pada saat berkebun ataua saat membenahi tanaman diperkarangan, kemudian tangan yang masih belum membersihkan melakukan kontak dengan mulut. b. Rubella Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1996, rubella pernah menjadi endemic di bnayak negara didunia, virus ini menyebar melalui droplet. c. Cytomegalovirus Terjadi jika ada kontak langsung dengan cairan tubuh penerita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan air susu ibu. Dan bisa juga terjadi karena transplantasi organ. namun kebanyakan penularan terjadi akibat. d. Herpes Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic, dan lokasi klinis (tempat predileksi).
1.3 TANDA DAN GEJALA a. Toxoplasma 1. Pada ibu Terkadang Toxoplasma dapat menimbulkan beberapa gejala seperti gejala influenza, timbul rasa lelah, malaise, dan demam.Akan tetapi umumnya tidak menimbulkan masalah yang berarti.Pada umumnya, infeksi Toxoplasma tarjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Walaupun demikian, ada beberapa gejala yang
mengkin ditemukan pada orang yang terinfeksi toksoplasma, gejala-gejala tersebut adalah :
Pyrexia of unknow origin (PUO)
Terlihat lemas dan kelelahan, sakit kepala, rash,myalgia perasaan umum ( tidak nyaman atau gelisah)
Pembesaran kelenjar limfe pada serviks posterior
Infeksi menyebar ke saraf, otak, korteks dan juga dapat menyerang sel retina mata.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bils terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan system kekebalan tubuh tergantung (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapat obat penekan respon imun). 2. Pada janin Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi pada janinnya adalah abortus spontan atau keguguran, lahir mati, atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.Pada awal kehamilan infeksi toksoplasma dapat menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara berulang.Namun jika kandungan dapat dipertahankan, maka dapat mengakibatkan kondisi yang lebih buruk ketika lahir. Diantaranya adalah :
Lahir mati (still birth)
Icterus, dengan pembesaran hati dan limpa
Anemia
Perdarahan
Radang paru
Penglihatan dan pendengaran kurang
Dan juga gejala yang dapat muncul kemudian, seperti kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis selain itu juga dapat merusak otak janin.
Resiko terbentuk dari terjangkitnya infeksi ini pada janin adalah saat infeksi maternal akut terjadi di trimester ketiga
b. Rubella Rubella ditandai dengan cacar-seperti ruam,demam dan infeksi saluran pernafasan atas. Sebagian besar Negara saat ini memiliki program vaksin rubella
untuk bayi dan wanita usia subur dan hal ini merupakan bagian dari screening prakonsepsi. Ibu hamil secara rutin diperiksa untuk antibody rubella dan jika tidak memiliki kekebalan akan segera diberikan vaksin rubella pada periode postnatal. Fakta-fakta terkini menganjurkan bahwa kahamilan yang disertai dengan pemberian vaksin rubella tidak seberbahaya yang dipikirkan.Infeksi terberat terjadi pada trimester pertama dengan lebih dari 85% bayi ikut terinfeksi.Bayi mengalami vireamia, yang menghambat pembelahan sel dan menyebabkan kerusakan perkembangan organ.Janin terinfeksi dalam 8 minggu pertama kehamilan.Oleh karena itu memiliki resiko yang sangat tinggi untuk mengalami multiple defek yang mempengaruhi mata, system kardiovaskuler, telinga, dan system saraf.Arbosi spontan mungkin saja terjadi. Ketulian neurosensory seringkali dsebabkan oleh infeksi setelah gestasi 14 minggu dan beresiko kerusakan janin sampai usia 24 minggu. Pada saat lahir, restriksi pertumbuhan intrauterine biasanya disertai hepatitis, trombositopenia, dan penyakit nerologis seperti mikrosefali atau hidrosefali.
c. Cytomegalovirus Gejala CMV yang muncul pada wanita hamil minimal dan biasanya mereka tidak akan sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Namun jika ini merupakan infeksi primer, maka janin biasanya juga beresiko terinfeksi.Infeksi tersebut baru dapat di kenali setelah bayi lahir.Diantara bayi tersebut baru dapat dikenali setelah bayi lahir. Diantara bayi tersebut hanya ada 30% diketahui terinfeksi di dalam Rahim dan kurang dari 15% akan menampakan gejala pada saat lahir. Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakan virulensinya pada manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik atau subkliik, tetapi bila menimbulkan gejala akan tampak antara lain : 1. Mononucleosis-like syndrome yaitu demam selama 3 minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononucleosis (tanpa tonsillitis atau faringitis dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein – bar dan dibedakan dari hasil tes heterrofil yang negative. Gejala ini biasanya self limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis,
peneumonitis, ensefalitis, miokarditis, dan lain-lain. Penting juga dibedakan dengan tokso plasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala serupa. 2. Sendroma post transfusi. Viremia terjadi 3-8 minggu setelah transfusi. Tanpak gambaran panas kriptogenik, splenomegali, kelainan biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada tranplantasi ginjal. 3. Penyakit sistemik luas antara lain neomonits yang mengancam jiwa yang dapat pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien dengan kelainan sekunder dari proses imonologi ( seperti HIV tipe 1 atau 2)
d. Herpes Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis (trimester I) atau selama periode pertumbuhan dan perkembangan aktif (trimester II) dapat terjadi kelainan yang serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi intrauterine dengan embriopati. Pada trimester I infeksi kongenital sitomegalovirus dapat menyebabkan premature, mikrosefali, IUGR, klasifikasi intracranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktoris, sebagian besar terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali, ikterus, purpora trombositopeni, DIC. Infeksi pada trimester III berhubungan dengan kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatic atau pembentukan psikomotor.
1.4 PATOFISIOLOGI a. Toxoplasma Mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga fase ini terbagilagi menjadi 9 tingkat siklus: fase proliferatif, stadium kista, fase schi&ogoni,gematogoni, dan fase ookista. Siklus aseksual terdiri dari fase proliferasi danstadium kista. fase ini dapat terjadi dalam bermacam-macam inang, sedangkansiklus seksual secara spesifik hanya terdapat pada kucing. kucing menjaditerinfeksi setelah ia memakan mamalia, seperti tikus yang terinfeksi. kista dalamtubuh kucing dapat terbentuk setelah infeksi kronis yang berhubungan denganimunutas tubuh. b. Rubella Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan
peradangan
pada
mukosa
saluran
pernafasan
untuk
kemudian
menyebar
keseluruhtubuh. dari saluran pernafasan inilah !irus akan menyerang ke sekelilingnya. faring. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetapmengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam peralatan bayi di rumah sakit dan di rumah untuk mencegah terjadinya penularan. c. Cytomegalovirus Masa inkubasi CMV 1. Setelah lahir 3-12 minggu 2. Setelah tranfusi 3-12 mingguc setelah transplatasi 4 minggu 48 bulan. 3. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa
tahunsetelah infeksi. virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorangtetapi masih dapat diaktifkan kembali. hingga kini beluum ada imunisasiuntuk mencegah penyakit ini. d. Herpes HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-1 atau herpes genital ditularkanmelalui hubungan seksual dan menyebabkan vegina terlihat seperti bercak denganluka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dankekuningan
pada
kulit
'jaundice(
dan
kesulitan
bernafas
atau
kejang.Biasanyahilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dandimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri,inflamasi dan
kemerahan pada kulit
'eritema(, dan
diikuti dengan
pembentukangelembung$gelembung yang berisi cairan bening yang selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukardilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah,untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya. Penderita TORCH kadang tidakmenunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakansakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah pingsan, pusing, vertigo,migran, penglihatan kabur,
pendengaran terganggu, radang tenggorokan, radang sendi,nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan keluhan lainnya. Untukkasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisikmaupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaanlainnya. Namun begitu, gejala diatas tentu belum membuktikan adanya penyakitTORCH sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik
1.6 PENGOBATAN a. Toxoplasma Pencegahan : tidak makan daging yang belum 100% matang, cuci buah dan sayur sebelum diolah, pastikan hewan peliharaan tidak terjangkit toxo. Pengobatan : Hamil < 16 minggu : spiramycin. Hamil > 16 minggu : pyrimethamine dan sulfadiazine disertai folinic acid, karena pyrimethamine menghalangi penyerapan asam folat. b. Rubella Pencegahan : vaksin sebelum hamil Pengobatan : belum ada obat untuk membunuh virus rubella. Tapi Rubella akan sembuh dengan sendirinya. Namun, efek ke janin tidak bisa diobati di dalam kandungan. c. Cytomegalovirus (CMV) Pencegahan : jaga daya tahan tubuh Pengobatan : CMV hyperimmune globulin (CMV HIG) secara intravena dan Valcyte secara oral d. Herpes Simplex Virus (HSV) Pencegahan : jaga kebersihan badan terutama tangan, jangan melakukan kontak fisik dengan orang yang terinfeksi Pengobatan : acyclovir, valacyclovir
WOC
Toxoplasma
Cytomegalovirus
Rubella
Herpes
TORCH
Ibu hamil terpapar
Virus disebarkan melalui udara
pathogen
Infeksi pada ibu
Tidak mengetahui prognosis penyakit , gelisah/cemas
Masuk melalui saluran pernafasan
hamil
Ansietas Menyebarkan keseluruh tubuh
Beresiko megalami bayi premature
peradangan
Resiko Infeksi
RESIKO IKTERIK
Terjadinya proses infeksi
NEONATUS
Peningkatan suhu tubuh
HIPERTERMI
Nyeri Akut
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN INFEKSI TORCH PADA KEHAMILAN Kasus : Seorang ibu bernama Ny. Eli usia 40 tahun hamil anak kelima datang ke bidan praktik mandiri untuk berkonsultasi dengan memeriksakan kehamilannya. Tanggal pemeriksaannya adalah 22 Febuari 2013. Hasil anamnesa diperoleh bahwa ibu mengatakan sekarang keluar darah dari jalan lahir sejak kemarin sore dan sedikit mulas. HPHT tanggal 15 Desember 2012. Ibu mengatakan badan panas, sakit pada tenggorokan, mual muntah dan juga nyeri otot. Pola nutrisi tidak ada masalah, ibu menyukai daging dan sayuran mentah, dan sering juga berkontak langsung dengan binatang sebelumnya ibu pernah mendapatkan transfuse darah, karena pernah mengalami keguguran sebanyak 3 kali. 2 tahun yang lalu ibu pernah diperiksa labolatorium dengan hasil igM toxsoplasmosis (+). Hasil pemeriksaan ditemukan: TD 100/70 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 38,8 Muka tidak ada odema, konjungtiva merah, sklera putih. Leher terdapat pembesaran kelenjar limfe. Dan payudara dalam batas normal. Abdomen :TFU belum teraba. Ekstremitas atas dalam batas normal, ekstremitas bawah : odema tungkai negatif kiri dan kanan, tidak ada varices refleks patela ada kiri kanan. Pemeriksaan penunjang : Hb 12 gr%
A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien
Nama : Ny.E
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin: perempuan
2. Keluhan utama : demam 3. Riwayat kesehatan : suhu tubuh meningkat,sakit tenggorokan, mual muntah dan nyeri otot. 4. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien sering mengkonsumsi daging setengah matang
Pasien sering berkontak langsung dengan binatang
Pasien pernah mendapatkan transfuse darah
5. Data psikologis: 6. Data psikospiritual :7. Data social ekonomi : 8. Pemeriksaan fisik :
Mata : nyeri, acites
System pencernaan : mengalami diare, mual muntah.
Integument
: suka berkeringat saat malam hari, suhu tubuh meningkat,
timbulnya rash pada kulit. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses infeksi 2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit 3) Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
C. INTERVENSI Hari/tgl/jam
Diagnosa
Tujuan/Kriteria
Keperawatan
Hasil
Rencana Tindakan
1.
BHSP
Rasional
Rabu/13-
Hipertermi b.d Tujuan: setelah
1. Menjalin
01-2021
peningkatan
diberikan asuhan 2.
Monitor tanda-tanda vital
kepercayaan
tingkat
keperawatan
khususnya suhu
perawat dan klient
metabolisme
selama 3x24 jam 3.
Lakukan kompres hangat pada
sehingga
penyakit
diharapkan
ketiak, leher
memudahkan
masalah
4.
Anjurkan minum yang banyak
perawat dalam
hipertermi dapat
5.
Kolaborasi dengan tim medis
memberika asuhan
teratasi
dalam pemberian cairan
keperawatan
Kriteria Hasil:
intravena
2. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh
menunjukkan
dalam rentang
keadaan umum
normal
klient
2. Nadi dan RR
3. Kompres hangat
dalam rentang
menerapkan prinsip
normal
evaporasi. Air
3. Tidak ada
hangat dapat
perubahan warna
membuat PD
kulit dan tidak
vasodilatasi dan
ada pusing
pori-pori tebuka, sehingga panas dapat keluar 4. Untuk mengganti cairan yang hilang lewat panas 5. Memenuhi kebutuhan cairan
Kamis/14-
Gangguan rasa
Tujuan setelah
01-2021
nyaman: nyeri
dilakukan
teknik pernafsan
relaksasi dan
(akut) b.d
perawatan
2. Anjurkan klien untuk
memberikan
proses infeksi
selama 3x24 jam
menggunakan teknik
klien cara
nyeri berkurang.
relaksasi.
mengatasi dan
Kriteria Hasil : 1.
1. Bantu dengan penggunaan
3. Berikan tindakan
1. Mendorong
mengontrol
Klien akan
kenyamanan(pijatan,gosok
mengungkap
an punggung,sandaran
kan
bantal,pemberian kompres
membantu
penatalaksana
sejuk)
menurunkan
an atau prediksi
4. Kolaborasi pemberian sedative sesuai dosis.
tingkat nyeri, 2. Relaksasi dapat
tegangan dan rasa takut,yang
2.
nyeri.
memperberat
Uterus tidak
nyeri.
tegang seperti
3.
4.
3. Meningkatkan
papan
relaksasi dan
Nyeri tekan (-
meningkatkan
)
koping dan
Klien tidak
control klien.
terlihat
4. Meningkatkan
kesakitan.
kenyamanan dengan membloks impuls nyeri.
Jumat/1501-2021
Tujuan : Setelah di perdarahan b.d berikan asuhan trombositopenia keperawatan selama 3x24 jam tidak terdapat tanda-tanda perdarahan. Kriteria Hasil : 1. Tidak ada pendarahan pervagina. 2. Hemaglobin dan hematrokit dalam batas normal. 3. Tekanan darah dalam batas normal. 4. Tidak ada hematuri dan hematemesis ( NANDA 2015-2017 hal: 408) Resiko
1. Monitor ketat tanda-tanda pendarahan. 2. Catat nilai HB dan HT sebelum dan sesudah terjadi pendarahan. 3. Monitor TTV 4. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan pendarahan. 5. catat nilai trombosit pasien ( NANDA 20152017 hal: 408)
1. Untuk mencegah pendarahan yang lebih parah dan melakukan penanganan secepat mungkin jika terjadi pendarahan. 2. Deteksi dini tanda-tanda anemia 3. Tekanan darah yang menurun nadi meningkat merupakan tanda-tanda syok. 4. Untuk mencegah terjadinya trauma. 5. Nilai trombosit yang turun rentan terjadi pendarahan. ( NANDA 2015-2017
hal:408)
D. IMPLEMENTASI Hari/tgl/jam
No.
Tindakan
Evaluasi Respon
TTD
Dx Rabu/13-01-
Dx.1
a. Membantu BHSP
Ds: Pasien mengatakan merasa
2021
nyaman
Pukul 09.00
dengan
saat
berkomunikasi
perawat
yang
menangani saya Do: Pasien merasa tenang dan b. Memonitor tanda-tanda vital khususnya suhu
nyaman Ds: Do: S
: 38 Co
TD : 120/70mMhg N
: 77x/mnt
RR : 20x/mnt Pukul 11.00
c. Melakukan kompres hangat pada ketiak, leher
Ds : Pasien mengatakan merasa badannya masih panas dan kepalanya pusing Do:
Pasien
wajahnya
tampak
pucat,
lemas,
dan
bibir
tampak kering d. Menganjurkan minum air putih yang banyak
Ds:
Pasien
tenggorokan
mengatakan dan
bibirnya
kering karena suhu badannya masih panas Do: Pasien mau mengikuti anjuran yang diberikan oleh perawat untuk memperbanyak minum air putih
Pukul 15.00
e. Berkolaborasi dengan tim
Ds: Pasien mengatakan masih
medis dalam pemberian
lemas walaupun sudah minum
cairan intravena
air putih yang banyak Do:
Pasien
diberikan
tampak
cairan
sudah
intravena
sesuai kebutuhan. Kamis/14-
Dx 2
a. Membantu pasien
Ds: Pasien mengatakan masih
01-2021
menggunaan teknik
sulit untuk melakukan teknik
Pukul 09.00
pernafasan
pernafasan Do:
Pasien
tampak
sulit
melakukan teknik pernafasan
b. Menganjurkan klien untuk
Ds:
Pasien
menggunakan teknik
mengerti
relaksasi.
diajarkan
apa
mengatakan yang
sudah
Do: Pasien tampak mengikuti apa
yang
sudah
diajarkan
perawat
Pukul 11.00
c. Memberikan tindakan
Ds: Pasien mengatakan kurang
kenyamanan(pijatan,gosok
nyaman pada posisi tidurnya
an punggung,sandaran
Do: Pasien tampak kurang
bantal,pemberian kompres
nyaman dengan posisinya
sejuk)
Pukul 15.00
d. Berkolaborasi pemberian sedative sesuai dosis.
Ds: Pasien mengatakan gelisah karena nyeri yang dirasakan Do:
Pasien
tampak
sudah
diberikan sedative oleh perawat Jumat/15-012021
Dx 3
a. Memonitor ketat tandatanda pendarahan.
Ds: Do:Pasien tampak tidak adanya
Pukul 09.00
tanda-tanda perdarahan b. Mencatat nilai HB dan HT sebelum dan sesudah terjadi pendarahan.
c. Memonitor TTV
Pukul 11.00
Ds: Do: HB : 13g/dL HT : 41%
Ds: Pasien mengatakan suhu tubuhnya sudah tidak panas lagi Do: : S
: 37 Co
TD : 110/70mMhg N
: 77x/mnt
RR : 20x/mnt
d. Melindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan pendarahan.
Ds: Pasien mengatakan masih trauma karena dulu sempat mengalami perdarahan Do: pasien tampak gelisah dan takut karena traumanya
e. Mencatat nilai trombosit pasien ( NANDA 2015-2017 hal: 408)
Pukul 15.00
E.
Ds: Do:
trombosit
pasien
250/microliter darah
EVALUASI No
Hari/Tgl/Jam
Diagnosa
Evaluasi
Keperawatan 1
Jumat/ 15-1-2021 Pukul 15.00
Dx. 1
S
:
Pasien
mengatakan
merasasuhu tubuhnya panas O:S
: 38 Co
TD : 120/70mMhg
masih
N
: 77x/mnt
RR : 20x/mnt
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 2
Jumat/
Dx. 2
S : Pasien mengatakan
15-1-2021
belum
merasa
Pukul 15.00
nyaman
dengan
posisinya saat ini O :
Pasien tampak gelisah dan
merasa kurang nyaman A : Masalah belumteratasi P : Lanjutkan Intervensi 3
Jumat/
Dx. 3
S : Pasien mengatakan masih
15-1-2021
trauma dengan perdarahan
Pukul 15.00
yang pernah dia alami O: Pasien tampak gelisah dan cemas A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA Risky,
Dinda,
2017.
Asuhan
Keperawatan
Torch.
Diakses
:
8
Maret
2021.
https://www.academia.edu/40776157/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_TORCH_FIK Wilkinson,Judith M. 2014. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC,2016.