10 0 613 KB
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DIABETES MELITUS PADA AGREGAT LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAYALOKA KAB. MUSI RAWAS
DISUSUN OLEH : UMIYATI NIM. 2202614084P
Dosen Pengajar
: Ns.Septi Andrianti, S.Kep. M.Bmd
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA BENGKULU TAHUN 2020-2021
1
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas Diabetes Melitus ”. Tujuan pembuatan Asuhan Keperawatan
ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan tugas dalam perkulihan. Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh kami. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini tepat pada waktunya. Dalam pembuatan tugas ini, kami menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan dengan tangan terbuka kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pada masa yang akan dating. Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Lubuklinggau,
2
Juni 2021
AB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Lansia dikatakan sebagai tahap akhir pada daur kehidupan manusia. Lansia adalah keadaan yang di tandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi fisiologis yang berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup (Ferry & Makhfudli, 2009). Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (Dewi, S.R, 2014). Namun, menurut WHO, batasan lansia dibagi atas usia pertengahan (middle age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun Notoadmodjo, (2011). Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan sehingga penyakit tidak menular banyak terjadi pada lanjut usia. Penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh penduduk lansia antara lain Arhtritis, hipertensi, nyeri sendi, stroke dan diabetes mellitus (Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2015). Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai “penyakit gula” merupakan penyakit yang banyak bermunculan dewasa ini. Hal ini terkait dengan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat di kalangan masyarakat kita. Kurangnya aktivitas fisik (olah raga) dan pola makan serba fast food semakian mempertinggi kejadian penyakit diabetes mellitus. Diabetes Mellitus memiliki implikasi yang luas bagi usia lanjut maupun keluarganya, terutama munculnya keluhan yang menyertai, penurunan kemandirian usia lanjut dalam melakukan aktivitas keseharian, dan menurunnya partisipasi sosial usia lanjut. Perawat komunitas sejak awal dapat berperan dalam meminimalisasi perubahan potensial pada sistem tubuh pasien. Beberapa penelitian eksperimental memperlihatkan bahwa perawat mempunyai peran yang cukup berpengaruh terhadap perilaku pasien. Salah satu peran yang penting guna mendorong masyarakat terutama usia lanjut adalah agar usia lanjut dan keluarga mampu memahami kondisi usia lanjut diabetisi sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri (Bondan Palestine, 2007). Meningkatnya prevalensi DM di Indonesia diduga ada hubungannya dengan cara hidup (pola makan). Pola makan bergeser dari pola makan tradisional yang 3
banyak mengandung karbohidrat, serat dan sayuran ke pola makan kebarat – baratan dengan komposisi yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam, dan sedikit serat. Hal ini didukung oleh kurangnya peran keluarga dalam pengelolaan pada salah satu anggota keluarga yang menderita DM (Suadana, 2008). Penyebab Diabetes Mellitus pada lansia dikarenakan beberapa faktor, diantaranya perubahan komposisi tubuh, menurunnya aktifitas fisik, perubahan life style, faktor perubahan neurohormonal, serta meningkatnya stres. Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic adaptation, oleh karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena aged related insulin resistance atau aged related insulin inefficiency sebagai hasil dari preserved insulin action despite age (Rochmah, 2006). Bila terlambat diketahui adanya penyakit diabetes pada lanjut usia, penderita mungkin sudah dalam keadaan status dekompensasi dari sistem metabolik seperti hiperglikemi, hiperosmolaritas, sindroma non ketotik atau ketoasidosis diabetik. Penderita juga dapat dijumpai gejala-helaja hipoglikemi, yang biasanya disebabkan oleh obat-obat antidiabetik. Penampilan klinis hipoglikemia yang khas tampak sebagai perubahan status mental dan status neurologi seperti penurunan fungsi kognitif, konfusio, kejang, diaphoresis dan bradikadi. Keadaan yang menyertai hiperglikemi seperti hiponatremia (pseudohiponatremi), kondisi dehidrasi dan hipomagnesia (akibat diuresis osmotik) dapat juga terjadi (Martono, 2012). 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan “Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada lansia dengan gangguan diabetes mellitus Di Puskesmas JAYALOKAKab. Musirawas”. 1.3 Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah Mempelajari dan memberikan pemahaman tentang asuhan keperawatan komunitas pada lansia dengan gangguan Diabetes Millitus Di Puskesmas JAYALOKAKab. Musirawas. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis mampu : a) Melakukan pengkajian pada pasien diabetes mellitus. b) Merumuskan analisa sintesa yang sesuai pada pasien diabetes mellitus 4
c) Merumuskan diagnosa yang muncul pada diabetes mellitus d) Menentukan intervensi keperawatan pada pasien diabetes mellitus. e) Melakukan implementasi keperawatan pada pasien diabetes mellitus. f) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien diabetes mellitus. g) Mampu mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada pasien diabetes melitus.
5
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Diabetes Melitus 2.1.1 Definisi Pengertian diabetes mellitus berasal dari kata diabetes yang berarti terus mengalir, dan mellitus yang berarti manis. Kemudian istilah diabetes menjadi sebutan, karena sering minum dalam jumlah banyak yang disusul dengan sering keluar kembali dalam jumlah yang banyak. Sebutan mellitus disebabkan air kencing yang keluar manis mengandung gula. Sampai sekarang penyakit ini disebut sebagai kencing manis atau diabetes mellitus. (Marewa, 2015) Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi
yang
berhubungan
dengan
abnormalitas
metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. (Nurarif & Kusuma, 2015) Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit dengan keadaan abnormal yang ditunjukkan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. DM merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai dengan munculnya gejala utama yang khas yaitu urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar. (Simatupang, 2017). 2.1 .2 Etiologi DM Tipe 1 adalah Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh faktor genetik penderita tidak mewarisi diabtes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1. Faktor imunologi (autoimun). Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta. Untuk DM Tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. 6
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas, riwayat, dan keluarga. Dikatakan normal jika kadar gula darah < 140 mg/dl, dikatakan toleransi glukosa terganggu jika 140 - < 200 mg/dl, dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah ≥ 200 mg/dl. (Nurarif ,2015 ). 2.1.3
Patofisiologi Diabetes merupakan suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau
berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
Terdapat beberapa jenis diabetes melitus (DM), diantaranya: diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes melitus tipe lain serta Impaired Glukosa Tolerance. Jenis diabetes yang paling sering ditemukan adalah diabetse tipe 1 dan 2. Diabetes melitus tipe 1 dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Pada penderita DM tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-sel ɑ pulau langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, tapi hal ini tidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 1, sekresi glukagon, akan tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia, hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. (Clevo & William, 2012) Pada DM tipe 2 masalah utama adalah berhubungan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukkan penurunan sensitifitas jaringan pada insulin. Normalnya insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi meliputi metabolisme glukosa. Pad DM tipe 2, reaksi intraseluler dikurangi, sehingga menyebabkan efektivitas insulin menurun dalam menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan pembebasan oleh hati. Mekanisme pasti yang menjadi penyebab utama resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada DM tipe 2 tidak diketahui, meskipun faktor genetik berperan utama. (Tarwoto & dkk, 2012)
7
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah penumpukan glukosa dalam darah, peningkatan sejumlah insulin harus disekresi dalam mengatur kadar glukosa. 2.1.4 WOC Defisiensi Insulin
Penurunan pemakaian glulokosa oleh sel
Glukagon
Glukoneogenesis
Hiperglikemia
Protein
Glycosuria
BUN
Osmotik
Dehidrasi
Nitrogen
Hemokonsentras Trombosis Aterosklerosis
Makrovaskuler
Mikrovaskuler Retina
Serebral
Jantung
Nyeri
Miokard infarka
Stroke
Gangguan Integritas
8
Ginjal
Ekstremitas
Gangren
Retinopa ti diabetik Gangguan penglihatan
Nefropati
Resiko Injury
2.1.5
Manifestasi Klinis Tiga serangkai klasik merupakan efek langsung dari kadar gula darah tinggi, seperti poliuria, polidipsi, dan polifagi. Selain trias klasik, terdapat gejala lain menurut (Tarwoto & dkk, 2012) beberapa manifestasi klinis yang terjadi pada pasien DM yaitu: 1. Penurunan berat badan yang disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta massa otot. 2. Kelainan pada mata atau penglihatan kabur. Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia mnyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa 3. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina. Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada kulit sehingga menjadi gatal. Jamur dan bakteri mudah menyerang kulit 4. Ketonuria. Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan asam lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi keton yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal 5. Kelemahan dan keletihan. Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan potassium menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih.
2.1.6
Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang Diabetes Melitus antara lain (Nurarif & Kusuma, 2015): Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa Dengan Metode Enzimatik Sebagai Patokan Penyaring. Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) Kadar glukosa darah DM Sewaktu Plasma vena >200 Darah kapiler >200 Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) Kadar glukosa darah puasa DM Plasma Vena >120 Darah kapiler >110 9
Belum pasti DM 100-200 80-100 Belum pasti DM 110-120 90-110
Adapun kriteria diagnosa WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan, antara lain : Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/l). Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/l). Glukosa plasma dari gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl). Adapun Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) menurut PERKENI, 2011 dengan cara pelaksanaan : 3 hari sebelumnya makan seperti biasa, kegiatan jasmani secukupnya seperti biasa dilakukan, puasa semalam 10-12 jam, kadar gula darah diperiksa, diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminumkan selama 5 menit, kemudian periksa kadar gula darah 2 jam setelah beban glukosa selama pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak boleh merokok. 2.1.7
Penatalaksanaan Adapun penatalaksanaan pada pasien DM menurut (Fatimah, R. N, 2015) dengan obat-obat diabetes melitus antara lain: 1. Antidiabetik Oral Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan gejala, optimalisasi parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. DM tipe 1 penggunaan insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olahraga. Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olahraga dilakukan, kadar gula darah tetap diatas 200mg/dl dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan upaya diet, melainkan membantunya. Pemilihan antidiabetik oral tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi menggunakan antidiabetik oral yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain adalah termasuk golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing. 2. Insulin
10
Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkkan pengambilan glukosa kedalam sel-sel sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa. 3.Diet Bahan Makanan Sumber Karbohid rat
Sumber Protein Hewani
Sumber Protein
Dianjurkan
Ayam tanpa kulit, ikan, telur, telur rendah kolesterol atau putih telur, daging tidak berlemak.
tempe, kacang
tahu, hijau, 11
Dibatasi Semua sumber karbohidrat dibatasi: nasi, bubur, roti, mie, kentang, singkong, ubi, sagu, gandum, pasta, jagung, talas, havermout, sereal, ketan, makaroni hewani tinggi lemak jenuh (kornet, sosis, sarden, otak, jeroan, kuning telur)
Dihindari
Keju,
abon,
dendeng, susu full cream
Nabati Sayuran
2.1.8
kacang merah, kacang tanah, kacang kedelai Sayur tinggi serat: kangkung, daun kacang, oyong, ketimun, tomat, labu air, kembang kol, lobak, sawi, selada, seledri, terong
bayam, buncis, daun melinjo, labu siam, daun singkong, daun ketela, jagung muda, kapri, kacang panjang, pare, wortel, daun katuk
Komplikasi Adanya permasalahan angiopati dan neuropati pada penderita diabetes melitus juga diperberat dengan penurunan sistem imunitas sehingga rentan terhadap infeksi, sehingga bila penderita diabetes melitus mengalami luka sedikit saja akan sangat mudah berkembang menjadi ulkus bahkan mengalami nekrosis jaringan yang menyebabkan gangren diabetika dan berakhir pada amputasi bila tidak dilakukan penanganan dengan benar. (Tarwoto & dkk, 2012) 1)
Retinopati diabetikum Disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina. Faktor terjadinya retinopati diabetikum: lamanya menderita diabetes, umur penderita, kontrol gula darah, faktor sistemik (hipertensi, kehamilan).
2)
Nefropati diabetikum Ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerolus. Nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik. Semakin lama seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal.
12
Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropati atau kerusakan saraf 3)
Neuropati diabetikum Neuropati diabetik terjadi pada 60-70% individu DM. Neuropati diabetik yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomik. Pada polineuropati sensori perifer simetris, terjadi perubahan sensoris dan hilangnya sensoris secara simetris, yang terjadi pada kedua kaki dan kedua tangan. Biasanya, ekstremitas bawah yang terkena pertama karena ekstremitas bawah mempunyai saraf yang paling panjang diseluruh tubuh. Yang termasuk dalam sensoris yang abnormalparestesia (sensasi kesemutan, rasa seperti ditusuk dengan jarum dan kebas). Sensasi yang abnormal ini menjadi lebih berat pada malam hari dan bisa mengganggu tidur pasien. Perubahan ini berlangsung perlahan tetapi progresif.
4)
Kaki diabetik Ada tiga faktor yang berperan dalam kaki diabetik, yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya, amputasi harus dilakukan. Hilangnya sensori pada kaki bisa mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskular dan makrovaskular dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangren dan amputasi. Luka adalah rusaknya kesatuan / komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka diklasifikasikan dengan berbagai macam cara. Masing-masing pengklasifikasian tersebut, antara lain: Berdasarkan kedalaman dan luasnya, dapat dinyatakan menurut
stadium
luka, berikut ini:
13
2.2 Konsep Lansia 2.2.1
Definisi Lansia Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Siti, 2011). Lanjut usia (lansia) adalah populasi manusia yang telah mencapai usia 65 tahun (Touhy, 2014). Lansia sendiri terbagi dalam beberapa tingkatan yaitu lansia muda dengan rentang usia 65-74 tahun, lansia pertengahan dengan rentang usia 75-84 tahun, lansia sangat tua dengan rentang usia 85 tahun ke atas (DeLaune, 2002; Mauk, 2006), (Lestari, 2016). Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2011). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 65 tahun dan mengalami perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada tubuh.
2.2.2
Klasifikasi Lansia Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari : a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun 14
b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. c. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. 2.3 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 2.3.1 Definisi Komunitas
(community) adalah
sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2013). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2016). Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2016). 2.3.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut. 1)
Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2)
Perhatian langsung
terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu 15
kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk: 1)
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2)
Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;
3)
Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4)
Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5)
Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
2.3.3
Fungsi Keperawatan Komunitas 1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan. 2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan. 3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat. 4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2016). 2.3.4
Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut: a.
Proses kelompok (group process) Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar
dari
pengalaman
sebelumnya,
selain
faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan
dilingkungan
sekitar
masyarakat,
tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya 16
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahanpemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok. b.
Pendidikan Kesehatan (Health Promotion) Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
c.
Kerjasama (Partnership) Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
2.3.5 Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat a.
Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatankegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB, (3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2013).
17
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1) mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi . b.
Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
c.
Pemberian Oralit dan pengobatan.
d.
Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu: 1)
Pencegahan primer Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada
penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita. 2)
Pencegahan sekunder Pelayanan
pencegahan
sekunder
dibuat
untuk
menditeksi penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan dikalifikasikansebagai
yang
mengurangi
pencegahan
faktor
sekunder
resiko misalnya
memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas. 18
3)
Pencegahan tertier Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya.
BAB III 19
TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian Keperawatan Dari hasil pengkajian di kelompok lansia dengan diabetes mellitus sejumlah 30 Lansia di Desa Darma Sakti Kecamatan Tuah Negeri selama 3 hari ( tanggal 4- 6 Juni 2021 ) didapatkan data hasil wawancara dan pengamatan melalui komponen windshield survey sebagai berikut : 3.1.1
Perumahan Dan Lingkungan Daerah 1. Bangunan di Desa Darma Sakti : Sebagian besar rumah kelompok lansia dengan DM bangunan terbuat dari tembok (permanen) 2. Arsitektur Desa Darma Sakti : bantuk rumah kelompok lansia dengan DM diwilayah Desa Darma Sakti hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Sebagian besar lantai rumah kelompok lansia dengan DM terbuat dari tegel, sebagian besar rumah lansia memiliki jendela dan dibuka dan rata- rata tinggal dirumah sendiri. 3. Halaman rumah lansia di Desa Darma Sakti: sebagian besar rumah kelompok lansia dengan DM masih mempunyai halaman.
3.1.2 Lingkungan Terbuka Luas : Sebagian besar wilayah tempat tinggal kelompok lansia dengan DM di Di Desa Darma Sakti masih ada lahan kosong 3.1.3 Batas Daerah Utara
: Lubuk Rumbai
Selatan
: Jaya Tunggal
Barat
: Sukamulya
Timur
: Jaya Bakti
3. 1.4 Tingkat Sosial Ekonomi 20
1. Tingkat Sosial : Lansia di Desa Darma Sakti mempunyai hubungan social yang baik. 2. Tingkat Ekonomi : sebagian besar lansia tidak memiliki penghasilan tetap (dana pensiun), dan tidak memiliki dana bantuan kesehatan. 3.1.5 Kebiasaan sebagian besar lansia mengisi waktu luangnya hanya untuk jalan –jalan disekitar
lingkungan
rumah,
tidak
ada
ketrampilan
khusus
yang
diselenggarakan untuk mengisi waktu luang lansia 3.1.6 Transportasi Lansia menggunakan sarana transportasi berupa sepeda motor, dan jalan kaki untuk mendukung aktifitasnya. Situasi jalan disekitar tempat tinggal lansia terbuat dari aspal, dan sebagian besar lansia menyatakan bahwa keadaan jalan tidak membahayakan bagi mereka. 3.1.7 Fasilitas Umum 1. Kesehatan : Terdapat puskesmas JAYALOKA sebagai puskesmas induk dan puskesmas pembantu di Desa Darma Sakti 2. Agama
: Terdapat 3 musholah
3. Ekonomi : Terdapat pasar tradisional, mini market, bengkel, pedagang pedagang kaki lima, pedagang keliling, warung makan, toko sembako, counter handphone, dan toko alat tulis. 4. Agen : Terdapat 4 agen air isi ulang 3.1.8
Suku Bangsa Sebagian besar lansia berasal dari suku jawa
21
3.1.9
Agama seluruh lansia beragama islam
3.1.10 Media informasi sebagian besar lansia menggunakan media informasi televisi. Hasil pengolahan data yang berasal dari angket, wawancara dan observasi akan disajikan sebagai berikut : 3.2.1 Data Demografi 1. Komposisi Lansia Berdasarkan Umur. No
Usia
Frekuensi
1 2 3 4
45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 65
8 7 10 2
5
65 – 69
3
Jumlah 30 2. Komposisi lansia berdasarkan tingkat pendidikan No
Pendidikan
Frekuensi
1 SD 2 SMP 3 SMA Jumlah
8 12 10 30
3. Komposisi lansia berdasarkan jenis kelamin No
Jenis Kelamin
Frekuensi
1 Laki – Laki 2 Perempuan Jumlah 4. Komposisi lansia berdasarkan agama
13 17 30
No
Agama
Frekuensi
1
Islam
27 22
2 Kristen 3 Jumlah 30 5. Komposisi lansia berdasarkan pekerjaan No
Pekerjaan
Frekuensi
1 2 3 4
PNS Swasta Wiraswasta Tidak bekerja
8 7 10 5
Jumlah
30
3.2.2 Lingkungan Fisik 1). Kebersihan rumah Tabel Distribusi lansia berdasarkan aktifitas membersikan rumah di Desa Darma Sakti pada tanggal 4– 6 Juni 2021. No
Perilaku
Membersihkan Frekuensi
Rumah 1 1 kali sehari 2 2 kali sehari 3 2 kali sehari 4 Tidak teratur Jumlah
4 20 4 2 30
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar lansia membersihkan rumah ekali. 2). Kebersihan tempat penampungan air Tabel Distribusi lansia berdasarkan aktifitas membersikan penampungan air di Desa Darma Sakti pada tanggal 4- 6 Juni 2021. No
Perilaku membersihkan
Frekuensi
1
penampungan air Tiap Hari
6
2
3 kali sehari
1
23
3
1 minggu sekali
4
Tidak tentu
13 10
Jumlah
30
3). Sistem ventilasi rumah Tabel Distribusi lansia berdasarkan system ventilasi rumah di RW II kelurahan Manyar Sabrangan pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Terdapat Jendela
Frekuensi
1
Ada, dibuka
25
2
Ada, ditutup
3
3
Tidak Ada
2 Jumlah
30
4). Kepemilikan genting kaca Tabel 3.4 Distribusi lansia berdasarkan kepemilikan genting kaca rumah di RW II kelurahan Manyar Sabrangan pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Genting Kaca
Frekuensi
1
Ada
13
2
Tidak Ada
17 Jumlah
30
5). Type perumahan Tabel Distribusi lansia berdasarkan Type rumah di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Tipe Rumah
Frekuensi
1
Permanen
25
2
Semi permanen
5
3
Tidak permanen
0
Jumlah
24
30
6). Status kepemilikan rumah Tabel Distribusi lansia berdasarkan status kepemilikan rumah di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Kepemilikan Rumah
Frekuensi
1
Milik sendiri
25
2
Numpang
5
3
Sewa
0
Jumlah
3.2.3
30
Pelayanan Kesehatan dan social 1. Perkesmas 1). Perawatan dirumah bagi lansia yang sakit Tabel
Distribusi lansia berdasarkan perawatan bagi lansia
rumah di Desa Darma Sakti pada tanggal 4- 6 Juni 2021. No
Pemberian Perawatan
Frekuensi
1
Ya
6
2
Tidak
24 Jumlah
2).
30
Perawatan bagi anggota keluarga yang sakit : Tabel
Distribusi lansia berdasarkan pemberi parawatan
dirumah di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Pemberi perawatan
Frekuensi
1
Keluarga
4
2
Petugas kesehatan
0
Jumlah
4
3).
Kunjungan petugas kesehatan pada lansia yang sakit :
25
Tabel Distribusi lansia berdasarkan kunjungan petugas kesehatan di rumah di desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
4).
Kunjungan Petugas
Frekuensi
1
1 kali tiap bulan
3
2
2 kali tiap bulan
0
3
3 kali tiap bulan
1
4
Tidak pernah
0
Jumlah Sumber Pendanaan Kesehatan keluarga
4
Tabel Distribusi lansia berdasarkan sumber dana kesehatan lansia di Desa darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Pendanaan Kesehatan
1
ASKES/ASTEK
10
2
JAMKESMAS
6
3
UMUM
14 Jumlah
5).
Frekuensi
30
Partisipasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia Tabel Distribusi lansia berdasarkan partisipasi lansia dalam posyandu lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Partisipasi Lansia
1
Ya
2
Tidak
22 8 Jumlah
6).
Frekuensi %
30
72 28 100
Partisipasi lansia dalam mengikuti senam lansia : Tabel Distribusi lansia berdasarkan partisipasi lansia dalam mengikuti senam lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Senam Lansia 26
Frekuensi %
1
Selalu
20
2
Kadang – kadang
6
16
3
Tidak pernah
4
12
Jumlah
2.
72
30
100
Laboratorium 1). Penggunaan fasilitas laboratorium puskesmas Tabel
Distribusi
lansia
berdasarkan
penggunaan
fasilitas
laboratorium di lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal 4- 6 Juni 2021. No
penggunaan laboratorium
1
Ya
2
Tidak pernah
Frekuensi % 6
Jumlah
24
24
76
30
100
2).Frekuensi pemeriksaan gula darah pada lansia dengan DM Tabel Distribusi lansia berdasarkan pemeriksaan gula darah pada lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Pemeriksaan Gula Darah
1
1x/minggu
2
sewaktu – waktu
3
tidak pernah periksa
1
Jumlah 3.
Frekuensi % 4
28
92
1
4
30
100
Kesehatan Lansia 1). Sarana kesehatan yang paling dekat dengan tempat tinggal lansia : Tabel Distribusi lansia berdasarkan sarana kesehatan dekat dengan tempat tinggal lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No 1
Sarana Kesehatan Puskesmas 27
Frekuensi % 18
60
2
Dokter
8
32
3
Bidan/perawat
0
0
4
Poliklinik
2
8
30
100
Jumlah 2). Tempat berobat lansia yang sakit Tabel
Distribusi lansia berdasarkan tempat berobat lansia di
Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Tempat berobat lansia
Frekuensi %
1
Dokter praktik swasta
8
28
2
Bidan/perawat
4
12
3
Rumah Sakit
4
12
4
Puskesmas
14
48
5
Poliklinik
0
0
30
100
Jumlah 3). Pengetahuan lansia tentang Diabetes Mellitus :
Tabel Distribusi lansia berdasarkan pengetahuan lansia tentang Diabetes Mellitus di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Pengetahuan Lansia
Frekuensi %
1
Lansia Tahu
8
27
2
Lansia Tidak Tahu
22
73
Jumlah
25
100
4). Pengetahuan lansia tentang Diet (pola makan) pada Diabetes Mellitus Tabel Distribusi lansia berdasarkan pengetahuan lansia tentang diet pada Diabetes Millitus di Desa Darma Sakti pada tanggal 4- 6 Juni 2021. No
Pengetahuan Lansia tentang Diet
1
Lansia Tahu
18
80
2
Lansia Tidak Tahu
6
20
Jumlah
30
100
28
Frekuensi %
5). Kegemaran lansia dalam mengkonsumsi makanan / minuman manis : Tabel Distribusi lansia berdasarkan kegemaran lansia dalam mengkonsumsi makanaan/minuman manis di Desa darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
Kegemaran Lansia
Frekuensi %
1
Lansia suka manis
25
67
2
Lansia tidak suka manis
10
33
30
100
Jumlah
3.2.4
Status Ekonomi 1).
Sumber penghasilan lansia setiap bulannya : Tabel Distribusi lansia berdasarkan sumber penghasilan lansia tiap bulannya di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. No
sumber penghasilan Lansia
1
Penghasilan Tetap (pensiunan)
9
30
2
Penghasilan tidak tetap
21
70
30
100
Jumlah 2).
Frekuensi %
Penghasilan yang didapatkan lansia setiap bulannya : Tabel Distribusi lansia berdasarkan penghasilan yang didapatkan lansia setiap bulannya di Desa Darma Sakti pada tanggal 4- 6 Juni 2021. No
jumlah penghasilan
1
Rp. 1.500.000
7
28
30
100
Jumlah
3.2.5
Frekuensi %
Status Pendidikan
29
1).
Kegiatan lansia mengikuti pelatihan ketrampilan : Tabel Distribusi lansia berdasarkan kegiatan lansia mengikuti pelatihan ketrampilan di Desa Darma Sakti pada tanggal 4- 6 Juni 2021. No
pelatihan ketrampilan
Frekuensi
%
1
Ya
8
26
2
Tidak
22
84
30
100
Jumlah 2).
Kemampuan lansia dalam membaca dan menulis Tabel Distribusi lansia berdasarkan kemampuan lansia dalam membaca dan menulis di Desa Darma Sakti pada tanggal 4- 6 Juni 2021. No
kemampuan lansia
1
Ya
2
Tidak
26
84
4 Jumlah
3.2.6
Frekuensi % 16
30
100
Sub Sistem Rekreasi 1).
Kebiasaan lansia diwaktu senggang
Tabel Distribusi lansia berdasarkan kebiasaan lansia diwaktu senggang di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021.
No
Kebiasaan Lansia
1
Berkebun/pekerjaan rumah
8
24
2
Senam
2
8
3
Jalan – jalan
16
56
4
Tidak melakukan apa – apa
4
12
30
100
Jumlah
2).
Frekuensi %
Aktifitas Lansia saat diluar rumah
30
Tabel Distribusi lansia berdasarkan aktifitas lansia saat diluar rumah di desa Darma Sakti pada tanggal 4- 6 Juni 2021. No
Aktifitas Lansia
1
Mengikuti lomba ketrampilan
0
0
2
Perkumpulan rutin ditempat tinggal
18
60
3
Jalan – jalan
10
33
4
Lainnya....
2
7
30
100
Jumlah
3.2.7
Frekuensi %
Keamanan dan Transportasi 1).
Keamanan lingkungan tempat tinggal lansia
Tabel Distribusi lansia berdasarkan keamanan lingkungan tempat tinggal lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021. 2).
Kondisi jalan disekitar tempat tinggal lansia No
Ronda Malam
Frekuensi %
1
Ya
7
28
2
Tidak
23
72
30
100
Jumlah
Tabel
Distribusi lansia berdasarkan kondisi jalan disekitar tempat
tinggal lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal 4 – 6 Juni 2021.
No
kondisi jalan
Frekuensi %
1
jalan tidak membahayakan bagi
23
76
2
lansia jalan rusak, membahayakan bagi
7
24
30
100
lansia Jumlah 31
3).
Jenis transportasi yang biasanya digunakan oleh lansia Tabel Distribusi lansia berdasarkan jenis transportasi yang biasanya dilakukan oleh lansia di Desa Darma Sakti pada tanggal 4- 6 Juni 2021. No
Jenis Transport
Frekuensi %
1
Mobil
2
7
2
Sepeda Motor
18
60
3
Angkutan Umum
10
33
30
100
4 Jumlah
ANALISA DATA No 1
Data Ds : -
Do : -
2
Ds : -
Do : -
Problem Diabetes pada lansia
Etiologi Kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol
Diabetes pada lansia
Perilaku tidak mengikuti program pengobatan
Kader posyandu mengatakan ( 60 % ) lansia menderita diabetes namun jarang memeriksakan kondisinya. Lansia mengkonsumsi makanan dengan tidak terkontrol.
Kader mengatakan menolak pengobatan
posyandu lansia menjalani
Lansia tidak pengobatan
mengikuti
32
3.
Ds : -
Do : -
Kurangnya informasi dalam kesehatan
Kader posyandu mengatakan ( 40 % ) lansia tidak tahu mengenai masalah kesehatan yang dihadapi. Lansia tidak menjalani pemeriksaan pengobatan yang tepat
Diagnosa Keperawatan : 1 Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kompleksitas program pengobatan 2. Pemeliharan kesehatan tidak efektif b.d ketidakadekuatan pemahaman 3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa
Tujuan Jangka Pendek 1. Manajemen Setelah dilakukan kesehatan tindakan tidak efektif keperawatan selama b.d 1 minggu, komunitas kompleksitas diharapkan : program - Lansia pengobatan mampu mengontrol asupan makanan sehari hari
Tujuan Jangka Panjang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu, komunitas diharapkan, kadar glukosa lansia menurun
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakadeku atan pemahaman
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu, komunitas diharapkan, lansia berpatisipasi aktif dalam kegiatan kesehatan di posyandu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 minggu, komunitas diharapkan : - Lansia dapat menghadiri dan rutin memeriksaka n kesehatannya 33
Intervensi SIKI : EDUKASI KESEHATAN 1.Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 3. jelskan Konsmsi diet makanan kesehatan 4.Identifikasi kebiasaan pola makan SIKI : PROMOSI PERILAKU UPAYA KESEHATAN 1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat diterapkan 2. Anjurkan melakukan
setiap bulan
3.
Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 minggu, komunitas diharapkan : - Lansia mengetahui masalah kesehatan penyakit DM - Lansia dapat melakukan pengobatan rutin penyakit DM
34
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu, komunitas diharapkan, lansia mengetahui masalah kesehatan penyakit DM
aktivitas fisik setiap hari SIKI : DUKUNGAN KEPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN 1. Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik 2. Informasikan program pengobatan yang harus dijalani 3. Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalani program pengobatan SIKI : EDUKASI KESEHATAN 1. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruh i kesehatan SIKI : DUKUNGAN KEPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN 2. Informasikan program pengobatan yang harus dijalan SIKI : EDUKASI DIET 3. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini 4. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini
dan masa lalu 5. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
Implementasi Keperawatan No 1.
2.
Diagnosa keperawatan Implementasi Manajemen kesehatan tidak efektif b.d 1. Menjelaskan factor resiko kompleksitas program pengobatan yang dapat mempengaruhi kesehatan 2. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 3. Menjela skan Konsmsi diet makanan kesehatan 4. Mengidentifikasi kebiasaan pola makan Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d PROMOSI PERILAKU UPAYA ketidakadekuatan pemahaman KESEHATAN 1. Mengidentifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat diterapkan 2. Menganjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari DUKUNGAN KEPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN 3. Mengajarkan membuat uat komitmen menjalani program pengobatan 35
3. Defisit pengetahuan terpapar informasi
dengan baik 4. Menginformasikan program pengobatan yang harus dijalani 5. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalani program pengobatan b.dkurang EDUKASI KESEHATAN 1. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan DUKUNGAN KEPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN 2. Informasikan program pengobatan yang harus dijalani EDUKASI DIET 3. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini 4. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu 5. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
EVALUASINYA APAAA???
36
DAFTAR PUSTAKA Clevo, H. d. (2012). Ilmu penyakit dalam: patologi diabetes mellitus. Yogyakarta: yayasan essentia medica (YEM). Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat (2015). Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190. Sekretariat Negara. Jakarta Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority Volume 4 Nomor 5 , 98. Marewa, L. W. (2015). KENCING MANIS (DIABETES MELLITUS) di Sulawesi Maryam Siti (2011). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya 1st ji. Jakarta: Salemba Medika Nurarif Huda (2015). Aplikasi Asuhan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta PPNI, T. P ( 2016 ). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP PPNI. PPNI, T. P ( 2018 ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP PPNI PPNI, T. P ( 2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP PPNI Tarwoto, W. I. (2012). keperawatan medikal bedah gangguan sistem endokrin. jakarta: CV. Trans Info Medika. 37
Lampiran Dokumentasi Pada Agregat Lansia Dengan Diabetes mellitus di Puskesmas JAYALOKAKab Musi rawas
38
39
PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS SECARA TRADISIONAL : 1. Batasi Jumlah Kalori Makanan yang dianjurkan untuk penderita Diabetes Melitus adalah makanana dengankompoisi seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengn kecukupan gizi. 2. Perhatikan Jenis Bahan Makanan Selain jumlah kalori, pilihan jenis makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, tapi jangan sampai melebihi 300 mg per hari. 3. Pastikan konsumsi serat Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per hari. 4. Pilih olahraga yang tepat Olahraga secara tertur dpat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. 5. Banyak minum air Selain mencegah dehidrasi, ada baiknya ginjal membuang kelebihan gula darah melalui urin. 6. Pilih makanan dengan indeks glikemik rendah Indek glikemik dikembangkan untuk menilai respons gula darah tubuh terhadap makanan yang mengandung karbohidrat. 7. Control stress Stress dapat mempengaruhi kadar gula darah penderita Dabetes. Hormone seperti glucagon dan kortisol disekresi selama stress. Hormone- hormone ini menyebabkan kadar gula darah naik. 8. Monitor kadar gla darah secara rutin
40
Mengukur dan memantau kadar glukosa darah dapat membantu penderita diabetes mengendalikan penyakitnya. 9. Cukup tidur Tidur yang cukup terasa luar biasa dan diperlukan untuk kesehatan yang baik. Kebiasaan tidur yang buruk dan kurang istirahat juga mempengaruhi kadar gula darah dan sensitivitas insulin. 10. Makan makanan kaya chromium dan magnesium Kadar gula darah tinggi dan diabetes juga dikaitkan dengan defisiensi mikrinutrien Contohnya termasuk kekurangan mineral chromium dan magnesium
41