Askep Komunitas Diare [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DIARE PADA BALITA



Dosen Pembimbing : Suhariyati, S.Kep.,Ns.,M.Kes Disusun oleh : Kelompok 2 1. Dyah Ayu V.



6. Nia Indah S. W



2. Erika Febriana P.



7. Restika Eka P.



3. Lenny Hildayanti



8. Reza Bela S



4. M. Ainun Naim



9. Tobby William P



5. Nabela Amilia R



10. Wulandini Furi G



PRODI S 1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Diare pada Balita ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai bagaimana hipertensi dialami oleh banyak masyarakat ini, dan besar harapan kami bila makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.



Lamongan, 1 Desember 2019



Penyusun



DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................................. i Daftar Isi ............................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 1 1.2 Rumusan masalah ................................................................................................... 1 1.3 Tujuan ..................................................................................................................... BAB 2 PEMBAHASAN 2. 1 Pengertian Diare ...................................................................................................... 2. 2 Etiologi Diare .......................................................................................................... 2. 3 Tanda dan Gejala Diare ........................................................................................... 2. 4 Patofisiologi Diare .................................................................................................. 2. 5 Penatalaksanaan Diare ............................................................................................ 2. 6 Cara Penularan Diare .............................................................................................. 2. 7 Cara Pencegahan Diare ........................................................................................... BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA BALITA 3.1 Pengkajian ...................................................................................................... 3.2 Analisa Data ……………………………………………………………… 3.3 Penerapan Kasus …………………………………………………………. BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada diare akan mengakibatkan dehidrasi memicu gangguan kesehatan, mulai dari gangguan ringan seperti mudah mengantuk, hingga penyakit berat seperti penurunan fungsi ginjal. Pada awalnya anak akan merasa haus karena telah terjadi dehidrasi ringan. Bila tidak ditolong, dehidrasi tambah berat dan timbulah gejala-gejala yang akhirnya dibawa kefasilitas kesehatan yang memerlukan biaya yang lebih tinggi. Dipelukan perawatan diare oleh orang tua dengan memberikan cairan dan makanan yang bergizi untuk mengurangi biaya perawatan di rumah sakit(Agustina, 2008). WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal. WHO (2005) melaporkan sebuah penelitian terhadap biaya yang berkaitan dengan pengobatan bagi pasien rawat inap usia kurang lima tahun di Kuba dan Filipina menunjukkan bahwa biaya ratarataperkasus pengobatan di rumah sakit sekitar US$50 pada tahun 1989, dengan total biaya pengobatan di rumah tangga diperkirakan mencapai lebih dari US$276.128.Data-data di atas lebih menekankan pada biaya langsung, sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh keluarga sebelum di bawa ke fasilitas kesehatan belum banyak diteliti. Di Indonesia data tentang besar biaya yang dikeluarkan akibat diare belum diketahui secara pasti, padahal diare akut dapat terjadi beberapa kali setiap tahunnya pada balita, rata-rata setiap tahunnya 3,2 episode diare pada setiap anak.Data SDKI (2002) menjelaskan bagaimana pola pengobatan diare oleh keluarga di Indonesia yang tidak rasional seperti hanya 51% anak di bawah lima tahun yang mengalami diare dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan, kemudian 36% anak yang diberi rehidrasi oral, 14% anak tidak mendapat pengobatan sama sekali. Studi yang ada



memperlihatkan bahwa 30-55% GE pada anak yang masuk rumah sakit disebabkan oleh rotavirus. Dengan penemuan rotavirus sebagai penyebab diare berarti antibiotika hanya diperlukan jika penyebab diare oleh karena infeksi. Menurut Bank Dunia biaya perawatan medis rotavirus di negara berkembang sebesar 2,6 juta US dolar pertahun, tidak termasuk perhitungan biaya penyakit tidak langsung (Fruhwirth et al., 2001). Di Jawa Timur prevalensi diare pada bayi pada tahun 2011 kasus diare pada balita mencapai 44,5% yaitu dengan jumlah 58.116 kejadian (Dinkes jatim 2011). Sedangkan menurut rekam medis jumlah balita diare di RSUD Dr Hardjono Ponorogo rawat jalan, rawat inap, dan IRDtahun 2011 sejumlah 712 pasien, pada tahun 2012 mengalami penurunan sebanyak 26,4% menjadi 542 pasien, pada tahun 2013 sampai tanggal 14 Desember jumlahbalita diare sejumlah 502 pasien (Rekam Medis RSUD Dr Hardjono Ponorogo,2013). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari diare ? 2. Apa etiologi dari diare ? 3. Apa tanda dan gejala diare ? 4. Apa patofisiologi dari diare ? 5. Apa penatalaksanaan dari diare ? 6. Bagaimana cara penularan diare ? 7. Bagaimana cara pencegahan diare ? 8. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas dengan diare pada balita ? 1.3 Tujuan Agar penulis mampu : 1. Mengetahui pengertian dari diare



2. Mengetahui etiologi dari diare 3. Mengetahui tanda dan gejala dari diare 4. Mengetahui patofisiologi dari diare 5. Mengetahui penatalaksanaan dari diare 6. Mengetahui cara penularan diare 7. Mengetahui cara pencegahan diare 8. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas dengan diare pada balita



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar encer, penyakit diare pada anak apabila tidak ditangani dengan pertolongan yang cepat dan tepat dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes RI, 2004). Diare merupakan salah satu penyakit sistem pencernaan yang sering dijumpai di masyarakat yaitu penyakit yang ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam sehari (WHO, 2009). 2.2 Etiologi Diare Menurut Warman (2008) diare disebabkan oleh: 1. Faktor infeksi Jenis-jenis bakteri dan virus yang umumnya menyerang dan mengakibatkan infeksi adalah bakteri E.coli, Salmonela, Vibrio cholerae (kolera) Shigella,Yersinia enterocolitica, virus Enterovirus echovirus, human Retrovirua seperti Agent, Rotavirus, dan parasit oleh cacing



(Askaris),



Giardia



calmbia,



Crytosporidium,



jamur



(Candidiasis). 2. Faktor makanan Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku ibu masih banyak yang merugikan kesehatan salah satunya kurang memperhatikan kebersihan makanan seperti pengelolaan makanan terhadap fasilitas pencucian, penyimpanan makanan, penyimpanan bahan mentah dan perlindunga bahan makanan terhadap debu. 3. Faktor lingkungan



Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, dkk (2009) diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular, penggunaan sarana air yang sudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar, kondisi lingkungan sekitar yang kotor dan tidak terjaga kebersihannya. 2.3 Tanda dan gejala diare Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan menurun, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi (Sodikin, 2011). 2.4 Patofisiologi diare Wabah diare pada bayi, anak-anak dan dewasa biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebar melalui air atau makanan yang sudah tercemar oleh tinja yang terinfeksi. Infeksi juga dapat ditularkan dari orang ke orang, yaitu bila seorang penderita diare tidak mencuci tangannya dengan bersih, setelah buang air besar (Setiawan, 2005) Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis. Klasifikasi dan patofisologi diare akut yang disebabkan oleh proses infeksi pada usus atau Enteric infection. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut berdasarkan proses patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme Inflammatory, Non inflammatory, dan Penetrating (Zeina, 2004). Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, serta gejala dan tanda dehidrasi (Zeina, 2004). Non Inflammatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian proksimal. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada



samasekali, namun gejala dan tanda cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti.Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit ini disebut juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam disertai diare. Diare akut mengakibatkan terjadinya: a) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemik. b) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa dehidrasi dengan muntah, perdarahan otak dapat terjadi, kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal. c) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena diare dan muntah. 2.5 Penatalaksanaan Diare Pengetahuan dan pemahaman mengenai proses yang menyebabkan terjadinya diare memungkinkan klinis untuk mengembangkan terapi obat yang paling efektif. Campuran yang seimbang antara glukosa dan elektrolit dalam volume yang setara dengan cairan yang hilang dapat mencegah terjadinya dehidrasi (Goodman dan Gilman, 2003). Terapi diare didasarkan pada diagnosa yang tepat dan penggantian cairan dan elektrolit yang hilang dan juga penggunaan obat-obat antidiare yang spesifik, dan juga menghindari makanan dan obat-obat yang dapat menyebabkan timbulnya diare, seperti obat laksatif, antasida dan obat-obat yang mempengaruhi motilitas usus). Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi, dan kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang penderita mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang dijual bebas. Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah lebih dari 24 jam belum ada



perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah feses yang dikeluarkan. Prinsip pengobatan adalah menghilangkan kausa diare dengan memberikan antimikroba yang sesuai dengan etiologi, terapi supportive atau fluid replacement dengan intake cairan yang cukup atau dengan Oral Rehidration Solution (ORS) yang dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang pula diperlukan obat simtomatik untuk menyetop atau mengurangi frekwensi diare. Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses rutin tidak menunjukkan adanya mikroorganisme, maka diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin. Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,5º C, adanya darah dan/atau lendir pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan diare persisten yang belum mendapat antibiotik (Zeinb, 2004). 2.6 Cara penularan diare Penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti : 1. Makanan



dan



minuman



yang



sudah dicemari oleh serangga



atau



sudah terkontaminasi, baik yang kontaminasi



oleh tangan yang



kotor. 2. Bermain



dengan



mainan



yang terkontaminasi, apalagi pada bayi



sering memasukan tangan, mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. 3. Pengunaan



sumber



air



yang



sudah tercemar dan tidak memasak air



dengan benar. 4. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. 5. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang



2.7 Cara pencegahan diare Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu : a. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil. b. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih c. Cucilah t angan dengan sabun sebelum makan d. Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban) e. Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dan sampah basah



BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA BALITA 3.1 Pengkajian Asuhan Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan rasional yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat. Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri(1) inti komunitas (the community core), (2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya. 1. Data inti a.



Demografi Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah bayi, dan anak baik lakilaki maupun perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa laporan tahunan atau



rekapitulasi jumlah



kunjungan pasien yang berobat. b.



Statistik vital Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka kematian bayi, dan anak . Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.



c.



Karakteristik penduduk



Variabel karakteristik penduduk meliputi : a.



Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawat mengobservasi ketika ada program posyandu.



b.



Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu berupa kesedihan karena anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan anak-anak sebaya lainnya dan pertumbuhan anak pun akan terhambat atau sulit untuk berkembang.



c.



Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh dan tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.



d.



Perilaku :



seperti pola makan yang kurang baik mungkin



mempengaruhi penyebab anak mengalami gizi kurang, diare dan penyakit lainnya, terlebih banyak orang tua yang kurang mampu dalam hal ekonomi. 2. Sub sistem a.



Lingkungan fisik Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit, selain faktor untuk menjamin mendapatkan makanan yang sehat akan sulit didapat, selain itu kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah satu tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.



b.



Sistem kesehatan Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km, desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan program kerja yang dilaksanakan 1 bulan sekali, namun untuk ketersedian posbindu belum ada.



c.



Ekonomi Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.



d.



Keamanan dan transportasi Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi bantuan



untuk



dimaanfaatkan



oleh



masyarakat



dalam



hal



memfasilitasi masyarakat untuk mempermudah akses mendapatkan layanan kesehatan. Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada, tingkat kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang ada. a.



Kebijakan dan pemerintahan Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan



pelayanan



kesehatan,



serta



adanya



partisipasi



masyarakat dalam b.



Komunikasi Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan penduduk, khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita yang sakit.



c.



Pendidikan Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk tentang pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara perawatan ,serta cara mencegahnya. Mayoritas penduduk berpendidikan rendah yaitu SD bahkan tidak sekolah.



d.



Rekreasi Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan dari sarana rekreasi yang ada.



3. Persepsi Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih acuh, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan



masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit 3.2 Analisa Data Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan memilih data-data yang ada sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosa keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh balita. Tujuan analisa data: a.



Menetapkan kebutuhan bayi, dan anak



b.



Menetapkan kekuatan.



c.



Mengidentifikasi pola respon bayi, dan anak



d.



Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.



Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus bayi, dan anak. Masalah yang sudah ditemukan tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang selanjutnya dapat diteruskan dengan intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang tidak dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan prioritas masalah. Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow yaitu:



a.



Keadaan yang mengancam kehidupan



b.



Keadaaan yang mengancam kesehatan



c.



Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan



3.3 Penerapan Kasus Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi III terdapat 66 bayi dan balita yang terdiri diri dari : 0-12 bulan = 21, 13- 36 bulan = 15, 37- 60 bulan = 30. Berdasarkan informasi dari kader posyandu Bayi dan Balita yang gizi buruk 3 orang, Balita yang diare karena tidak cocok dengan susu formula 6



orang, Bayi dan Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan balita yang berada digaris kuning dan digaris merah ) 5 orang. Sebagian besar ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan. Antar rumah saling berdekatan sehingga jika terjadi kebaran sangat sulit buat petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api, pembangunan gorong- gorong di sungai, sehingga air di bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan, mayoritas warga beragama islam. Di wilayah ini memiliki 1 masjid, 1 gereja, 1 paud , 1 TK, 1 Atap SDN simomulyo, untuk beraktivitas warga menggunakan sepeda motor untuk alat transportasi. Biasanya ibu- ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi, ibu yang memilki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan di pasar pagi dadakan yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol surabaya – malang dekat kampung warga.



1. PENGKAJIAN Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi III 1. DATA INTI Di kelurahan simomulyo posyandu pel angi terdapat 66 balita Umur



: 0-2 bulan = 21 : 36 bulan = 15 : 37- 60 bulan = 30



Pekerjaan



: sebagian besar ibu yang memiliki bayi dan anak bekerja sebagai ibu rumah tangga sedangkan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan



Agama



: mayoritas islam



Data statistik: Berdasarkan informasi dari kader setempat



- Bayi dan Balita yang gizi buruk 3 orang, - Balita yang diare karena tidak cocok dengan susu formula 6 orang - Bayi dan Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan balita yang berada digaris kuning dan digaris merah ) 5 orang



2. DATA SUBSISTEM 1. Lingkungan Fisik a. Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah permanen, pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan b. Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah yang luas c. Kebiasaan: balita yang berumur 36 – 60 bulan sering mengkonsumsi makanan ringan (snack) yang biasa di beli di warung- warung terdekat. Serta sering mengkonsumsi mie instant d. Transportasi: ibu mengantarkan bayi dan balita ke posyandu dengan jalan kaki sedangkan untuk beraktivitas biasanya menggunakan sepeda motor e. Pusat pelayanan: terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas f. Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market g. Tempat ibadah: 1 masjid dan 1 gereja



2. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas. 3. Ekonomi



Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga perbulan Rp. 900.000- 1.500.000. 4. Keamanan Dan Transportasi Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk di pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat sempit. Mayoritas warga menggunakan alat transportasi sepeda motor untuk pergi beraktivitas. 5. Pemerintahan Posyandu pelangi III merupakan RT 03 dan RW 09 di kelurahan simomulyo.Kader yang dimiliki sebanyak 5 orang. 6. Politik Pemerintah sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada balitanya yang terkena diare dan lansung di bawa ke puskesmas untuk tindakan lebih lanjut. 7. Komunikasi Komunikasi ibu yang dilakukan pada bayi dan balitanya dengan komuniaksi verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dialkuakn dengan menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid. 8. Pendidikan Tingkat pendidikan orang tua bayi 10 orang, dan balita 10 orang, diantaranya 2 orang lulusan SD,8 orang SMP dan selebihnya SMA/ SMK.Terdapat 1 TK, 1 Paud, 1 atap SDN simomulyo. 9. Rekreasi Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi, ibu yang memilki balita, sering



membawa balitanya jalan-jalan di pasar pagi dadakan yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol surabaya – malang dekat kampung warga.



3. ANALISA DATA No. Data 1.



-



Etiologi



Data



dari



Masalah



kader Kurang terpapar Deficit



terdapat 6 balita yang informasi



Pengetahuan



diare akibat pemberian



(diare)



susu formula.



beresikopada



-



Pembangunan



gorong-



gorong



di



sungi, sehingga air di bendung



dan



mengalir selokan



tidak



cenderung



agregat masyarakat di



Kelurahan



Balongwangi, Tikung, Lamongan



lancar, di



depan



rumah warga banyak yang ttersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa



sampah



banjir



yang



di



buang



sembarangan.



4. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Deficit Pengetahuan (diare) cenderung beresiko pada agregat masyarakat di Kelurahan Balongwangi, Tikung, Lamongan



Diagnosa



Pentingnya



keperawatan



penyelesaian untuk



untuk



komunitas



masalah



penyelesaian



peningkatan



1. Rendah



di komunitas



kualitas hidup



2. Sedang



0. Tidak ada



0. Tidak ada



3. Tinggi



1. Rendah



1. Rendah



2. Sedang



2. Sedang



3. Tinggi



3. Tinggi



2



2



Deficit Pengetahuan 2 (diare)



Perubahan (+) Penyelesaian



Total score



6



cenderung



beresikopada agregat masyarakat



di



Kelurahan Balongwangi, Tikung, Lamongan



5. INTERVENSI No.



Tujuan dan kriteria hasil



Intervensi



dx 1.



Setelah dilakukan observasi selama 3 hari Edukasi Kesehatan diharapkan Tingkat Pengetahuan meningkat Observasi : dengan criteria hasil :



1. Identifikasi



1. Perilaku sesuai anjuran meningkat



kemampuan



2. Verbalisasi



informasi



minat



dalam



belajar



3. Kemampuan



meningkat



dan



menerima



2. Identifikasi faktor-faktor yang



meningkat



pengetahuan



kesiapan



tentang



menjelaskan



dapat



suatu



menurunkan motivasi perilaku



topic



meningkatkan



hidup bersihb dan sehat



dan



4. Kemampuan



menganbarkan Terapeutik :



kemampuan sebalumnya yang sesuai 5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan



dan



2. Jadwalkan



pendidikan



kesehatan sesuai kesepakatan



meningkat 6. Pertanyaan tentang masalah yang



yang



masalah menurun



3. Berikan



kesempatan



untuk



bertanya



dihadapi menurun



Kode : (L.12111)



materi



pendidikan kesehatan



dengan topik meningkat



7. Presepsi



1. Sediakan



keliru



terhadap Edukasi : 1. Jelaskan factor resiko yang



dapat



mempengaruhi



kesehatan 2. Ajarkan perilaku hidup bersih



dan sehat 3. Ajarkan strategi yang dapat



digunakan



untuk



meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat KODE : (I.12383)



6. PERENCANAAN Diagnosa



Tujuan



Rencana tindakan



Sasaran



Metode



Waktu



Tempat



PJ



Tujuan umum :



1. Penyuluhan



Warga



Komunikas



29



Kantor



Maha



Posyandu



siswa



keperawatan Deficit Pengetahuan (diare)



cairan



cenderung beresiko



pada



agregat masyarakat



tentang



Kebutuhan



di



Kelurahan Balongwangi,



dan



elektrolit terpenuhi



pada



bayi, dan anak di



pelangi.



dari



Data kader



terdapat 6 balita yang akibat



diare



Balongwangi



2. Demonstrasikan pemberian oralit



1) Ibu-ibu mengetahui



dan November 2019



Pelangi III



29



Balai



memiliki bayi, tanya



November



Posyandu



dan anak.



2019



Pelangi III



29



Balai



November



Posyandu



2019



Pelangi III



29



Rumah



Ibu-ibu



informasi.



yang Ceramah,



jawab, diskusi



3. Pemberian



info



mengenai alergi Ibu-ibu



Lamongan yang Tujuan khusus :



dengan



hygiene



i



posyandu



Tikung,



dimanifestasikan



food Kelurahan



yang



susu sapi pada memiliki bayi, balita hygiene



Praktik langsung



dan dan anak. yang



harus dipenuhi



cara menanggulan gi gangguan keseimbanga



4. Anjurkan kepada Ibu-ibu ibu-ibu



yang Komunikas



untuk memiliki bayi/ i



dan November



masing-



22



pemberian susu



n cairan dan



membawa



anak



formula



elektrolit



balitanya



jika mengalami



pembangunan



pada



bayi,



terjadi



gorong-gorong



dan



anak



diare



di



(diare).



dan



sungai



sehingga dibendung tidak lancar.



air dan



2019



masing



Ceramah,



29



Posyandu



tanya



November



Pelangi III



jawab,



2019



gejala diare



5. Evaluasi keluarga/rujukan ibu



yang observasi



mengenai



penanggulangan



Ibu-ibu



yang



memiliki Bayi/ anak..



diskusi .



diare



23



BAB 4 PENUTUP



4.1 Kesimpulan Bayi, dan Anak adalah kelompok usia khusus dimana hal ini dikarenakan pada byi, dan anak berpotensi muncul masalah yang kompleks, terlebih yang berhubungan dengan konsep tumbuh kembang. Oleh karena itu, konsep keperawatan yang diberikan pada kelompok ini diaplikasikan dalam bentuk pelayanan-pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang memberikan layanan dalam upaya menjaga kesehatan bayi, dan anak adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), imunisasi, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang). 4.2 Saran a. Bagi Perawat Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada bayi, dan anak serta keluarga dalam bentuk promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. b. Bagi Keluarga Keluarga terutama ibu merupakan pemegang peran penting dalam menentukan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan anak. Oleh karena itu keluarga diharapkan mampu memahami konsep tumbuh kembang pada balita dan mampu mendampingi pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan anak dengan baik sehingga bisa mengoptimalkan tumbuh kembangnya.



24