Askep Kista Ovarium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM MITRA DELIMA MALANG



Oleh : FAILUL AFINDA NIM.1930017



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG TAHUN AKADEMIK 2019/2020



LEMBAR PENGESAHAN



Asuhan Keperawatan dengan Kista Ovarium di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Mitra Delima Malang yang Dilakukan Oleh : Nama



: Failul Afinda



NIM



: 19.30.017



Prodi



: Profesi Ners



Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 4 November s/d 9 November 2019 , yang telah disetujui dan disahkan pada : Hari



:



Tanggal



:



November 2019



Malang,



September 2019 Mengetahui,



Pembimbing Institusi



Pembimbing Klinik



(.............................................)



(.............................................)



RENCANA KEGIATAN MINGGUAN Departemen : Maternitas



Mahasiswa : Failul Afinda



Periode



: 4 November s/d 9 November 2019 Pembimbing :



Ruang



: Nifas



Minggu ke



:1



A. Target yang ingin dicapai Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien Kista Ovarium selama 1 minggu (4 November s/d 9 November 2019 ) 1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Kista Ovarium 2. Mampu mengkaji status pernapasan pada pasien dengan Kista Ovarium 3. Mampu mengatur posisi semifowler pada pasien dengan Kista Ovarium 4. Mampu melakukan auskultasi bunyi napas tambahan pada pasien dengan Kista Ovarium 5. Mampu memberikan terapi oksigenasi pada pasien dengan Kista Ovarium B. Rencana kegiatan TIK 1



Jenis Kegiatan Waktu a. Melakukan pengkajian pada pasien Hari ke-1 Kista Ovarium



2



pasien



melakukan



pengkajian dasar



a. Mampu mengkaji adanya nyeri Hari ke-2 pada



Kriteria Hasil Dapat



dengan



Kista



a. Mampu mengkaji skala nyeri pasien



Ovarium b. Mampu



mengajarkan



teknik



relaksasi untuk menyurangi nyeri pada



pasien



dengan



b. Mampu



Kista



teknik



Ovarium 3



a. Memantau tanda – tanda vital



nafas



dakam



untuk mengurangi nyeri pada pasien Hari ke 3 a. Mampu memantau tanda -6



C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan



mengajarkan



– tanda vital



1. Tindakan pengkajian Kista Ovarium sesuai target kompetensi 2. Tindakan pengkajian skala nyeri sesuai target kompetensi 3. Tindakan memantau tanda – tanda vital sesuai target kompetensi



D. Evaluasi Diri Praktikan a. Belum mampu melakukan semua rencana



Mengetahui, Malang, Pembimbing lahan RSU Mitra Delima



November 2019 Mahasiswa



Failul Afinda NIM 1930017



BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar (Price, 2017). Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam, karena memang seringkali pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut (Meidian, 2016). The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO,2010)



Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di RSU Dharmais, ditemukan kira-kira 30 pasien setiap tahun. Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 ada 428 kasus pasien kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus pasien kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga (Mansjoer dkk, 2018). Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien. Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit buang air kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat senggama serta gangguan menstruasi. Adanya gangguan menstruasi ini menyebabkan masyarakat berpendapat bahwa wanita yang mengalami kista ovarium akan mengalami kemandulan (infertilitas). Hal ini dapat menimbulkan kecemasan pada pasiennya (Price, 2017). Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan kista ovarium adalah dengan pemberian obat hormonal dan pembedahan. Pada pasien paska pembedahan kista ovarium akan mengalami masalah yang berhubungan dengan nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan diri serta sebagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran perawat diperlukan untuk mengatasi masalah – masalah, antara lain dengan mengajarkan teknik manajemen nyeri dengan memberikan kompres hangat dan mengajarkan teknik relaksasi yaitu latihan tarik nafas dalam untuk membantu mengurangi rasa nyeri, membantu perawatan luka post operasi dengan teknik aseptik untuk menghindari terjadinya infeksi, membantu memenuhi kebutuhan personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman dan mempertahankan kebersihan tubuh. Tindakan keperawatan yang dilakukan tersebut ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan keperawatan pada Pasien post operasi kista ovarium dapat dilakukan secara optimal (Mansjoer dkk, 2018).



BAB II LAPORAN PENDAHULUAN



2.1 Definisi Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Doengoes, 2014) Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Mc Closky & Bulechek, 2014). Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi (Mansjoer dkk, 2018). 2.2 Etiologi Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel



telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid. Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu : 1. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat b. Zat tambahan pada makanan c. Kurang olah raga d. Merokok dan konsumsi alkohol e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius f. Sering stress g. Zat polutan h. Faktor genetik Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker. 2.3 Manifestasi Klinis Seperti pada penyakit ganas, tumor ovarium dapat tumbuh dengan tenang dan jarang penyebab gejala sampai setelah mencapai ukuran besar. Ketika tumor berkembang akan terjadi distensi abdominal. Pengaruh berat tekanan terhadap usus dan kandung kemih. Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, terdapat perubahan hormonal atau



penyulit yang terjadi. Tumor jinak ovarium diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti. Sebagian besar tanda dan gejala adalah akibat dari : 1. Gejala akibat pertumbuhan a) Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah b) Mengganggu miksi atau defekasi c) Tekanan tumor dapat menimbulkan konstipasi atau edema pada tungkai bawah 2. Gejala akibat perubahan hormonal Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila berhubungan dengan tumor menimbulkan gangguan menstruasi, tumor sel granulase 3. Gejala klinik akibat komplikasi yang terjadi pada tumor a) Perdarahan ke dalam kista (intra tumor) Bila



terjadi



perdarahan



dalam



jumlah



yang



banyak



dapat



menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan cepat. b) Robek dinding kista Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah ke dalam ruang abdomen. c) Degenerasi ganas kista ovarium Keganasan kista ovarium sering dijumpai : o Kista pada usia sebelum menarche o Kista pada usia diatas 48 tahun d) Sindrome Meigs Sindrom yang ditemukan oleh meigs menyebutkan terdapat fibroma ovari, acites dan hidrothorak dengan tindakan operasi fibroma ovari maka sindroma akan menghilang dengan sendirinya. Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi ada pula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan



keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejalagejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium : 1. Perut terasa penuh, berat, kembung 2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil) 3. Haid tidak teratur 4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha. 5. Nyeri sanggama 6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera: 1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba 2. Nyeri bersamaan dengan demam 3. Rasa ingin muntah 2.4 Klasifikasi 1. Kista folikel Kista folikel berkembang pada wanita muda wanita muda sebagian akibat folikel de graft yang matang karena tidak dapat meyerap cairan setelah ovulsi.kista ini bisanya asimptomotik keculi jika robek.dimana kasus ini paraf jika tedapat nyeri pada panggul.jika kista tidak robek,bisanya meyusut setelah 2-3 siklus menstrusi. 2. Kista corpus luteum Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari progesterone akibat dari peningkatan cairan di korpus luteum ditandai dengan nyeri, tendenderness pada ovari, keterlambatan mens dan siklus mens



yang tidak



teratur



atau



terlalu panjang.



Rupture



dapat



mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal. Biasanya kista corpus luteum hilang dengan selama 1-2 siklus menstruasi. 3. Syndroma rolycystik ovarium Terjadi ketika endocrine tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen yang terlalu tinggi, testosoron dan luteinizing hormone dan penurunan sekresi fsh. Tanda dan gejala terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan) mens tidak teratur, infertelitas.



4. Kista Theca- lutein Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang akibat



lamanya



stimulasi



ovarium



dari



human



chorionik



gonadotropine( HCG ). 2.5 Patofisiologi Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk



karena



stimulasi



gonadotropin



atau



sensitivitas



terhadap



gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,



dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kistakista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.



2.6 Pathway



2.7 Penatalaksanaan a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi. b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga. d.



Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.



2.8 Komplikasi komplikasi dari kista ovarium yaitu : 1. Perdarahan intra tumor Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat. 2. Perputaran tangkai Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen. 3. Infeksi pada tumor Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-hari. 4. Robekan dinding kista Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen. 5. Keganasan kista ovarium



Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun. 2.9 Pemeriksaan penunjang Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan: 1. Ultrasonografi (USG) Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. 2. Laparoskopi Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi. 3. Hitung darah lengkap Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis. 4. Foto Rongent Berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks, selanjutnya pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi pada kista.



BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 1. Pengkajian Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi : 



Biodata Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.







Riwayat kesehatan Meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.







Status Obstetrikus, meliputi : 1.



Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau



2.



Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan



3.



Riwayat persalinan



4.



Riwayat KB



5.



Pengkajian pasca operasi rutin, menurut



1.



Kaji tingkat kesadaran



2.



Ukur tanda-tanda vital



3.



Auskultasi bunyi nafas



4.



Kaji turgor kulit



5.



Pengkajian abdomen a) Inspeksi ukuran dan kontur abdomen b) Auskultasi bising usus c) Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa d) Tanyakan tentang perubahan pola defekasi e) Kaji status balutan 1. Kaji terhadap nyeri atau mual 2. Kaji status alat intrusif 3. Palpasi nadi pedalis secara bilateral 4. Evaluasi kembajinya reflek gag 5. Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi. 6. Kaji status psikologis pasien setelah operasi 7. Data penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP) 2.



Terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral



3.2 Diagnosa Keperawatan Dan intervensi a) Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen b) Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap pembedahan c) Resiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal d) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual, muntah. e) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi . 3.3 Intervensi Diagnosa keperawatan



Tujuan dan kriteria hasil NOC Setelah



a) Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen



tindakan selama……x



dilakukuan keperawatan 24



jam



diharapkan rasa nyaman terpenuhi Kriteria hasil : 1. Skala nyeri 0 2. berkurangnya



normal.



1. Jelaskan penyebab nyeri pada pasien. 2. Kaji skala nyeri pasien.



pasien



mengungkapkan nyeri 3. tanda



Intervwnsi NIC



3. Ajarkan tehnik distraksi selama nyeri.



rasa 4. Berikan individu



tanda



vital



kesempatan untuk istirahat yang cukup. 5. Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan



analgesik sesuai program dokter. 6. 30 menit setclah pemberian obat pengurang rasa sakit, evaluasi kembali efektifitasnya



b) Resiko infeksi berhubungan dengan invasi



Tujuan : Tidak terjadi infeksi Kriteria hasil : 1. Tidak ada tanda-tanda



kuman sekunder



infeksi



2. Gunakan tehnik merawat pasien



2. TTV normal 3.



dan monitor TTV



antiseptik dalam



terhadap pembedahan



1. Kaji tanda-tanda infeksi



tidak ada peningkatan



3. Isolasikan dan instruksikan individu



leukosit



dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum mendekati pasien 4. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi 5. Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter c) Resiko konstipasi berhubungan



Tujuan: Tidak terjadi



konstipasi 1. Monitor peristaltik



setelah dilakukan tindakan



dengan pembedahan keperawatan selama…..x24



usus, karakteristik feses



abdominal



jam Kriteria hasil: a. Peristaltik



dan frekuensinya usus



normal (5-35 kali per 2. Dorong pemasukan b.



menit) pasien



akan



menunjukkan



pola



cairan adekuat,



climinasi biasanya.



termasuk sari buah bila pemasukan peroral dimulai. 3. Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.



d) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual, muntah.



Tujuan: 1. Tentukan BB ideal setelah dilakukan tindakan menurut usia dan tinggi keperawatan selama…..x24 badan. jam nutrisi pada klien 2. Kajikemampuan klien terpenuhi Kriteria hasil: 1.



Klien tidak merasa mual dan muntah.



2.



Nutrisi klien terpenuhi.



untuk mendapatkan dan menggunakan nutrisi yang penting 3. Monitor intake nutrisi, spesifikkan porsi makanan yang dimakan. 4. Kaji adanya alergi makanan. 5. Temani pasien saat makan untuk mendorong intake nutrisi. 6. Timbang pasien setiap minggu dalam kondisi yang sama. 7. Berikan anti muntah sesuai instruksi sebelum makan.



8. Jika pasien muntah, anjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan kesukaan. 9. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi



Tujuan: e) Cemas berhubungan setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau ulang efek dengan kurangnya



keperawatan selama…..x24



prosedur pembedahan



informasi



jam



dan harapan pada masa



Pasien



mengetahui



tentang efek sawing dari



dating.



operasinya. Kriteria hasil: 2. Diskusikan dengan Pasien menyatakan lengkap masalah yang memahami tentang diantisipasi selama kondisinya. masa penyembuhan. 3. Diskusikan melakukan kembali aktifitas 4. Identifikasi keterbatasan individu 5. Kaji anjuran untuk memulai koitus seksual 6. Identifikasi kebutuhan diet 7. Dorong minum obat yang diberikan secara rutinIdentifikasi tanda



atau gejala yang memerlukan evaluasi medis.



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. 4.2 Saran Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam setiap pemberian asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan pada klien kista ovarium menggunakan konsep yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak umum.



DAFTAR PUSTAKA A.Price, Sylvia. (2017). Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC. Doengoes, Marylinn. E (2014). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:EGC Mc Closky & Bulechek. (2014). Maternity Women’s Health Care. Seventh edit. Mansjoer, Arief dkk. (2018). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus. Manuaba. (2015). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:EGC. Mc Closky & Bulechek. (2014). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby. Meidian, JM. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:Mosby. William Helm, C. Ovarian Cysts. (2018). American College of Obstetricians and Gynecologists



(



cited



2018



September



16



).



Available



at



http://emedicine.com Winknjosastro, Hanifa. (2017). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kistaovarium.html