Askep ISK Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH



1. Definisi ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2014), IDAI 2011, Haryono, 2012) Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di priaa maupun wanita dari seumur umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. (Sudoyo Aru, dkk 2009). (Nanda 2015) infeksi saluran kemih, anatara lain : 1) Kandung kemih (sistitis), jenis ISK yang paling umum adalah inflamasi dari kandung kemih, biasanya disebabkan bakteri ascending atau pola buang air kecil yang obstruktif yang menyebabkan aliran urin yang menurun atau retensi urin. 2) Uretra (Uretritis), pada perempuan, penyebab umum termasuk semprotan pembersih keperempuanan, tisu toilet dan parfum, lap pembersih, jelis premisida, ISK, dan perubahan mukosa pada vagina. Singkat kata, editan apapun yang terpapar pada uretra dapat menyebabkan uretritis. Sering kali para perempuan mempunyai riwayat paparan iritan kimia. Klien laki-laki sering kali menunjukan adanya sekresi cairan uretra. 3) Prostat (Prostatitis), diagnosis yang diberikan bagi sekelompok pria yang mengalami berbagai keluhan pada saluran urogenital bagian bawah dan perineum.



4) Ginjal (Pielonefritis), adalah inflamasi pelpis dan perenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyebabnya mungkin infeksi aktif di ginjal atau bekas dari infeksi sebelumnya. Dua jnis utama pielonefritis adalah akut dan kronis. Mreka pada dasarnya berbeda dalam gambar klis dan fk jangka panjang mereka Klifikasi menurut letaknya : I. ISK bawah - Perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna) - Sindrom uretra akut (SUA) : presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. - Laki-laki sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis II. ISK atas - Peilonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri - Pielonefritis kronis (PNK): proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri - Pielonefritis kronis (PNK) : kemungkinan akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia nlanjut, dibedakan menjadi : 1) ISK uncoplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kamih. 2) ISK complicated, sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab seringresisten terhadap



beberapa macam antibiotika, sering vterjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaankeadaan sebagai berikut : - Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paralegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatis. - Kelainan faal ginjal : GGA maupun GGK - Gangguan daya tahan tubuh - Infeksi yang disebabkan organisme virulen seperti prosteus spp yang memproduksi urease



2. Etiologi Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli , proefus sp, krebsiella, enteropacter (Purnomo 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh tseudomonas, sedangkan chlamydia dan mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang di jumpai pada pasien ISK . selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu ISK yaitu faktor predisposisi ( Fauci dkk, 2008 ) E.coli



adalah



penyebab



tersering.



Penyebab



lain



ialah



klebsiela,



enterobakteri, pseudomonas, streptotok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk 2009). 1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK antara lain : a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomlpicated (simple) b. Pseudomonas, proteus, Klebsiella : Penyebab ISK complicated c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain



2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain : a. Prevalensi ISK 8 kali lebih tinggi pada perempuan dari pada laki-laki, mungkin karena uretra permpuan lebih pendek dan lebih dekat ke anal dan lubang vagina. Posisi ini meningkatkan resiko kontaminasi bakteri pada saluran kemih bawah. Selain itu, faktor resiko lain pada perempuan adalah hubungan seksual, diafragma yang tidak pas, permisida, hygne yang buruk, istilah pola berkemih yang terganggu, atau riwayat mutilasi genetal perempuan. Selain itu, celana dalam dan stoking sintetik, celana jeans ketat, pakaian mandi yang basah, serta alergi pada tisu toilet dengan pewangi atau produk kebersihan perempuan dapat mendorong terjadinya sintisis . perubahan hormon pada poste menopause mengubah PH dan flora vagina, serta membuat pertumbuhan tidak normal dari bakteri.selain itu, mengerunya lapisan mukosa dari sistem urogenital bawah dari perempuan pouste menopause meningkatkan resiko iritasi uretra dalam selama hubungan seksual. Faktanya, hubungan seksual meningkatkan resiko ISK pada semua perempuan. Gerakan mendorong selama koitus dapat mendorong organisme naik ke uretra dan ke kandung kemih, yang dapat menyebabkan sititis jika perempuan tidak buang air kecil setelah berhubungan. Istilah ‘Honeymoon cystitis’ sering digunakan untuk mendeskripsikan fenomena ini. 3. Patofisiologi Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis (National Kidney Foundation, 2012). ISK terjadi karena gangguan keseimbangan



antar mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagi host. Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam intoitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atatu dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau eretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2013). Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu ascending, hematogen seperti penularan M. Tuberculis atau S. Aureus, limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi (Purnomo, 2014). Sebagian besar paisen ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK komlikasi adalah ISK diperburuk dengan adanya penyakit lain seperti lesi, obstruksi saluran kemih, pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran yang normal dan perlindungan saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK komplikasi membutuhkan terapi yang lebih lama (Aristanti, 2015)



4. Manifestasi Klinik Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam, susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri suprapubik (permenkes, 2011). 1) Rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk berkemih namum tidak ada kemih yang keluar 2) Sering kencing dan kesakitan saaat kencing, air kencingnya biasa berwarna putih, coklat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat 3) Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah 4) Nteri pada pinggang 5) Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri disiis bawah belakang rusuk, mual atau muntah) 6) Peradangan kronispada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuhsembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih. 7) Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia, problem minum dan sianosis (kebiruan) 8) Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia 9) Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit waktu kencing, frekuensi anyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyengat. (Nanda 2015). Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL. Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64-90%. Positif nitrit pada dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar 50% untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin (piuria) adalah indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10WBC/hpf pada spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum, >



100.000 koloni/mL. Pada kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK (M. Grabe dkk, 2015). 5. Penatalaksanaan 1) Menghambat pertumbuhan bakteri untuk meningkatkan kenyamanan dan menurunkan komplikasi, antibiotic spectrum luas biasanya diberikan sebelum ada hasil kultur dan uji sensitifitas , antibiotik spesifik dapat diresepkan. Fitur Farmakologi Terintegrasi di bawah menjelaskan medikasi untuk mengobati ISK. Infeksi kronis atau berulang adalah masalah yang rumit setiap infeksi harus diobati dengan antibiotik. Infeski persistem dapat dilakukan supresi untuk menjaga urin tetap steril metode ini trdiri atas antibiotik dosis rendah yang dimakan sekali sehari atau beberapa kali per minggu . perumpan yang mengalami ISK akibat hubungan seksual dapat diresepkan antibiotic dan memakannya dan memakannya setelah koitus. 2) Obat – obatan untuk ISK Agen farmakologi sulfonamide(trimetropin- sulfametoksajol [Bactrim]), dan flurokuinolon ( siproflaksasin [ciprol] dan nitrofarantoin [ macrobin]). Selain itu, medikasi yang mengandung medikasi yang mengandung azodies,



seperti



fenazopiridin



(piridium),



dapat



direspkan



untuk



meminimalisasi sensasi terbakar yang sering dirasakn pada sistisis. Piridium mengubah urine orange terang dan membuat klien merasa lebih nyaman stelah satu dosis di konsumsi. Durasi terapi antibiotic biasanya tujuh samapai sepuluh hari, jika klien masi simtomatik, urine harus di kultur ulang . pada beberapa klien, pengobatan perlu diperpanjang sampai 14 hari, hal ini dapat terjadi pada klien yang lemah secara medis, misalnya pada klien yang dirawat inap dengan kateter terpasang atau klien dengan riwayat diabetes mellitus atau imuno supresi. 3) Modifikasi diet Makanan tertentu diketahui mengiritasi kantung kemih, seperti kafein, alcohol, tomat , makanan pedas, coklat dan bebrapa jenis beri. Jus kranberi



dan asam askorbat ( vitamin C ) Telah digunakan untuk mengasamkan urine. 4) Meningkatkan asupan cairan Untuk mengobati ISK, klien harus meningktakan asupan cairan , terutama air, jika klien tidak dibatasi asupan cairannya. Jumlah yang disarankan yaitu 3-4 L/hari. Penelitian menyerankan menghitung 0,5 ons air per pon brat badan (atau membagi berat badan mnjadi dua untuk mendapatkan ons Ciaran yang diperlukan). Merupakan cara yang mudah untuk menghitung kebutuhan ciran. Cairan untuk mebersihkan sistem aluran kemih dan mencegah urolitasis (batu urin, atau batu) pada klien yang diobati dengan obat Sulfa. Ciran yang mengandung alcohol dan kafein harus dihindari karna dapat meningkatkan iritasi mukosa. 5) Mencegah komplikasi Teraapi antibiotic spectrum luas dapat membunuh flora normal pada tubuh dan membuat pertumbuhan berlebih dari organisme oportunistik. Kadang, diare, masalah pencernaan, dan kandidiasis vagina dapat terjadi. Beberapa antibiotic mengurangi efektivitas kontrasepsi oral dari estrogen, sementara sulfa mningkatkan efek sensitivitas terhadap materi. Komplikasi juga dapat terjadi jika infksi tidak di eradikasi secara total. Infeksi ascending dpat berpindah dari kandung kemih ke ginjal, sehingga menyebabkan pielonfritis, pielonefritis berulang dapat beriso parut pada ginjal dan gagal ginjal kronis jika keruskan cukup parah. Pada klien dengan riwayat infksi kronis atau berulang. Uji diagnostic diperlukan untuk mencegah komplikasi akibat ISK berulang. yang paling sering digunakan termasuk antibiotic saluran kemih misalnya 6. Pemeriksaan penunjang Menurut Wong (2008), jenis-jenis pemeriksaan diagnostik pada infeksi saluran kemih taitu :



1) Biopsi ginjal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka atau perkutan untuk pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan mikroskop cahaya, elektron, atau imunofluresen. 2) Pemeriksaan USG ginjal atau kandung kemih : Transmisi gelombang ultasonik melalui parenkim ginjal, disepanjang slauran ureter dan di daerah kandung kemih. 3) Pemeriksaan USG (skrotum) : Transmisi gelombang ultrasonik melewati isi skortum dan testis 4) Computed tomography (CT) : Pemeriksaan dengan sinar-X pancaran sempit dan analisis computer akan menghasilkan rekonstruksi area yang tepat 5) Pemeriksaan kultur dan sensivitas urine : Pengumpulan specimen steril 6) Pemeriksaan urinalisasi dapat ditemukan protenuria, leukosituria, (leukosit



>5/LPB), Hematuria (eritrosit >5/LPB). 7. Prognosis Prognosis pada infeksi saluran kemih (ISK) simple terbilang sangat baik, dengan pengobtatan antibiotik yang tepat maka penderitab dapat sembuh sempurna. Pada beberapa wanita dapat mengalami episode ISK berulang, hal tersebut dihubungkan dengan perilaku seksual, penggunaan spermicide, wanita dengan antigen spesifik pada golongan darah tertentu. Pada ISK rumit dengan diagnosis dan tatalaksana yang tepat, prognosis terbilang cukup baik. Kerusakan dari fungsi ginjal jarang namun mungkin saja terjadi sebagai bagian dari komplikasi



B. Konsep keperawatan 1. Pengkajian I.



Identitas Klien Nama, Umur, Jenis kelamin, Suku bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat , Tanggal MRS, Diagnosa medis.



II. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan utama : a) Nyeri b) Kesakitan saat kencing c) Sering d) Warna air seni kental/pekat sperti air the. 2. Riwayat penyakit sekarang Tidak terkaji 3. Riwayat penyakit dahulu Apakah sebelumnya pernah sakit ISK ? 4. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama. 5. Riwayat psikososial dan spiritual Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam beribadat karena klien lemah. III. Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon) a. Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani penyakitnya. b. Aktifitas dan latihan Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang dialami. Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu. c. Istirahat dan tidur Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami d. Eliminasi Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar. e. Konsep Diri



Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami gangguan konsep diri. f. Pola peran Hubungan Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran. IV. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Didapatkan klien tampak lemah 2. Tingkat Kesadaran Normal GCS 4-5-6 3. Sistem Respirasi Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit 4. Sistem Kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah 5. Sistem Integumen Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam 6. Sistem Gastrointestinal Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor. 7. Sistem Muskuloskeletal. Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan. 8. Sistem Abdomen Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra. 2. Diagnosa 1) Nyeri Akut (D.0077) Kategori : Psikologis Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan 2) Resiko Infeksi (D.0142) Kategori : Lingkungan Subkategori : Keamanan dan Proteksi 3) Retensi Urin (D.0050) Kategori : Fisiologis Subkategori : Eliminasi



4) Gangguan Eliminasi Urin (D.0040) Kategori : Fisiologis Subkategori : Eliminasi 5) Hipertermia (D.0130) Kategori : Lingkungan Subkategori : Keamanan dan Proteksi 3. Intervensi No. 1.



Diagnosa



Tujuan Dan Kriteria



Keperawatan Hasil Gangguan eliminasi NOC :



Intervensi Keperawatan NIC :



urin (0040)



1. Eliminasi urin Bantuan perawatan diri Pengumpulan dan Kategori : Fisiologis Observasi pembuangan urin Subkategori : 1. Monitor kemampuan 2. Keparahan gejala Eliminasi perawatan diri secara Keparahan respon Definisi : Disfungsi



fisik,



emosi



dan



eliminasi urin



sosial yang tidak di



harapkan 3. Kontinensia urin Gejala dan Tanda Mengendalikan Mayor eliminaasi urin dari Subjektif : kandung kemih Desakan berkemih



kebutuhan



pasien terkait dengan alat-alat



krbersihan



diri, alat bantu untuk pakaian, berdandan, eliminasi dan makan Mandiri



Objektif :



Tujuan : Setelah



Gejala dan Tanda Minor



1. Berikan dilakukan



tindakan keperawatan selama …x 24 jam



Subjektif :-



Diharapkan



Objektif :-



gangguan urin



Klinis



masalah eliminasi



berkurang



teratasi. Kondisi



mandiri 2. Monitor



1



dan



bantuan



sampai



pasien



mampu



melakukan



perawatan



diri



sendiri 2. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal



sehari-hari



sampai



batas



kemampuan [pasien]



Rasional



terkait :



Health education



1. Infeksi ginjal dan kemih



saluran



1. Ajarkan



orang



tua/keluarga



untuk



mendukung kemandirian dengan membantu ketika



hanya



pasien



mampu



tak



melakukan



[perawatan diri] Kateterisasi urin Observasi 1. Monitor intake dan output Mandiri 1. Jelaskan dan



prosedur rasionalisasi



kateterisasi 2. Pastikan pencahayaan



yang



tepat



untuk



visualisasi



anatomi



yang tepat 3. Gunakan



kateter



terkecil yang sesuai 4. Amankan kateter pada



kulit



dengan



plester yang sesuai Health Education 1. Lakukan atau ajarkan pasien membersihkan



untuk



selang



kateter



di



waktu yang tepat



Perawatan Retensi Urin Observasi 1. Monitor inteka dan output 2. Monitor



derajat



distensi



kandung



kemih



dengan



palpasi dan perkusi 3. Rujuk pada spesialis perkemihan,



sesuai



kebutuhan Mandiri 1. Berikan dalam



privasi melakukan



eliminasi 2. Gunakan



kekuatas



sugesti



dengan



menggunakan



air



yang mengalir atau dengan



menyiram



obat 3. Anjurkan pasien/keluarga untuk mencatat urin output,



sesuai



kebutuhan 2



Risiko



Infeksi NOC



(0142) Kategori Lingkungan



NIC



1. Keparahan :



tanda



dan



gejala infeksi



1. Mengganti



Kontrol Infeksi



perawatan



Tindakan Mandiri



pasien yang sesuai



1. Ganti



peralatan



per



protocol institusi



Subkategori



:



Keamanan



2. Sejauh



dan



mana



nutrisi dicerna



Proteksi



dan



diserap



untuk Definisi : Berisiko



memenuhi



mengalami



kebutuhan



peningkatan



metabolic



terserang organisme patogenik.



perawatan per pasien 2. Membatasi jumlah sesuai



protocol



institusi 2. Batasi



3. Memakai jumlah



pengunjung



jubah



menangani Setelah



dilakukan



saat bahan-



1. Penyakit (mis.



dalam waktu …..x24 kronis jam diharapkan Risiko



Diabetes Infeksi dapat teratasi



mellitus) dengan kriteria hasil: 2. Efek prosedur invasive 3. Manutrisi 4. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan 5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer. 1) Gangguan peristaltic 2) Kerusakan integritas kulit 3) Perubahan sekresi pH 4) Penurunan kerja silliaris 5) Ketuban pecah lama 6) Ketuban



atau



jubah saat



menangani bahanbahan



yang



infeksius



bahan yang infeksius



tindakan keperawatan Faktor Risiko



ganti



pakaian



pada



3. Pakai pakaian ganti atau



pengunjung



1. Menganjurkan Health Education 1. Anjurkan



pasien



mengenai



teknik



mencuci



tangan



pasien



mengenai



teknik



mencuci



tangan



dengan



tepat dengan tepat 2. Mengajkan ke 2. Ajarkan pasien untuk pasien untuk mendapatkan mendapatkan specimen urin aliran specimen urin tengah yang sesuai aliran tengah yang pada saat tanda sesuai pada saat pertama dari tanda pertama dari kembalinya gejala kembalinya gejala 3. Ajarkan pasien dan 3. Mengajarkan ke keluarga pasien pasien dan keluarga mengenai tanda dan pasien mengenai gejala infeksi dan tanda dan gejala kapan harus infeksi dan kapan melaporkannya harus kepada penyedia melaporkannya perawatan kesehatan kepada penyedia perawatan 4. Ajarkan pasien dan keluarga



mengenai



kesehatan 4. Mengajarkan



ke



pecah sebelum waktunya 7) Merokok 8) Statis cairan tubuh 6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder. 1) Penurunan hemoglobin 2) Imununosupre si 3) Leukopenia 4) Supresi respon inflamasi 5) Vaksinasi tidak adekuat Kondisi



bagaimana



pasien dan keluarga



menghindari infeksi



mengenai bagaimana



Kolaborasi



menghindari



1. Alokasikan



infeksi



kesesuaian ruang



luas



per



pasien,



seperti



yang



diindikasikan



oleh



pedoman



Pusat



Pengendalian



dan



pencegahan penyakit (Centers for Disease Control



and



Prevention / CDC)



Klinik



Terkait 1. AIDS 2. Luka bakar 3. Penyakit paru



tempat



saluran serta



obstruktif



balutannya



sesuai



kronis Diabetes



dengan



4. 5.



mellitus Tindakan



6.



penggunaan 7.



terapi steroid Penyalahgunaan



8.



obat Ketuban pecah sebelum waktunya



9.



(KPSW) Kanker



kesesuaian



pedoman



CDC saat ini. Perlindungan Infeksi



seperti



yang



diindikasikan oleh pedoman



Pusat



pengendalian



penyakit (Centers Control



and



Prevention / CDC) 2. Mengganti



IV



perifer dan tempat saluran penghubung



serta



balutannya



sesuai



pedoman



adanya dan



gejala



infeksi sistemik dan local 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi 3. Monitor hitung mutlak



Disease



CDC saat ini



1. Monitor tanda



dan



pencegahan



dengan



Observasi



luas



ruang per pasien,



for 2. Ganti IV perifer dan penghubung



invasif Kondisi



1. Mengalokasikan



1. Melihat



apakah



adanya tanda dan gejala



infeksi



sistemik dan local



granulosit, 2. Melihat kerentanan



WBC, dan hasil-hasil



terhadap infeksi



10. 11. 12. 13.



Gagal ginjal Imunosupresi Lymphedema Leukositopenia



diferensial



3. Menilai



Tindakan Mandiri



hitungan



mutlak granulosit,



1. Ikuti



tindakan



14. Gangguan



pencegahan



fungsi hati



neutropenia,



WBC, dan hasilhasil diferensial



yang



sesuai



1. Mengikuti tindakan



2. Batasi



jumlah



pengunjung,



yang



pencegahan neutropenia



yang



sesuai sesuai 3. Pertahankan asepsis 2. Membatasi jumlah untuk pasien berisiko 4. Jangan mencoba pengobatan



pengunjung



yang



sesuai 3. Mempertahankan



antibiotic



untuk



infeksi-infeksi virus Health Education



asepsis



untuk



pasien berisiko 4. Tidak



1. Intruksikan



pasien



untuk



minum



antibiotic



yang



diresepkan 2. Ajarkan pasien dan keluarga



mencoba



pengobatan antibiotic



untuk



infeksi-infeksi virus



pasien



mengenai perbedaanperbedaan



antara



infeksi-infeksi virus



1. Mengintruksikan pasien



untuk



minum



antibiotic



yang



dan bakteri



sudah



diresepkan 3. Ajarkan pasien dan keluarga



mengenai



tanda



dan



gejala



infeksi



dan



kapan



harus melaporkannya kepada



pemberi



layanan kesehatan



2. Mengajarkan



ke



pasien dan keluarga pasien



mengenai



perbedaanperbedaan



antara



infeksi-infeksi virus dan bakteri



3. Mengajarkan 4. Ajarkan pasien dan anggota



keluarga



bagaimana



cara



menghindari infeksi



pasien dan keluarga mengenai



tanda



dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada



pemberi



layanan kesehatan 4. Mengajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana menghindari infeksi 3



Retensi Urin (D.0050) Kategori : Fisiologis Subkategori : Eliminasi



NOC :



NIC 1. Observasi



1. Eliminasi urin 2. Tingkat nyeri 3. Keparahan gejala



Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap Penyebab : 1. Peningkatan tekanan uretra 2. Kerusakan arkus refleks 3. Blok spingter 4. Disfungsi



asuhan keperawatan selama…..x24 jam. Diharapkan pasien dapat :



kepatenan kateter 3. Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan 4. Ajarkan keluarga



pasien



dan



mengenai



perawatan kateter yang eliminasi



tidak terganggu 2. Intensitas gejala ringan Tidak ada nyeri yang dilaporkan



umum 2. Isi bola kateter sebelum memeriksa ukuran dan



Setelah melakukan



1. Pola



pencegahan



pemasangan kateter untuk



Tujuan : Definisi :



tindakan



tindakan-



tepat



cara



neurologis (mis. trauma, penyakit saraf) 5. Efek agen farmakologis (mis. atropine, belladonna, psikotoprik, antihistamin, opiate) Gejala dan Tanda Mayor : Subjektif : 1. Sensasi penuh pada kandung kemih Objektif 1. Disuria/anuri a 2. Distensi kandung kemih Gejala dan Tanda Minor : Subjektif : 1. Dribbling



Objektif : 1. Inkontinensia berlebih 2. Residu urin 150 ml atau lebih



4



Nyeri Akut (D.0077) Kategori : Psikologis Subkategori : Nyeri



NOC :



NIC



1. Kontrol nyeri 2. Tingkat



1. Observasi



kecemasan 3. Nafsu makan



mengenai



dan Kenyamanan



adanya



petunjuk



nonverbal



ketidaknyamanan terutama



Tujuan :



pada



mereka yang tidak dapat berkomunikasi



Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan



Setelah melakukan



secara efektif 2. Berikan aktivitas



asuhan keperawatan



pengganti



yang



selama…..x24 jam.



bertujuan



untuk



Diharapkan pasien dapat :



mengurangi tekanan 3. Ajarkan prinsipprinsip



1. Secara konsisten



onset mendadak atau



menunjukan



lambat dan



dapat mengenal



berintensitas ringan



kapan



nyeri



menajemen



nyeri 4. Kolaborasi



dengan



pasien, terdekat,



orang dan



tim



hingga berat yang berlangsung kurang



terjadi 2. Tidak



kesehatan ada



perasaan gelisah 3. Hasrat atau



dari 3 bulan



keinginan untuk makan Penyebab :



terganggu



untuk memilih dan mengimplementasika n penurunan



tindakan nyeri



nonfarmakologi, sesuai kebutuhan



1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma) 2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia, iritan) 3. Agen pencedera fisik



tidak



lainnya



(mis.



Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik



berlebihan)



Gejala dan Tanda Mayor : Subjektif : 1. Mengeluh nyeri Objektif : 1. Tampak meringis 2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindar nyeri) 3. Gelisah 4. Frekuensi nadi meningkat 5. Sulit tidur



Gejala dan Tanda Minor : Subjektif : Objektif : 1. Tekanan darah meningkat



2. Pola



napas



berubah 3. Nafsu makan berubah 4. Proses berpikir terganggu 5. Menarik diri 6. Berfokus pada



diri



sendiri Diaforesis 5



Hipovolemia (D.0023) Kategori : Fisiologis Subkategori : Nutrisi dan Cairan



NOC :



NIC 1. Monitor



hidrasi



1. Keseimbangan



(misalnya



cairan 2. Hidrasi 3. Keparahan



mukosa lembab, denyut



membrane



nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik) 2. Berikan cairan dengan



hipotensi



tepat 3. Instruksikan



Tujuan : Definisi :



status



Setelah melakukan



pasien-



pasien yang masih bisah berjalan



untuk



selalu



Penurunan volume



asuhan keperawatan



cairan intravascular,



selama…..x24 jam.



interstisial,



Diharapkan pasien



nasogastrik



yang



intraselular.



dapat :



diresepkan



berdasarkan



1. Tekanan Penyebab : 1. Kehilangan cairan aktif 2. Kegagalan mekanisme



darah



tidak terganggu 2. Membran mukosa lembab Tidak adanya penurunan serum fosfor



menggunakan sepatu 4. Berikan penggantian



output (pasien)



regulasi 3. Peningkatan permeabilitas kapiler 4. Kekurangan intake cairan 5. Evaporasi



Gejala dan Tanda Mayor : Subjektif : Objektif : 1. Frekuensi nadi meningkat 2. Nadi teraba lemah 3. Tekanan darah menurun 4. Tekanan nadi menyempit 5. Turgor kulit menurun 6. Membran mukosa kering 7. Volume urin menurun 8. Hematokrit meningkat Gejala dan Tanda Minor :



Subjektif : 1. Merasa lemah 2. Mengeluh haus Objektif : 1. Pengisian vena menurun 2. Status mental berubah 3. Suhu tubuh meningkat 4. Konsentrasi urin meningkat 5. Berat badan turun



tiba-



tiba 6



Hipertermi



Noc :



Nic :



(D.0130)



 Termoregulasi Keseimbangan



Perawatan Demam



Kategori : Lingkungan



antara



Subkategori



panas,



Keamanan



: dan



produksi



Proteksi



panas,



Definisi : suhu



kehilangan



tubuh



meningkat



diatas



rentang



normal tubuh.



dan



panas.  Tanda-Tanda V ital suhu,



Observasi: -



mendapatkan



kulit dan suhu Monitor asupan



Melihat warna kulit



Monitor warna -



dan suhu Melihat asupan dan



dan keluaran,



keluaran,



sadari perubahan



sadari



kehilangan cairan



perubahan



yang tak dirasakan



kehilangan



Tingkat denyut



-



cairan yang Mandiri



tak dirasakan



Gejala dan tanda



nadi,



respirasi,



mayor



dan



tekanan



Objektif



darah



berada



dalam



kisaran



1) Suhu tubuh diatas nilai normal



normal Tujuan



:



Gejala dan tanda dilakukan



tindakan



keperawatan



Objektif



waktu …… X 24



Dorong konsumsi cairan



-



Berikan oksigen



-



yang sesuai Tingkatkan



setelah



minor 1) 2) 3) 4) 5)



-



-



konsumsi -



dalam



Tutup pasien



-



Kulit merah jam diharapkan Kejang hipertermia dengan Takikardi Takipnea kriteria hasil : Kulit terasa - Suhu tubuh hangat kembali normal - Warna kulit



ringan, tergantung pada fase demam (yaitu memberikan selimut hangat untuk fase dingin; menyediakan



kembali normal - Denyut jantung



pakaian atau linen



kembali normal



tempat tidur ringan untuk demam dan fase bergejolak/flush)



sesuai Meningkatka n sirkulasi



dengan selimut atau pakaian



cairan Memberikan oksigen yang



sirkulasi udara -



Mendorong



-



udara Menutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam (yaitu memberikan selimut hangat untuk fase dingin;



Kolaborasi -



menyediakan



Beri obat atau



pakaian atau



cairan IV



linen tempat



(misalnya,



tidur ringan



antipiretik, agen



untuk demam



antibakteri, dan



dan fase



agen anti



bergejolak/flu



menggigil)



sh)



Pengaturan suhu



-



obat atau



Observasi: -



cairan IV



Monitor suhu



(mis,



paling tidak setiap



antipiretik,



2 jam, sesuai -



agen



kebutuhan Monitor tekanan



antibakteri



darah, nadi dan



dan agen anti



respirasi, sesuai



menggigil)



kebutuhan -



-



paling tidak



warna kulit



setiap 2 jam sesuai



Tingkatkan intake cairan dan nutrisi



-



darah, nadi



Gunakan matras



dan respirasi,



penghangat,selimut



sesuai



hangat, dan hangatkan



-



kebutuhan Melihat suhu



lingkungan sekitar



dan warna



untuk



kulit



meningkatkan suhu tubuh, sesuai



-



Meningkatka n intake



kebutuhan -



kebutuhan Melihat tekanan



adekuat -



Melihat suhu



Monitor suhu dan



Mandiri: -



Memberikan



cairan dan



Sesuaikan suhu



nutrisi



lingkungan untuk



adekuat Gunakan



kebutuhan pasien



-



matras Health Education: -



-



penghangat,



Instruksikan pasien



selimut



bagaimana



hangat, dan



mencegah



hangatkan



keluarnya panas



lingkungan



dan serangan panas



sekitar untuk meningkatka



Informasikan



n suhu tubuh,



pasien mengenai



sesuai



indikasi adanya kelelahan akibat panas dan



-



n suhu



penanganan



lingkungan



emergensi yang



untuk



tepat, sesuai



kebutuhan



kebutuhan Kolaborasi: -



kebutuhan Menyesuaika



pasien -



Menginstruks



Berikan



ikan pasien



pengobatan



bagaimana



antipiretik, sesuai



cara



kebutuhan



mencegah keluarnya panas dan



Monitor Tanda-tanda



serangan



vital Observasi: -



-



panas Menginforma



Monitor tekanan



sikan pasien



darah, nadi, suhu,



mengenai



dan status



indikasi



-



pernapasan dengan



adanya



cepat



kelelahan akibat panas



Monitor tekanan



dan



darah saat pasien



penanganan



berbaring,duduk,



emergensi



dan berdiri



yang tepat,



sebelum dan



sesuai



setelah perubahan



kebutuhan



posisi -



Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat jika memungkinkan



-



Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban



Mandiri: -



Catat gaya dan fluktuasi yang luas



-



pada tekanan darah Auskultasi tekanan darah di kedua lengan dan bandingkan



-



Periksa secara berkala keakuratan



-



Memberikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan



instrumen yang digunakan untuk perolehan data pasien