8 0 151 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK DALAM KOMUNITAS : MASALAH KESEHATAN POPULASI DENGAN PENYAKIT KRONIK
DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV NAMA Alisya. Zanty. H. Samangun Antho Siahaya Dewi. A. Luturmas Ferryo Latumeten Ficka Latulola Florensi Akely Greselia Bitalessy Grheinia. D. Reasoa Marisol Ratuarat Tabita Tronanawowoy Violin Mariang Velix Lekatompessy
NPM 12114201190008 12114201190021 12114201190053 12114201190043 12114201190080 12114201190081 12114201190281 12114201190323 12114201190165 12114201190258 12114201190277 12114201190270
FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU 2021
1
KATA PENGANTAR
Patutlah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas kasihnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tersusunya makalah ini tidak terlepas dan peran serta berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Tuhan dapat membalas semua kebaikan saudara – saudara. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini memiliki banyak kekurangan, untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat menjadi yang terbaik. Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita.
Ambon, 15 November 2021
Kelompok IV
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Lingkup
praktik
keperawatan
komunitas
berupa
asuhan
keperawatan langsung dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai
akibat
ketidakmampuan
masyarakat
beradaptasi
dengan
lingkungan internal dan exsternal. Asuhan keperawatan komunitas menggunanakan pendekatan proses keperawatan komunitas, yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan entry point pada individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu inti komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistic, sejarah komunitas, nilai dan keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan subsistem lainnya meliputi lingkinganfisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi, politik dan pemerintah, layanan kesehatan dansocial, komunitas, ekonomi, dan rekreasi.Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan tempat tinggal yang mampu mepengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas daerah, denah atau peta wilayah,iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, dan kegiatan penduduk sehari-hari. Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial meliputi fasilitas di dalam komunitas dan di luar komunitas.
3
Penyakit kronis didefinisikan World Health Organization (WHO) sebagai penyakit dengan durasi yang lama dan biasanya menunjukkan progesifitas yang lambat (Singh, 2008). Penyakit kronis berupa penyakit jantung, stroke, kanker, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis), dan diabetes menempati urutan tertinggi sebesar 61% di Indonesia sebagai penyebab kematian pada tahun 2002 (WHO, 2002). Prevalensi ini terus meningkat jika tidak diberikan tindakan nyata berupa pencegahan. Penyakit kronis memerlukan terapi obat seumur hidup termasuk perubahan gaya hidup. Obat-obat yang digunakan berfungsi tidak untuk menyembuhkan namun untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah terjadinya komplikasi. Terapi seumur hidup dengan menggunakan obat tentu akan meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat dan interaksi dengan obat penyakit lain atau obat bebas yang mungkin digunakan oleh pasien (Smeltzer,2014). Dari uraian diatas , maka perlu disusun makalah ini guna memahami asuhan keperawatan komunita masalah kesehatan populasi : penyakit kronik. Sehingga dapat menambah wawasan dan membantu mahasiswa dalam membuat perencanaan asuhan keperawatan komunitas khususnya populasi penyakit kronik. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep keperawatan komunitas? 2. Bagaimana konsep penyakit kronik? 3. Bagaimana contoh kasus masalah kesehatan populasi penyakit kronik? 4. Bagaimana pengkajian komunitas dari kasus? 5. Apa saja masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas dari kasus? 6. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas sesuai kasus? C. Tujuan Penulisan
4
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami : 1. Konsep keperawatan komunitas dan penyakit kronik 2. Contoh kasus masalah kesehatan populasi : penyakit kronik 3. Pengkajian komunitas populasi : penyakit kronik 4. Masalah-masalah dan diagnose keperawatan komunitas populasi : penyakit kronik 5. Asuhan
keperawatan
komunitas
populasi : penyakit kronik
5
masalah
kesehatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Kronik 1. Definisi Penyakit Kronis Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena berbagai macam pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis. Rasa sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan kualitas tidurnya. Penyakit kronis dapat bersifat menular dan tidak menular. Penyakit kronis yang tidak menular atau PTM merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang, penyakit tersebut juga berkembang lambat dan memiliki durasi yang lama (Nies & McEwen, 2016). 2. Etiologi Penyakit Kronis
6
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan berbagai
fungsi,
terutama
muskuloskletal
dan
organ-organ
pengindraan. Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2010). 3. Fase Penyakit Kronis Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu sebagai berikut. a. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis. b. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan diagnostik. c. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan penyakit. d. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
7
e. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk penanganannya. f. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan. g. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan yang dibebani oleh penyakit kronis. h. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit
berkembang
disertai
dengan
peningkatan
ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-gejala. i. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual. 4. Kategori Penyakit Kronis Terdapat beberapa kategori penyakit kronis, yaitu seperti di bawah ini. a) Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi. b) Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler. c) At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya. Pada kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya. Penyakit yang
8
termasuk dalam kategori ini adalah hipertensidan penyakit yang berhubungan dengan hereditas. 5. Tanda dan Gejala Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki faktor risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010). Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit pada bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air kecil, dan warna kulit abnormal. 6. Pencegahan Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghambat progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang dapat dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi organ yang mengalami kecacatan. 7. Penatalaksanaan
9
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda. Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2010).
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Di RT 005 RW 001 Karang Panjang terdapat penduduk yang menderita diabetes melitus berjumlah 300 orang, 55 % wanita yaitu sebanyak 180 orang dan 45 % laki – laki sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus tersebut sebanyak 150 orang (50 %) usia dewasa dan 30% usia lansia sebanyak 90 orang, serta 20% ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari data tersebut diketahui Diabetes Melitus dengan tipe IDDM 25% sebanyak 75 orang, NIDDM 35% sebanyak 105 orang, dan DM dengan gangren 30% sebanyak 90 orang, serta
10
DM gestasional sebanyak 30 orang (10 %). Dari penduduk yang menderita DM sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin memeriksakan kadar gula darahnya. I.
PENGKAJIAN Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan data sub sistem. 1. Data Inti komunitas meliputi : a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas 1) Lokasi : Provinsi
: Maluku
Kabupaten/ kota
: Ambon
Kecamatan
: Sirimau
Kelurahan
: Karang Panjang
Rw
: 005
Rt
: 001
Data demografi 1. Jumlah penderita hipertensi
: 250 orang
2. Jumlah penderita TB Paru
: 65 orang
3. Jumlah penderita asma
: 20 orang
4. Jumlah penderita DM
: 300 orang
Berdasarkan kelompok penderita DM Anak-anak
:-
Remaja
:-
Dewasa
: 150 orang (50 %)
Lansia
: 90 orang (30 %)
Ibu hamil
: 60 orang (20%)
Status perkawinan Kawin
: 195 orang (65%)
Tidak kawin : 60 orang (20%)
11
Duda
: 30 orang (10%)
Janda
: 15 orang (5%)
2. Data sub sistem a. Data lingkungan fisik 1) Sumber air dan air minum
Penyediaan Air bersih PAM
: 180 orang (60%)
Sumur
: 120 orang (40%)
Sungai
:-
Penyediaan air minum PAM
: 150 orang (50%)
Sumur
: 90 orang (30%)
Sungai
:-
Lain-lain/air mineral
: 60 orang (20%)
Pengolahan air minum Masak
: 300 orang (100%)
Tidak dimasak
:-
Pengelolaan air minum Selalu dimasak
: 300 orang (100%)
Air mentah
:-
2) Saluran pembuangan air/sampah
Kebiasaan membuang sampah Diangkut petugas
: 30%
Dibuang sembarangan
: 70%
Pembuangan air limbah Got/parit
: 100%
Sungai
:
-
Keadaan pembuangan air limbah Baik/lancar
: 25%
Kotor
: 75% 12
3) Jamban
Kepemilikan jamban Memiliki jamban
: 80%
Tidak memiliki jamban
: 20%
Macam jamban yang dimiliki Septitank
: 75%
Disungai
: 25%
Keadaan jamban Bersih
: 45%
Kotor
: 55%
4) Keadaan rumah
Tipe rumah Tipe A/permanen
: 210 orang (70%)
Tipe B/semipermanen
: 75 orang (25%)
Tipe C/tidak permanen
: 15 orang (5%)
Status rumah Milik rumah sendiri
: 180 orang (60%)
Kontrak
: 50 orang (40%)
Lantai rumah Tanah
: 30 orang (10%)
Papan
: 90 orang (30%)
Tegel/keramik
: 180 orang (60%)
Ventilasi Ada
: 240 orang (80%)
Tidak ada
: 60 orang (20%)
Luas kamar tidur
Memenuhi syarat
: 180 orang (60%)
Tidak memenuhi syarat
: 120 orang (40%)
Penerangan rumah oleh matahari Baik
13
: 120 orang (40%)
Cukup
: 150 orang (50%)
Kurang
: 30 orang (10%)
5) Halaman rumah
Kepemilikan pekarangan Memiliki
: 240 orang (80%)
Tidak memiliki
: 60 orang (20%)
Pemanfaatan pekarangan Ya
: 270 orang (90%)
Tidak
: 30 orang (10%)
6) Fasilitas umum dan kesehatan Fasilitas umum
Sasaran kegiatan kelompok PKK : 1 kali per bulan
Tempat perkumpulan umum Balai desa
: ada (1 buah)
RW
: ada (1 buah)
RT
: ada (1 buah)
Fasilitas kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan Puskesmas
: 150 orang (50%)
Rumah sakit
: 50 orang (16,6%)
Para dokter swasta
: 25 orang (8,3%)
Praktek kesehatan lain
: 75 orang (25%)
Kebiasaan check up kesehatan Rutin tiap bulan
: 90 orang (30%)
Jarang
: 210 orang (70%)
Ekonomi 7) Karekteristik pekerjaan PNS/ABRI
: 60 orang (20%)
Pegawai swasta
: 60 orang (20%)
14
Wiraswasta
: 30 orang (10%)
Buruh tani/pabrik
:150 orang (50%)
Penghasilan rata-rata perbulan dari UMR
: 60 orang (20%)
Pengeluaran rata-rata perbulan dari UMR
: 30 orang (10%)
Kepemilikan usaha Toko
: 30 orang (10%)
Warung makanan
: 15 orang (5%)
UKM
: 9 orang (3%)
Tidak punya
: 246 orang (82%)
Diet makan Kebiasaan makan makanan manis
: 70%
(210
org) Kebiasaan makan makanan berlemak : 20% (60 org) Lain-lain
:10% (30 org)
Kepatuhan terhadap diet Patuh
: 25% (75 org)
Kadang-kadang
: 30% (90 org)
Tidak patuh
:
45%
(135
org)
Kebiasaan berolah raga Sering
: 15% (45 org)
Kadang-kadang
:
40%
(120
org) Tidak pernah org) 15
:
45% (135
Kebiasaan sehari-hari Memakai alas kaki Setiap saat
:
60% (180
org)
Saat di luar rumah
: 30% (90 org)
Jarang memakai
: 10% (30 org)
Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur Sering
: 10% (30 org)
Kadang-kadang
: 15% (40 org)
Tidak pernah
: 75% ( 225
org ) Transportasi 8) Fasilitas transportasi : Jalan raya, angkutan umum, ambulan
Alat transportasi yang dimiliki Sepeda
: 90 orang (30%)
Motor
: 120 orang (40%)
Mobil
: 6 orang (2%)
Lain-lain/ becak
: 84 orang (28%)
Penggunaan
sarana
transportasi
oleh
masyarakat Angkutan umum
:
165
orang
:
135
orang
(55%) Kendaraan pribadi (45%)
Politik dan pemerintahan Struktur organisasi : ada Terdapat kepala desa dan perangkatnya Ada organisasi karang taruna Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna, panti, posyandu) 16
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu puskesmas Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM : belum ada. Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan : belum ada 9) Sistem komunikasi
Fasilitas komunikasi yang ada Radio
: 225 orang (75 %)
TV
: 165 orang (55 %)
Telepon/handphone
: 120 orang (40 %)
Majalah/Koran
: 135 orang (45%)
Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok DM
Poster tentang diit DM
: ada
Pamflet tentang penanganan DM
: ada
Leaflet tentang penanganan DM
: ada
Kegiatan yang menunjang kegiatan DM Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas : ada tapi jarang
10) Pendidikan Distribusi
pendudukan
berdasarkan
tingkat
pendidikan formal SD
: 135 orang (45%)
SLTP
: 90 orang (30%)
SLTA
: 60 orang (20%)
Perguruan tinggi
: 15 orang (5%)
11) Rekreasi Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan pantai.
17
II. No 1.
ANALISA DATA Pengelompokan Data DS :
Masalah Defisiensi Kesehatan Komunitas
Dari hasil wawancara didapat ketidakpatuhan
berhubungan dengan
masyarakat untuk melaksanakan check up
ketidakcukupan sumber daya
kesehatan sebanyak 219 orang (70%)
(finansial, sosial dan
DO :
pengetahuan)
a. Sebanyak 210 orang jarang check up/bulan. b. Lulusan SD sebanyak 135 orang c. Lulusan SLTP sebanyak 90 orang d. Penghasilan < UMR sebanyak 150 orang e. Penghasilan UMR-1.000.000 sebanyak 90 orang. 2.
f. Penghasilan > UMR 60 orang DS :
Perilaku Kesehatan Cenderung
Dari hasil wawancara di dapat tingkat pendidikan
Berisiko berhubungan dengan
ada 50% warga yang tidak patuh menjalankan
status sosio-ekonomi rendah Di
diet.
RT/RW : 005/001 Keluarahan
DO :
Karang Panjang
a. Distribusi penderita DM berdasarkan tingkat pendidikan formal SD : 45% (135 orang) SLTP : 30% (90 orang) SLTA : 20% (60 orang) Perguruan tinggi : 5% (15 orang) III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sasaran Masyarakat RT/RW
Domain
Kelas
005/001 Kelurahan
Kode 0018
Rumusan Diagnosa Perilaku Kesehatan cenderung beresiko
18
Karang Panjang
00078
Ketidakefektifan Manajemn Kesehatan
19
IV.
INTERVENSI KEPERAWATAN Data
Diagnosis Keperawatan NOC Kode Diagnosis Kode 0018 Perilaku kesehatan
Data Subjektif :
cenderung beresiko
Dari hasil wawancara di dapat
NIC Kode
Hasil Preventif primer
162604 Membuat
target 5510
pencapaian berat badan
tingkat pendidikan ada 50% warga yang tidak patuh menjalankan diet
5604
Preventif sekunder umur
Distribusi
penderita
Pendidikan kesehatan Teaching group Preventif sekunder
260629 Skrining kesehatan sesuai 6520 Data Objektif :
Intervensi Preventif primer
6610
Skrining kesehatan Identifikasi risiko
DM
berdasarkan tingkat pendidikan formal SD :45% (135 orang) SLTP :30% (90 orang) SLTA :20% (60 orang) Perguruan tinggi:5%(15 orang) Ds:
00078
Ketidakefektifan Manajemen
1820 20
Preventif Primer
Preventif Primer
Pengetahuan: Manajemen 5520
Fasilitasi pembelajaran
Dari hasil wawancara didapat
Kesehatan
Diabetes
jumlah penderita DM 300 orang
3102
Manajemen Diri: Penyakit 4470
Bantuan Modifikasi diri
Kronik Do:
Preventif Sekunder
-jumlah penderita DM dengan
1619
Manajemen Diri: Diabetes
ganggren
1842
Pengetahuan: Manajemen
sebanyak
30%
(90
Infeksi
orang) -
distribusi
penderita
SD :45% (135 orang) SLTP :30% (90 orang) SLTA :20% (60 orang) Perguruan tinggi:5%(15 orang) orang
Pengajaran
:
Proses
penyakit 5618 4360
formal
210
5602
Pengaajaran Prosedur/Perawatan
DM
berdasarkan tingkat pendidikan
-sebanyak
Preventif Sekunder
(70%)
penderita DM tidak check up secara rutin - kebiasaan sehari hari penderita 21
Modifikasi perilaku
:
DM yang setiap saat memakai alas kaki
sebanyak
45
orang Diagnosa (15%),saat dilauar rumah 75 orang Perilaku kesehatan cenderung (25%) dan jarang memakai 180 beresiko orang (60%)
Implementasi Preventi Primer - Memberikan Pendidikan kesehatan - Teaching group Preventif sekunder - Memberikan Skrining kesehatan - Mengidentifikasi risiko
Ketidakefektifan V.
Kesehatan
Manajemen Preventif Primer - Memfasilitasi pembelajaran
IMPLEMENTASI
- Membantu Modifikasi diri
KEPERAWATAN
Preventif Sekunder - Memberikan Pengajaran : Proses penyakit VI.
EVALUASI 1. Setelah dilakukan Teaching group
-
Memberikan
Pengaajaran
:
KEPERAWATAN
Prosedur/Perawatan
pendidikan kesehatan
- Memodifikasi perilaku
melalui penyuluhan
masyarakat Karang
Panjang RT/RW : 005/001
mulai memahami
pentingnya perilaku
kesehatan.
22
23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Asuhan keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk dari asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota keluarga dalam satu rumah. Penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan yagn ada pada keluarga tersebut. Jadi apabila ada riwayat anggota keluarga dengan penyakit DM, anggota keluarga lainnya harus merawatnya dengan baik seagar penyakit ini bisa disembuhkan. B. Saran
24
Dengan mengetahui asuahan keperawatan komunitas pada penderita diabetes mellitus kita dapat melakukan pencegahan agar penyakityang timbul tidak menuju keparahan. Banyak intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada tingkat komunitas berupa promotif dan preventif.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Singapore: Elseiver. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi Kelima. Singapore: Elseiver. NANDA. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC. Nies, M. A. & McEwen, M. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Mosby: Elseiver. Smeltzer, Suzanne.C, Brenda.G.B., (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.
26
27